Anda di halaman 1dari 60

POLITIK HUKUM

Oleh Dr. Drs. Baharudin M. H., Indah


Satria, SH.MH., Angga
Alpiyan.SH.MH.
Dosen Universitas Bandar Lampung
Jalan Nunyai Gg Raya No 85
Rajabasa Bandar Lampung
DAFTAR PUSTAKA
1. Imam saukani, dan A.Ahsin Thohari, Dasar-Dasar politik
Hukum, Jakarta :PT. Raja Grafindo persada,Jakarta, 2003.
2. Danil S. Leve, Hukum dan politik di Indonesia, Jakarta :
LP3ES,1990.
3. Mahfud Md, Politik Hukum di Indonesia, Rajawali press,
Jakarta,2010
4. Mahpud MD. Perkembangan Politik hukum (studi tentang
Pengaruh konfigurasi politik terhadap produk hukum di
Indonesia, Disertasi.1994
5. Mahfud, MD. Membangun Politik Hukum, menegakkan
Konstitusi, Jakarta : Pustaka LP3 ES Indonesia 2006.
6. Sunaryati Hartono, Politik hukum menuju satu sistem hukum
Nasional, Joyakarta : UI Press 1992.
7. Bernard L. Tanya,, Dr, SH MH.
8. Ridwan Saidi, Aspirasi kelompok sosial politik dlm
pembangunan hukum nasional, 1992.
Arti dan Cakupan Politik
• Politik = taktik, policy, Struggle
• Legal Policy = “garis resmi” untuk mecapai tujuan negara
melalui hukum. Yg akan diberlakukan baik dgn perbuatan
hukum baru maupun dgn hukum yang lama penggantian
hukum lama, dlm rangka mencapai tujuan negara. Dgn
demikian, pol hukum merupakan pilihan ttg hukum-hukum
yang akan dicabut atau tidak diberlakukan yang kesemua nya
dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara seperti yang
tercantum didlm Pembukaan UUD NRI 1945.
Kedaulan rakyat berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yg dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permsyawaratan/perwakilan, serta dgn mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Cakupan Studi Pol Hukum
1. Kebijakan negara (Garis resmi) ttg hukum yang akan dilakukan
atau tidak diberlakukan dalam rangka pencapaian tujuan
negara. Tertuang dalam (Propenas, Prolegnas, Prolegda).
2. Latar belakang poleksosbud yang melahirkan produk hukum;
3. Implementasi hukum, penegakan/penerapan hukum, di dalam
kenyataan, Law inction, tidak law in book.
Hukum sbg produk politik, jika hukum diartikan sebagai undang-
undang, tetapi tidak semua hukum adalah produk poltik. Hukum
diartikan peraturan perundang-undangan yang mencakup undang-
undang. Putusan peadilan, peraturan yang dibuat oleh eksekutif.
bisa jadi “Politik adalah merupakan produk hukum”
Politik dan hukum bagaikan dua sisi mata uang, bernilai atau tidaknya
tergantuang pada dua sisi mata uang.
“Politik tanpa hukum dzolim, hukum tanpa politik itu lumpuh”
Mengapa perlu politik hukum
• Hukum terkait perkembangan masyarakat
• Hukum tidak vacum, UUD NRI 1945. Pasal II Ap Bn. Peraturan
yng ada, berlaku selama belum diadakan yang baru
• mengubah masyarakat law a tool tool Social engineering,
hukum tidak boleh dibiarkan mengawang, menata perubahan
ke nyata. Tercipta msy beradab, produktif,, minim konplik dan
tidak boros.
• Von Savigny = cermin, hukum yang dilakukan mencerminkan
perkembangan masyarakatnya.
• ohn John Henry Merryman = Pol hukum = area/ wilayah tingkat
perkembangan masyarakat, menentukan tipe perkembangan hukum
yang dibutuhkan untuk melayani masyarakat tersebut. Masyarakat
khas/khusus terbelakang, perlu diperhatikan.
• John Locke , melindungi hak-hak alamiayah manusia, hak hidup,
kebebsan dan hak milik. Perlu di UU.oleh parlemen/legislatif.
• Politik hukum Montesqieu, menjaga kebebasan hak dan
kebesan politik warga negara. Tugas negara mengawal hak-
hak tsb, untuk memastikan hak-hak itu aman, maka harus
dihindari pemusatan kekuasan dalam negara. Lahirlah gagasan
trias politica, pemisahan kekuasaan (severation of
power :Amerika dan devition of power. Pembagian kekkuasan
(indonesia).
• Philip Nonet & Philippe Selznick –
• - Represif = poverty of power, menjadi alat kekuasan.
• - Otonom = penguasa dipercaya, pembangkanan kecil.
• Responsif = memenuhi aspirasi-aspirasi di masyarakat.
• Hukum berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat,
sekaligus mengubah masyarakat.
Tugas anda cari politik Hukum dalam berbagai
teori

- Ajaran Plato, Agustinus, Aquinas,


Thomas Hobbes, Karl Marx, Gustav
Radbruch, Leon Duguit, Telkot Parson
dan Bredemer. (baca buku politik
hukum Agenda Kepentingan bersama,
Dr. Bernard L Tanya, SH. MH.
Berbagai macam Pengertian Politik Hukum Lihat
Buku Politik hukum agenda kepentingan Bersama
Dr. Bernard L Tanya, SH., MH.,

Butir ajaran Plato, Politik ajaranya mengenai penggunaan


hukum sebagai sarana keadilan berangkat dari idealsmenya ttg
Negara Ideal dimana tiap-tiap orang berkesempatan menikmati
keadilan. Awal sekali dalam buunya Republika memandang
penting kehadiran The philosoper –Kingsebagai pemimpin
negara mereka orang pilihan bertindak adil dan bijakasan,
kalau tida adil dan bijaksana hukum tidak akan tegak…hal 47.
KUNCINYA KETELADAN, KEADILAN MENJADI ALAT
PERJUANGN, karena politik huku itu sendiri untuk memperoleh
tjuan. Yang dingin. Adil harud nyata dalam kralitas. Menurut
Satipto rahado, sesuai hukum prgresipHukum untuk
masyarakat. Dirasakan masyarakat, bukan untuk hukum.
John Locke
Politik Hukum. Ajarannya melindungi hak-hak alamian manusia.
Ajaran Montesqiu, menjamin hak dan kebebasan politik manusia,.
Henry maine, pada tingkat perkembangan masyarakat menentukan tipe
hukum. Lapisan-lapisan masyarakat perlu disentuh hukum, Masyarakat
adat, living law, hukum yang hidup dimasyarakat, kearpan lokal.
Gustap Radbruch, agar tata hukum berfungs, harus berjalan dengan baik,
menegakan keadilan.hukum itu kepastian, kemanfaatan dan keadilan.
Telccott Parsons, Sebuah sistem keluarga/hukum,selalu terdiri 4 sub
sistem, sun sistem budaya/nilai-nilaiSunbsistem norma /hukum, subsistem
politik/otoritas, dan sub sistem ekonomi.
Politik Hukum ajaran Teori Nonet –Selznick, hukum itu harus responsif,
tidak otonom dan tidak represif, sesuai asprasi rakyat.
Otonom, lebih mengutakan internal penegaka hukum,
Represif, menjadi alat ekuasaan dan melayani kepentingan kekuasaan.
Agustinus Politik hukum .

