Anda di halaman 1dari 13

KONSEP DASAR KONSELING ADIKSI

DOSEN PENGAMPU: Erwita Ika Violina, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 1

DANDI YANTITO (1212451002)


CITRA NINGSIH (1212451008)
PITRIANI NAPITUPULU (1213351043)

JURUSAN PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MARET 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa. Dimana berkat
rahmat, karunia serta kesempatan yang diberikannya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari pembuatan tugas ini yaitu untuk
memenuhi tugas makalah kelompok dari Mata Kuliah Konseling Adiksi di Universitas
Negeri Medan.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah
Konseling Adiksi, Ibu Erwita Ika Violina, S.Pd., M.Pd. yang telah bersedia membimbing
kami dalam mata kuliah ini.

Kami menyadari tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan tugas ini. Semoga
dengan selesainya tugas ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Terimakasih.

Medan, 5 Maret 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI .........................................................................................................................ii

BAB I..................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2

1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 2

BAB II ................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN.................................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Konseling Adiksi ....................................................................................... 3

2.2 Tujuan dan Fungsi Konseling Adiksi .......................................................................... 3

2.3 Peran Konselor Adiksi ................................................................................................. 4

2.4 Kompetensi Konselor Adiksi ....................................................................................... 5

2.5 Pendampingan Konselor Adiksi .................................................................................. 6

2.6 Contoh Kasus ............................................................................................................... 7

BAB III .................................................................................................................................. 9

PENUTUP ............................................................................................................................. 9

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 9

3.2 Saran ............................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba menjadi permasalahan serius hamper
di setiap Negara, tidak terkecuali di Indonesia. Sebagaimana diamanatkan undang-undang
nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika dan dijabarkan kembali dalam Pasal 54 yang
berbunyi ; Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Serta diperkuat dengan peraturan bersama antara
Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 01/PB/MA/III/2014, Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : 03 Tahun 2014, Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 11 Tahun 2014, Menteri Sosial Republik
Indonesia Nomor 03 Tahun 2014, Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : PER-
005/A/JA/03/2014, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor : 1 Tahun 2014
dan Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Nomor :
PERBER/01/III/2014/BNN tentang penanganan pecandu narkotika dan korban
penyalahgunaan narkotika ke dalam lembaga rehabilitasi.Narkoba sangatlah berguna dan
bermanfaat apabila digunakan sesuai dengan kepentingan pelayanan kesehatan/medis dan
pengembangan dunia Ilmu Pengetahuan, khususnya dalam melakukan kegiatan penelitian
yang bersifat ilmiah. Namun kenyataan yang terjadi selama ini justru narkoba banyak
disalahgunakan pemanfaatannya, sehingga dapat mengakibatkan dampak buruk yang
sangat berbahaya dan berkepanjangan serta merugikan bagi individu, keluarga, masyarakat
maupun Bangsa dan Negara.
Berdasarkan jurnal data pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba (P4GN) tahun 2011 edisi tahun 2012, adanya kenaikan jumlah
penyalahgunaan narkoba dan kerugian biaya ekonomi penyalahgunaan narkoba. Dimana
prevalensi pengguna narkoba naik menjadi 2,21% atau 3,8 juta jiwa, dan jika tidak
diupayakan dengan serius untuk mencegah dan memberantasnya, prevalensi pengguna
narkoba pada tahun 2015 diperkirakan naik menjadi 2,8% atau setara 5,1 juta jiwa.
Sebagian besar penyalahguna narkoba adalah generasi muda yang merupakan modal dan

