Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEKNIK KOMUNIKASI PADA GANGGUAN FISIK DAN JIWA


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Komunikasi
Dosen Pengampu: Sri Mulyanti,M.kep

Oleh :
Suci Cinta Nurtresna E2214401078
Shidqi Faiz Dhiaulhaq E2214401075
Ega Rahmat Hidayat E2214401074
Muhammad Wildan Alpariz
E2214401076

D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami
semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang telah
diberikan kepada kami berupa makalah yang berjudul “
Komunikasi Pada Pasien Dengan Gangguan Fisik Dan
Gangguan Jiwa”. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah
pada Rasulullah Muhammad SAW. Dalam penyusunan makalah
ini kami yakin makalah ini kami yakin masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kepada
para pendidik khususnya kepada para pendidik khususnya dan
para pembaca pembaca umumnya umumnya untuk memberikan
memberikan saran dan kritik, kritik, dalam rangka
penyempurnaan penyempurnaan makalah makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan terima kasih yang sebesar- kami
menyampaikan terima kasih yang sebesar- besarnya. Hanya
besarnya. Hanya kepada Allah SWT kami memohon memohon
semoga makalah makalah ini bermanfaat bermanfaat bagi kita
semua.

Tasikmalaya, 10 Maret 2023

Kelompok 8
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR.....................................................................
...................... i
DAFTAR
ISI...................................................................................................
...... ii
BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................
............ 1
A.
LatarBelakang................................................................................
.....1
B. Rumusan Masalah
............................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan
................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
......................................................................... 3
A. Pengeretian Komunikasi
...................................................................... 3
B. Gangguan Fisik dan Gangguan
Jiwa.................................................... 3
C.
KomunikasiTerapeutikPadaGangguanFisik...................................
.4
1. Pengertian Gangguan Fisik
............................................................ 4
2. Komunikasi Pada Gangguan Pendengaran
.................................... 5
3. Komunikasi Pada Gangguan Penglihatan
..................................... 5
4. Komunikasi Pada Gangguan Wicara
............................................ 7
5. Komunikasi Pada Gangguan Perkembangan
................................ 8
D. Komunikasi Terapeutik Pada Gangguan
Jiwa.................................... 8
BAB III PENEUTUP
.......................................................................................... 12
A. Kesimpulan
......................................................................................... 12
B. Saran
................................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA.....................................................................................
...... 13

BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan
dan meningkatkan kontak dengan sesama. Komunikasi
dilakukan oleh semua orang setiap hari, maka oleh semua orang
setiap hari, maka orang seringkali orang seringkali berpikir
bahwa komunikasi adalah s berpikir bahwa komunikasi adalah
sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang
kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan yang
memungkinkan setiap individu bersosialisasi dengan orang lain
dan dengan lingkungan sekitarnya. Sebagai pengobat, dalam
berkomunikasi dengan pasien kita tidak boleh terburu-buru dan
harus mengurangi kebisingan dan distraksi. Kita dapat
Menggunakan kalimat yang jelas dan mudah dimengerti, kalimat
tersebut dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu
kata sering kali terlupa atau ada arti suatu kata sering kali
terlupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan
mengekspresikan tan dalam mengorganisasi dan
mengekspresikan
pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai
untuk mengingatkan pasien dan sering kali terbukti sangat
membantu.
Kesehatan adalah salah satu konsep yang telah sering digunakan
namun sukar untuk dijelaskan artinya. Beberapa faktor yang
berbeda terkadang menyebabkan sukarnya mendefinisikan
kesehatan, kesakitan, dan penyakit. Pada tahun 1947, WHO
mencoba untuk menggambarkan kesehatan secara luas.
