A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang
masyarakat yang dikelola oleh Negara sebagai suatu tujuan Negara untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pada beberapa dekade yang lalu, penggunaan narkotika di kalangan bangsa-bangsa tertentu
merupakan suatu kebudayaan, namun akhirnya narkotika menjadi suatu komoditas bisnis
yang mendatangkan keuntungan yang besar, sehingga perdagangan gelap narkotika mulai
marak. Bahkan perdagangan narkoba itu telah di organisasikan dalam suatu sindikat-sindikat
yang masuk ke dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara seperti politik dan
ekonomi
Peredaran dan penyalahgunaan Narkoba merupakan salah satu permasalahan nasional yang
dipandang serius oleh pemerintah, karena dapat menyebabkan rusaknya moral bangsa. Karena
semakin meningkat. Efek domino akibat dari penyalahgunaan narkoba juga semakin beragam,
serta usaha untuk mengatasi penyalahgunaan Narkoba merupakan langkah yang tidak mudah
untuk dilaksanakan.
Penyalahgunaan adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan hukum.
Ketika seseorang melakukan penyalagunaan Narkotika secara terus-menerus, maka orang
tersebut akan berada pada keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik maupun
psikis. Ketergantungan Narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk
menggunakan Narkotika secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar
menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan
secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas1
1
http://pn-karanganyar.go.id/main/index.php/berita/artikel/997-pencegahan-
penyalahgunaannarkotika#:~:text=Penyalah%20guna%20adalah%20orang%20yang,baik%20secara%20fisik
%20maupun%20psikis.
Kejahatan narkotika dan obat-obatan terlarang pada masa sekarang telah bersifat
transnasional yang dilakukan dengan modus operandi yang tinggi dan teknologi yang
canggih, aparat penegak hukum diharapkan mampu mencegah dan menanggulangi kejahatan
khususnya bagi generasi penerus bangsa. Di antara aparat penegak hukum yang juga
mempunyai peran penting terhadap adanya kasus tindak pidana narkotika ialah Badan
Narkotika Nasional (BNN), yang diharapkan mampu membantu proses penegakan hukum
Kejahatan narkotika masih menjadi masalah kronis yang menimpa Indonesia. Berbagai cara
telah dilakukan oleh pemerintah untuk memberantas kejahatan yang telah merenggut banyak
nyawa anak bangsa ini. Salah satunya di bidang regulasi yang ditandai dengan
Narkotika. Dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, tujuan
narkotika;
d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahgunadan pecandu
narkotika.
Berdasarkan Pasal 1 poin 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, Narkotika adalah zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukantanaman, baik sintetis maupun semisintetis,
yang dapatmenyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan
ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.2
2
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. 2009. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Narkotika
Psikotropika beserta konvensi PBB yang mengaturnya, Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, DKI
Jakarta, hlm 4
Istilah narkotika yang dipergunakan disini bukanlah narcotics. Pada farmacologie (farmasi),
melainkan sama artinya dengan drug, yaitu sejenis zat yang apabila dipergunakan akan
1. mempengaruhi kesadaran
a penenang
Definisi narkoba yang dikutip Djoko Prakoso, Bambang Riyadi dan Mukhsin (1999:34)
mengemukakan “bahwa yang dimaksud dengan narkotika adalah candu, ganja, kokain, zat-zat
yang bahan mentahnya diambil dari benda-benda tersebut yakni morphine, heroin, codein,
hesisch, cocain. Dan termasuk juganarkotika sintesis yang menghasilkan zat-zat, obat-obat
yang tergolong dalam Hallucinogen dan Stimulant.”3
Sedangkan, menurut Ghoodse, pengertian narkoba adalah zat kimia yang dibutuhkan untuk
merawat kesehatan, saat zat tersebut masuk kedalam organ tubuh maka akan terjadi satu atau
lebih perubahan fungsi didalam tubuh. Lalu dilanjutkan lagi dengan ketergantungan secara
fisik dan psikis pada tubuh, sehingga jika zat tersebut dihentikan pengkonsumsiannya maka
Jenis-jenis narkotika di dalam Undang – undang Nomor 35 Tahun 2009 pada BAB III Ruang
a) Narkotika golongan I;
kesehatan.
2) Dalam jumlah terbatas, Narkotika Golongan I dapat digunakan untuk kepenting
an pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk reagensia diagnos
3
https://www.diadona.id/health/pengertian-narkoba-menurut-para-ahli-serta-dampak-penyalahgunaan-dan-
jenisnya-2004307.html
tik, serta reagensia laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas
1) Narkotika Golongan II dan Golongan III yang berupa bahan baku, baik alami
maupun sintesis yang digunakan untuk produksi obat diatur dengan peraturan
menteri.
1) Narkotika Golongan II dan Golongan III yang berupa bahan baku, baik alami
maupun sintesis yang digunakan untuk produksi obat diatur dengan peraturan
menteri.
Narkotika, Pada Tahun 2009 telah dibentukalah Badan Narkotika Nasional yang
menetapkan bahwa :
Pasal 64 :
(2) BNN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lembaga pemerintah non
Presiden.
wilayah kerja meliput seluruh seluruh wilayah Negara republic Indonesia dan adapun BNN
4
terkait dengan tugas dan tanggung jawab badan narotika nasional memiliki kewenangan
sebagaimaa ditetapkan pada pasal 70 undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
guna mencegah dan memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
i. melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara penyalahguna
nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika BNN juga memiliki kewenangan meliputi :
a. mengajukan langsung berkas perkara, tersangka, dan barangbukti,termasuk harta keka
yaan yangdisita kepada jaksa penuntut umum;
b. memerintahkan kepada pihak bank atau lembaga keuangan lainnya untuk
memblokir rekening yang diduga dari hasil penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika milik tersangka atau pihak lain yang terkait;
c. untuk mendapat keterangan dari pihak bank atau lembaga keuangan lainnya tentang
keadaan keuangan tersangka yang sedang diperiksa;
d. untuk mendapat informasi dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
yang terkait dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika;
e. meminta secara langsung kepada instansi yang berwenang untuk melarang seseorang
bepergian ke luar negeri;
f. meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka kepada instansi terkait;
g. menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi perdagangan, dan
perjanjian lainnya atau mencabut sementara izin, lisensi, serta konsesi yang
dilakukan atau dimiliki oleh tersangka yang diduga berdasarkan bukti awal yang
cukup ada hubungannya dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika yang sedang diperiksa; dan
h. meminta bantuan interpol Indonesia atau instansi penegak hukum negara lain untuk me
lakukan pencarian, penangkapan, dan penyitaan barang bukti di luar negeri.5
Badan narkotika nasional dalam hal ini BNNP lampung telah menemukan adanya kegiatan
peredaran gelap narkotika yang masih dikendalikan oleh warga binaan/ narapidana dari
dalam lembaga pemasyarakatan ( lapas) dan rumah tahanan negara (rutan) dimana salah satu
kasus yang telah ditangani oleh penyidik BNN lampung yaitu tindak pidana narkotika jenis
sabu dan ekstasi yang dilakukan oleh tersangka atas nama Resti Amalia bintiabas suni dkk
5
pasal 80 undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
pada tahun 2019 dimana dalam perkara tindak pidana narkotika tersebut juga dikendalika
oleh 2 (dua) orang narapidana atas nama yandi then wijaya alias acong dan sodara imam
Pada Hari Kamis tanggal 10 Januari 2019 sekira jam 16.00 WIB bertempat di depan pelataran
Parkir Mall Kartini yang beralamat di Jl. RA Kartini Tanjung Karang Bandar Lampung telah
Penyidik BNNP Lampung telah mendapati seorang WANITA a.n RESTI AMALIA Binti
ABAS SUNI memiliki dan menguasai paket berupa 1 (satu) bungkus plastic warna putih
ukuran sedang berisi 1 (satu) buah kotak bekas sereal koko krunch warana cuklat ukuran 330
gram berisi :
a.2 (dua) bungkus ukuran sedang berisi pil warna orang yang diduga Narkotika jenis extacy
b.2 (dua) bungkus plastic bening terbungkus lakban warna coklat berisi kristal putih yang
Saat dilakukan tanya jawab singkat dilokasi, Sdri. RESTI AMALIA Binti ABAS SUNI
Narkotika yang baru saja Ianya terima dari seorang wanita yang belum Ianya kenal.
