Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

KULIAH KERJA LAPANGAN


MAHASISWA ILMU HUKUM ANGKATAN 2015

Disusun oleh:
Venoni Permata Ayu 15.C1.0009
Richard Kennedy 15.C1.0018
Eunike Patricia Carolina 15.C1.0022
Peni Kurniya 15.C1.0044
Agnes Maya Sari 15.C1.0111

FAKULTAS HUKUM DAN KOMUNIKASI


UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Objek KKL
1.3 Tujuan Kegiatan
BAB II
HASIL KEGIATAN & PEMBAHASAN
2.1 Badan Narkotika Nasional
Badan Narkotika Nasional (disingkat BNN) adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (LPNK) Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor,
dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol. BNN dipimpin oleh
seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden melalui koordinasi Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dasar hukum BNN adalah Undang-Undang Nomor 35
tahun 2009 tentang Narkotika. Sebelumnya, BNN merupakan lembaga nonstruktural yang
dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002, yang kemudian diganti dengan
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007.

BNN memiliki tugas tersendiri, yaitu :

1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan


penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
2. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika;
3. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
4. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu
Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat;
5. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika;
6. Memantau, mengarahkan dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam pencegahan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Psikotropika Narkotika;
7. Melalui kerja sama bilateral dan multiteral, baik regional maupun internasional, guna mencegah
dan memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
8. Mengembangkan laboratorium Narkotika dan Prekursor Narkotika;
9. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.

Selain tugas sebagaimana diatas, BNN juga bertugas menyusun dan melaksanakan
kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan
alcohol.
Selain memiliki tugas, BNN memiliki fungsi tertentu yaitu :
1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif
lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang selanjutnya disingkat dengan
P4GN.
2. Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar, kriteria dan prosedur P4GN.
3. Penyusunan perencanaan, program dan anggaran BNN.
4. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan, pemberdayaan masyarakat,
pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerjasama di bidang P4GN.
5. Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakna teknis P4GN di bidang pencegahan,
pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerjasama.
6. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada instansi vertikal di lingkungan BNN.
7. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat dalam rangka
penyusunan dan perumusan serta pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN.
8. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di lingkungan BNN.
9. Pelaksanaan fasilitasi dan pengkoordinasian wadah peran serta masyarakat.
10. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika
dan Prekursor Narkotika.
11. Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi di bidang narkotika, psikotropika
dan prekursor serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.
12. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen masarakat dalam
pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan kembali ke dalam masyarakat serta perawatan lanjutan
bagi penyalahguna dan/atau pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya
kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol di tingkat pusat dan daerah.
13. Pengkoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif
untuk tembakau dan alkohol yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat.
14. Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahguna dan/atau pecandu narkotika
dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif tembakau dan alkohol
berbasis komunitas terapeutik atau metode lain yang telah teruji keberhasilannya.
15. Pelaksanaan penyusunan, pengkajian dan perumusan peraturan perundang-undangan serta
pemberian bantuan hukum di bidang P4GN.
16. Pelaksanaan kerjasama nasional, regional dan internasional di bidang P4GN.
17. Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN di lingkungan BNN.
18. Pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional instansi pemerintah terkait dan komponen
masyarakat di bidang P4GN.
19. Pelaksanaan penegakan disiplin, kode etik pegawai BNN dan kode etik profesi penyidik
BNN.
20. Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional penelitian dan pengembangan, serta
pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN.
21. Pelaksanaan pengujian narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya,
kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.
22. Pengembangan laboratorium uji narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif
lainnya, kecuali bahan adiktif tembakau dan alkohol.
23. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN

BNN memiliki tujuan untuk memberantas narkoba di seluruh Indonesia walaupun


kenyataannya susah. Di BNN membahas mengenai narkotika khususnya di kalangan
pelajar/mahasiswa. Dari BNN kita telah mengetahui bahwa penggunaan narkoba di Indonesia
setiap tahun semakin meningkat dan peningkatan tersebut kebanyakan dari kalangan mahasiswa.
BNN juga menjelaskan mengenai bahaya narkoba dan bagaimana proses penangkapan bagi para
narkoba. Materi yang dibahas dalam BNN antara lain pengenalan narkoba, proses penangkapan
para pengguna narkoba dan pencegahan narkoba.