Kesehatan (health) diartikan sebagai sebagai keadaan (status)
sehat utuh secara keadaan (status) sehat utuh secara
fisik, mental (rohani), sosial, dan bukan hanya suatu keadaan
yang bebas dari penyakit, cacat,dan kelemahan. Di sisi lain,
penyakit merupakan gangguan Di sisi lain, penyakit merupakan
gangguan fungsi at fungsi atau adaptasi dari proses-proses
biologis da au adaptasi dari proses-proses biologis dan
psikofisiologis pada seseorang. Kesakitan adalah reaksi
personal, interpers eaksi personal, interpersonal serta kultural
onal serta kultural terhadap penyakit. Kesakitan juga merupakan
terhadap penyakit. Kesakitan juga merupakan respon subjektif
dari pasien, serta respon di subjektif dari pasien, serta respon di
sekitarnya terhadap keadaan tidak sehat, tidak hanya
memasukkan pengalaman tidak sehatnya saja, tapi arti dari
pengalaman tersebut bagi pasien.
B. RumusanMasalah
Pertama kita harus mencoba mengerti apa itu yang di maksud
dengan komunikasi. Sebagai pemahaman yang paling mendasar
kita harus dapat mengerti dahuluan. Setelah itu kita dapat
memasuki pemahaman berikutnya. apa yang dimaksud
komunikasi terapeutik.
Setelahmengerti komunikasi, kita baru dapat membedakan
komunikasi dan komunikasi
terapeutik.Pada akhirnya kita dapat mendefinisikan apa yang
dimaksud komunikasi
terapeutik pada pasien gangguan fisik dan jiwa.

C. Tujuan Penulisan
Pentingnya mengetahui pengertian komunikasi. Komunikasi
yang telah selama ini kita lakukan tanpa kita sadari, dan dapat
memperbaiki komunikasi di antara kita.Pentingnya mengetahui
pengertian komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik sangat
bermanfaat bagi semua praktisi medis dan dapat membuat kita
dapat berkomunikasi lebih baik lagi dengan pasien kita.
Pentingnya mengetahui komunikasi terapeutik pada pasien
gangguan fisik dan gangguan jiwa. Tanpa kita sadari para pasien
terpengaruh dari gangguan fisik dan jiwa yang mereka alami
.Sakit yang telah menahun dan keinginan untuk sembuh dapat
mempengaruhi status fisik dan jiwa dari pasien kita
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Pengertian Komunikasi
Menurut Depkes RI tahun 2001, komunikasi adalah suatu
proses menyampaikan pesan yang dilakukan oleh seseorang
kepada pihak lain yang bertujuan untuk menciptakan persamaan
pikiran antara pengirim dan penerima pesan.
Menurut Dale Yoder, kata “communication” Menurut Dale
Yoder, kata “communication” berasal da berasal dari sumber
yang sama seperti kata ri sumber yang sama seperti
kata“common” yang berarti sama, bersama-sama dalam
membagi ide, setiap orang mempunyai pemahaman yang sama.
Oleh karena itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita
untukdapat memahami satu dengan yang lainnya.
B. GangguanFisikdanGangguanJiwa.
Kondisi fisik dan psikologis seseorang seringkali saling
terkait. Pasien yang mederita penyakit bisa dari sakit fisik
memicu munculnya gangguan psikologis. Ini lebih sering
terlihat pada pasien yang sakitnya sudah tahunan. Sebaliknya
pula, dari gangguan psikologis bisa muncul sakit fisik. Misalnya
pasien secara tidak sadar melukai dirinya sendiri. Dalam
mengkaji hubungan di antara keduanya, analisis permasalahan
meliputi pencarian/penggalian dan penjelasan hubungan antara
kepribadian dan penyakit fisik yang diikuti dengan pendekatan
penelitian kontemporer.
Sebenarnya apa perbedaan antara gangguan psikologis seperti
cemas dan depresi dengan gangguan fisik seperti penyakit
infeksi dan kanker? Secara langsung, gangguan psikologis dapat
dijelaskan dengan mengetahui penyebab psikologis itu sendiri
seperti stres, pengalaman trauma, dan masalah kanak-kanak.