Adapun paket Narkotika tersebut akan diserahka kembali kepada orang lain
extacy yang dilakukan oleh Sdri. RESTI AMALIA Binti ABAS SUNI tersebut adalah
berdasarkan perintah lisan dari rekan laki-lakinya yang bernama IMAM GOJALI Bin
KALMAN yang bersetatus sebagai Narapidana kasus Narkotika yang sedang menjalani
Berkaitan denga hal tersebut selanjutnya dilakukan pengembangan terhadap orang yang
diduga sebagai penerima paket narkotika yang dibawa oleh Sdri.RESTI AMALIA Binti
ABAS SUNI.
Adapun di hari yang sama yaitu Kamis tanggal 10 Januari 2019 sekira jam 18.30 WIB
bertepat di depan Pelataran Parkit Indomart Jl. WR Mongensii Teluk Betung Bandar
Lampung Penyidik BNNP Lampung juga telahmendapati dua orang laki-laki a.n
APRIADI Alias OMPOY Bin Alm. MUSANI dan HADI FITRI Alias JON Bin
SUHAIMI mendatangi Sdri RESTI AMALIA Binti ABAS SUNI diduga bermaksud
untuk mengambil paket Narkotika yang dibawa Ianya (Sdri RESTI AMALIA Binti
ABAS SUNI).
Berdasarkan keterangan daripada Sdr. HADI FITRI Alias JON Bin SUHAIMI, yang saat
kegiatanpenjemputan paket Narkotika yang mereka (Sdr. HADI FITRI Alias JON Bin
SUHAIMI dan Sdr. APRIADI Alias OMPOY Bin Alm. MUSANI) lakukan tersebut
adalah berdasarkan perintah dan petunjuk lisan dari pada rekannya yang bernama
YANDI THEN WIJAYA Alias CONG Anak Dari THEN DANI yang juga bersetatus
Berkaitan dengan hal tersebut dihari yang sama yaitu Kamis tanggal10 Januari 2019 sekira
jam 22.00 WIB dilakukan pula pengembangan terhadap keberadaan Sdr. YANDI THEN
WIJAYA Alias CONG Anak Dari THEN DANI dan IMAM GOJALI Bin KALMAN
diLapas Kelas I A Rajabasa Bandar Lampung dan saat dilakukan Tanya jawab singkat, baik
Sdr. YANDI THEN WIJAYA Alias CONG Anak Dari THEN DANI dan IMAM
GOJALI Bin KALMAN mengakui bahwa kegiatan peredaran gelap paket Narkotika
tersebut dapat berlangsung adalah berdasarkan perintah lisan daripada mereka (Sdr.
YANDI THEN WIJAYA Alias CONG Anak Dari THEN DANI dan IMAM GOJALI
Bin KALMAN) yang dilakukan dengan cara komunikasi dan dikendalikan via
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam betuk
1. Permasalahan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam
a. Faktor- faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya pengendalian Peredaran Gelap
Narkotika ?
oleh napi(narapidana)?
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi ruang lingkup dalam
a. Faktor- faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya pengendalian Peredaran Gelap
oleh napi(narapidana)
1. Tujuan Penelitian
Napi(Narapidana)
c.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk pembahasan mengenai narkotika
dan dapat dijadikan referensi oleh penulis dalam mengembangan wawasan dibidang
narkotika
b. Kegunaan Praktis
mengenai narkotika
-Sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi dan meraih gelar
D. Kerangka Konsepsional
Menurut Van Hamel (P.A.F. Lamintang, 1984 : 47), mengatakan bahwa: “Arti dari
pidana itu adalah straf menurut hukum positif dewasa ini, adalah suatu penderitaan yang
bersifat khusus, yang telah dijatuhkan oleh kekuasaan yang berwenang untuk menjatuhkan
pidana atas nama negara sebagai penanggung jawab dari ketertiban umum bagi seorang
pelanggar, yakni semata-mata karena orang tersebut telah melanggar suatu peraturan yang
pengertian pidana formil dan pidana materiil menurut beberapa ahli / pakar hukum
diantaranya:
1. J.M. Van Bemmelen (Amir Ilyas, 2012 : 9) menjelaskan kedua hal tersebut sebagai
berikut: “Hukum pidana materiil terdiri atas tindak pidana yang disebut berturut-turut,
peraturan umum yang dapat diterapkan terhadap perbuatan itu, dan pidana yang
acara pidana seharusnya dilakukan dan menentukan tata tertib yang harus diperhatikan
pidana,
2. Penunjukan syarat umum yang harus dipenuhi agar perbuatan itu merupakan
3. Penunjukan orang atau badan hukum yang pada umumnya dapat dihukum pidana, dan
Hukum acara pidana berhubungan erat dengan diadakannya hukum pidana, oleh karena itu,
pemerintah yang berkuasa, yaitu kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan harus bertindak guna
mencapai tujuan negara dengan mengadakan hukum pidana.
