PENDAHULUAN
1
D. Tujuan KKL
Adapun tujuan dari kegiatan KKL ini diantaranya adalah:
1. Tujuan Umum
Program KKL bertujuan untuk memberikan seperangkat kemampuan kepada
mahasiswa berkenaan dengan aktivitas nyata pada dunia kerja. Hal ini akan
memberikan gambaran sesungguhnya tentang dunia kerja yang didalamnya terjadi
akomodasi berbagai konsep dan teori dengan persoalan-persoalan prakstis yang
dihadapi serta upaya pemecahannya. Program KKL ini akan menjembatani dua
aktivitas belajar yakni antara teori dikelas dengan kondisi nyata yang ada
dilapangan sesungguhnya.
2. Tujuan Khusus
1) Menunjang kemampuan kognitif dan efektif mahasiswa, sehingga nantinya
mampu menjadi competitive students, yang tidak hanya memahami keilmuan
dari sudut teoritis saja, namun juga dari sudut praktik;
2) Meningkatkan pengetahuan, wawasan dan kemampuan psikomotorik
mahasiswa Fakultas Hukum dalam mengaplikasikan pengetahuan kognitif
yang telah diperoleh mereka dibangku perkuliahan;
3) Memperkenalkan dan mempersiapkan sejak dini kemampuan mahasiswa akan
realitas dunia kerja khususnya di instansi hukum, sehingga nantinya setelah
lulus mampu bersaing dengan lulusan dari Universitas lainnya.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM
3
tidak siap untuk menghadapinya, berbeda dengan Singapura, Malaysia dan
Thailand yang sejak tahun 1970 secara konsisten dan terus menerus
memerangi bahaya narkoba.
Menghadapi permasalahan narkoba yang berkecenderungan terus
miningkat, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
(DPR-RI) mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Narkotika. Berdasarkan kedua Undang-undang tersebut, Pemerintah
(Presiden Abdurahman Wahid) membentuk Badan Koordinasi Narkotika
Nasional (BKNN), dengan Keputusan Presiden Nomor 116 Tahun 1999.
BKNN adalah suatu Badan Koordinasi penanggulangan narkoba yang
beranggotakan 25 Instansi Pemerintah terkait. BKNN diketuai oleh Kepala
Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) secara ex-officio. Sampai tahun
2002 BKNN tidak mempunyai personil dan alokasi anggaran sendiri.
Anggaran BKNN diperoleh dan dialokasikan dari Markas Besar
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri), sehingga tidak dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal. BKNN sebagai badan
koordinasi dirasakan tidak memadai lagi untuk menghadapi ancaman
bahaya narkoba yang makin serius. Oleh karenanya berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional, BKNN
diganti dengan Badan Narkotika Nasional (BNN). BNN, sebagai sebuah
lembaga forum dengan tugas mengoordinasikan 25 instansi pemerintah
terkait dan ditambah dengan kewenangan operasional, mempunyai tugas
dan fungsi:
1. Mengoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam perumusan dan
pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba; dan
2. Mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan
narkoba.
Mulai tahun 2003 BNN baru mendapatkan alokasi anggaran dari
APBN. Dengan alokasi anggaran APBN tersebut, BNN terus berupaya
meningkatkan kinerjanya bersama-sama dengan BNP dan BNK. Namun
4
karena tanpa struktur kelembagaan yang memilki jalur komando yang tegas
dan hanya bersifat koordinatif (kesamaan fungsional semata), maka BNN
dinilai tidak dapat bekerja optimal dan tidak akan mampu menghadapi
permasalahan narkoba yang terus meningkat dan makin serius.
Oleh karena itu pemegang otoritas dalam hal ini segera menerbitkan
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika
Nasional, Badan Narkotika Propinsi (BNP) dan Badan Narkotika
Kabupaten/Kota (BNK), yang memiliki kewenangan operasional melalui
kewenangan Anggota BNN terkait dalam satuan tugas, yang mana BNN-
BNP-BNKab/Kota merupakan mitra kerja pada tingkat nasional, propinsi
dan kabupaten/kota yang masing-masing bertanggung jawab kepada
Presiden, Gubernur dan Bupati/Walikota, dan yang masing-masing (BNP
dan BN Kab/Kota) tidak mempunyai hubungan struktural-vertikal dengan
BNN. Merespon perkembangan permasalahan narkoba yang terus
meningkat dan makin serius, maka Ketetapan MPR-RI Nomor
VI/MPR/2002 melalui Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia (MPR-RI) Tahun 2002 telah merekomendasikan kepada
DPR-RI dan Presiden RI untuk melakukan perubahan atas Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.
