Anda di halaman 1dari 49

JURNAL

PENGARUH PEMANFAATAN KOMUNIKASI MASSA PADA MEDIA


ONLINE INSTAGRAM @ABOUTTNG DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN INFORMASI FOLLOWERS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Komunikasi di FISIP

Universitas Muhammadiyah Tangerang

Disusun oleh:

Nama : Muhammad Ikhsan Nulhakim

Npm : 2070201164

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PEMERINTAHAN

PRODI ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

TANGERANG
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A Latar Belakang..................................................................................................1

B. Maksud Tujuan Magang..................................................................................1

C. Manfaat Magang............................................................................................22

BAB II PROFIL BNN KOTA TANGERANG..................................................23

1. Tugas Pokok dan fungsi..............................................................................24

2. Sub Bagian Umum......................................................................................28

3. Kelompok Jabatan Fungsional....................................................................29

4. Tata Kerja....................................................................................................30

5. Struktur Organisasi P2M BNN Kota Tangerang........................................32

6. Waktu Kegiatan Magang di BNN Kota Tangerang....................................33

BAB III PELAKSANAAN MAGANG...............................................................34

1. Bidang Komputer dan Administrasi.......................................................34

2. Bidang Kearsipan......................................................................................35

BAB IV PENUTUP..............................................................................................39

A. Kesimpulan............................................................................................39

B. Saran..........................................................................................................41

C. Lampiran-lampiran...............................................................................42

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahnya, sehingga saya dapat m melaksanakan kegiatan magang dan menyelesaikan

laporan magang. Adapun pelaksanaan magang dilaksanakan dari 26 Oktober 2021 dan

berakhir pada 26 Nopember 2021, bertempat di Badan Narkotika Nasional Kota

Tangerang.

Dalam penyusunan laporan magang didasarkan atas pedoman magang yang

terdiri dari empat bab laporan magang yaitu:

1. Bab I Latar Belakang magang yang telah dilaksanakan mahasiswa.

2. Bab II Tentang Profile lembaga tempat magang termasuk manfaat magang

bagi mahasiswa.

3. Bab III Tentang materi magang yang dilaksanakan oleh mahasiswa.

4. Bab IV Tentang penutup, yang didalamnya dijelaskan kesimpulan, saran dan

usulan program magang yang telah dilaksanakan mahasiswa.

Semoga laporan magang yang telah saya susun dapat menambah pengalaman

bagi saya sebagai mahasiswa sebagai bekal apabila telah menyelesaikan pendidikan dan

menjadi sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Tangerang.

Tangerang, 7 Januari 2022

Penulis

Nama Anisah Septiyani

NPM 1874201141

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kelulusan dalam Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Tangerang, penulis diwajibkan untuk membuat

Tugas Akhir. Tuntutan dunia kerja yang semakin tinggi mengakibatkan magang

menjadi penting bagi mahasiswa tingkat akhir untuk mendapatkan pengalaman

kerja yang cukup. Laporan magang ini adalah hasil dari aktifitas kerja pada satu

instansi Pemerintahan dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan oleh penulis.

Pengalaman ini juga menjadi bekal dalam menjalani dunia kerja sesungguhnya di

kemudian hari.

Dalam proses pembuatan magang ini penulis berkesempatan magang di Badan

Narkotika Nasional Kota Tangerang. Penulis berharap mendapatkan kesempatan

untuk mengaplikasikan segala teori-teori yang telah dipelajari selama di

perkuliahan, memahami dalam Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan

dan Peredaran Gelap Narkotika.

B. MaksudTujuanMagang

Alasan penulis memilih Kantor Badan Narkotika Nasional Kota Tangerang

sebagai tempat magang karena Narkotika ini sudah banyak bentuk modusnya

dalam pengedarannya, dan Narkotika ini pun merupakan suatu Ordinary Crime.

Oleh karena itu sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

1
2

Tangerang penulis tertarik untuk menyerap ilmu tentang Pencegahan dan

Pemberdayaan Masyarakat di Badan Narkotika Nasional Kota Tangerang.

Dalam penulisan ini penulis akan membahas tentang penyuluhan dan

pemberian edukasi kepada masyarakat luas tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika. Peraturan

Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang BNN Pasal 3 Menjelaskan bahwa BNN

mempunyai tugas:

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan

dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan

Prekusor Narkotika (P4GN)

b. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap

Narkotika dan Prekursor Narkotika

c. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Republik Indonesia dalam P4GN

d. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi

sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat.

e. Memberdayakan masyarakat dalam P4GN.

f. Melakukan kerjasama bilateral dan multilateral, baik regional maupun

internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran Narkotika dan

Prekusor Narkotika.

g. Mengembangkan laboratorium Narkotika dan Prekusor Narkotika.

h. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara

penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekusor Narkotika.


3

i. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.

Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BNN juga bertugas

menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor, dan

bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.

Peraturan BNN No.7 Tahun 2019 tentang penggiat P4GN Pasal 2 menegaskan

bahwa:

1. BNN dalam melaksanakan tugas P4GN dapat melibatkan peran serta

masyarakat.

2. Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan

menjadi penggiat.

3. Penggiat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dibentuk oleh:

a. Instansi Pemerintah

b. Pelaku usaha

c. Lingkungan pendidikan dan

d. Kelompok masyarakat

Dengan berkoordinasi kepada BNN, BNNP, dan BNNKab/Kota.

Peraturan BNN Nomor 7 Tahun 2019 tentang penggiat P4GN Pasal 6

menegaskan bahwa:

Penggiat memiliki tugas dan fungsi sebagai:

a. Penyuluh
4

b. Konsultan

c. Penggalang laporan masyarakat dan

d. Fasilitator

Narkoba (narkotika, psikotropika dan bahan-bahan zak adiktif lainnya) dapat

membahayakan kehidupan manusia, jika dikonsumsi dengan cara yang tidak tepat,

bahkan dapat menyebabkan kematian. Narkoba mempunyai dampak negatif yang

sangat luas, baik secara fisik, psikis, ekonomi, sosial dan lainnya. Kepada

pemakai/pengedar dalam ketentuan hukum pidana nasional diberikan sanksi yang

berat.

Adapun penjelasan lebih lanjut terdapat didalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika:

1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam

Undang-Undang ini.

2. Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang

dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika yang dibedakan dalam tabel

sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.

Ketentuan Penggunaan Penyalahgunaan Narkotika (Sanksi)

Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, Tentang Narkotika.


5

Pengaturan Penggunaan Deskripsi

1. Ketentuan Dasar: a. Narkotika Golongan I dilarang digunakan

Dilarang/diperbolehkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan.

b. Dalam jumlah terbatas Narkotika Golongan I

dapat digunakan untuk kepentingan

pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dan untuk reagensia diagnostik,

serta reagensia laboratorium setelah

mendapatkan persetujuan Menteri atas

rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat

dan Makanan.

2. Dilarang/melanggar Deskripsi

hukum

Tindak Pidana Spesifikasi Tindak Ancaman Sanksi

Pidana

1. Pasal 111 1) Umum a. 4-12 tahun /denda

Memiliki, menyimpan, 2) Berat b. 5-20/seumur

menguasai, 1kg/5batang hidup/denda

atau menyediakan pohon

Narkotika Golongan I

dalam bentuk tanaman

2. Pasal 112 1) Umum a. 4-12 tahun


6

Memiliki, menyimpan, 2) 5grm/5batang b. 5-20/seumur

menguasai, atau pohon hidup/denda

meyediakan Narkotika

Golongan I bukan

tanaman

3. Pasal 113 1) Umum a. 5-15 tahun

Memproduksi, 2) 1 kg/5 batang b. 5-20seumur

mengimpor,atau pohon (tanaman) hidup/ denda

menyediakan Narkotika 3) 5 grm (bukan c. 5-20

Golongan I bukan tanaman) tahun/seumur

Tanaman hidup/denda

4. Pasal 114 1) Umum a. 5-20 tahun/denda

Menawarkan untuk 2) 1kg/5 batang b. 6-20 tahun/denda

dijual,menjual,membeli, pohon (tanaman)

menerima,menjadi 3) 5 grm (bukan

perantara dalam jual tanaman)

beli,menukar,atau

menyerahkan Narkotika

Golongan I

5. Pasal 115 1) Umum a. 5-12

Membawa,mengirim,me 2) 1kg/5 batang tahun/denda

ngagkut,atau mentransito pohon (tanaman) b. 6-20


7

Narkotika Golongan I 3) 5 grm (bukan tahun/denda

tanaman)

6. Pasal 116 1) Umum a. 5-12 tahun/denda

Menggunakan Narkotika 2) Mati/cacat b. 5-20 tahun/denda

Golongan I terhadap permanen

orang lain atau

memberikan Narkotika

Golongan I

7. Pasal 127 a. Narkotika a. Paling lama 4

Penyalahgunaan Golongan I bagi tahun

Narkotika, diri sendiri; b. Paling lama 2

b. Narkotika tahun

Golongan II bagi c. Paling lama 1

diri sendiri tahun

c. Narkotika

Golongan III bagi

diri sendiri

8. Pasal 128 1) Orangtua yang a. 6 bulan

Orang tua atau wali dari tidak lapor b. Tidak dituntut

pecandu yang belum 2) Pecandu belum c. Tidak dituntut

cukup umur, cukup umur

sebagaimana dimaksud 3) Cukup umur

dalam pasal 55 ayat (1) dalam proses


8

rehab

9. Pasal 129

a. Memiliki,menyimpan,

menguasai, atau

menyediakan prekursor

Narkotika untuk

pembuatan Narkotika;

b. Memproduksi,mengimp

or,mengekspor,atau

menyalurkan Prekursor

Narkotika untuk Ancaman 4-120

pembuatan Narkotika; tahun/denda

c. Menawarkan untuk

dijual,menjual,membeli,

menerima,menjadi

perantara dalam jual

beli,menukar,atau

menyerahkan Prekursor

Narkotika untuk

pembuatan Narkotika;

d. Membawa,mengirim,me

ngangkut,atau

mentransito Prekuorsor
9

Narkotika untuk

pembuatan Narkotika .

10. Pasal 131

Setiap orang yang

dengan sengaja tidak

melaporkan adanya

tindak pidana

sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 111, Pasal

112, Pasal 113, Pasal Pemberatan pidana 3 kali

114, Pasal 115, Pasal pidana biasa

116, Pasal 117, Pasal

118, Pasal 119, Pasal

120. Pasal 121, Pasal

122, Pasal 123, Pasal

124, Pasal 125, Pasal

126, Pasal 127 ayat (1),

dan Pasal 128

11. Pasal 132 1) Umum a. Pelakunya

a. Percobaan atau 2) Dilakukan secara dipidana dengan

pemufakatan jahat terorganisasi pidana penjara

untuk melakukan 3) Tindak pidana normal

tindak pidana dengan ancaman b. Diberi


10

Narkotika dan hukuman mati pemberatan

Prekursor Narkotika hukuman

sebagaimana c. Pemberatan tidak

dimaksud dalam berlaku untuk

Pasal 111 sampai tindak pidana

Pasal 126, dan Pasal dengan ancaman

129 hukuman mati

12. Pasal 133

Setiap orang yang

menyuruh,memberi atau

menjanjikan

sesuatu,memberi

kesempatan,menganjurk

an,memberi

kemudahan,memaksa 1) Melakukan tindak a. 5-15 tahun/denda

dengan pidana b. 5-20 tahun/denda

ancaman,memaksa 2) Menggunakan

dengan narkotika

kekerasa,melakukan tipu

muslihat,atau membujuk

anak yang belum cukup

umur untuk melakukan

tindak pidana.
11

13. Pasal 134

Pecandu Narkotika yang

sudah cukup umur dan 1) Pecandu yang a. 6 bulan/denda

dengan sengaja tidak tidak lapor b. 3 bulan/denda

melaporkan diri 2) Keluarga yang

sebagimana dimaksud tidak lapor

dalam Pasal 55 ayat (2)

14. Pasal 135

Pengurus industri

Farmas yang tidak

melaksanakan kewajiban 1-7 tahun/denda

sebagaimana dimaksud

Pasal 45

15. Pasal 136

Menempatkan,membaya

rkan,membelanjakan,me

nitipkan,menukarkan,me

nyembunyikan atau

menyamarkan,menginve

stasikan,menyimpan,me

ngibahkan,mewariskan,d

an/atau mentransfer

uang,harta,dan benda 1) Menempatkan a. 5-15 tahun/denda


12

atau aset baik dalam 2) Menerima b. 3-10 tahun/denda

bentuk benda bergerak

maupun tidak

bergerak,berwujud atau

tidak berwujud yang

berasal dari tindak

pidana Narkotika

dan/atau tindak pidana

Prekursor

16. Pasal 137

Setiap orang yang

menghalang-halangi atau

mempersulit penyidikan

serta penuntutan dan

pemeriksaan perkara Paling lama 7 tahun

tindak pidana Narkotika

dan/atau tindak pidana

Prekursor Narkotika di

muka sidang pengadilan

17. Pasal 143

Pecandu Narkotika yang

sudah cukup umur dan

dengan sengaja tidak


13

melaporkan diri Paling lama 6 bulan

sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 55 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Pasal 6 Tentang Narkotika

(1) Narkotika sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 digolongkan ke dalam :

a. Narkotika Golongan I

b. Narkotika Golongan II dan

c. Narkoitka Golongan III

Penjelasan Pasal 6 Ayat Huruf 1 (tentang jenis Narkotika)

Huruf a.

Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan “Narkotika Golongan I”

adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat

tinggi mengakibatkan ketergantungan

Huruf b.

Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan “Narkotika Golongan II”

adalah Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan

dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.


14

Huruf c.

Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan “Narkotika Golongan III”

adalah Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

ringan mengakibatkan ketergantungan.

Penjelasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Pasal 8 Tentang

Narkotika.

(1) Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan

kesehatan

(2) Dalam jumlah terbatas, Narkotika Golongan I dapat digunakan untuk

kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk

reagensia diagnostik, serta reagensia laboratorium setelah mendapatakan

persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan.

Penyalahgunaan narkotika dan bahan adiktif (narkoba) di Indonesia

merupakan masalah yang sangat mengkawatirkan, terutama pada remaja saat ini.

Posisi Indonesia sekarang ini tidak hanya sebagai daerah transit maupun

pemasaran narkotika, psikotropika dan adiktif, melainkan sudah menjadi daerah

produsen narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Dalam bidang kedokteran,

sebagian besar golongan narkoba masih bermanfaat bagi pengobatan, tetapi bila

disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar


15

pengobatan, akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat

luas khususnya generasi muda.

Bahaya narkoba yang ditimbulkan akibat memakai Narkoba menurut efeknya:

1. Halusinasi, efek dari narkoba ini bila dikonsumsi dalam sekian dosis

tertentu dapat mengakibatkan seseorang menjadi berhalusinasi dengan

melihat sesuatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada/tidak nyata

contohnya kokain & LSD

2. Stimulun, efek dari narkoba ini bisa mengakibatkan kerja organ tubuh

seperti jantung dan otak bekerja lebih cepat dari kerja biasanya sehingga

mengakibatkan seseorang lebih bertenaga untuk sementara waktu, dan

cenderung membuat seseorang pengguna lebih senang dan gembira untuk

sementara waktu.

3. Depresan, efek dari narkoba ini bisa menekan sistem syaraf pusat dan

mengurangi aktivasi fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang

bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya

putaw.

4. Adiktif, seseorang yang sudah mengkonsumsi narkoba biasanya akan

ingin dan ingin lagi karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan

seseorang cenderung bersifat pasif, karena secara tidak langsung narkoba

memutuskan syaraf-syaraf dalam otak, contohnya ganja, heroin, putaw.

Pencegahan penyalahgunaan Narkoba


16

Metode pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba yang paling

efektif dan mendasar adalah metode promotif dan preventif. Upaya yang paling

praktis dan nyata adalah represif dan upaya yang manusiawi adalah kuratif dan

rehabilitatif.

1. Promotif

Program promotif ini kerap disebut juga sebagai program preemtif atau

program pembinaan. Pada program ini yang menjadi sasaran pembinaannya

adalah para anggota masyarakat yang belum memakai atau bahkan belum

mengenal narkoba sama sekali. Prinsip yang dijalani oleh program ini adalah

dengan meningkatkan peranan dan kegiatan masyarakat agar kelompok ini

menjadi lebih sejahtera secara nyata sehingga mereka sama sekali tidak akan

pernah berpikir untuk memperoleh kebahagiaan dengan cara menggunakan

narkoba. Bentuk program yang ditawarkan antara lain pelatihan, dialog interaktif

dan lainnya pada kelompok belajar, kelompok olah raga, seni budaya, atau

kelompok usaha. Pelaku program yang sebenarnya paling tepat adalah lembaga-

lembaga masyarakat yang difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah.

2. Preventif

Program promotif ini disebut juga sebagai program pencegahan dimana ini

ditujukan kepada masyarakat sehat yang sama sekali belum pernah mengenal

narkoba agar mereka mengetahui tentang seluk beluk narkoba sehingga mereka

menjadi tidak tertarik untuk menyalahgunakannya. Program ini selain dilakukan

oleh pemerintah, juga sangat efektif apabila dibantu oleh sebuah instansi dan
17

institusi lain termasuk lembaga-lembaga profesional terkait, lembaga swadaya

masyarakat, perkumpulan, organisasi masyarakat dan lainnya. Bentuk dan agenda

kegiatan dalam program preventif ini.

a. Kampanye anti penyalahgunaann narkoba

Program pemberian informasi satu arah dari pembicara kepada pendengar

tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Kampanye ini hanya memberikan

informasi saja kepada para pendengarnya, tanpa disertai sesi tanya jawab.

Biasanya yang dipaparkan oleh pembicara hanyalah garis besarnya saja dan

bersifat imformasi umum. Informasi ini biasa disampaikan oleh para tokoh

masyarakat. Kampanye ini juga dapat dilakukan melalui spanduk poster atau

baliho. Pesan yang ingin disampaikan hanyalah sebatas arahan agar menjatuhi

penyalahgunaan narkoba tanpa merinci lebih dalam mengenai narkoba.

b. Penyuluhan seluk beluk narkoba berbeda dengan kampanye yang hanya

bersifat memberikan informasi, pada penyuluhan ini lebih bersifat dialog yang

disertai dengan sesi tanya jawab. Bentuknya bisa berupa seminar atau ceramah.

Tujuan penyuluhan ini adalah untuk mendalami berbagai tentang narkoba

sehingga masyarakat menjadi lebih tahu karenanya dan menjadi tidak tertarik

menggunakannya selepas mengikuti program ini. Materi dalam program ini biasa

disampaikan oleh tenaga profesional seperti dokter, psikolog, polisi, ahli hukum

ataupun sosiolog sesuai dengan tema penyuluhannya.


18

c. Pendidikan dan pelatihan kelompok sebaya

Perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan didalam kelompok masyarakat agar

upaya menanggulangi penyalahgunaan narkoba didalam masyarakat ini menjadi

lebih efektif. Pada program ini pengenalan narkoba akan dibahas lebih mendalam

yang nantinya akan disertai dengan simulasi penanggulangan, termasuk latihan

pidato, latihan diskusi dan latihan menolong penderita. Program ini biasa

dilakukan dilembaga pendidikan seperti sekolah atau kampus dan melibatkan

narasumber dan pelatih yang bersifat tenaga profesional.

d. Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan upaya distribusi

narkoba di masyarakat.

Pada program ini sudah menjadi tugas bagi para aparat terkait seperti polisi,

Departemen Kesehatan, Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Imigrasi,

Bea Cukai, Kejaksaan, Pengadilan dan sebagainya. Tujuannya adalah agar

narkoba dan bahan pembuatnya tidak beredar sembarangan didalam masyarakat

nemun melihat keterbatasan jumlah dan kemampuan petugas, program ini masih

belum dapat berjalan optimal.

3. Represif

Ini merupakan program yang ditujukan untuk menindak para produsen,bandar,

pengedar dan pemakai narkoba secara hukum. Program ini merupakan instansi

pemerintah yang berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi maupun

distribusi narkoba. Selain itu juga berupa penindakan terhadap pemakai yang

melanggar undang-undang tentang narkoba. Intansi yang terkait dengan program


19

ini antara lain polisi, Departemen Kesehatan, Balai Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM), Imigrasi, Bea Cukai, Kejaksaan, Pengadilan. Begitu luasnya jangkauan

peredaran gelap narkoba ini tentu diharapkan peran serta masyarakat, termasuk

LSM dan lembaga kemasyarakatan lain untuk berpartisipasi membantu para

aparat terkait dengan penyalahgunaan narkoba dilingkungannya. Untuk

memudahkan partisipasi masyarakat tersebut, polisi harus ikut aktif menggalakan

pesan dan ajakan untuk melapor ke polisi bila melihat kegiatan penyalahgunaan

narkoba.

Melaporkan kegiatan pelanggaran narkoba seperti ini tentu saja secara tidak

langsung ikut membahayakan keselamatan si pelapor, karena sindikat narkoba

tentu tak ingin kegiatan mereka terlacak dan diketahui oleh aparat. Karena itu

sudah jadi tugas polisi untuk melindungi keselamatan jiwa si pelapor dan

merahasiakan identitasnya. Masalah penyalahgunaan narkoba adalah masalah

yang kompleks yang pada umumnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu: faktor

individu, faktor lingkungan /sosial dan faktor ketersediaan, menunjukkan bahwa

pencegahan penyalahgunaan narkoba yang efektif memerlukan pendekatan secara

terpadu dan komprehensif. Pendekatan apa pun yang dilakukan tanpa

mempertimbangkan ketiga faktor tersebut akan mubazir. Oleh karena itu peranan

semua sektor terkait termasuk para orangtua, guru, tokoh masyarakat, tokoh

agama, kelompok remaja dan LSM di masyarakat, dalam pencegahan narkoba

sangat penting.

1.) Peran Remaja

a. Pelatihan keterampilan
20

b. Kegiatan alternatif untuk mengisi waktu luang seperti: kegiatan olahraga,

kesenian dan lain-lain.