Ajaran agustianus, politik hukum sal nilai-nilai deligere


((diharga dan dicinta).dan Deloco proximi),(mengasihi
sesam0.Dua nilai ini berarti dalam politiik hukum.
Kehidupan damai, tujuan politik hukum hidup damai.
Agustinus seorang agamis kristen, melawan cara hidup
barbar, kesewenangan penguasa, melawan penindasan
terhadap rakyat.
Melawan hukum patrimonial, hukum untuk kaum
penguasa, ukum untuk masyaakat kecil.

Thomas aquina, Politik hukum, pada upaya mencegah


konplik total dalam masyarakat.
Pengertian Politik Hukum
1. Perspektif Etimologis.

Secara etimologis Istilah poliitk hukum merupakan terjemahan


bahasa indonesia dari istilah hukum Belanda Rechtpolitik, asal kata
Recht dan politik.
Politik hukum bisa diartikan kebijakan hukum. Kebijakan menurut
kamus Besar Bahasa Indonesia berarti rangkaian konsep dan asas
yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak dalam hukum.
Dalam bhs Indonesia kadang digunakan istilah kebijaksanaan.
Menurut Girindro Pringgodigdo, Membedakan kebjakan dengan
kebijaksanaan.
Kebijakan diartikan tindakan atau kegiatan seketika melihat situasi
dan kondisi yang diahadapi, berupa pengambilan keputusan
dibidang hukum yg bersifat pengaturan (tertulis dan lisan yang
antara lain berdasarkan kewenangan /kekuasaan diskresi/ Preies
Ermessen.
Kebijaksanaan serangkaian tindakan yang direncanakan dlm bidang
hukum untuk mencapai sasaran yang dikehendaki.
2. Perspektif Terminologis
1. Padmo wahjono, Politik hukum adalah kebijakan para penyelenggara yg
bersifat mendasar dlm menentukan arah, bentuk maupun isi dari hukum yg
akan dibentuk dan tt apa yang menjadi kriteria untuk menghukumkan
sesuatu. Berkaitan dgn hukum yang akan datang (ius contituendum).
2. Teuku Muh Radhie, Politik hukum adalah sbg suatu pernyataan kehendak
penguasa negara mengenai hukum yg berlaku diwilayahnya, dan mengenai
perkembangan hukum yang akan dibangun. Hukum yg berlKU diwilayahnya
mengandung arti hukum yg berlaku saat ini.(Ius Constitutum). Arah
perkembangan hukum yang dibangun mengandung arti hukum yg akan
dibangun di masa mendatang (Ius Constituendum).
3. Sunaryati hartono : Politik Hukum sbg alat atau sarana dan langkah yang
digunakan oleh Pemerintah untuk menciptakan hukum nasional yang
dikehendaki sesuai dgn cita-cita bangsa Inndonesia.
4. Abdul hakim Garuda Nusantaa, Politik Hukum sbg kebijakan hukum yg
hendak diterapkan atau dilaknasanakan secara nasional oleh suatu
pemerintahan negara tertentu.

Pol Hukum Nasional 1 Pelaksanaan hukum telah konsisten 2 pembaruan


hukum yg telah usang dan penciptaan hukum baru sesuai dengan kehendak
masyarakatnya 3 Penegasan fungsi lembaga penegak hukum dan
pembinaan anggotanya 4. meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.
lanjutan
Satjipto Rahardjo, politik hukum sbg aktivitas memilih dan cara yang
hendak dipakai untuk mencapai suatu tujuan sosial dan hukum tertentu
dalam masyarakat. Pedekatan sosiologis .
Politik hukum digunakan untuk mencapai suatu tujuan sosial dan
hukum tertentu dalam masyarakat.

Ruang lingkup studi Politik Hukum :


1. Tujuan apa yang hendak dicapai dgn sistem hukum yang ada, 2. cara-
cara apa dan mana, yang dirasa paling baik, untuk bisa dipake
mencapai tujuan tujuan tsb. 3 kpn waktunya hukum itu perlu diubah,
dan melalui cara- cara bagaimana perubahan itu sebaiknya dilakukan,
4 dapatlah dirumskan suatu pola yang baku dan mapan, yang bisa
membantu kita memutuskan proses pemilihan tujuan serta cara-cara
untuk mencapai tujuan tsb secara bak.
Arti Politik hukum dan ilmu politik
hukum yg sebenarnya dlm buku
Mahfud MD.
 Mahfud Md politik hukum dapat diartikan sbg interpley atau talak tarik
antara politik dan hukum? Karena isi buku Mahfud MD Politik hukum di
Indonesia menggambarkan bhwa Konfiguasi politik tertentu melahirkan
hukum dengan karakter tertentu.Beliau menyadari pertanyaan seperti
tdk tepat.
 Selanjutnya Mahfud MD menjelaskan Politik hukum adalah Legal polcy
atau arah hukum yang akan diberlakukan oleh negara untuk mencapai
tujuan negara yang bentuknya dapat berupa pembuatan hukum baru
dan penggantian hukum lama.Dalam arti seperti itu politik hukum harus
berpijak pada tujuan negara yang bersangkutan. Yang dalam kontek
Indonesia tujuan dan sistem itu terkandung di dalam pembukaan UUD
1945, khususnya Pancasila yang melahirkan kaidah-kaidah penuntun
hukum, Program legislasi nasional (prolegnas dapat disebut sebagai
contoh tt politik hukum, tetapi ia hanya bagian dari ilmu hukum.