1
asset bangsa dimasa depan. Pada tahun 2011, diperkirakan kerugian ekonomi yang
ditimbulkan akibat penyalahgunaan narkoba mencapai Rp. 41,2 triliun.
Konselor adiksi adalah orang yang bertugas melaksanakan kegiatan rehabilitasi
kecanduan atau ketergantungan secara fisik dan mental terhadap suatu zat dan memiliki
kompetensi dibidang kesehatan dan sosial yang mengkhususkan diri dalam membantu
orang dengan ketergantungan Narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Konselor
adiksi adalah seorang tenaga ahli dan professional yang memiliki kemampuan memberikan
konseling atau masukan dan telah mengikuti berbagai pelatihan dalam membantu pecandu
Narkotika dalam menyelesaikan masalahnya agar pecandu dapat mampu kembali hidup
selaras. Untuk mencapai peran konselor adiksi, maka konselor adiksi harus melaksanakan
tugas dan tanggung jawab yaitu melakukan pendampingan kepada pecandu yang sedang
menjalani proses rehabilitasi, pendampingan konselor adiksi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pegertian dari konseling adiksi?
b. Apa tujuan dan fungsi dari konseling adiksi?
c. Bagaimana peran konselor dalam konseling adiksi?
d. Apa saja kompetensi konselor dalam konseling adiksi?
e. Bagimana pendampingan konseling adiksi?
f. Bagaimana contoh kasus dari penyalahgunaan narkorba/Napza?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pegertian dari konseling adiksi.
b. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi dari konseling adiksi.
c. Untuk mengetahui peran konselor dalam konseling adiksi.
d. Untuk mengetahui kompetensi konselor dalam konseling adiksi.
e. Untuk mengetahui pendampingan konseling adiksi.
f. Untuk mengetahui contoh kasus dari penyalahgunaan narkorba/Napza.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konseling Adiksi

Konseling adalah suatu kegiatan untuk memberikan nasihatnasihat dan masukan-


masukan praktis bagi orang yang mengalami kendala-kendala tertentu. Adiksi adalah
kondisi kecanduan zat racun yang merusak dan membahayakan tubuh serta dapat
menimbulkan ketergantungan (addicted) bahkan kematian untuk pemakaian yang
berlebihan. Menurut Baduldul dan Zain Adiksi ataul addiction merupakan perasaan yang
sangat kuat terhadap sesuatu yang diinginkannya sehingga ia akan berusaha untuk mencari
sesuatu yang sangat diinginkannya itu, misalnya adiksi internel, adiksi melihat telelvisi,
adiksi belrmain game dan sebagainya. Adiksi merupakan suatu kondisi ketergantungan
fisik dan menta telrhadap hal-hal tertentu yang melnimbulkan perubahan perilaku bagi
orang yang melngalaminya bahkan sampai hal tersebut dapat merugikan.

Konselor adalah pihak yang membantu klien dalam proses konseling. Sebagai
pihak yang paling memahami dasar dan teknik konseling secara luas, konselor dalam
menjalankan perannya bertindak sebagai fasilitator bagi klien.
Utuk menjadi konselor adiksi, seseorang harus secara umum menyelesaikan
berbagai program latihan yang meliputi berbagai hal mengenai ketergantungan beragam
bahan kimia, psikologi, masalah hukum, berbagai tindakan yang ada agar individu dapat
berjuang melawan adiksinya.
Dari uraian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa konselor adiksi adalah seorang
tenaga ahli dan professional yang memiliki kemampuan memberikan konseling atau
masukan dan telah mengikuti berbagai pelatihan dalam membantu pecandu Narkotika
dalam menyelesaikan masalahnya agar pecandu dapat mampu kembali hidup selaras.

2.2 Tujuan dan Fungsi Konseling Adiksi


Tujuan-tujuan konselor menunjukkan, bahwa konselor mempunyai tujuan
memahami tingkah-laku, motivasimotivasi dan perasaan pada konseli. Tujuan-tujuan
konselor, menurutnya, tidak terbatas pada memahami pasien. Konselor memiliki tujuan

3
yang berbeda-beda menurut berbagai tingkat kemanfaatan. Adapun tujuan sesaat adalah
agar pasien mendapatkan kelegaan, sedangkan tujuan jangka panjang adalah agar pasien
menjadi pribadi yang bermakna penuh. Lebih lanjut, adapun “wujud” tujuan-tujuaan
jangka panjang yang merupakan pantulan falsafah jidup konselor.
Tujuan dan fungsi konselor ialah, mampu membantu konseli (pasien) untuk lebih
mengenal dirinya dan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya Penerapan
bimbingan dan konseling dengan setting rehabilitasi dapat kita lihat dari sejumlah
peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah seperti Permen Kemsos RI
No.22 Tahun 2014 tentang Standar Rehabilitasi Sosial dengan Pendekatan Profesi
Pekerjaan Sosial menyebutkan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Bab II Rehabilitasi Sosial Bagian 2 Bentuk Rehabilitasi Sosial Pasal 7 disebutkan bahwa
rehabilitasi sosial diberikan dalam berbagai bentuk. Salah satu yang berhubungan dengan
bimbingan dan konseling adalah: motivasi, bimbingan mental spiritual, bimbingan fisik,
bimbingan sosial, dan konseling psikososial.
b. Bab II Rehabilitasi konseling sosial bagian 3 tahapan dilaksanakan dengan tahapan:
pendekatan awal, pengungkapan dan pemahaman masalah, penyusunan rencana
pemecahan masalah,

2.3 Peran Konselor Adiksi


Konselor memiliki peran untuk melaksanakan program rehabilitasi narkoba.
Program rehabilitasi yang tepat melalui rehabilitasi sosial dan pasca rehabilitasi. Salah
satunya adalah program konseling/ treatment khusus bagi pengguna zat yang bertujuan
membuat treatment plan yang sesuai dengan karakteristik dan pengalaman pengguna zat
dan bekerja terhadap pencegahan relapse dengan mengatasi issue lingkungan sosial dan
mengembangkan sistem dukungan di komunitas mereka, memberi kesempatan pengguna
zat untuk clean dan sober. Wynn & West-Olatunji (2009) juga menekankan model
perkembangan identitas dapat menjadi penting dalam konseling. Harapan dari model
perkembangan identitas ini untuk mengembangkan identitas pengguna zat dalam masa
pemulihan pada program rehabilitasi narkoba, khusunya rehabilitasi sosial dan pasca
rehabilitasi narkoba.
Konselor adiksi dalam melaksanakan treatment perlu memiliki langkah-langkah
yang tepat, yaitu (a) Menciptakan suasana yang aman untuk pengguna zat, (b) Memahami
karakteristik pecandu sehingga pengguna zat dapat mengakses sumber dayanya. Peran

4
konselor dalam membantu pengguna zat adalah menginformasikan pertemuan dan sumber
daya lain yang mendukung pemulihannya seperti Alcohol Anonimous, (c) Membuat
atmosfer yang mendukung misalnya dengan menanyakan orang-orang yang mendukung
pengguna zat (significant other), (d) Memberi penghargaan pada significantPendekatan
Bimbingan dan Konseling Narkoba Supriyanto & Hendiani other dan mendorong untuk
berpartisipasi dalam treatment, (e) Menjadi pembimbing bagi pengguna zat.
Mendengarkan “apa yang dikatakan pengguna zat.” Mendukung keterbukaan diri dan
penerimaan identitasnya, dan (f) Mendapatkan training mengenai pengetahuan dan
pemahaman dan memperlemah pemulihan.
Adapula hal-hal yang tidak diperbolehkan untuk dilakukan konselor adiksi pada
pengguna zat, yaitu (a) Tidak memberi label pada pengguna zat, (b) Jangan memberi
tekanan pada proses identitas pengguna zat, (c) Tidak menolak significant others atau
anggota keluarga, dan (d) Tidak menginterpretasikan pernyataan pengguna zat. Misalnya
“Anda harus marah karena orang tua tidak menerima jika menjadi transgender.

2.4 Kompetensi Konselor Adiksi


Penggunaan narkoba di masyarakat atau kita sebut dengan pecandu narkoba
mempunyai karakteristik masing-masing. Harvey et al., (2014) menjelaskan bahwa
lingkungan komunitas gay menjadi sarana dalam pengkonsumsian tramadol dan somadril
yang didapatkannya ketika kumpul bersama komunitas dan juga mengakibatkan hubungan
seks yang berisiko, karena dampak dari penggunaan obat-obatan tersebut yaitu bisa
menyebabkan penggunannya mabuk atau lupa diri. Kesehatan jiwa individu yang
menggunakan narkoba mempunyai stressor yang bertambah meliputi perjuangan untuk
mengukuhkan identitas seksual atau gendernya, konflik batin yang datang dari teman dan
keluarganya, ketakutan menghadapi stigma, prasangka, dan kekerasan.

Pengguna zat mempunyai hak yang sama dalam memperoleh layanan treatment.
Cochran & Cauce, (2006) menjelaskan bahwa penyalahguna zat dengan jenis LGBT
memiliki tingkat keparahan dalam masalah penyalahgunaan zat, psikopatologi, dan
tingginya penggunaan pelayanan kesehatan daripada heteroseksual. Perlunya perhatian
khusus dalam menjalankan special treatment terhadap pengguna zat pada komunitas ini.
Konselor dalam komunitas (pecandu narkoba) sebagai kaum minoritas harus memahami

5
seluruh aspek kehidupan pengguna zat. Aspek-aspek yang dimaksud adalah aspek fisik,
psikis, emosional, dan perkembangannya.

2.5 Pendampingan Konselor Adiksi


1. Melakukan Assesment

Assesment yaitu menilai masalah dengan mengumpulkan informasi untuk


menetapkan diagnosis dan modalitas terapi yang paling sesuai baginya. Assessment
merupakan kegiatan penilaian permasalahan dengan cara mengumpulkan informasi,
terutama melalui wawancara. Assessment ini dilakukan untuk memperoleh informasi
mengenai tingkat kecanduan,dan keperluan apa saja yang dibutuhkan klien dalam masa
rehabilitasi. Assesment yang dilakukan oleh konselor adiksi bagi klien pecandu Narkotika
untuk mengetahui kesiapan klien dalam mengikuti program rehabilitasi serta mengetahui
hambatanhambatan yang memungkinkan berpengaruh dalam proses rehabilitasi klien.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa assessment sangat diperlukan untuk
menentukan kelanjutan dalam proses penyembuhan klien.

2. Melakukan Konseling

Konseling merupakan aktivitas yang dilakukan dalam rangka memberikan berbagai


alternative pemecahan masalah. Hubungan ini biasanya bersifat individual meskipun
terkadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu korban
memahami dan memperjelas masalah yang dihadapinya. Sehingga korban dapat membuat
pilihan yang bermakna sebagai pemecahan masalah yang dihadapinya.

Dalam konseling terjadi hubungan antara konselor dan klien untuk saling
menerima dan membagi, yaitu dalam pengertian bahwa mereka dapat.

1) Bersepakat untuk menyukseskan hubungan tersebut

2) Berbagi pengalaman

3) Saling mendengarkan

4) Mendorong pemikiran kreatif

6
5) Saling menghargai nilai-nilai dan tujuan hidup masing-masing.

Konseling sangat penting pada terapi adiksi dan pencegahan kambuh pasien (
relaps ) yang memerlukan komitmen seorang konselor. Peran konselor adalah menciptakan
suasana yang memungkinkan konfrontasi pada klien dan klien dapat menyelesaikan
masalahnya. Pentingnya kualitas hubungan konselor dengan klien ditunjukkan melalui
kemampuan konselor dalam kongruensi (congruence), empati (emphaty), perhatian secara
positif tanpa syarat

Dalam hal ini kemampuan konselor dalam proses konseling sangat mempengaruhi
hasil dari hasil pemberian bantuan kepada klien.

3. Melakukan Monitoring

Monitoring artian dalam bahasa Indonesia adalah pemantauan yang dapat


dijelaskan sebagai kesadaran (awareness) tentang apa yang ingin diketahui, pemantauan
berkadar tingkat tinggi dilakukan agar dapat membuat pengukuran melalui waktu yang
menunjukkan pergerakan ke arah tujuan atau menjauh dari itu. Monitoring adalah aktifitas
yang ditujukan untuk memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari suatu kebijakan
yang sedang dilaksanakan.

Di lakukannya monitoring atau pemantauan, agar dapat mengkaji atau mengamati


dan mengetahui, apakah kegiatan, atau proses sebelumnya telah sesuai dengan rencana
atau tidak.

2.6 Contoh Kasus


12 orang pelajar yang melakukanpPerilaku penyalahgunaan narkoba di kalangan
siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banawa Kabupaten Donggala. Dalam penelitian
ini, pengetahuan informan masih kurang karena informan tidak mampu menjelaskan
dengan baik pengertian dari narkoba dan termasuk ke dalam pengetahuan tingkat pertama
yaitu tahu dan belum masuk pada tingkat aplikasi karena belum mampu menerapkan
informasi yang diterima atau dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang mengatakan bahwa remaja dengan pengetahuan yang buruk
akan beresiko 3,8 kali lebih besar untuk menyalahgunakan narkoba dibandingkan remaja
dengan tingkat pengetahuan yang baik. Berbeda dengan penelitian lain yang
7
mengemukakan bahwa remaja rentan terhadap penyalahgunaan narkoba meskipun
memiliki pengetahuan tentang narkoba. Pengetahuan akan efek buruk dari
penyalahgunaan zat tidak cukup mencegah para remaja untuk menghentikan penggunaan
zat.

Sebagian besar siswa/siswi memiliki sikap pro terhadap penyalahgunaan narkoba.


Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan untuk tetap menggunakan narkoba. Sikap tidak
peduli juga diperlihatkan informan meskipun mengetahui menyalahgunakan narkoba itu
berbahaya bagi diri dan masa depannya. Sikap informan masuk dalam kategori
merespons, yang berarti informan mau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas apakah
perbuatan itu bermanfaat atau tidak. Merespons ini ditandai bahwa informan tetap mau
menggunakan narkoba meskipun mengetahui efek buruk penyalahgunaannya bagi
kesehatan. Pengetahuan informan tentang narkoba dan bahaya penyalahgunaannya dalam
kategori kurang baik dan ditunjukkan dengan sikap yang positif terhadap penyalahgunaan
narkoba. Peraturan sekolah yang memuat tentang pelanggaran narkoba adalah berupa
kebijakan yang dititik beratkan dalam pembinaan dan pengawasan. Sekolah juga aktif
mengikutkan para siswa dalam setiap penyuluhan yang dilakukan oleh instans-instansi
pemerintah terkait ataupun organisasi kemasyarakatan.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konseling Adiksi merupakan bagian dari rangkaian proses rehabilitasi yang harus
dijalani oleh pecandu atau penyalahguna narkoba secara konsinten dan berkesinambungan
untuk dapat terlepas dari kecanduan akan zat yang digunakan. Konseling dilakukan dalam
suatu ruangan yang tertutup untuk menjaga privasi dari klien. Dengan Konseling Adiksi
klein akan mendapatkan bimbingan dan pendampingan sehingga klien memiliki
pemahaman, kemampuan, dukungan dan solusi terkait penanganan adiksi atau
kecanduannya. Awal keberhasilan dari Konseling adiksi adalah adanya niat dari klien
untuk pulih, kemampuan klien untuk menolak menggunakan narkoba baik dari keinginan
diri sendiri ataupun dari orang lain, didorong dengan adanya keluarga yang mendukung
dan lingkungan yang kondusif.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penyusun akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang isi dari
makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.

Demikian penyusunan makalah ini, semoga dengan adanya makalah ini pembaca
dapat mengetahui atau memperdalam materi tentang “Konsep Dasar Konseling Adiksi”.

9
DAFTAR PUSTAKA
Addiction Technology Transfer Centers Website http://www.attcnetwork.org/index.asp

Beni, H & Aryanie, D. (2019). Dampak Konseling Adiksi terhadap Klien Pasca
Rehabilitasi Narkoba di Yayasan Pradita Madani Cempaka Kec. Kedawung Kab. Cirebon.
Prophetic: Professional, Empathy and Islamic Counseling Journal. Vol. 2, No. 2

Herman, Arie Wibowo, Nurdin Rahman . (2019). Perilaku Penyalahgunaan Narkoba Di


Kalangan Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banawa Kabupaten Donggala . FKM
Universitas Tadulako.

Ikawati & Mardiyanti, A. (2019). PERAN KONSELOR ADIKSI DALAM


REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA THE ROLE OF
ADDICTION COUNSELORS IN THE SOCIA. Media Informasi Penelitian
Kesejahteraan Sosial. 251-270

Kusuma, R. H. (2020). Penerapan Konseling Adiksi Narkoba di Balai Rehabilitasi Badan


Narkotika Nasional (BNN) Tanah Merah Samarinda. Islamic Counseling: Jurnal
Bimbingan dan Konseling Islam. Vol. 4, No. 1.

Lubis, N. M (2013) Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan Praktik.


Jakarta: Kencana.

Nursalim, M. (2015). Pengembangan Profesi Bimbingan Dan Konseling. Jakarta :


Erlangga.

Supriyanto, A & Hendiyani N. (2021). PENDEKATAN BIMBINGAN DAN KONSELING


NARKOBA (Panduan Pencegahan Narkoba Berbasis Masyarakat dan Pendekatan
Konseling pada Program Rehabilitasi Narkoba). Yogyakarta : K-Media.

10

Anda mungkin juga menyukai