Oleh karena itu, Pemerintah dan DPR-RI mengesahkan dan
mengundangkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
sebagai perubahan atas UU Nomor 22 Tahun 1997. Berdasarkan UU Nomor
35 Tahun 2009 tersebut, BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan
penyidikan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika.Berdasarkan
undang-undang tersebut, status kelembagaan BNN menjadi Lembaga
Pemerintah Non-Kementrian (LPNK) dengan struktur vertikal ke propinsi
dan kabupaten/kota. Di propinsi dibentuk BNN Propinsi, dan di
kabupaten/kota dibentuk BNN Kabupaten/Kota. BNN dipimpin oleh
seorang Kepala BNN yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. BNN
berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. Kepala
BNN dibantu oleh seorang Sekretaris Utama, Inspektur Utama, dan 5 (lima)
5
Deputi yaitu Deputi Pencegahan, Deputi Pemberdayaan Masyarakat, Deputi
Rehabilitasi, Deputi Pemberantasan, dan Deputi Hukum dan Kerja Sama.
Misi :
Menyatukan dan menggerakan segenap potensi masyarakat Kalteng
dalam upaya pencegahan, rehabilitasi dan pemberantasan penyalahgunaan
narkoba di wilayah Kalimantan Tengah.
Tujuan :
Sebagai penjabaran visi dan misi tersebut di atas, BNNP Kalteng
menetapkan tujuan :
Peningkatan penanganan pencegahan dan pemberatasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di wilayah Kalimantan
Tengah
Sasaran Strategis :
Sasaran strategis BNNP Kalteng dalam rangka mencapai tujuan di atas
adalah :
Terkendalinya laju peningkatan prevalensi penyalahgunaan narkoba
hingga 0,05% per tahun.
6
2. Strukur Organisasi
Struktur organisasi merupakan suatu kerangka yang menunjukan
seluruh kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi,
yang berhubungan dengan fungsi, wewenang dan tanggung jawab untuk
mencerminkan mekanisme-mekanisme formal pada pengelolaan organisasi.
Struktur organisasi yang diterapkan di instansi BNNP adalah bentuk
vertikal. Dalam bentuk ini, sistem organisasi pimpinan sampai organisasi
atau pejabat yang lebih rendah digariskan dari atas ke bawah secara vertikal.
7
8
3. Bidang-bidang Kerja / Job Description
Dalam sebuah manajeen di suatu instansi, struktur organisasi berguna
untuk menunjukan adanya beberapa pembagian kerja dan menunjukan
bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda agar
bisa dikoordinasikan. Selain itu struktur organisasi juga menunjukan
spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian
laporan.
Berikut ini pembagian wewenang dan tanggung jawab masing-
masing jabatan berdasarkan uraian pekerjaan struktur organisasi diatas
menurut Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 16 Tahun
2014 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional adalah
sebagai berikut :\
1. Kepala
Kepala adalah pemimpin BNN.
Tugas dan fungsi :
Kepala mempunyai tugas :
a. memimpin BNN dalam pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenang
BNN.
b. mewakili pemerintah dalam melaksanakan hubungan kerja sama
dengan Pemerintah Luar Negeri dan/atau organisasi internasional di
bidang P4GN.
2. Sekretariat Utama
Tugas dan fungsi :
a. Sekretariat Utama mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BNN.
b. Sekretariat Utama menyelenggarakan fungsi:
1. pengoordinasian kegiatan di lingkungan BNN;
9
2. pengoordinasian, penyinkronisasian, dan pengintegrasian dalam
penyusunan perencanaan program dan anggaran di lingkungan
BNN;
3. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi
ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, arsip,
dan dokumentasi di lingkungan BNN;
4. pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana serta
hubungan masyarakat;
5. penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara;
6. pengoordinasian, penyinkronisasian, dan pengintegrasian dalam
pelaksanaan
7. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang
P4GN; dan
8. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala BNN.