2.2 Mahkamah Konstitusi


Pada bulan januari 2018, Sekitar 71 Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Katolik
(Unika) Soegijapranata, Semarang melakukan kunjungan ke Mahkamah Konstitusi (MK), pada
Rabu 31 januari 2018, kita sampai di kantor Mahkamah Konstitusi pada siang hari dan pada
kunjungan tersebut pertamanya para angota MK yang mengisi acar tersebut Memperkenalkan diri
terlebih dahulu yang kemudian dilanjut dengan Bapak Helmi menjelaskan sejarah lahirnya
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI) dan kewenangannya. Di awal, Bapak Helmi
menjelaskan bahwa MKRI lahir sebagai hasil dari Perubahan UUD 1945 setelah sebelumnya
terjadi reformasi politik tahun 1998. Secara resmi, MKRI terbentuk pada 13 Agustus 2003 sebagai
MK ke-78 di dunia. Seperti diketahui, MK pertama di dunia adalah MK Austria pada 1920 yang
terinspirasi dari gagasan Hans Kelsen. Keberadaan Mahkamah Konstitusi membawa pengaruh
yang sangat signifikan sistem ketatanegaraan kita. Lahirnya Mahkamah Konstitusi memperkuat
mekanisme checks and balances cabang-cabang kekuasaan baik eksekutif, legislatif maupun
yudikatif, itu yang dijelaskan oleh Pak Helmi dan dilanjutkan pembicaraan mengenai salah satu
kewenangan MK adalah melakukan judicial review merupakan kewenangan lembaga peradilan
untuk menguji kesahihan dan daya laku produk-produk hukum yang dihasilkan oleh ekesekutif
legislatif maupun yudikatif di hadapan konstitusi yang berlaku atau pengujian undang-undang
terhadap UUD 1945. Judicial review tidak hanya dilakukan oleh MK, tetapi juga oleh Mahkamah
Agung (MA) . Bedanya, MA melakukan pengujian peraturan perundangan di bawah undang-
undang.“Masuknya gagasan judicial review di Mahkamah Konstitusi dan masuknya konsep
judicial review di Mahkamah Konstitusi negara-negara lain diikuti dengan proses
konstitusionalisasi hak asasi manusia”.
Pak Helmi menjelaskan juga bahwa Perubahan UUD 1945 selain melahirkan
Mahkamah Konstitusi di Indonesia, juga terjadi proses konstitusionalisasi hak asasi manusia. UUD
1945 secara komprehensif memuat ketentuan hak asasi manusia.“Proses konstitusionalisasi hak
asasi manusia itu terbentuk dengan proses penegakannya yaitu mekanisme judicial review di
Mahkamah Konstitusi. Karena dasar melakukan judicial review di Mahkamah Konstitusi adalah
adanya dugaan kerugian konstitusionalitas untuk melakukan proses pengujian undang-undang,”
dan penempatan hak asasi manusia ke dalam konstitusi kemudian secara langsung menjadikan hak
asasi manusia sebagai hak konstitusional. “Hak konstitusional sebagai hak-hak yang dijamin
dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Sebagaimana diketahui, selain melakukan pengujian
undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, MKRI berwenang memutus sengketa antara
lembaga negara yang kewenangannya diatur dalam UUD 1945, memutus pembubaran partai
politik, serta memutus sengketa Pemilu maupun Pilkada. Sedangkan kewajiban MK adalah
memutus pendapat DPR bila Presiden dan atau Wakil Presiden terbukti melakukan perbuatan
tercela atau melanggar hukum. (Nano Tresna Arfana/LA), yang kemudian dari setelah mendapat
penjelasan oleh pak helmi dilanjut dengan sesi tanya jawab, dan pada saat itu terdapat ada sekitar
5 (lima) mahasiswa mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang telah dijelaskan.

2.3 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia


Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga
negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan.

Komnas HAM Bertujuan :

1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan
Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
2. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi
manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuan berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan

Komnas HAM mempunyai kelengkapan yang terdiri dari Sidang Paripurna dan
Subkomisi. Disamping itu, Komnas HAM mempunyai Sekretariat Jenderal sebagai unsur pelayan

Sidang Paripurna:

1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan
Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
2. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembengnya pribadi
manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuan berpartisipasi dalam berbagai kehidupan.

Subkomisi:
Pada periode keanggotaan 2007-2012 Subkomisi Komnas HAM dibagi berdasarkan
fungsi Komnas HAM sesuai dengan Undang-undang yakni :

1. Subkomisi Pengkajian dan Penelitian,


2. Subkomisi Pendidikan dan Penyuluhan,
3. Subkomisi Pemantauan,
4. Subkomisi Mediasi.

Dasar Landasan Hukum:


Pada awalnya, Komnas HAM didirikan dengan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun
1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Sejak 1999 keberadaan Komnas HAM
didasarkan pada Undang-undang, yakni Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 yang juga
menetapkan keberadaan, tujuan, fungsi, keanggotaan, asas, kelengkapan serta tugas dan wewenang
Komnas HAM.
Disamping kewenangan tersebut, menurut UU No. 39 Tahun 1999, Komnas HAM juga
berwenang melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat dengan
dikeluarkannya UU No. 26 Tahun 2000 tantang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Berdasarkan
Undang-undang No. 26/2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, Komnas HAM adalah
lembaga yang berwenang menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Dalam
melakukan penyelidikan ini Komnas HAM dapat membentuk tim ad hoc yang terdiri atas Komisi
Hak Asasi Manusia dan unsur masyarakat.
Komnas HAM berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang
Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, mendapatkan tambahan kewenangan berupa
Pengawasan. Dimana Pengawasan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Komnas
HAM dengan maksud untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah yang
dilakukan secara berkala atau insidentil dengan cara memantau, mencari fakta, menilai guna
mencari dan menemukan ada tidaknya diskriminasi ras dan etnis yang ditindaklanjuti dengan
rekomendasi.

Instrumen Acuan:
Dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenang guna mencapai tujuannya Komnas
HAM menggunakan sebagai acuan intrumen-instrumen yang berkaitan dengan HAM.

Instrumen Nasional:

1. UUD 1945 beserta amandemenya;


2. Tap MPR No. XVII/MPR/1998;
3. UU No. 39 Tahun 1999;
4. UU No. 26 Tahun 2000;
5. UU No. 40 Tahun 2008;
6. Peraturan perundang-undangan nasional lainnya yang terkait.

Instrumen Internasional:

1. Piagam PBB, 1945;


2. Deklarasi Universal HAM 1948;
3. Instrumen internasioanl lain mengenai HAM yang telah disahkan dan diterima oleh Indonesia.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan:
Badan Narkotika Nasional (disingkat BNN) adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementerian
(LPNK) Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor, dan
bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.

3.2 Saran
Saran dari kelompok kami:
- Seharusnya bisa mengefektifkan waktu, tidak terlalu banyak waktu yang terbuang.
- Pada saat malam keakraban seharusnya acaranya lebih formal, semuanya hadir,
bukan ajang pembullyan, acaranya lebih bisa bermanfaaat.
- Pada saat ke Mahkamah Konstitusi seharusnya kita dapat melihat persidangannya.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai