Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
PRAKTEK KERJA LAPANGAN adalah kegiatan pendidikan, pelatihan
dan pembelajaran yang di laksanakan di Dunia Kerja dalam upaya pendekatan
ataupun untuk meningkatkan mutu siswa/siswi sekolah menengah kejuruan
(SMK) dengan kompetensi (kemampuan) siswa sesuai bidangnya dan juga
menambah bekal untuk masa yang akan datang guna memasuki dunia kerja
yang semakin banyak dan ketat dalam persaingannya seperti di masa sekarang
ini.

Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan prosedur tertentu, bagi siswa


yang bertujuan untuk Praktek Kerja Lapangan di suatu Dunia Kerja/Dunia
Kerja melalui PKL siswa diharapkan mampu memahami tentang bagaimana
tata dan aturan di Dunia Usaha/Dunia Kerja, sehingga ketika tamat nanti sudah
benar-benar siap bekerja baik secara keilmuan maupun secara kejiwaan dan
mental. Praktek Kerja Lapangan juga merupakan bagian dari kurikulum SMK
yang wajib dilaksanakan oleh peserta didik SMK NEGERI 1 LUBUK
LINGGAU. SMK NEGERI 1 LUBUK LINGGAU mengambil kebijakan untuk
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dari bulan Agustus sampai dengan
Oktober pada tahun pelajaran 2023/2024. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan
wajib di ikuti oleh siswa/siswi kelas XII SMK NEGERI 1 LUBUK LINGGAU
salah satu syarat kelulusan.

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan

1. Meningkatkan, memperluas serta memanfaatkan keterampilan yang


membentuk kemampuan siswasebagai bekal untuk memasuki lapangan
kerja yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang telahdipilih.

1
2. Menumbuh kembangkan dan memantapkan sikap profesional yang
diperlukan siswa untuk memasukin lapangan kerja yang sesuai dengan
bidangnya.
3. Meningkatkan pengenalan siswa pada aspek-aspek usaha profesional
dalam lapangan kerja seperti struktur organisasi, jenjang karir, manajemen
usaha, dan lain-lain.
4. Memberikan kesempatan pada siswa membiasakan diri dan bersosialisasi
pada suasana lingkungan kerja yang nyata.
5. Melatih para siswa agar memiliki rasa tanggung jawab, disiplin, dan teliti
terhadap pekerjaan yang dikerjakan.

C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan

1. Dapat mengenali suatu pekerjaan kerja dilapangan sehingga setelah selesai


dari SMKN 1 Lubuk Linggau dan terjun kelapangan kerja kerja dapat
memandang suatu pekerjaan yang tidak asing lagi baginya.
2. Dapat menambah keterampilan dan wawasan dalam dunia usaha yang
profesional dan handal.
3. Untuk mengasah keterampilan yang telah diberikan disekolah dan juga
sesuai dengan Visi dan Misi SMKN 1 Lubuk Linggau
4. Dapat menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas, yaitu tenaga kerja yang
memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, etos kerja yang sesuai dengan
tuntutan lapangan pekerjaan.

2
BAB II

PROSES DAN HASIL BELAJAR

A. Gambar Umum Kantor Badan Narkotika Nasional Lubuklinggau


1. Sejarah Singkat
Sejarah penanggulangan bahaya Narkotika dan Kelembagannya di
Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya Intruksi Presiden
Republik Indonesia (Inpres) Nomor 6 tahun 1971 Kepada kepala Badan
Koordinasi Inteligen Nasional (BAKIN) untuk menanggulangi 6 (enam)
permasalahan nasional yang menonjol, yaitu pemberantasaan uang palsu,
penangulanggan panyalahgunaan narkoba, penanggulangan penyeludupan,
penanggulangan kenakalan remaja, penanggulangan subversi, penggawasan
orang asing.
Berdasarkan Inpres tersebut kepala BAKIN membentuk Bakolak Inpres
Tahun 1971 yang salah satu tugas dan fungsinya adalah menangulangi
bahaya narkoba. Bakolak Inpres adalah sebuah badan koordinasi kecil yang
beranggotakan wakil-wakil dari Dapartemen Kesehatan, Dapartemen
Sosial,Dapartemen Luar Negeri,Kejaksaan agung, dan lain-lain, yang berada
dibawah komando dan bertanggung jawab kepada kepala BAKIN. Badan ini
tidak mempunyai wewenang operasional dan tidak mendapatkan alokasi
anggaran sendiri dari ABPN melainkan disediakan berdasarkan kebijakan
internal BAKIN.
Pada masa itu, permasalahan narkoba di Indonesia masih merupakan
permasalahan kecil dan Pemerintahan Orde Bar uterus memandang dan
berkeyakinan bahwa permasalahan narkoba di Indonesia tidak akan
berkembang karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang ber-Pancasila dan
agamis. Pandangan ini ternyata membuat pemerintah dan seluruh bangsa
Indonesia lengah terhadap ancaman bahaya nerkoba, sehingga pada saat

3
permasalahan narkoba meledak dengan dibarengi krisis mata uanag regional
pada pertengahan tahun 1997, pemerintah dan bangsa Indonesia seakan tidak
siap untuk menghadapinya, berdebada dengan singapura, Malaysia, dan
Thailand yang sejak tahun 1970 secara konsisten dan terus menerus
memerangi bahaya narkoba.
Menghadapi permasalahan narkoba yang berkecendrungan terus
meningkat, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
(DPR-RI) mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika dan Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.
Berdasarkan kedua Undang-Undang tersebut, Pemerintah (Presiden
Abdurahman Wahid) membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional
(BKNN), dengan keputusan presiden Nomor 116 tahun 1999. BKNN adalah
suatu badan Koordinasi penangulangan narkoba yang beranggotakan 25
Instansi Pemerintah terkait.
BKNN diketuai oleh Kepala Kepolisian republik indonesia (Kapolri)
secara ex-officio. Sampai tahun 2002 BKNN tidak mempunyai personil dan
alokasi anggaran sendiri. Anggaran BKNN diperoleh dan dialokasikan dari
Markas Besar Kepolisian Negara republik Indonesia (Mabes Polri),sehingga
tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal.
BKNN sebagai badan koordinasi dirasakan tidak memadai lagi untuk
menghadapi ancaman bahaya narkoba yang makin serius. Oleh karenanya
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002 tentang badan
Narkotika Nasional,BKNN diganti Badan Narkotika Nasional
(BNN).BNN,sebagai sebuah lembaga forum dengan tugas mengoordinasikan
25 instansi pemerintah terkait dan ditambah dengan kewenangan operasional,
mempunyai tugas dan fungsi: 1. Mengoordinasikan instansi pemerintah
terkait dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan nasional
penanggulanggan narkoba, dan 2. Mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan
nasional penaggulangan narkoba.
Mulai tahun 2003 BNN baru mendapatkan alokasi anggaran dari APBN.
Dengan alokasi anggaran APBN tersebut, BNn terus berupaya meningkatkan

4
kinerjanya bersama- sama dengan BNP dan BNK. Namun karena tanpa
struktur kelembagaan yang memiliki jalur komando yang tegas dan hanya
bersifat koordinatif (kesamaan fungsional semata), maka BNN dinilai tidak
dapat berkerja optimal dan tidak akan mampu menghadapi permasalahan
narkoba yang terus meningkat dan semakin serius. Oleh karena itu pemegang
otoritas dalam hal ini segera menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 83
Tahun 2007 tentang Badan narkotika Nasional,Badan Narkotika Provinsi
(BNP) dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota (BNK) yang memiliki
kewenangan operasional melalui kewenangan Anggota BNN terkait dalam
satuan tugas, yang mana BNN-BNP-BNKab/Kota merupakan mitra kerja
pada tingkat nasional, Provinsi dan kabupaten/kota yang masing-masing
bertanggung jawab kepada presiden,gubernur,dan bupati/walikota, dan yang
masing- masing (BNP dan BNKab/Kota) tidak mempunyai hubungan
struktual-vertikal dengan BNN. Merespon perkembangan permasalahan
narkoba yang terus meningkat dan makin serius, maka ketetapan MPR-RI
Nomor VI/MPR/2002 melalui sidang umum majelis permusyawarahan
Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) Tahun 2002 telah merekomendasikan
kepada DPR-RI dan Presiden RI untuk melakukan perubahan atas Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Oleh karena itu
pemerintah dan DPR-RI mengesahkan dan mengundang Undang-Undang
Nomor 35 tahun 2009 tersebut, BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan
penyidikan tindakn pidana narkotika dan prekusor narkotika.
Berdasarkan undang-undang tersebut, status kelembaggan BNN menjadi
Lembaga Pemerintah Non- Kementrian (LPNK) dengan struktur vertikal ke
provinsi dan kabupaten/ kota. Di provinsi dibentuk BNN Provinsi,dan di
kabupaten/kota dibentuk BNN kabupaten/kota.BNN dipimpin oleh seorang
kepala BNN yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden BNN
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kepala
BNN dibantu oleh seorang Sekretaris Utama, Inspektur Utama,dan 5 (lima)
Deputi Pencegahan, Deputi Pemerdayaan Masyarakat, Deputi Rehabilitas,
Deputi Pemberantasaan, dan Deputi hukum dan kerja sama.

5
Saat ini BNN telah memiliki perwakilan daerah di 33 provinsi. Sedangkan
di tingkat kabupaten dan kota, BNN telah memiliki 100 BNNK/Kota. Secara
tingkat kerawanan penyalahgunaan Narkoba di daerah. Dengan adanya
perwakilan BNN di setiap daerah,memberi ruang gerak yang lebih luas dan
strategis bagi BNN dalam upaya P4GN. Dalam upaya peningkatan performa
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan serta peredarangelap
Narkoba, dan demi tercapainya visi “Indonesia Bebas Narkoba Tahun
2015”.

2. Visi dan Misi


Visi
Menjadi lembaga yang profesional, tangguh dan terpecaya dalam
pemcegahan dan pemberantasaan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika.
Misi
1) Mengembangkan dan menperkuat kapasitas kelembagaan.
2) Mengoptimalisasikan sumber daya dalam penyelenggaraan
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan gelap
narkotika.
3) Melaksanakan pencegahan penyalahgunaan narkotika secara
komprehensif.
4) Memberantas peredaran gelap narkotika secara profesional.

6
3. Struktur Organisasi

7
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Deskripsi Pembahasan

A. Administrasi Surat Menyurat


Surat-menyurat merupakan suatu sarana untuk menyampaikan
informasi secara tertulis dari pihak satu ke pihak lain kepada pembaca
surat. Oleh karena itu, surat- menyurat dapat pula dikatakan sebagai alat
komunikasi tertulis bagi masyarakat. Sehubungan dengan surat-menyurat
ini ada beberapa hal penting yang perlu diketahui, yaitu:
1. Pengertian Surat
Surat adalah alat komunikasi yang mempergunakan bahasa tulisan di
atas selembar kertas yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan
manusia (Subagyo, 1997: 1).
Apabila ditinjau dari sifat isinya, surat adalah jenis karangan
(komposisi) paparan. Di dalam paparan pengarang memgemukakan
maksud dan tujuanya, menjelaskan apa yang dipikirkan dan dirasakannya
demikian pula di dalam surat (Soedjito dan Solchan Tw, 2004: 1).
Berbeda halnya jika ditinjau dari fungsinya, surat merupakan suatu
alat atau sarana komunikasi tertulis. Surat dipandang sebagai alat
komunikasi tulis yang paling efisien, efektif, ekonomis dan praktis.
Dibandingkan dengan alat komunikasi lisan, surat mempunyai kelebihan-
kelebihan. Apa yang dikomunikasikan kepada pihak lain secara tertulis,
misalnya berupa pengumuman, pemberitahuan, dan sebagainya, akan
sampai kepada alamat yang dituju sesuai dengan sumber aslinya. Tidak
demikian halnya jika disampaikan secara lisan. Dengan cara tersebut
sering dialami perubahan-

8
perubahan, terutama tentang isinya, mungkin ditambah atau dikurangi,
miskipun mungkin tidak disadari (Soedjito dan Solchan Tw, 2004: 1).
Melengkapi dari beberapa pendapat tersebut, surat adalah suatu
sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi tertulis
oleh satu pihak ke pihak lain. Informasi yang disampaikan itu dapat berupa
pemberitahuan, laporan, peryataan, perintah, permintaan, dan lain
sebagainya (Triharjanto, 2008: 1).
Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa surat adalah
suatu sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi
yang berupa pemberitahuan, laporan, peryataan, perintah, permintaan, dan
sebagainya dari satu pihak ke pihak lain.

2. Fungsi Surat

Menurut Soedjito dan Solchan Tw (2004: 2), surat dapat memenuhi


fungsi- fungsi berikut:
a. Alat komunikasi, yaitu suatu alat untuk menyampaikan bahan
komunikasi yang berupa berita, laporan, pemberitahuan, penunjukan,
permohonan, dan lain-lain.
b. Alat bukti tertulis, yaitu sebagai bukti nyata yang sah yang lazimnya
dikenal sebagai “hitam di atas putih”. Hal itu sangat penting, terutama
dalam surat-surat resmi, seperti : surat perjanjian, surat wasiat, surat
sewa-menyewa rumah, surat jual beli, dan surat kuasa. Surat-surat
tersebut mempunyai kekuatan hukum yang dapat dipakai sebagai “bukti
tertulis” dalam perkara dipengadilan.
c. Alat bukti historis, yaitu dapat dipakai sebagai bahan penelitian untuk
mengetahuai dan menggali informasi mengenai bagaimana keadaan,
cara dan pengelolahan administrasi, dan cara pelaksanaan berbagai
kegiatan pada masa lalu.

d. Alat pengingat, yaitu dapat dipakai untuk mengingat dan mengetahui


surat-surat yang sudah dikirimkan atau diterima dalam suatu periode

9
waktu tertentu. Hal itu dapat diketahui melalui arsip dan ekspedisi
surat.

e. Duta organisasi, yaitu dapat mencerminkan corak, keadaan mentalitas,


jiwa, dan nilai pejabat/ jawatan/ atau kantor yang bersangkutan. Oleh
kerena itu, dalam menyusun surat hendaklah selalu berhati-hati dalam
berfikir secara cermat agar tidak menimbulkan kesan yang tidak
menyenangkan.
f. Pedoman kerja, yaitu dapat dipakai sebagai pola yang harus dipedomani
dan diikuti oleh lembaga, organisasi, atau jawatan yang menjalankan
fungsi kesekretariatan tersebut, antara lain, dalam menerbitkan berbagai
macam atau jenis surat yang dikehendaki. Misalnya surat keterangan
tidak sama dengan surat kuasa, dan surat penunjukan tidak sama
dengan surat edaran.

3. Surat Sebagai Sarana Komunikasi


Surat-menyurat berperan penting dalam kehidupan masyarakat
dewasa ini. Hal ini karena banyak persoalan kehidupan yang hanya dapat
diselesaikan secara efektif dan efesien melalui surat-menyurat. Bagi
instansi pemerintah, swasta, serta lembaga keorganisasian, surat- menyurat
sangat menunjang kelancaran kegiatan administrasi. Misalnya, seorang
karyawan ingin mengelola dana pensiun. Agar pengelolaan tersebut
berjalan dengan lancar, dibutuhkan surat persetujuan dari direktur
keuangan sebagai tanda bukti administrasi bahwa pengelolaan dana
pensiun yang dilakukan karyawan tersebut telah mendapatkan persetujuan
dari direktur keuangan. Oleh karena itu, jika suatu lembaga pemerintah,
swasta, maupun organisasi mengabaikan ketentuan surat-menyurat, maka
mereka akan mengalami kerugian besar.
Kegiatan surat-menyurat dapat berlangsung jika terdapat tiga
komponen, yaitu penulis, pembaca, dan pesan yang disampaikan melalui
bahasa Indonesia secara tertulis. Karena itu, surat juga merupakan salah

10
satu bentuk karangan. Karenanya, ketentuan penulisan karangan juga
berlaku dalam penulisan surat. Ketentuan tersebut meliputi, penggunaan
ejaan yang disempurnakan (EYD), penyusunan kalimat dengan tepat dan
sebagainya.
Kegiatan surat-menyurat merupakan salah satu sarana komunikasi
tertulis yang banyak dilakukan orang, sebab surat memiliki beberapa
faktor yang memudahkan manusia untuk berkomunikasi. Faktor-faktor
kemudahan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Biaya relatif murah.
2. Tidak terkait waktu dan tempat.
3. Jangkaunnya lebih luas.
4. Dapat diarsipkan sebagai tanda bukti.
5. Pesan sampai ketujuan sesuai dengan sumbernya.
6. Pesan dapat dibaca berulang-ulang (Arifin, 1987: 17-18).
Oleh karena kemudahan itulah pada akhirnya surat-menyurat
merupakan kegiatan penting dalam berkomunikasi.

Namun kenyataannya dalam berkomunikasi melalui surat masih


banyak ditemukan kesulitan yang umumnya dialami penulis surat, antara
lain:
1. Bagaimana menggunakan bentuk surat yang tepat
2. Bagaimana menyusun bagian-bagian surat secara cermat.
3. Bagaimana penggunan EYD dalam surat (Arifin, 1987:19).

Dari kesulitan-kesulitan tersebut, sebaiknya dalam menyusun surat


harus diperhatikan ketentuan pembuatan surat yang baik agar tujuan yang
diinginkan dan pesan yang disampaikan dapat mencapai sasaran. Tidak
jarang surat yang dibuat seseorang atau instansi tidak beroleh jawaban
yang dikehendaki. Hal itu mungkin salah satu akibat kurang tepat di dalam
menyusun bentuk dan bahasa surat sehingga pesan yang ingin disampaikan
melalui surat tidak tercapai.
4. Syarat Surat

11
Surat yang baik haruslah memenuhi syarat-syarat penyusunan sebagai
berikut:
a. Surat harus disusun dengan teknik penyusunan surat yang benar,
yaitu:
1) Menyusun letak bagian-bagian surat (bentuk) yang tepat sesuai
dengan aturan atau pedoman yang telah ditentukan;
2) Pengetikan yang betul, jelas, bersih dan rapi;
3) Pemakaian kertas yang sesuai dengan ukuran, jenis, warna
b. Isi surat harus dinyatakan secara ringkas, jelas, dan eksplisit. Hal
itu menguntungkan kedua pihak, yaitu:
1) Penerima dapat memahami isinya dengan tepat dan tidak ragu-ragu;
2) Pengirim memperoleh jawaban secara tepat apa yang
dikehendakinya (Soedjito dan Solchan Tw, 2004: 3-4).
c. Bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang benar/ baku sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia, baik tentang ejaan, pemilihan
kata, bentuk kata, maupun kalimatnya. Selain itu, bahasa surat
haruslah efektif. Untuk itu, bahasa surat haruslah logis, wajar,
hemat, cermat, sopan, dan menarik. Sedapat mungkin harus
dihindari gaya keasing-asingan atau kedaerah-daerahan.

5. Jenis Surat
Dari beberapa surat yang dikenal dewasa ini terdapat beraneka
ragam atau jenis surat, maka dalam kehidupan sehari-hari kita
mengenal bermacam-macam jenis surat. Aneka macam jenis surat itu
dapat ditinjau dari berbagai segi (Soedjito dan Solchan Tw, 1994: 14-
17), sehingga surat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Berdasarkan Isinya
Berdasarkan isinya, surat dapat dibedakan atas tiga surat, yaitu:
1) Surat pribadi, yaitu surat yang berisi masalah pribadi yang
ditunjukan kepada keluarga, teman atau kenalan.
2) Surat dinas/ resmi, yaitu surat yang berisi masalah kedinasaan atau
administrasi pemerintah. Surat dinas/resmi hanya dibuat oleh

12
instansi pemerintah dan dapat dikirimkan oleh semua pihak yang
memiliki hubungan dengan instansi tersebut. Karena sifatnya resmi,
surat resmi harus ditulis dengan menggunakan bahasa ragam
resmi. Contoh surat dinas/resmi diantaranya adalah surat keputusan,
instruksi, surat tugas, surat edaran, surat panggilan, nota dinas,
pengumuman, dan surat undangan rapat dinas.
3) Surat niaga/ dagang, yaitu surat yang berisi masalah perniagaan/
perdagangan.
Surat dagang dibuat oleh suatu perusahaan yang ditujukan kepada
semua pihak. Contoh surat niaga/dagang diantarannya adalah surat
permintaan penawaran, surat penawaran jasa, surat pesanan, surat
tagihan, surat permohonan lelang, dan periklanan.

A. Pelaksanaan PKL
Lokasi Siswa PKL melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Jl.
Depati Djati, Kayu Ara, Kec. Lubuk Linggau Bar. I, Kota Lubuklinggau,
Sumatera Selatan 31611 Telepon: 0813-6995-5557 Provinsi: Sumatera
Selatan
Jenis pekerjaaan yang dilakukan praktikan mengenai Tata usaha yang
berkaitan dengan penomoran kwitansi, penomoran dan mendisposisikan surat
penggandaan dokumen , membuat surat.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktik kerja lapangan (PKL) dengan pembahasan Adminsitrasi
Surat Menyurat dilaksanakan pada 01 Agustus 2023 – 31 Oktober 2023 di
Kantor BNN kota Lubuklinggau di Jl. Depati Djati, Kayu Ara, Kec. Lubuk
Linggau Bar. I, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan 31611 Telepon: 0813-
6995-5557 Provinsi: Sumatera Selatan

C. Alat dan Bahan Praktik

13
1. Komputer
Komputer adalah sekelompok alat elektronik yang terdiri atas perinta
h input, alat yang mengolah input, dan peralatan output yang member
ikan informasi serta bekerja secara otomatis. Dengan menggunakan c
omputer kita bias mengolah data, mempercepat pekerjaan, berkirim i
nformasi, mencetak dokumen penting, hingga berkomunikasi dengan
orang penting yang berhubungan dengan Perusahaan.
2. Printer
Kata printer berasal dari bahasa Inggris, yang artinya adalah alat pence
tak. Fungsi printer yang utama untuk menyajikan tulisan atau gambar
ke media datar seperti kertas dalam berbagai ukuran.
3. Buku agenda suratmasuk dan keluar
Buku agenda sendiri merupakan buku yang dipakai untuk mencatat
surat masuk dan surat keluar dalam periode tertentu (biasanya satu
tahun). Petugas yang mencatat dengan menggunakan agenda tersebut
disebut dengan agendaris.
4. Stemple Perusahaan
Stempel perusahaan merupakan stempel yang berisikan nama dan logo
dari suatu perusahaan. Fungsi dari stempel ini yaitu untuk
mengesahkan dokumen penting dari sebuah perusahaan agar lebih
aman dari penipuan. Adanya stempel ini menunjukan bahwa benar
perusahaan tersebut yang mengeluarkan atau menerbitkan surat.
5. Alat Tulis Kantor
Alat Tulis Kantor (ATK) adalah sarana penunjang yang mempunyai
peranan vital didalam berjalanya suatu fungsi administrasi
perusahaan. Bagian Alat Tulis kantor (ATK) merupakan faktor
penting dalam kebutuhan pekerjaan perusahaan.

14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mengadakan dan melaksanakan praktik kerja lapangan
(PKL) akhirnya penulis mengetahui yang sebenarnya atas hasil yang
diperoleh dari sekolah, serta memperoleh pengetahuan tentang teori-teori,
praktik dan bahan- bahan benda yang balum pernah dipelajari di sekolah.
Disamping itu juga penulis dapat mengetahui bagaimana
pengalaman bekerja di Dunia Usaha. Dengan hal tersebut, penulis menjadi
dewasa dan lebih menghormati kerja keras orang tua. Kalau karena
mencari nafkah untuk keluarga memanglah tidak mudah, butuh banyak
pengorbanan.
Dapat memahami konsep-konsep non akademis dan non-teknis di
dunia kerja, seperti menjaga hubungan atasan dengan bawahan, menjaga
hubungan relasi dan sebagainya.

B. Saran
Untuk adik kelas yang nantinya akan melaksanakan kegiatan
PKL, mungkin sedikit saran berikut bisa dimanfaatkan:
a. Jaga nama baik diri sendiri dan sekolah
b. Utamakan keselamatan kerja
c. Gunakan waktu sebaik-baiknya
d. Tetap semangat dan jangan putus asa

15
DAFTAR PUSTAKA

Badan Narkotika Nasional (BNN), Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan


Narkoba bagi pemuda, BNN, cetakan I, BNN, Jakarta, 2004.
Direktorat Pencegahan dan Penyidikan Bea dan Cukai, Pengawasan Narkotika
dan Psikotropika, Direktorat Jendral Bea dan Cukai, Jakarta, 2002.
Media Informasi & Komunikasi Badan Narkotika (BNN), Dunia Menyatakan
Perang Melawan Narkotika, BNN, Jakarta, 2005.
Panjaitan Irwan Petrus, Lembaga Pemasyarakatan dalam Perspektif Sistem
Peradilan Pidana, cetakan I, PT Midas Surya Grafindo , Jakarta
Panjaitan Irwan Petrus, kikilaitety Samuel, Pidana Penjara Mau Kemena cetakan
I, cv Indhill, Jakarta, 2007. Panjaitan Irwan Petrus, Widiarty Sri Wiwik,
Pemasyarakatan Narapidana, cetakan I, cv Indhill, Jakarta, 2008

16
Dokumentasi Kegiatan

Apel Pagi

17
Disposisi Surat Masuk dan keluar

Stempel Surat Keluar

18
Melubangi kertas untuk arsip

19

Anda mungkin juga menyukai