Sementara itu ilmu atau studi politik hukum itu bukan hanya
menyangkut policy atau arah resmi tentang hukum yang diberlakukan
melainkan menyangkut juga berbagai hal yang terkait dgn arah resmi
itu, misalna politik apa yang melatarbelakangi. Budaya hukum apa yang
melingkupi.problem penegakkan macam apa yang dihadapi.
Berbeda dari politik hukum, ilmu politik hukum
itu membedah semua unsur dalam sistem
hukum yang unsur-unsur utamanya oleh:

 Friedman dikelompokan menjadi tiga unsur besar,


yaitu materi hukum, struktur hukum dan budaya
hukum.
 Mahfud MD membagi studi politik hukum ke dalam
tiga kelompok, Pertama arah resmi tentang hukum
yang akan diberlakukan atau tidak akan diberlakukan
(legal policy) guna mencapai tujuan negara yang
mencakup penggantian hukum lama dan
pembentukan hukum-hukum yang baru sama
sekali,kedua latar belakang politik dan subsistem
kemasyarakatan lainnya dibalik lahirnya hukum,
termasuk arah resmi tentang hukum yang akan atau
tidak akan diberlakukan ketiga persoalan persoalan di
sekitar penegakkan hukum, terutama implementasi
atas politik hukum yang telah digariskan.
Mengawal Konstitusi
 Buku yang berjudul “membangun politik hukum”
Menegakkan konstitusi, ini berbeda dgn buku terdahulu
politik hukum di Indonesia, tetapi perbedaannya bukan
dalam menentukan letak dan memberikan arti politik
hukum di dalam ilmu hukum, melainkan dalam arti titik
beratnya. Buku politik hukum di Indonesia kareana arah
tuntutan ilmiah desertasi, mempokuskan diri pada pengaruh
pergulatan atau latar belakang politik dibalik lahirnya
produk hukum.
 Buku ini (Mahfud MD) membedah rencana isi hukum,
keharusan mekanisme pembuatan hukum, arah resmi
tentang hukum. Diorientasikan pada pencapaian tujuan
negara.
 Dalam buku ini mahfud MD menyajikan : 1.Paradigma
politik hukum nasional 2. Kekuasaan kehakiman dan
yudiasial review” 3. Hak asai manusia 4. Beberapa aspek
khusus politik hukum.
Letak politik hukum
Apakah politik hukum masuk rumpun ilmu
hukum atau masuk dlm ilmu politik. Karena
ilmu hukum lebih dekat kpd hukum tata
negara maka disini ada perbedaan
pandangan yang berbeda. Ahli hukum tata
negara sendiri masa lalu berbeda
pandangan. Dua ahli hukum Belanda
Burkens dan Belinfante, beda pdpt,Burkens
mengatakan hukum tata negara hanya
menyelidiki hukum positif, sedangkan
Belinfante obyek hukum tata negara
mencakup hal-hal diluar hukum positif.
Menurut Beleifante :
 Sebenarnya letak politik hukum didlm studi ilmu hukm dpt
ditemukan dalam pohon ilmiah hukum. Pohom ilmiah ilmu hukum
mencakup :
1.Akar hukum filsafat dan idiologi bangsa, akar ilmu
hukum Pancasila dan juga pembukaan UUD 1945. yg
meletakkan prinsip-prinsip dan penuntun kaidah hukum
tertentu dlm pembuatan berbagai produk peraturan
perundang-undangan.
2.Batang/pohon ilmu hukum, adalah serat-serat pohon
atau subsistem kemasyarakatan,sperti sosiologi.
sejarah,politik, ekonomi, budaya administrasi dll. Dari
sini muncul studi ttg sejarah hukum,sosiologi
hukum,budaya hukum, politik hukum psikologi hukum,
adm hukum, semua menjadi studi ilmu hukum.
 Cabang-cabang ilmu hukum, adalah hukum positif, yang dibedakan
atas berbagai bidang pokok, seperti hukum perdata, hukum
pidana, hukum tata negara hukum adm negara,
Ruang lingkup kajian pol hukum
dan manfaatnya.
Ruang lingkup kajian politik hukum sbb:

1. Proses penggalian nilai-nilai dan aspirasi yg


berkembang dlm masyarakat oleh penyelenggara
negara yang berwenang merumuskan politik hukum.
2. Proses perdebatan dan perumusan nilai-nilai dan
aspirasi tsb kedalam bentuk sebuah rancangan
peraturan perundang-undangan oleh penyelenggara
negara yg berwenang merumuskan politik hukum
3. Peraturan-peraturan yg memuat politik hukum.
4. Faktor-faktor yg mempengaruhi dan menentukan suatu
politik hukum, yang akan sedang dan telah ditetapkan.
5. Pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan yg
merupakan implementasi Dari politik hukum suatu
negara,
Cakupan Politik Hukum
 Ada 3 hal :

1. Kibijakan negara (garis resmi) tentang hukum yang


akan di berlakukan dalam rangka pencapaian tujuan
negara.
2. Latar belakang politik, ekonomi, sosial, budaya,
(poleksosbud) atas lahirnya produk hukum,
3. Penegakan hukum di dalam kenyataan lapangan.
Cakupan studi politik hukum yang kedua yakni latar
belakang politik di balik lahirnya hukum dan
pengaruhnya terhadap produk hukum. Dengan
asumsi hukum adalah produk politik.
Manfaat mempelajari Politik hukum
1. Bermanfaat bagi mahasiswa hukum untuk
menentukan penghirarkian perundang-undangan,
sehingga sehingga antara peraturan satu dgn lainya
tdk bertentangan,
2. Untuk mengkritisi proses pelaksanaan dari peraturan
perundang-undangan yang telah ditetapkan.
3. Bentuk otokritik terhadap kebijakan hukum (legal
polcy) yg telah dirumuskan dan bentuk-bentuk
hukum positif yang telah diterapkan, Bentuk otokritik
ini bermanfaat untuk mengevaluasi sebuah politik
hukum dan peraturan-peraturan yang dibentuk dan
dilaksanakan berdasarkan politik hukum yang
berlaku.
Politik Hukum Nasional
a. Pengertian dan tujuan politik hukum nasional

sebelum menguraikan pengetian politik hukum nasinal, sebagaimna


telah di uraikan di atas, politik hukum diartikan kebijakan dasar
penyelenggara negara dalam bidang hukum,yang akan sedang dan telah
berlaku, yang telah berlaku, yang bersumber dari nilai-nilai yang berlaku
di masyarakat untuk mencapai tujuan negara yang di cita-citakan.
Adapun kata nasioal diartikan sebagai wilayah berlakunya politik hukum
itu. Yang dimaksudkan wilayah Republik Indonesia.