2.) Peran orangtua

a. Menciptakan rumah yang sehat, serasi, harmonis, cinta, kasih sayang dan

komunikasi terbuka.

b. Mengasuh, mendidik anak yang baik.

c. Menjadi contoh yang baik.

d. Mengikuti jaringan orang tua.

e. Menyusun peraturan keluarga tentang keluarga bebas narkoba.

f. Menjadi pengawas yang baik.

3.) Peran Tokoh Masyarakat

a. Mengikutsertakan dalam pengawasan narkoba dan pelaksanaan Undang-

Undang

b. Mengadakan penyuluhan, kampanye pencegahan penyalahgunaan

narkoba.

c. Merujuk korban narkoba ke tempat pengobatan.

d. Merencanakan, mengkoordinir dan melaksanakan program-program

pencegahan penyalahgunaan narkoba.

Adapun strategi pencegahan penyalahgunaan narkoba dimasyarakat dapat

dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.

a. Pelatihan dan Pendidikan


21

Merencanakan dan melaksanakan kursus pelatihan untuk berbagai kelompok

masyarakat seperti orang tua, tokoh-tokoh masyarakat, kelompok remaja tentang

strategi-strategi pencegahan, keterampilan mengasuh anak, pelatihan kerja untuk

anak-anak remaja dan lain-lain.

b. Kegiatan Kemasyarakatan

Tokoh-tokoh masyarakat dapat mendorong dan menggerakkan masyarakat

terutama para remaja untuk bergiat dalam kegitan-kegiatan yang positif seperti

kerja bakti, pemeliharaan kebersihan, kesehatan, dan penghijauan lingkungan.

c. Sistem Rujukan

Tokoh-tokoh masyarakat bisa membantu mereka yang rawan atau yang kban

narkoba untuk mendapatkan pelayanan pengobatan, perawatan atau rehabilitasi

sosial melalui sistem rujukan atau tata cara yang disepakati.

d. Pembentukan Kelompok Konseling Pembentukan kelompok dari warga,

Masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat atau organisasi sosial masyarakat,

sebagai relawan untuk memberikan konsultasi/konseling kepada warga atau

remaja-remaja yang memiliki masalah pribadi atau memiliki kerawanan atau telah

menjadi korbaan narkoba.

C. ManfaatMagang

Manfaat yang didapatkan oleh penulis yaitu mengetahui berbagai modus

peredaran narkoba terkini, menambahkan wawasan dan tentang hukuman yang


22

diperoleh ketika menyalahgunakan Narkotika, serta mengetahui berbagai kasus

penyalahgunaan narkotika yang terjadi di lingkungan masyarakat.


BAB II
PROFIL BNN KOTA TANGERANG

BNN Kota Tangerang terbentuk pada tanggal 10 April 2017, dari bentuk

kepedulian Pemerintah Kota Tangerang melalui Kesbangpol Kota Tangerang

dalam Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan

dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) berdasarkan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika yang menetapkan bahwa Badan Narkotika

Nasional (BNN) sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang

berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan juga upaya

Pemerintah Kota Tangerang menjaga masyarakat dari bahaya penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba.

BNN Kota Tangerang beralamat di Jalan Imam Bonjol, No. 202,

Kelurahan Bojong Jaya, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, Banten.

Visi

Mewujudkan masyarakat yang terlindungi dan terselamatkan dari

kejahatan narkotika dalam rangka menuju indonesia maju yang berdaulat,

mandiri, dan berkepribadian, berdasarkan gotong royong.

Misi

1. Memberantas peredaran gelap dan pencegahan penyalahgunaan narkotika

secara profesional

23
24

2. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi dan pemberdayaan

ketahanan masyarakat terhadap kejahatan narkotika.

3. Mengembangkan dan memperkuat kapasitas kelembagaan.

1. Tugas Pokok dan fungsi

Tugas Pokok BNN

Kedudukan:

Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya dalam Peraturan Kepala

Badan Narkotika Nasional disebut BNN adalah lembaga pemerintah non

kementerian yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada

Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. BNN

dipimpin oleh Kepala.

Tugas:

1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan

dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan

Prekursor Narkotika;

2. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap

Narkotika dan Prekursor Narkotika;

3. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia

dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;


25

4. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi sosial pecandu Narkotika,

baik yangg diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat;

5. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan

peredaran gelap Narkotika dan Psikotropika Narkotika;

6. Memantau, mengarahkan dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam

pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan

Psikotropika Narkotika;

7. Melalui kerja sama bilateral dan multilateral, baik regional maupun

internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap

Narkotika dan Prekursor Narkotika;

8. Mengembangkan laboratorium Narkotika dan Prekusor Narkotika;

9. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara

penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

dan

10. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.

Selain tugas sebagaiimana diatas, BNN juga bertugas menyusun dan

melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor dan bahan adiktif

lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.

Fungsi:

1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,


26

psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan

adiktif untuk tembaga dan alkohol yang selanjutnya disingkat dengan

P4GN.

2. Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar, kriteria dan

prosedur P4GN.

3. Penyusunan perencanaan, program dan anggaran BNN.

4. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan, pemberdayaan

masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerjasama di bidang

P4GN.

5. Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakan teknis P4GN di bidang

pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi,

hukum dan kerjasama.

6. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada instansi vertikal di

lingkungan BNN.

7. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat

dalam rangka penyusunan dan perumusan serta pelaksanaan kebijakan

rasional di bidang P4GN.

8. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di lingkungan

BNN.

9. Pelaksanaan fasilitas dan pengkoordinasian wadah peran serta masyarakat.

10. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran

gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.


27

11. Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi di bidang

narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya, kecuali

bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.

12. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen

masyarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan kembali ke

dalam masyarakat serta perawatan lanjutan bagi penyalahguna dan/atau

pecandu narkotika dan psikotropika sera bahan adiktif lainnya kecuali

bahan adiktif untukk tembakau dan alkohol di tingkat pusat dan daerah.

13. Pengkoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis

dan rehabilitas sosial pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan

adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang

diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat.

14. Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitas penyalahguna dan/atau

pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya, kecuali

bahan adiktif tembakau dan alkohol berbasis komunitas terapeutik atau

metode lain yang telah teruji keberhasilannya.

15. Pelaksanaan penyusunan, pengkajian dan perumusan peraturan

perundang-undangan serta pemberian bantuan hukum di bidang P4GN.

16. Pelaksanaan kerjasama nasional, regional dan internasional di bidang

P4GN.

17. Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN di

lingkungan BNN.
28

18. Pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional instansi pemerintah terkait

dan komponen masyarakat di bidang P4GN.

19. Pelaksanaan penegakan disiplin, kode etik pegawai BNN dan kode etik

profesi penyidik BNN.

20. Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional penelitian dan

pengembangan, serta pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN.

21. Pelaksanaan pengujian narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan

adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.

22. Pengembangan laboratorium uji narkotika, psikotropika dan prekursor

serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif tembakau dan alkohol.

23. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di

bidang P4GN.

2. Sub Bagian Umum

Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana program dan anggaran, pengelolaan

sarana prasarana dan urusan rumah tangga, pengelolaan data informasi P4GN,

layanan hukum dan kerja sama, urusan tata persuratan, kepegawaian, keuangan,

kearsipan, dokumentasi, hubungan masyarakat, dan penyusunan evaluasi dan

pelaporan dalam wilayah BNNK/Kota.


29

3. Kelompok Jabatan Fungsional

Di lingkungan BNNP dan BNNK/Kota dapat ditetapkan jabatan

fungsional sesuai dengan kebutuhan yang pelaksanaannya dilakukan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas memberikan pelayanan

fungsional dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Jabatan Pimpinan Tinggi

Pratama dan/atau Jabatan Administrator sesuai dengan bidang keahlian

dan keterampilan.

2. Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

Koordinator dan Subkoordinator Pelaksana Fungsi Pelayanan Fungsional

sesuai dengan ruang lingkup bidang tugas dan fungsi Jabatan Pimpinan

Tinggi Pratama dan/atau Jabatan Administrasi.

3. Koordinator dan Subkoordinator Pelaksana Fungsi Pelayanan Fungsional

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai tugas mengoordinasikan

dan mengelola kegiatan pelayanan funngsional sesuai dengan bidang tugas

masing-masing.

Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, terdiri

dari berbagai jenis jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahlian dan

keterampilan yang pengangkatannya sesuai dengan ketentuann perundang-

undangan.
30

Jumlah kelompok Jabatan Fungsional BNNP dan BNNK/Kota sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), ditentukan berdasarkan kebutuhan yang didasari atas

analisis jabatan dan beban kerja.

Tugas, Jenis, dan jenjang Kelompok Jabatan Fungsional BNNP/Kota

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam peraturan

perundang-undangan yang mengatur jabatan fungsional masing-masing.

4. Tata Kerja

Semua unsur di lingkungan BNNP dan BNNK/Kota dalam melaksanakan

tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan

simplifiaksi termasuk dalam menjalin hubungan dengan instansi pemerintah

terkait dan komponen masyarakat di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Fungsi koordinasi dalam bidang P4GN dilaksanakan melalui koordinasi

dengan pimpinan lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah, lembaga

internasional, komponen masyarakat dan pihak lain yang dipandang perlu.

Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:

1. Forum koordinasi yang dilakukan secara berkala dan sewaktu-waktu jika

diperlukan untuk penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang

P4GN.

2. Kerja sama sesuai dengan bidang tugas dan fungsi masing-masing dalam

pelaksanaan kebijakan di bidang P4GN; dan


31

3. Kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan.

Dalam rangka pelaksanaan P4GN BNNP dan BNNK/Kota melakukan

siaga informasi 24 (dua puluh empat) jam di bidang P4GN. Berdasarkan hasil

informasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), BNNP dan/atau BNNK/Kota

segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan serta melaksanakan tidak

awal untuk pemberantasan dan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan

adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang terjadi di

wilayah setempat sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan

secara terkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat, instansi pemerintah, dan

pihak lain terkait.


32

5. Struktur Organisasi P2M BNN Kota Tangerang

Satrya Ika Putra.,S.H.,M.H.

Kepala BNN Kota Tangerang


Sri Linggawati N, S.Kom

Kepala Sub Bagian Umum

Tri Agustina, S.H


Drs. Syamsul Arifin
Bendahara Pengeluaran

Plt. Kepala Seksi P2M


B

Mil Hasni, S.T

Perencana Program dan Anggaran

Suryati Kartikasari, S.Ikom

Penyuluh Narkoba Ahli Pertama

a
Eva Zuhridha, A.Md

Penata Laporan Keuangan Tri Budianti, A.Md

Penata Laporan Keuangan Sub Bagian


Umum

Eva Fauziah,SKM
Desti Pratiwi, S.Ikom

Bendahara Pengeluaran Pembantu Penyuluh Narkoba Ahli Pertama Sie. P2M


33

6. Waktu Kegiatan Magang di BNN Kota Tangerang

 Senin – Jum’at

Senin : 08.00 Wib s/d 16.08 Wib

Jum’at : 08.00 Wib s/d 16.30 Wib

Dilaksanakan dalam 24 Hari

Dimulai tanggal 26 Oktober 2021 sampai dengan tanggal 26 November 2021.


BAB III
PELAKSANAAN MAGANG

Penulis melaksanakan Kegiatan Magang Selama satu bulan terhitung sejak

tanggal 26 Oktober 2021 s.d 26 November 2021 atau 24 hari kerja. Pada penulis

diberikan pengarahan oleh bagian kepegawaian mengenai tata tertib dan aturan

yang harus dipatuhi selama menjadi pegawai di Kantor BNN. Penulis ditempatkan

diBagian Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat di bawah naungan Kepala

sub bagian (Kasubag). Adapun rincian tugas yang penulis laksanakan yaitu:

1. Bidang Komputer dan Administrasi

Penggunaan komputer di dalam pekerjaan administrasi pada saat

ini sangat mendukung dan membantu proses administrasi khususnya

administrasi kantor yang penulis lakukan, dengan adanya komputer

membuat pekerjaan lebih efisien secara waktu ataupun tenaga karena

terdapat aplikasi yang mendukung pelaksanaan pekerjaan administrasi

yang paling lazim digunakan seperti Microsoft Word, Microsoft Excel.

Untuk bidang komputer dan administrasi tugas yang rutin penulis lakukan

yaitu:

a. Pengetikan, administrasi akan selalu berhubungan dan erat kaitannya

dengan mengetik, maka dari itu penulis pun melakukan pengetikan yang

diperintahkan oleh Kasubbag Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat.

34
35

b. Pengimputan data, pada saat melaksanakan tugas ini penulis hanya

dimintai untuk membantu membuat Laporan Hasil Kegiatan seperti

Workshop dan lainnya. Data diinput ke Microsoft Word dan Microsoft

Office dengan format yang sudah disediakan.

2. Bidang Kearsipan

Kearsipan adalah hal yang harus dilakukan organisasi agar dokumen

yang bersifat penting dapat tersimpan dengan baik dan terawat sehingga

saat dibutuhkan atau diperlukan dapat ditemukan secara cepat karena telah

disusun berdasarkan filing sistem yang telah ditentukan. Dalam bidang

kearsipan tugas yang rutin penulis lakukan setiap harinya adalah:

a. Pencatatan ke buku agenda, setiap surat yang masuk maupun surat

yang keluar harus dicatat terlebih dahulu di buku agenda sebelum

disimpan ke dalam map ordner yang disediakan.

b. Penyimpanan arsip, untuk Sub Bagian Pencegahan dan Pemberdayaan

Masyarakat menggunakan filing sistem tanggal karena surat yang

diterima di dalam satu hari jumlahnya relatif sedang sehingga

dianggap lebih mudah jika menggunakan sistem tanggal. Penggunaan

sistem tanggal ini diterapkan karena filing sistem yang lain kurang

efektif jika diterapkan. Surat disusun didalam map ordner sesuai

dengan tanggal yang ada di surat bukan tanggal yangg ada di buku

agenda. Setelah disusun di dalam map ordner maka diletakkan di


36

lemari arsip yang ada dan disediakan untuk sub bagian Pencegahan

dan Pemberdayaan Masyarakat.

Adapun rincian kegiatan yang dilaksanakan oleh penulis dalam

melaksanakan kegiatan magang di kantor Badan Narkotika Nasional Kota

Tangerang yaitu sebagai berikut:

Kegiatan Keterangan

Workshop penggiat P4GN Melakukan penyuluhan serta memberikan edukasi

dilingkungan Swasta di kepada Instansi swasta yaitu seperti Perseroan

Pakons Prime Hotel Terbatas, dan perusahaan swasta lainnya. Yang

siap terjun kemasyarakat menjadi perpanjang

tanganan BNN Kota Tangerang untuk

menyebarkan pesan-pesan Pencegahan

Penyalahgunaan Narkotika.

Workshop Penggiat P4GN Melakukan penyuluhan serta memberikan edukasi

dilingkungan Masyarakat di kepada Instansi pemerintahan yaitu seperti Kantor

Pakons Prime Hotel Kecamatan, sejumlah 30 orang dalam 13

kecamatan di Kota Tangerang yang mewakili

untuk menghadiri penyuluhan dari BNN Kota

Tangerang. Yang siap terjun kemasyarakat

menjadi perpanjang tanganan BNN Kota

Tangerang untuk menyebarkan pesan-pesan

Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika.

Rapat Koordinasi - Penyusunan dan implementasi Kebijakan


37

Pengembangan dan KOTAN

Pembinaan Kota/Kabupaten - Penguatan Sistem (Satgas) dan Regulasi

Tanggan Ancaman Narkoba KOTAN

yang dilaksanakan di Pakons - Pengintegrasian Sistem dan Regulasi

Prime Hotel yang diikuti 20 KOTAN (antara BNN dengan skateholder)

OPD dan instansi terkait di - Ketanggapan Kabupaten/Kota terhadap

Kota Tangerang. ancaman Narkoba secara berkelanjutan

Survei Online di SMK Melaksanakan survei online dengan kuisioner

Kesehatan As-Saida Kota tentang pengetahuan siswa terhadap pengaruh dan

Tangerang yang di ikuti 100 penyalahgunaan narkotika di lingkungan sekolah

siswa maupun dilingkungan sehari-hari

Melaksanakan Asistensi Melaksanakan pengumpulan data indeks dengan

dalam Penyuluhan Narkotika memberikan kuisioner ke bebera dipa Instansi

Swasta maupun Instasi Pemerintah dan

Pendidikan tentang pengetahuan Penyalahgunaan

Narkotika di lingkungan sekitar.

Semoga laporan magang yang telah saya laksanakan berdasarkan

ketentuan yang telah ditetapkan oleh Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Tangerang memenuhi persyaratan sehingga laporan yang sudah

saya susun sudah memenuhi persyaratan sehingga layak untuk diusulkan, diujikan
38

dan dinilai oleh dosen penguji dan mendapatkan nilai yang memenuhi menurut

kriteria penilaian yang ada.


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah saya sampaikan, maka dengan telah

selesainya tugas magang yang telah saya saya laksanakan selama satu bulan

penuh pada awal bulan sampai akhir bulan Nopember Tahun 2021 di Badan

Narkotika Nasional Kota Tangerang, dengan lamanya waktu 120 (Seratus Dua

Puluh) jam sesuai petunjuk teknis lamanya magang dari Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Tangerang (FH UMT), maka saya akan

menyampaikan kesimpulan atas pekerjaan yangg telah saya laksanakan dalam

tugas magan yaitu sebagai berikut:

a. Bahwa program magang bagi mahasiswa yang sudah duduk di

semester VII di FH UMT sangat bermanfaat bagi diri saya sebagai

mahasiswa, sehingga saya yang hanya punya pengalaman teori

yang didapatkan di bangku kuliah, maka dengan pengalaman

magang di Badan Narkotika Nasional Kota Tangerang sangat

bermanfaat bagi diri saya sendiri untuk bekal apabila saya sudah

lulus sebagai Sarjana Hukum di FH UMT.

b. Dengan program magang yang diwajibkan kepada seluruh

mahasiswa semester VII yang disamakan dengan mengikuti kuliah

selama 3 (tiga) Satuan Kredit Semester ( SKS ), maka program

magang ini sangat berbobot dalam rangka pengenalan bagi

39
40

mahasiswa yang belum pernah merasakan suasana lingkungan

kerja yang sebenarnya dalam lingkungan lembaga formal, baik di

lingkungan pemerintah maupun non pemerintah.

c. Program magang yang diselenggarakan oleh FH UMT secara

umum sangt bermanfaat bagi seluruh mahasiswa yang duduk di

semester VII, khususnya bagi mahasiswa yang belum

berpengalaman secara formal dalam lingkungan kerja yang

sebenarnya. Sedangkan bagi mahasiswa yang memang sudah

bekerja pada waktu masuk kuliah di FH UMT atau baru

mendapatkan pekerjaan sewaktu sudah duduk sebagai mahasiswa,

maka dengan kegiatan magang ini akan lebih lenhkap lagi

pengalamannya apabila tempat dilaksankan pekerjaan magangnya

sesuai dengan bidang hukum yang didalami.

d. Berdasarkan uraian singkat yang telah saya sampaikan diatas,

kesimpulan yang dapat saya sampaikan intinya bahwa program

magang yang telah dijalankan yang memang diwajibkan bagi

mahasiswa FH UMT sangat bermanfaat secara keseluruhan bagi

pengalaman hidup yang sebenarnya karena setelah lulus sebagai

sarjana hukum maka kita baru akan memulai hidup yang

sebenarnya dalam lingkungan masyarakat, dan magang ini baru

awal untuk menuju langkah nyata dalam kehidupan yang

sebenarnya dalam lingkungan masyarakat yang sangat dinamis dan


41

membutuhkan perjuangan dalam menyesuaikan diri dalam suasana

persaingan.

B. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan kepada seluruh jajaran FH UMT atas

program magang yang diwajibkan untuk mahasiswa yang telah duduk di

semester VII adalah sebagai berikut:

1. Bahwa program magang sebaiknya dilaksanakan menjelang

mahasiswa masuk di Semester VII, agar mahasiswa lebih awal

mempersiapkan diri untuk pilihan magang, ini tujuannya agar

mahasiswa mendapatkan tempat magang sesuai pilihan yaitu di

lembaga yang memiliki fungsi dalam bidang hukum.

2. Bahwa program magang tersebut tidak hanya untuk FH UMT

saja, tapi juga perguruan tinggi lainnya juga khususnya yang

ada fakultas hukumnya memiliki program yang sama yaitu

wajib melaksanakan program magang, oleh karena itu supaya

waktunya tidak bersamaan sebaiknya FH UMT menjadwalkan

program magang tersebut lebih awal agar mahasiswa tidak

mendapatkan kesulitan untuk mendapatkan magang sesuai

pilihannya yaitu dalam bidang hukum.

3. Program magang yang sudah diselenggarakan oleh FH UMT

secara umum telah berhasil, tetapi untuk memudahkan


42

mahasiswa FH UMT mendapatkan tenpat magang perlu di

intensifkan hubungan atau koordinasi dengan lembaga-lembaga

tempat magang, baik di lingkungan pemerintah maupun

lingkungan non pemerintah.

4. Agar program magang berikutnya semoga lebih baik lagi dan

selalu meningkatkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi

dengan lembaga di luar FH UMT.

C. Lampiran-lampiran

Dalam lampiran laporan magang mahasiswa wajib untuk

melampirkan dokumen dan bukti-bukti terkait dengan pelaksanaan

magang seperti, foto-foto kegiatan, surat tanda sudah melakukan magang.

Berikut beberapa dokumentasi yang bisa penulis lampirkan, yaitu:

 Mengikuti Kegiatan Workshop Penggiat P4GN di Lingkungan Swasta

berlokasi di Pakons Prime Hotel


43

 Penyerahan sertifikat magang kepada mahasiswa FH UMT yang

diberikan oleh Kepala BNN Kota Tangerang


44

 Surat Keterangan Telah Mengikuti Magan kerja di BNN Kota Tangerang


45

Anda mungkin juga menyukai