3. Inspektorat Utama
Tugas dan fungsi :
a. Inspektorat Utama mempunyai tugas melaksanakan pengawasan
intern di lingkungan BNN.
b. Inspektorat Utama menyelenggarakan fungsi:
1. penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan
BNN;
2. pelaksanaan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan
melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lainnya;
3. pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional instansi
pemerintah terkait dan komponen masyarakat di bidang P4GN;
4. pelaksanaan penegakkan disiplin, Kode Etik Pegawai BNN, dan
Kode Etik Profesi Penyidik BNN;
5. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan
Kepala BNN; dan
10
6. penyusunan laporan hasil pengawasan.
11
3. pelaksanaan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dengan
instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat di bidang
pemberdayaan masyarakat;
4. pelaksanaan fasilitasi dan pengoordinasian wadah peran serta
masyarakat;
5. pelaksanaan pemantauan, pengarahan, dan peningkatan kegiatan
masyarakat di bidang P4GN;
6. pembinaan teknis P4GN di bidang pemberdayaan masyarakat
kepada instansi vertikal di lingkungan BNN; dan
7. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan
nasional P4GN di bidang pemberdayaan masyarakat.
12
bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan
alkohol;
5. pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi di bidang
narkotika, psikotropika, dan prekursor serta bahan adiktif lainnya,
kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol;
6. pembinaan teknis kegiatan intelijen, penyelidikan dan penyidikan,
interdiksi, penindakan dan pengejaran, pengawasan tahanan,
penyimpanan, pengawasan dan pemusnahan barang bukti serta
penyitaan aset kepada instansi vertikal di lingkungan BNN; dan
7. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan
nasional P4GN di bidang pemberantasan;
13
penyalahguna dan/atau pecandu narkotika dan psikotropika serta
bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan
alkohol;
5. pelaksanaan peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial bagi penyalahguna dan/atau pecandu
narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya, kecuali
bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol, yang diselenggarakan
oleh pemerintah maupun masyarakat;
6. pembinaan teknis rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial, dan
rehabilitasi berbasis komunitas terapeutik atau metode lain yang
telah teruji keberhasilannya dan penyatuan kembali ke dalam
masyarakat serta perawatan lanjutan bagi penyalahguna dan/atau
pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya,
kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol, kepada
instansi vertikal di lingkungan BNN;
7. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan
nasional P4GN di bidang rehabilitasi.
14
4. pelaksanaan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi di bidang
hukum dan kerja sama;
5. pelaksanaan bantuan hukum di bidang P4GN;
6. pelaksanaan pembinaan hukum di bidang P4GN;
7. pelaksanaan kerja sama nasional, regional, dan internasional di
bidang P4GN; dan
8. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan P4GN
di bidang hukum dan kerja sama.
15
1. Kepala BNNP mempunyai tugas :
a. memimpin BNNP dalam pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenang
BNN dalam wilayah Provinsi; dan
b. mewakili Kepala BNN dalam melaksanakan hubungan kerja sama
P4GN dengan instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat
dalam wilayah Provinsi.
2. Bagian Umum
Tugas dan fungsi :
1. Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
penyusunan rencana strategis dan rencana kerja tahunan P4GN,
evaluasi dan pelaporan BNNP, dan administrasi serta sarana
prasarana BNNP.
2. Bagian Umum menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan penyusunan rencana program dan anggaran;
b. penyiapan pelaksanaan pengelolaan sarana prasarana, dan urusan
rumah tangga BNNP;
c. penyiapan pelaksanaan pengelolaan data informasi P4GN;
d. penyiapan pelaksanaan layanan hukum dan kerja sama dalam
wilayah Provinsi;
e. penyiapan pelaksanaan urusan tata persuratan, kepegawaian,
keuangan, kearsipan, dokumentasi, dan hubungan masyarakat;
dan
f. penyiapan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan BNNP.
16
2. Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat
menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana strategis,
dan rencana kerja tahunan P4GN di bidang pencegahan dan
pemberdayaan masyarakat dalam wilayah Provinsi;
b. penyiapan pelaksanaan diseminasi informasi dan advokasi P4GN
di bidang pencegahan dalam wilayah Provinsi;
c. penyiapan pelaksanaan peran serta masyarakat dan pemberdayaan
alternatif P4GN di bidang pemberdayaan masyarakat dalam
wilayah Provinsi;
d. penyiapan pelaksanaan pembinaan teknis dan supervisi P4GN di
bidang pencegahan dan pemberdayaan masyarakat kepada
BNNK/Kota dalam wilayah Provinsi; dan
e. penyiapan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan P4GN di bidang
pencegahan dan pemberdayaan masyarakat dalam wilayah
Provinsi.