Sementara itu, gangguan fisik dapat diakibatkan oleh penyebab
fisik misalnya cacat tubuh, cacat bawaan dan luka di tubuh yang
mengganggu pergerakkan. Setelah mengetahui itu, kita dapat
menggunakan sarana terapi yang tepat bagi masing – masing
pasien. Pasien dengan gangguan psikologis seharusnya
diarahkan ke sarana penyembuhan psikologi supaya dapat
disembuhkan disembuhkan dengan menggunakan terapi seperti
psikoterapi dan terapi perilaku, sedangkan gangguan fisik
diarahkan ke klinik atau rumah sakit agar disembuhkan secara
medis.
Gangguan psikologis berkisar dari penyakit mental yang serius
sampai kasus yang depresi yang relatif ringan yang biasanya
disebabkan ketidakseimbang biokimia, sering dianggap sebagai
gangguan keturunan. Hal ini terutama didukung oleh penelitian
DNA. Di sisi lain, jenis kepribadian tertentu ada yang mudah
terkena penyakit jantung dan stres, yang merupakan faktor
utama dalam penyebab banyak penyakit fisik. Pengobatan
holistik dan terapi sejenisnya untuk penyakit fisik seringnya
mempunyai komponen psikologi yang besar seperti program
manajemen
stres, relaksasi, hingga pelatihan pernafasan.
C. KomunikasiTerapeutikPadaGangguanFisik
1. Pengertian Gangguan Fisik
Gangguan fisik adalah suatu keadaan dimana seseorang
mempunyai kekurangan pada anggota tubuh atau terganggunya
sistem organ dalam tubuh, sensorik, dan motorik pada tubuh.
Gangguan fisik yang dari kekurangan anggota tubuh sering kali
membuat pergerakan terganggu. Gangguan dari sistem organ
membuat pasien berasa tidak enak badan dan harus
mendapatkan pengobatan medis.
Gangguan fisik ini bisa dialami oleh semua orang baik orang
dewasa maupun anak kecil. Untuk orang dewasa gangguan fisik
ini dimungkinkan karena faktor eksternal seperti : kecelakaan
yang menyebabkan rusaknya anggota tubuh atau organ tubuh,
sehingga menimbulkan keterbatasan dalam beraktivitas.
Sedangkan gangguan fisik yang dialami oleh anak kecil
dikarenakan oleh faktor bawaan seperti :
a. Kelainan pada sistem cerebral (sistem syarat pusat), gangguan
fisik ini disebabkan oleh luka pada otak yang mempengaruhi
kemampuan menggerakkan bagian-bagian tubuh manusia
(gangguan motorik), disebut juga cerebral palsy (CP). Menurut
letak kelainan otak dan fungsi geraknya, cerebral palsy
dibedakan atas : spastic (kekakuan sebagian atau seluruh otot
karena kerusakan pada cortex cerebri), athetoid (gerakan kaki
tangan di luar kemauan karena kerusakan pada basal ganglia).
Ataxia (hambatan keseimbangan kerema kerusakan pada otak
kecil/cerebellum), rigid (kekuatan seluruh anggota gerak karena
kerusakan pada basal ganglia), tremor (gerakan kecil yang terus-
menerus karena kerusakan pada basal ganglia).
b. Kelainan pada sistem musculus skeletal (sistem otot dan
rangka), gangguan fisik ini dialami oelh anak-anak yang
memiliki cacat fisik akibat kelemahan atau penyakit pada otot
atau tulang, disebut juga gangguan orthopedic. Jenis kelainan
yang berkaitan dengan sistem ototdan rangka meliputi : polio
(kelumpuhan tangan dan kaki karena virus polio), muscular
dystrophy (kelumpuhan yang bersifat progresif karena otot tidak
dapat berkembang), osteogenesis imperfect (tulang mudah patah
karena pertumbuhan kerangka tulang tidak normal), spina bifida
(kelumpuhan anggota tubuh bagian bawah karena sebagian ruas
tulang belakang tidak menutup), hambatan fisik motorik karena
bawaan lahir (bentuk kaki tangan seperti tongkat, tubuh kerdil,
hydrocephalus atau micrcephalus, jari kurang atau lebih dari
lima, dilahirkan tanpa anggota tubuh tertentu, dan lain-lain).
c. Gangguan kesehatan yang mempengaruhi kemampuan fisik,
antara lain : asma
(penyempitan pembuluh tenggorokan) dan hemophilia
(kelainan/kurangnya produksi factor pembekuan darah).
2. Komunikasi pada Pasien Gangguan Pendengaran
Pada pasien dengan gangguan pendengaran, media
komunikasi yang paling sering digunakan ialah media visual.
Pasien menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan
orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan
bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi pasien ini
sehingga dalam melakukan komunikasi, diusahakan supaya
sikap dan gerakan kita dapat ditangkap oleh indra visual si
pasien.
1) Teknik-
teknikkomunikasiyangdapatdigunakanpadapasiendenganganggu
anpendengaran, antara lain:
a) Orientasikan kehadiran kita dengan cara menyentuh pasien
atau memposisikan diri di hadapan yang terlihat oleh pasien.
b) Gunakan bahasa dan kalimat yang sederhana dan bicaralah
dengan perlahan untuk memudahkan pasien membaca gerak
bibir kita.
c) Usahakan berbicara dengan posisi tepat di hadapan atau di
depan pasien dan pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah
yang lazim.
d) Jangan melakukan pembicaraan ketika kita sedang
mengunyah sesuatu, misalnya permen karet.
e) Bila mungkin gunakan bahasa pantomim dengan gerakan
yang sederhana dan wajar.
f) Jika diperlukan gunakanlah bahasa jari atau jika kita
menguasai bahasa isyarat, dapat
menggunakannya.
g) Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan,
cobalah sampaikan pesan dalam
bentuk tulisan, gambar atau simbol yang mudah dimengerti.
3. Komunikasi pada Pasien Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan
organ, maupun bawaan dari lahir. Gangguan penglihatan karena
kerusakan organ misalnya: kornea, lensa mata, kekeruhan humor
viterius, maupun kerusakan kornea, serta kerusakan saraf
penghantar impuls menuju otak. Kerusakan di tingkat persepsi
antara lain dialami pasien dengankerusakan otak. Semua ini
mengakibatkan penurunan visus hingga dapat menyebabkan
kebutaan, baik parsial maupun total. Akibat kerusakan visual,
kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat
bergantung pada pendengaran dan sentuhan.Oleh karena itu,
komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi
pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat
mungkin harus digantikan oleh informasi yang dapat ditransfer
melalui indra yang lain.
1). Teknik Komunikasi
Berikut adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama
berkomunikasi dengan pasien yang mengalami gangguan
penglihatan :
a) Sedapat mungkin pengobat mengambil posisi yang dapat
dilihat pasien bila pasien mengalami kebutaan parsial atau total.
b) Sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran kita ketika
berada di dekat pasien.
c) Identifikasikan diri kita dengan menyebutkan nama .
• Berbicaralah dengan menggunakan nada suara normal bila
kondisi pasien tidak memungkinkan pasien menerima
pesan verbal secara visual. Dalam kondisi ini, nada suara
kita memegang peranan besar dan bermakna bagi pasien.
• Terangkan alasan kita menyentuh atau mengucapkan kata –
kata sebelum melakukan sentuhan apapun pada pasien.
• Informasikan kepada pasien ketika kita akan meninggalkan
ruangan atau meninggalkan pasien / memutus komunikasi.
• Orientasikan pasien dengan suara – suara yang terdengar
disekitarnya.
• Orientasikan pasien pada lingkunganya bila pasien dipindah
ke lingkungan / ruangan yang
• baru.