Dari pengertian di atas, politk hukum nasional adalah Kebijakan dasar


penyelenggara negara (republik Indonesia) dalam bidang bidang hukum
yang akan, sedang dan telah berlaku,yang bersumber dari nilai-nilai,
yang berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara yang di cita-
citakan.
Dari pengertian diatas, ada lima agenda yang ditekankan dalam politik
hukum nasional 1. masalah kebijakan dasar yang meliputi konsep dan
letak 2. penyelenggara pembentuk kebijakan dasar tsb 3. materi hukum
yang meliputi hukum yang akan, sedang dan telah berakhir, 4 proses
pembentukan hukum 5 dan tujuan okok hukum nasional.
Tujuan politik hukum nasional
Tujuan politik hukuma bangsa dibentuk
dalam rangka mewujudkan tujuan cita-cita
ideal Negara Republik Indonesia. Tujuan
meliputi dua aspek yang saling berkaitan 1.
Sebagai suatu alat (tool) atau sarana dan
langkah yang dapat digunakan oleh
pemerintah utuk menciptakan suatu sistem
hukum nasional yang dikehendaki 2.
dengan sistem hukum nasional itu akan
diwujudkan cita-cita bangsa Indonesia.
Sistem Hukum Nasional
 Sistem hukum nasional terbentuk dua istilah Sistem dan
Hukum nasional. Sstem diadaptasi dari bahasa Yunani
systema yang berarti satu keseluruhan yang tersusun dari
sekian banyak bagian, atau hubungan yang berlangsung di
antara satuan-satuan atau komponen secara teraratur. Jadi
kata sistem sehimpunan bagian atau komponen yang saling
berhubungan secara teratur dan merupakan satu
keseluruhan. Sistem menunjuk kepada dua hal 1. pada suatu
wujud Entitas, nyatanya yang ada, memiliki aturan-aturan,
strktur, lembaga negara, dll 2. Menunjuk kepada suatu
rencana, metode alat, atata cara untuk mencaai sesuatu.
 Hukum nasional adalah hukum atau peraturan perundang-
undangan yang didasarkan kepada landasan idiologi dan
konstitusional negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945.
 Hukum Nasional sebenarnya bersumber dari nilai-nilai
budaya bangsa yang sudah lama ada dan berkembang
sekarang
Sistem hukum Nasional tidak bisa
dilepaskan dari kontek sejarah.
 Sebelum Merdeka bangsa Indonesia belum memiliki hukum yang
bersumber dari tradisinya sendiri, tetapi masih memanfaatkan
peraturan perundang-undangan peninggalan pemerintah kolonial
Belanda, atas dasar pertimbangan politik dan nasionalisme,
peruturan perundangan mengalami proses nasionalisai, seperti
penggantian nama KHUP nasionalisasi dari Wetboek Strafsfrechts,
KUHPerdata dari Burgerlijk Wetboek, KUH Dagang, dari Wetboek van
kophandel. Pendekatan ini supaya tidak terjadi kekosongan hukum.
 Dasarnya : Pasal 1 Aturan peralihan UUD 1945, segala peraturan
perundangan-undangan yang ada masih berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut UUD. Ini memberikan legitimasi
konstitusional.
 Tambal Sulam terus berlanjut, saat itu dan ternyata berkiblat ke
aturan negara belanda kadang timbul kontra produktif, tidk
mengubah watak dasar hukm Indonesia, malah peodal dan
diskriminatif. Indonesia menjunjung tinggi kolektivisme, barat
individualisme. Dapat dibayangkan jika tidak sesuai dengan watak
karakter bangsa kita, meminjam istilah Von Sapigni, Volksgeist atau
an expression of the common consiciusness of spirit of a people. Bisa
jadi diabaikan atau terjadi penolakan oleh Masyarakat.
Membangun sistem hukum
Nasional pada awalnya :
 Pemerintah menetapkan kebijakan untuk memanfaatkan tiga sistem
hukum yang eksis (living law) di Indonesia, yaitu sistem hukum adat,
Islam dan hukum Barat. Para kolonial sistem hukum ini kerap
diperhadapkan sebagai sistem hukum yang saling bermusuhan. Ingat teori
exsit Snouc Huur gronye. Hukum Islam diberlakukan kalau sudah, menjadi
hukum adat. Kalangan ahli hukum Indonesia ada yang mendukung hukum
belanda, ada yang menonjolkan hukum adat, ada yang menonjolkan
hukum Islam, akibat pengaruh penjajah Belanda
 Kita belum memiliki hkum sistem hukum nasional yang representatif.
Seminra diskusi, dilakukan saat itu, Dalam pertemuan ilmiah, Arif Sidarta,
mengsusulkan :
Tatanan hukum Indonesia harus mengandung :
1.Berwawsan kebangsaan dan berwawasan nusantara,
2.Mampu mengakomodasian kesadaran hukum kelompok etnis
kedaerahan dan keyakinan keagamaan
3.Sejauh mungkin berbentuk tertulis dan terunivikasi’
4.Bersifat nasional yang mencakup rasionalitas efiseinsi, rasionalitas,
kewajaran, Rasionalitas kaidah, dan rasionalitas nilai,
5.Responsif terhadap perkembangan aspirasi dan ekspektasi
masyarakat.
Sistem hukum Nasional
Sistem hukum Nasional Mahfud MD.,hal 21, sistem
hukum yang berlaku di Indonesia, yang meliputi,
semua unsur hukum, (seperti isi, struktur, Budaya,
sarana, peraturan –peraturan, dan semua sub
unsurnya) yang antara satu dengan lainnya saling
bergantung dan yang bersumber dari pembukaan dan
Pasal-pasal UUD 1945.
Unsur-unsur utama sistem hukum, banyak mengacu
ke Friedman harus adanya tiga unsur, Subtansi
(materi) structure (struktur dan Culture (budaya).
Ada yang mengacu lebih dari tiga unsur, zaman orde
Baru, tercantun dlm GBHN-GBHN, meliputi empat
unsur, Isi, aparat, budaya, dan sarana prasarana
hukum.
Sistem hukum Nasional menurut
 Sunaryati Hartono, ada 12 unsur,1 Filasapat
(termasuk asas-asas hukum),2. Substansi (materi
hukum) 3. Keseluruhan lembaga-lembaga hukum,4.
proses dan prosedur hukum 5. Sumber daya
manusia,6. sistem pendidikan hukum,7. Susunan dan
sistem organisasi serta koordinasi antar lembaga
hukum,8. peralatan perkantoran lembaga-lembaga
hukum,(hardware)9.perangkat lunak, seperti
petunjuk pelaksanaan yang tepat,(software)10.
Informasi hukum, 11.kesadaran hukum,12. Anggaran
belanja negara.
 Soekarno, ada lima, 1.Elemen atau unsur-unsur
hukum,2. Bidang-bidang sistem hukum,3. Konsistensi
hukum,4. Pengertian-pengertian dasar sistem hukum
5. Kelengkapan sistem hukum.
Hukum Nasional,hukum Pancasila
dan Hukum Prismatik
 Pembukaan dan dan Pasal-pasal UUD 1945,
merupakan sumber dari keseluruhan politik hukum
nasional Indonesia.Penegasan keduanya sbg
sumber politik nasional didasarkan pada dua alasan
pertama, pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945,
memuat, tujuan, dasar, cita hukum dan norma
dasar negara Indonesia, kedua pembukaan dan
Pasal-pasal UUD 1945 mengandung nilai-nilai khas
yang bersumber dari pandangan dan budaya
bangsa indonesia yang diwariskan oleh nenek
moyang sejak berabad-abad lalu,nilai khas inilah
yang membedakan sistem hukum Indonesia dari
sistem hukum lain.
Konsep Prismatik :
 Diambil dari konsep Riggs, mengidentifikasi pilihan
kombinasi atau jalan tengah atas nilai-nilai sosial
paguyuban dan nilai sosial patembayan, seperti
dikemukakan oleh Hoogvelt,ada nilai-nilai
kebersamaan dan individu, Fred W. Riggs, prakteknya
melihat tahapan ekonomi masyarakat.
 Nilai kepentingan antara individualisme dan
kolektivisme. Indonesia mengambil segi baik dari
kedua istilah tsb di atas.Mengakui hak- hak individu
dan kebebasan individu sbg hak asasi, tetapi
sekaligus meletakan kepentingan bersama di atas
kepentingan Pribadi, disini muncul politik hukum ttg
hak negara menguasai sumber daya alam. Untuk hal-
hal yg menjadi hajat hidup orang banyak.
Konsepsi Negara hukum antara
Rechtstaast dan The rule of law
 Diidentifikasi oleh Roscoe Pound, Rechtstaat memiliki karakter administratif
dan the rule of law berkarakter Yudisial.
 Rechtstaat, bersumber dari tradisi hukum negara-negara erofa kontinental
yang bersmber pada civil law dan legisme yang menganggap hukum adalah
hukum tertulis. Pembuktian tertulis.hakim menerapkan putusan sesuai deng
bunyi undang-undang didasari kepastian hukum.
 The rule of law, tradisi hukum negara-negara anglo saxon yg
mengembangkan cammon law, (hukum tak tertulis). Kebenaran dan
keadilan didalam rule of law, hukan semata-mata hukum tertulis, hakim
dituntut membuat hukum sendiri, melalui yurisprudensi dan hukum yang
digali dari rasa keadilan masyarakat.
 Rechtstaat lahir di romawi, ketika itu raja mempunyai kekuasaan menonjol
dlm membuat peraturan melalui Dekrit.kemudian mendelegasikan kpd
pejabat,adm membuat pengarahan tertulis kpd hakim ttg cara memutus
sengketa. Sedang Rule of Law, lahir di Inggris memutus sengketa bukan
dengn kehendak raja, hakim menerima delegasi tugas dari raja
 Di Indonsia, negara hukum berdasarkan pancasila dan UUD 1945,
mengambil prismatik atau integratif dari kedua konsi di atas, kepastian
hukum dalam rechtstaat dipadukan dgn prinsip keadilan dalam rule of law
tidak memilih salah satunya tetapi memasukan unsur-unsur baiknya.
Hukum Demokratis / responsif
 Idelisme tentang tatanan hukum nasional secara garis
besar, semuanya menagarah kepada penciptaan
sebuah tatanan hukum nasional yang bisa menjamin
penyelenggaraan negara dan relasi antara warga
negara, pemerintah dan dunia Internasional secara
baik. Dengan kata lain, politik hukum nasional –
mengutif Philippe Nonet dan Philip Selzick, dalam
bukunya : Socieiety in transition : Toward Responsive
Law: menciptakan sebuah sistem hukum nasional
yang rasional, tranparan, demokratis, otonom dan
responsif terhadap perkembangan dan ekpektasi
masyarakat, bukan sebuah hukum menindas,
ortodoks, dan reduksionistik. Bukan muda, tetapi
diupayakan terus, diperlukan kerjasama berbagai
pihak, (pemerintah, Partai Politik, dan masyarakat).
Hukum Otonom dan Menindas
 Nonet dan Selznic, menjelaskan tentang
hubungan antara hukum dan penindasan.
Masuknya pemerintah ke dlm pola
kekuasaan yang bersifat menindas melalui
hukum berkaitan erat dgn masalah
kemiskinan dan sumber daya pada elit
politik. Biasanya penggunaan kekuasaan
yang bersifat menindas, terdapat pada
masyarakat yang berada pada tahap
pembentukan tatanan politik terentu.
Menurut Philip Nonet dan philip
Selznic :
 Penggunaan kekuasaan dalam pembentukan hukum pada
sebuah negara bisa melahirkan dua karakter hukum yang
bertolak belakang. Karakter hukum menindas dan otonom.
 Hukum menindas mengindikasikan bahwa setiap hukum
merupakan keadilan beku, dan mempunai potensi represif.
 Ciri-ciri hukum menindas :
a. Pranata-pranata hukum disediakan secara langsung bagi
kekuasaan politik, hukum diidentifikasikan dengan negara
dan tunduk pada kepentingan negara.
b. Kelestarian kekuasaan adalah tugas dari pencegahan
hukum,
c. Alat-alat pengendalian khusus, sprti polisi, menjadi pusat
kekuasaan bebas,
d. Pelembagaan keadilan kelas.
Ciri-ciri hukum menindas dan
Otonom
No. Perihal : menindas : Otonom

1.Tujuan Hkum: Ketertiban : Kesahan


2. Legitamasi : Pertahanan : Prosedur
3. Kaitn politik : Hukum : Hukum
Ditundukan : bebas
kekuasaan : dari pol
Kekuasaan
4. Partisipasi : Tunduk dan : Dibatasi
patuh, kritik : Prosedur
dianggap tdk : Boleh Kritik
Loyal
5. Peraturan : Hanya mengikat : sangat terurai,mengikat
pembuat aturan : pembuat dan yang
: diatur.
Kerangka pikir politik hukum
nasional
 Pijakan dan penuntun.
 Sebelum membahas ttg bagaimana membuat hukum dan mejaganya melalui politik
hukum,perlu diketaui kerangka politik hukum nasional,hukum diartikan sebagai alat
untuk merih cita-cita dan mencapai tujuan, maka politik hukum sbg arah yang
harus ditempuh dlm pembuatan hukum dan penegakkan hukum guna mencapai
cita-cita dan tujuan bangsa.maka plotik hukum hrs berpijak pada kerangka dasar,
sbg berikut :
1. politik hukum ditujukan cita-cita bangsa adil makmur.
2. Politik hukum sesuai tujuan negara :
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
b. Memajukan kesejahteraan umum.
c. Mencerdasakan kehidupan bangsa.
d. Melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, abadi,
dan keadilan.
3. Politik hukum nasional harus dipandu nilai-nilai pancasila sbg dasar negara yaitu :
a. Berbasis moral agama
b. Menghargai dan melindungi Ham tanpa diskriminatif
c. Mempersatukan bangsa dgn semua ikatan primordialnya
d. Meletakkan kekuasaan dibawah kekuasaan rakyat
e. Membangun keadilan sosial.
Prolegnas sebagai Potret politik
hukum
 Sistem hukum Nasional hrs bekerja
berdasarkan cita-cita bangsa tujuan
negara, cita hukum dan penuntun yg
terkandung dlm pembukaan UUD 1845,
artinya tidak boleh ada produk hukum yang
bertentang dgn hal-hal tersebut, di atas,
sebenarnya sistem hukum mencakup
dimensi yg luas, oleh Friedman tiga unsur,
isi, struktur dan budaya hukum. Orde baru
materi hukum, aparat penegak hukum,
sarana dan prasarana hukum, menurut
sunaryati hartono ada 12 sub sistem
hukum nasional.
Politik hukum pokus materi hukum
dgn Prolegnas
 Artinya : pemetaan atu potret rencana ttg huku-hukum apa yang dibuat periode
tertentu sbg politik hukum dapat dilihat dalam prolegnas.PROLEGNAS DIBUAT
OLEH DPR BERSAMA PEMERINTAH,penyusunanya dikoordinasikan oleh DPR, UUD
1945 Pasal 20 Ayat (1).DPR memegang kekuasaan membentuk UU.
 Kedudukan Prolegnas sbg wadah politik hukum untuk jangka waktu tertentu
dapat dilihat pada UU. No 12 Th 2011.ttg pembentukan pembentukan peraturan
peraturan per uu dpt dilakukan dalam program legislasi nasional. Sementara itu
setiap Daerah, pasal 132-38 membuat prolegda. Aturan ini tidak hanya terpokus
materi dan RUU,nelainkan lebih luas, mencakup intrumen perencanaan hukum,
agar selalu konsistem dgn tujuan.
 Kedudukan prolegnas perencanan hukum tertuang, Pasal 1 anggka 1 UU No. 12
Th 2011, prolegnas adalah instrumen perencanaan program pembentukan uu yg
disusun secara berencana,terpadu dan sistematis.
 Prolegnas membuat daftar rencana materi hukum atau RUU yang dibentuk dlm
perode tertentu, demikian juga prolegada, prolegnas pengawal agar
pembentukan hukum itu benar.memperhatikan jangka pendek dan jangka
panjang.
 Sebagai contoh rapat konsultasi antara menteri hukum dan HAM dan Badan
legislasi , tgl 31 Januari 2005, meganti per UU peninggal kolonial, disesuikan dgn
perkembangan zaman. (lebih lengkap lihat Mahfud MD hal. 35. buku
membangun politik hukum dan penegakkan konstitusi.
Prolegda Prov. Kab. /wali kota Lihat UU. No. 12
Tahun 2011 Ttg Pembentukan Peruu.

{Prolegda Provinsi, pembuatan, perencanaan, mencakup tahapan


perencanaan, penyusunan, pembahasan pengesahan, penetapan, dan
pengundangan.Oleh Gub. Bersama DPRD, Tata aturannya lihat Pasal
32-38, UU. No. 12 Tahun 2011. Tentang pembentukan peruu.
Pasal 33 ayat (1) materi diatur sesuai PerUU.
Ayat (2). Rancangan perda :
a. Latar Belakang dan tujuan penyusunan
b. Sasaran yang ingin dicapai
c. Pokok pikiran, lngkup atau objek yang akan diatur dan
d. Jangkauan dan arah pengaturan.

Prolegda Kab. /Kota , Lihat Pasal 39-41, UU.No. 12 Tahun 2011, Ttg Pemb.
Peruu.
Mekanisme lihat pasal 32 -38 berlaku mutatis mutandis.
Penegakkan hukum oleh aparat
penegak hukum
 Bagaimana penegakkan hukum oleh aparat penegak
hukum, selalu terjadi kapan dimanapun eranya,
zamannya.
 Penegak hukum, Hakim, Jaksa, Polisi sbg penyidik,
dan Advokasi pembala hukum.
 Orde baru, tidak terbebasnya, lembaga peradilan dri
invensi pemerintah, karena pembinaan administrasi,
kepegawaian dan finansial, berada dibawah eksekutif.
 Tahun 1999, mengeluarkan uu No. 35 Th 1999,
kekuasan kehakiman dibawah MA, bukan hanya
teknik yuridis, melainkan juga, adm, kepegawaian,
pinansial, tambah parah. Penyuapan kpd hakim
agung.
Budaya Hukum
 Ada yang mengatakan lemahnya penegakkan hukum
disebabkan lemahnya budaya hukum dinegeri ini.
 Budaya hukum diartikan sbg sikap masyarakat terhadap
hukum dan sistem hukum yang mencakup kepercayaan,
nilai-nilai, ide dan harapan-harapan masyarakat terhadap
hukum. Ternyata tidak kondusif semakin cenderung elitis,
dan korup. Dan yang mengatakan budaya peodalisme dan
paternalisme, yang hidup dimasyarakat Indonesia telah
menyebabkan hukum menjadi elitis, bersumber dan
ditentukan dari atas, budaya upeti, silaturahmi, disalah
gunakan. Apakah benar budaya hukum terwariskan dari
nenek moyang, Sebastian Pompe, menolak yang menulis
buku “ The Indonesian Supreme Cort, A study of
institutional collapse, Korupsi di Indonesia mulai ada sejak
Malari Tahun 1974, sejak pemerintah mengatur lembaga
peradilan, dgn cara- cara militeristik. Sampai tahun 1970
an, masih bersih, ada hakim yang sangat sederhana.
Belajar Pengalaman Politik hukum
Orde lama dan orde baru
 Pembaruan hukum, yang berpadigma Pancasila berarti
perubahan atas hukum-hukum yang ada atau pembuatan
hukum baru,memuat dan memncarkan nilai-nilai Pancasila,
hukum haruslah memuat nilai-nilai ketuhanan, yang Maha
Esa, nilai-nilai kemanusiaan, keadilan beradab, nilai-nilai
mempersatukan bangsa Indonesia, nilai-nilai demokrasi dan
nilai keadilan sosial.
 Jika ada hukum, tidak sesuai dgn Pancasila, maka hukum
terlepas dari pondasinya.Tesis demikian bisa dilihat dari
tolak tarik, antara politik dan hukum sepanjang sejarah. Di
senjang sejarah Indonesia telah terjadi pasang surut,
pasang naek, tentang karakter produk hukum yang populis/
renponsif dan elitis. ortodok. Sejalan dgn tulak tarik antara
konfigurasi politik demokratis dan otoriter.
 Hukum populis sesuai dengan Pancasila. Hukum elitis bisa
banyak ditentukan oleh Pemerintah, kebijakan. Program
dan implementasinya di didominasi pemerintah.
Sebuah studi Mahfud Md
menyimpulkan :
 Pertama : Konfigurasi politik tertentu melahirkan produk hukum
tertentu. Konfigurasi politik yang demokratis melahirkan hukum-
hukum yang berkarakter responsif (populis), sedagkan konfigurasi
politik politik yang otoriter melahirkan huku-hukum yan elitis/
konservatif/ortodok.
 Kedua, sejarah perkembangan bangsa Indonesia. Telah terjadi
tolak tarik, pasang naik dan pasang surut, tampil secara
bergantian. Konfigurasi politik demokratis dan konfigurasi politik
otoriter. Demokratis produk hukumnya responsif, otoriter produk
hukum yang dihasilkan karakter elitis ortodok.
 Ketiga : berdasarkan perkembangan perpolitikan bangsa
Indonesia. Maka periode sasi perpolitikan di Indonesia, terbagi tiga
periode :
1.Periode 1945-1959 dgn kofigurasi politik demokratis
2. Periode 1959-1966 dgn konfigurasi politik otoriter.
3. Periode 1966-1998 dgn konfigurasi politik otoriter yang didahului
konfigurasi politik demokrasi.
Konfigurasi politik diartikan susunan
atau konstelasi kekuasaan,secara
dikotomis dibagi atas dua
konsepyang bertentangan secara
diametral,
Konfigurasi politik diartikan susunan atau konstelasi
kekuasaan,secara dikotomis dibagi atas dua konsepyang

bertentangan secara diametral , (lanjutan)


 Konfigurasi politik otoriter adalah susunan sistem politik
yang lebih meungkinkan negara berperan sangat akttif
lebih-lebih berperan dlm pembuatan kebijaksanaan.
Karakter Produk Hukum
 Produk hukum responsif/populistik adalah produk hukum yang
mencerminkan keadilan dan memenuhi keinginan masyarakat.dalam
pembuatannyapun masyarakat ikut berpartisipasi.
 Produk hukum konservatif/ortodok/elitis adalah produk hukum yang
isinya lebih mencerminkan visi social elite politik.
 Produk hukum pemilu dan pemda masa orba,sentralistik.
 karakterProduk hukum ortodok/konservatif/ elitis, yaitu dizaman orba,
UU pemerintahan daerah uu.no. 5Tahun 1975 dan uu. No 22 Tahun
1999, bersifat sentralistik,.
 Uu. No. 32 th 2004 dan Uu No. 23 Th 2014 dan UU. No 6 Th 2014 tt
Desa dan Desa Adat orde reformasi responsif sudah membangun
kearipan lokal.
 UU. No. 2 Th 2008 Ttg Parpol Uu. No 8 Th 2008 Ttg pemilu , zaman
orba, karakter hukumnya ortodok, Pasal 215, penetapan Caleg
berdasarkan Nomor urut caleg. Reformasi, Uu. 7 Th 2017, responsip,
penetapan caleg suara terbanyak, bukan dgn No urut.
Lanjutan

Uu. No. 5 Th 1960. UUPA, zaman orba, responsif keberpihakan


pada rakyat. Zaman reformasi perlu amandemen UUPA,
praktiknya tidak aspiratif, munculnya peraturan Menteri dalam
negeri (PMDN) no.15 Thun 1975, sampai pada Kepres No. 55
Th 1993, telah menyebabkan pemilik tanah harus melepaskan
tanah secara paksa.Penpres No.36. Th 2005, tanah milik lepas
demi kepentingan umum, mengancam hak milik rakyat.
Zaman orba, Uu No. 7 Th 1989,Ttg PA,
Masih Ortodok Karakter hukumnya, karena putusan PA, harus
dikukuhkan oleh PN, Pelaksanan sita, juga harus melalui PN.
Zaman reformasi, PA Putusan hakim sudah mandiri, responsif.
Karakter hukunya. Pelaksanan Sita mandiri. Yaitu UU No 3 Th
2006 Ttg PA.
Pengaturan kuota perempuan dalam UU Partai dan pemilu.dalam
affirmatif action, partisipasi dan keterwakilan perempuan, demi
kesetaraan dan keadilan gender. Dlm UU 12 Tahun 2013 TTg
pemilu, baru ada upaya memikirkan keterwakilan perempuan
dalam pemilu. Belum ada ketentuan hrs 30% keterwakilan
perempuan.
Baru setelah amandemen ke 2 UUDD 1945 Pasal 28 H ayat (2)
setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan
khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama
guna mencapai persamaan dan keadilan.
UU. 2 dan 10 Th 2003 ttg parpol dan pemilu, Pasal 53 30%
keterwakilan perempuan, Pasal 2 Parpol mendirikan membentuk
partai hrs ada keterwakian perempuan 30%. UU ini dalam
rekrutmen meperhatikan kesetraan dan keadilan gender.
Konfigurasi politik kekuasaan dan karakter
kekuasaan kehakiman Lihat Buku Beni
Kaharman dan Teddy Asmara.
Konfigurasi politik demokrasi akan mempengaruhi karakter
kekuasaan kehakiman : karakter Kekuasaan kehakiman
seharusnya responsif:otonom, independen. Tidak dapat
diintervensi lembaga lain. UUD 1945 pasal 24 dan 25 dan UU
pokok-pokok kekuasaan kehakiman No. 4 Th 2004 Pasal 183 .
dan 191 ayat (1) KUHAP dan Pasal 6 ayat (2) UU No 4 tahun
2004. Memperkenankan hakim untuk menggunakan
keyakinannya dlm menjatuhkan pidana dan menjatuhkan
putusan bebas. Disini ada diskresi, celah objektivitas dan
sujektivitas hakim. Tergantung budaya hukum hakim.
Konfigurasi politik otoriter akan mempengaruhi karakter kekuasaan
kehakiman dependen /tidak otonom Ada intervensi dari lembaga lain.
Bisa eksekutif, legislatif atau lainnya.
Hakim lurus (idealistis) Hakim rakus materialistis, hakim toleran (idealistis-
realistis)
Masa Orba Presiden Soeharto
Zaman Mochtar kusuma atmadja, sbg menteri kehakiman : bermodel represif,
konsep philipe Nonet dan phillip Selnick , dengan mengadopsi konsep law as tool
of soial engeneering dari Roscoe Pound, konsentrasi membangun peraturan
hukum daripada membangun kualiatas manusia.
Akhir orde baru, kembali dibicarakan pengorganisasian pengadilan dalam
relasinya dengan ketidak berdayaan kemandirian hakim, ada dualisme
pengorganisasian pengadilan, yakni bidang yudisial oleh MA. Dan dalam bidang
administrasi oleh menteri kehakiman seperti yang diatur dalam uu No. 2/tahun
1986, ttg pengadilan umum. Satu sisi patuh pada MA, satu sisi patuh pada
menteri kehakiman.
Lihat UU NO.14 TH 1970, PEMUSATAN KEKUASAAN KEHAKIMN KETANGAN MA.
Pasal 11 ayat (1) Badan-badan peradilan sebagaimana dimaksud pasal 10 ayat
(2) secara organisatoris administratif berada MA Pasal 11 A ayat (1) pengalihan
organisasi, administrasi dan finansial bertahap lima tahun. Ke menteri
kehakiman.
Pada tahun 2004 pemerintah mengeluarkan UU Kekuasaan kehakiman sebagai penyesuain
amanemnen UUD 1945, namun pengertiannya kekuasaan kehakiman tidak berbeda dgn UU
No 14 1970. menurut barda Nawawi arief merumuskannya masih sempit secara sistemik tidak
menjangkau sistem peradilan terpadu.
Masa Orba PRESIDEN SOEHARTO
MENGANGKAT Oemar Seno Adjie ketua MA peride 1972-1980) kooptasi
pemerintah terhadap pengadilan semakin menguat hakim cenderung
korup. Oemar Senoadji pernah mengendalikan persidangan
penembakan yang dilakukan haris murtopo, anak jenderal Ali Murtopo