4. Bidang Rehabilitasi
Tugas dan fungsi :
1. Bidang Rehabilitasi mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
teknis P4GN di bidang rehabilitasi dalam wilayah Provinsi.
2. Bidang Rehabilitasi menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana strategis,
dan rencana kerja tahunan P4GN di bidang rehabilitasi dalam
wilayah Provinsi;
b. penyiapan pelaksanaan asesmen penyalah guna dan/atau pecandu
narkotika dalam wilayah Provinsi;
c. penyiapan pelaksanaan peningkatan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial penyalah guna dan/atau
pecandu narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat dalam wilayah Provinsi;
17
d. penyiapan pelaksanaan peningkatan kemampuan layanan
pascarehabilitasi dan pendampingan bagi mantan penyalah guna
dan/atau pecandu narkotika dalam wilayah Provinsi;
e. penyiapan pelaksanaan penyatuan kembali ke dalam masyarakat
dan perawatan lanjut bagi mantan penyalah guna dan/atau
pecandu narkotika dalam wilayah Provinsi; dan
f. penyiapan pelaksanaan pembinaan teknis dan supervisi P4GN di
bidang rehabilitasi kepada BNNK/Kota dalam wilayah Provinsi;
dan
g. penyiapan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan P4GN di bidang
rehabilitasi dalam wilayah Provinsi.
18
B. Pelaksanaan Magang
1. Jenis dan Bentuk Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan
Mahasiswa Kuliah Kerja Lapngan diwajibkan untuk :
1. Mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan wajib mengikuti dan hadir
dipersidangan yang sedang ditangani,
2. Mahasiswa Kuliah Kerja Lapagan setiap pagi melakukan
morning breaving,
3. Mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan mecatat kegiatan yang di
lakukan sehari-hari ,
4. Mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan belajar untuk teknik-teknik
berkomunikasi dengan klien maupun dengan pihak terkait.
2. Prosedur Kerja
Selama kegiatan Kuliah Kerja Lapangan mahasiswa diwajibkan
dan tugaskan untuk :
1. Mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan diwajibkan berpakaian rapi
dan sopan,
2. Mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan diwajibkan hadir tepat
waktu sesuai dengan jadwal yang ditentukan dan mengisi daftar
hadir yang disediakan,
3. Mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan diwajibkan mengikuti
morning breaving setiap hari senin-kamis dan mengikuti senang
setiap hari jumat,
4. Mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan diwajibkan hadir berada di
dalam ruangan selama jam kerja,
5. Mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan diberikan Surat Keterangan
Magang.
19
3. Kendala Yang Dihadapi Dan Upaya Untuk Memecahkannya
Kesulitan yang dialami oleh Penulis selama Kuliah Kerja
Lapangan bisa dibilang tidak ada. Karena selama praktek Kuliah Kerja
Lapangan banyak sekali Staff BNNP yang turut membantu untuk
menerangkan segala hal yang menjadi pertanyaan bagi Penulis.
Penulis merasa bahwa Penulis masih harus banyak belajar. Karena itu
Penulis sangat mengucapkan terima kasih atas sikap kooperatif dan
komunikatif yang diberikan oleh berbagai pihak-pihak yang turut
membantu penulis.
20
BAB III
PEMBAHASAN
21
juta orang atau 3,3 % sampai 6,1% dari penduduk usia 16-64 tahun di
dunia pernah menggunakan narkoba sekali selama hidupnya.
Berdasarkan survey nasional perkembangan penyalahgunaan narkoba di
Indonesia tahun 2011 julah penyalahgunaan narkoba meningkat, hasil
proyeksi memperkirakan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba
meningkat sekitar 2,6% di tahun 2013 (BNN 2011). Berdasarkan pasal
54 Undang-undang Nomor35 Tahun 2009 tentang Nrkotika yang
menyatakan “Penyalahguna narkoba dan korban penyalahgunaan
Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial”.
22