Tirtaamidjaja (Laden Marpaung, 2005 : 2) menjelaskan hukum pidana materiil dan hukum
dapat dihukum; menunjukkan orang yang dapat dihukum dan menetapkan hukuman atas
pelanggaran pidana.”
“Hukum pidana formil adalah kumpulan aturan hukum yang mengatur cara mempertahankan
hukum pidana materiil terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh orang-orang tertentu, atau
dengan kata lain, mengatur cara bagaimana hukum pidana materiil diwujudkan sehingga
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hukum pidana materil berisi
larangan atau perintah yang jika tidak terpenuhi diancam sanksi, sedangkan hukum pidana
formil adalah aturan yang mengatur cara menjalankan dan melaksanakan hukum pidana
materil.
Jenis-Jenis Pidana
Menurut ketentuan di dalam Pasal 10 KUHP, hukum Pidana Indonesia hanya mengenal dua
penggolongan pidana, yaitu:
1. Pidana Mati;
2. Pidana Penjara;
3. Kurungan;
4. Denda;
5. Pidana tutupan
untuk menegakkan hukum pidana materil.Oleh karena itu, hukum acara pidana tidak dapat
dilepaskan dengan hukum pidana materil yang memiliki hubungan dan keterkaitan yang erat
dalam pelaksanaan penegakan hukum pidana.Dengan demikian dapat diartikan bahwa hukum
acara pidana adalah serangkaian aturan yang dibuat oleh negara yang bertujuan untuk
menegakkan hukum pidana materil. Apabila dikaitkan dengan Indonesia sebagai negara
hukum, maka Hukum Acara Pidana dapat ditemukan dalam UU No. 8 Tahun 1981 yang biasa
Menurut Andi Hamzah, Istilah “hukum acara pidana” dianggap sudah tepat jika dibandingkan
dengan istilah “hukum proses pidana” atau “hukum tuntutan pidana”. Di Belanda istilah yang
pidana”. Istilah itu dipakai menurut Menteri Kehakiman Belanda pada waktu rancangan
Banyak ahi dalam hukum pidana telah memberikan pendapatnya terkait dengan pengertian
hukum acara pidana seperti Simons yang mengemukakan hukum acara pidana disebut juga
hukum pidana formal yang mengatur tentang bagaimana negara melaui alat-alatnya
melaksanakan haknya untuk memidanakan dan menjatuhkan pidana. Namun menurut Andi
Hamzah, pendapat van Bemmelen terkait hukum acara pidanalah yang paling tepat dan
lengkap karena merinci pula substansi hukum acara pidana itu, bukan permulaan dan
akhirnya saja. Adapun pendapat van Bemmelen terkait pengertian hukum acara pidana
Hukum Acara Pidana adalah ilmu yang mempelajari peraturan-peraturan yang diciptakan
negara, karena adannya dugaan terjadi pelanggaran undang-undang pidana yaitu sebagai
berikut:
Narkoba yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif
berbahaya lainnya adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik
diminum, dihirup, atau disuntikan, akan dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan,
dan perilaku seseorang. Narkoba juga dapat menimbulkan ketergantungan baik fisik maupun
psikologis.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Yang termasuk jenis Narkotika
adalah : Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium
obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja, garam-garam dan
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan pada aktivitas mental dan perilaku. Zat yang termasuk psikotropika antara lain:
Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis
yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistim
syaraf pusat, yaitu: Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut)
berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh
6
https://www.doktorhukum.com/pengertian-hukum-acara-pidana/
minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh: lem/perekat,
adiktifnya paling tinggi. Golongan ini digunakan unutk penelitian dan ilmu
Narkotika Golongan II: Adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi
dan betametadol
Narkotika Golongan III: Adalah narkotika yang memiliki daya adiktif yang ringan,
tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah kodein dan
turunannya7
1. Pengertian Narapidana
Narapidana adalah orang hukuman; orang buaian. Selanjutnya berdasarkan kamus hukum
narapidana diartikan sebagai berikut: Narapidana adalah orang yang menjalani pidana dalam
Lembaga Pemasyarakatan.
Lembaga Pemasyarakatan. Menurut Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa narapidana adalah orang atau terpidana
kemerdekaannya hilang.
7
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/11/pengertian-narkotika-psikotropika-zat-adiktif-contoh-manfaat-dampak-
penggunaan.html
2. Hak-Hak Narapidana
Konsep HAM memiliki dua pengertian dasar, pertama merupakan hak-hak yang tidak dapat
dipisahkan dan dicabut.Hak ini adalah hak-hak moral yang berasal dari kemanusiaan setiap
insan dan hak-hak itu bertujuan untuk menjamin marrtabat setiap manusia. Kedua, hak
menurut hukum, yang dibuat sesuai dengan proses pembuatan hukum dari masyarakat itu
sendiri, baik secara nasional maupun internasional. Adapun dasar dari hak-hak ini adalah
persetujuan orang yang diperintah, yaitu persetujuan dari para warga, yang tunduk pada pada
hak-hak itu dan tidak hanya tertib alamiah, yang merupakan dasar dari arti yang pertama
tersebut di atas.
e. menyampaikan keluhan;
Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009 Pasal 1 Tentang Narkotika tersebut dapat dipahami
bahwa narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa sakit, mengurangi sampai menghilangkan rasa ngeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Prekursor Narkotika merupakan zat atau bahan pemula atau
kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika.8
8
F Asya, Narkotika dan Psikotropika, Asa Mandiri, Jakarta, 2009, hlm. 3
Sehubungan dengan tujuan hukum pada umumnya ialah tercapainya kesejahteraan
masyarakat, baik itu materil dan spiritual, maka perbuatan yang tidak dikehendaki ialah
perbuatan yang mendatangkan kerugian atas warga masyarakatnya. Kalau apa yang
dikemukakan ini berlaku untuk pembentukan hukum pada umumnya, lebih perlu lagi
kehidupan manusia tidak hanya mengenai diri pribadi, rasa, dan kewajiban seseorang, serta
Hukum tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, yang dibentuk dengan tujuan
menciptakan ketertiban, suatu peraturan hukum adalah untuk keperluan penghidupan
masyarakat untuk mengutamakan masyarakatnya bukan kepentingan perseorangan ataupun
golongan, hukum juga menjaga hak-hak dan menentukan kewajiban-kewajiban anggota
masyarakatnya agar tercipta suatu masyarakat yang teratur, damai, adil dan makmur.9
Perbuatan dapat dikatakan tindak pidana atau tidak bukan hanya diukur dari unsur yang
terdapat di dalamnya, tetapi pada dasarnya tindak pidana itu sendiri terbagi atas beberapa
bagian yang mana di dalam pembagian tersebut diharapkan dapat mempermudah di dalam
mencerna serta memahami semuaaturan yang terdapat didalam peraturan perundang-
undangan, yang mana pembagian dari tindak pidana meliputi10
5. Tindak pidana commissionis, tindak pidana omissionis, dan tindak pidana commissionis
6. Delik yang berlangung terus dan delik yang tidak berlangsung terus;
di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden. 11 Badan Narkotika Nasional
9
S. Wiljatmo. 1979. Pengantar Ilmu Hukum. Yogyakarta: Lukman Opset. Hlm. 20.
10
Ibid. Hlm. 130-131.
11
Lihat Pasal 64 ayat (2) Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
sebagai lembaga independen diharapkan dapat bekerja lebih baik serta transparan dan
akuntabel dalam menumpas kejahatan Narkotika. Badan Narkotika Nasional juga diharapkan
dapat optimal dalam memberikan perlindungan kepada masyarakat dan meningkatkan kerja
Peran Badan Narkotika Nasional jika dikaitkan dengan pencegahan tindak pidana narkotika
adalah suaturealitas yang tidak mungkin dilepaskan, sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor
23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional.12
Peran Badan Narkotika Nasional dalam setiap bentuk tindakan ini nantinya akan menekan
tingginya tingkat kejahatan yang terjadi, karena setiap kejahatan merupakan tindakan yang
sangat merugikan bagi semua orang sehingga dibutuhkan keseriusan dalam menangani setiap
bentuk kejahatan yang berlaku. Pelaku kejahatan harus merasakan dampak yang ditimbulkan
atas perbuatannya, maka untuk itu setiap perbuatan yang melawan hukum harus dikenai
E. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dam
pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum
tertentu dengan jalan menganalisanya, kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan
bersangkutan.
Dalam melakukan kegiatan penelitian, penulis melakukan kegiatan yang terdiri dari beberapa
langkah, yaitu :
1. Pendekatan Masalah
Dalam membahas permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini, penulis melakukan
dua pendekatan yaitu pedekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris guna
12
Pasal 2 Peraturan Presiden No. 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional.
Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan
dikendalikan Napi(Narapidana).
Pendekatan Empiris yaitu dengan meneliti dan mengumpulkan data primer yang
diperoleh secara langsung atau praktek lapangan melalui peneliti terhadap objek
a. Data Sekunder
berbentuk dalam sebuah laporan , data sekunder terdiri dari 3 (tiga) bahan hukum yaitu :
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat sifatnya. Untuk penulisan
Amandmen
Indonesia.
Bahan hukum sekunder meliputi referensi atau kepustakaan berupa buku literature,
Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan
terhadap bahan buku primer dan sekunder, antara lain Kamus Bahasa Indonesia,
Kamus Bahasa Inggis, Kamus Hukum maupun majalah dan surat kabar/media cetak.
b. Data Primer.
Data Primer ini diperoleh langsung dari lapangan yaitu berasal dari hasil wawancara dengan
Data penelitian ini, prosedur pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi
Lampung
Pengumpulan dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan alat bantu
daftar pertanyaan yang bersifat terbuka, terhadap narasumber yang berkaitan dengan
permasalahan :
Lampung
Jumlah = 4 orang
Setelah data sekunder diperoleh, selanjutnya akan diolah dengan menggunakan tahap-tahap
sebagai berikut :
1. Klasifikasi Data, yaitu mengoreksi apakah data yang terkumpul sudah cukup
2. Inventarisasi data, yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan, agar
4. Analisis Data
Apabila semua data sekunder telah didapatkan melalui studi pustaka (library research),
studi dokumen (document research) serta data pendukung yang diperoleh dari hasil
yaitu analisis denga cara menafsirkan data-data yang dikaji dengan teori-teori dan asas-
asas, serta memperhatikan sinkronisasi antara ketentuan peraturan hukum yang satu
dengan ketentuan peraturan hukum yang lain dengan memperhatikan hierarki peraturan
perundang-undangan.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I Pendahuluan, Bab iniberisi Latar Belakang masalah, Permasalahan Penelitian dan
Ruang Lingkup Penelitian, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Konsepsional dan
Sistematika Penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka, Bab ini berisi Tinjauan Pustaka dari berbagai konsep atau kajian
Bab III Metode Penelitian, Bab ini berisi Pendekatan Masalah, Sumber dan Jenis Data,
Penentuan Narasumber, Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data serta Analisis Data.
575/pid.sus/2019.PN.Tjk),
Bab ini memuat pembahasan berdasarkan hasil penelitian dari pokok permasalahan yaitu
napi(narapidana).
Bab V Penutup Berisi kesimpulan dari hasil pembahasan terhadap penelitian yang
merupakan jawaban terhadap permasalahan berdasarkan hasil penelitian serta berisikan saran
berhubungan dengan hasil penelitian dan ditunjukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan
penelitian.