orang dekat Soeharto, pengadilan memutuskan bebas, alasanya


terdakwa melakukan pembelaan diri sendjata ilegal yang digunakan
milik sopirnya. Sikap jaksa penuntut umum jadi cemohan
Zaman orde baru keadilan dan kebenaran tidak berpihak pada masyarakat
prinsip sama didepan hukum. Kasus Hanoch Ohee, Kedung Ombo, dan
Marsinah. Hakim yang dikenal mampu mempertahankan integritas
kebebasan yudisialnya yaitu hakim Bisman Siregar, mengomentasi
kaus sengkon dan Karta. Legal rasioning menafsirkan barang dalam
rumusan pasal 378 KUHP melindungi kehormatan wanita Benyamin
Mangkudilaga, kasus Majalah Tempo dan Asikin Kusuma Atmadja.
Lihat Masa orla dan orba perbandingan

Masa orla masa presiden soekarno (1959-1965) UU No. 19 th 1964 ttg


ktentuan poko-pokok kekuasaan kehakiman memberi peluang kepada
presieden untuk melakukan intervensi pasal 19 : Demi kepentingan
revolusi, kehormatan negara dan bangsa, atau kepentingan
masyarakat mendesak, presiden dapat turun atau campur tangan
dalam soal-soal pengadilan. Implementasinya pasal tersebut pasal 23
UU No 13 Th 1965. a. presiden bisa intervensi putusan hakim b. bisa
menhentikan pemeriksaan musyawarah dgn jaksa. c. bisa tidak
menjatuhkan putusan.
Politik soekarno sentris. Dengan nalar revolusi sebagai idiologi
simboliknya. Pidato presiden Soekarno pembukaan konres persahi
1961 Yogyakarta. Mengutip pendapat Wilhem Liebknecht “ Met
juristen kan je geen revolutie maken,. Mengajak para ilmuan hukum
untuk tidak berfikir dogmatik, dan hrs melakukan perubahan norma-
norma hukum yang bersifat mendasar demi tercapainya cita-cita
revolusi.
Sahnya ius constituendum
Menurut Pander Pot Hukum yang akan ditetapkan hrus
memnuhi syarat yang sah, yitu :
a. Ditetapkan oleh alat pemerintah yang berwenang
b. Penetapan atau ketentuan hukum itu tidak cacat
c. Ketentuan hukum hrs, ditetapkan sesuai dgn dasar
penetapan hukum
Kekuatan hukum Ius Constituendum
Kekuatan hukum yang dibangun, ada akibat hukumnya.Dpt
digambarkan :
Dasar hukum Ketentuan hukum Akibat hukum
Ius operatum : kajian empiris terhadap hukum, yang berfokus
pada bagaimana hukum bekerja di dalam kenyataan.
Objeknya adalah “Law in action,”.
Klasifikasi lain. ilmu hukum
1.Ius constitutum. mengkaji secara normatif, aturan-
aturan, dan asas-asas hukum yang ada dalam berbagai
perundang-undangan objeknya (“Law in book”
2.Ius constituendum, kajian hal-hal yang ideal dalam
hukum. Lajim dinamakan filsafat hukum,(objeknya “Law
in idea”.
3. Ius Operetum, merupakan kajian empiris, yang berfokus
pada bagaimana hukum bekerja di dalam kenyataannya.
Objeknya “Law in action”
Karakteristik Politik hukum
nasional
 1. Kodifikasi
 2. Univikasi
 3. Pluralisme
Menerapkan berbagai ragam hukum
ada hukum adat, ada hukum
syariat Islam, hukum perdata /pidana
Konfigurasi politik Orba
otoriter orla dan orba :
1. Orla tidak ada sistem kepartaian orba dlm
praktek melahirkan sistem kepartaian yang
hegemonik.
2. Tumpuan kekuatan orla Soekarno Berdasarkan
kerjanya pilar-pilar demokrasi, adalah
Konfigurasi yang tidak demokratis atau
cenderung otoriter.
Universitas Bandar Lampung,Fakultas Hukum, KMH
Senin, : 23 Juni 2014
Mata Uji : Politik Hukum
Penguji : Drs. Baharudin MH.

1 Jelaskan pengertian politik hukum dan mengapa perlu politik hukum ?

2. Pembentukan hukum nasional tidak bisa lepas dari konteks sejarah, setelah
merdeka bangsa Indonesia belum memiliki hukum yang bersumber dari tradisinya
sendiri, tetapi masih memanfaatkan peraturan Perundang-undangan peninggalan
Belanda. Jelaskan pendapat saudara dalam kalaimat tersebut di atas, disertai
dasar hukumnya.

3. Jelaskan pengaruh konfigurasi politik dan karakter produk hukum masa demokrasi
terpimpin dan masa ode baru, disertai contoh produk hukumnya.
4, Jelaskan karakter produk hukum dalam bidang Otda :
a. sentralistik
b. Pluralisme
5, Jelaskan Potret Politik hukum nasional lima tahun, melalui :
a. Prolegnas
b. Prolegda
Konstruksi Baru budaya hukum hakim berbasis
hukum progresif

Pengertian Konstruksi, Membangun budaya hukum hakim


Budaya hukum: sikap, perilaku, nilai-nilai yang baik,
kesadaran hukum.
Hakim penegak hukum, bertugas memutus hukuman,
terhadap seseorang bersalah atau tidak, jika bersalah
kena sanksi, jika tidak bersalah bebas hukum. Hakim
dalam memutus ketetapan hukum, harus berdasarkan
keyakinan hakim, independen, tidak bisa diintervensi
oleh yang lain.
Hukum progresif adalah hukum itu selalu dalam proses untuk
menjadi dalam memberikan penjelasan penomena
hukum selalu dilibatkan dengan teori-teori lain.
Secara umum karakter hukum progresif :

1. Kajian hukum progresif berusaha mengembalikan titik


berat kajian hukum semula menggunakan op tik hukum
(peraturan) menuju ke perilaku (yakni aktor hukum),
2. Hukum progresif secara sadar menempatkan
kehadirannya dalam hubungan erat dengan manusia
dan masyarakat. Meminjam istilah Nonet dan selznik
hukum responsif.
3. Hukum progresif berbagi paham dgn legal realism,
hukum tidak dipandang dari kaca mata hukum ,tetapi
dilihat dari tujuan sosial yang ingin dicapai dan akibat
dari bekerjanya hukum
4. Hukum progresif ada kedekatan dengan teori hukum
alam, yang meta yuridik, terutama keadilan.

Anda mungkin juga menyukai