2. Syarat-Syarat Komunikasi
Dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien
dengan gangguan sensori penglihatan, kita sebagai pengobat
dituntut untuk menjadi komunikator yang baik sehingga terjalin
hubungan terapeutik yang efektif antara pengobat dan pasien,
untuk itu syarat yang harus dimiliki oleh pengobat dalam
berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan sensori
penglihatan adalah:
a) Adanya kesiapan, artinya pesan atau informasi, cara
penyampaian, dan saluarannya harus dipersiapkan terlebih
dahulu secara matang.
b) Kesungguhan, artinya apapun wujud dari pesan atau
informasi tersebut tetap harus disampaikan secara sungguh-
sungguh atau serius.
c) Ketulusan, artinya sebelum individu memberikan informasi
atau pesan kepada individu lain, pemberi informasi harus merasa
yakin bahwa apa yang disampaikan itu merupakan sesuatu yang
baik dan memang perlu serta berguna untuk si pasien.
o Kepercayaan diri, artinya jika pengobat mempunyai
kepercayaan diri maka hal ini akan sangat berpengaruh
pada cara penyampaiannya kepada pasien.
o Ketenangan, artinya sebaik apapun dan sejelek apapun
yang akan disampaikan, perawat harus bersifat tenang,
tidak emosi maupun memancing emosi pasien, karena
dengan adanya ketenangan maka informasi yang
disampaikan akan lebih jelas, baik dan lancar.
o Keramahan, artinya bahwa keramahan ini merupakan
kunci sukses dari kegiatan komunikasi, karena dengan
keramahan yang tulus tanpa dibuat-buat akan menimbulkan
perasaan tenang, senang dan aman bagi pasien.
o Kesederhanaan, artinya di dalam penyampaian informasi,
sebaiknya dibuat sederhana baik bahasa, pengungkapan dan
penyampaiannya. Meskipun informasi itu panjang dan
rumit akan tetapi kalau diberikan secara sederhana,
berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan
informasi dengan baik
4. Komunikasi pada Pasien Gangguan Wicara
Gangguan wicara dapat terjadi akibat kerusakan organ
lingual, kerusakan pita suara, ataupun gangguan persarafan.
Berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan wicara
memerlukan kesabaran supaya pesan dapat dikirim dan
ditangkap dengan benar pasien yang mengalami gangguan
wicara umumnya telah belajar berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa isyarat atau menggunakan tulisan atau
gambar.
1). Pada saat berkomunikasi dengan pasien gangguan wicara, hal
– hal berikut perlu di perhatikan:
a) Pengobat benar – benar dapat memperhatikan mimik dan
gerak bibir pasien.
b) Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan
mengulang kembali kata-kata
yang diucapkan pasien
c) pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak
topik, komunikasi
dengan pasien tidak menyimpang.
• Mengendalikan pembicaraan sehingga pasien menjadi lebih
rileks dan
• komunikasi menjadi lebih pelan.
• Memperhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan
dapat
• diterima dengan baik
• Gunakan bahasa isyarat, tulisan, gambar atau simbol bila
diperlukan.
• Apabila memungkinkan, hadirkan orang yang terbiasa
berkomunikasi lisan 7
• dengan pasien untuk menjadi mediator komunikasi.
5. Komunikasi pada Pasien Gangguan Perkembangan
Berbagai kondisi dapat mengakibatkan gangguan
perkembangan kognitif pada pasien, antara lain akibat penyakit :
retardasi mental, syndrome down, ataupun situasi sosial, misal,
pendidikan yang rendah, kebudayaan primitif, dan sebagainya.
Dalam berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan
kematangan kognitif, sebaiknya kita memperhatikan prinsip
komunikasi bahwa komunikasi dilakukan dengan pendekatan
komunikasi efektif, yaitu mengikuti kaidah sesuai kemampuan
audience (capability of audience) dengan demikian komunikasi
dapat berlangsung lebih efektif
1). Cara – cara berkomunikasi dengan pasien yang mengalami
gangguan kematangan kognitif / perkembangan kognitif :
a) Berbicaralah dengan menggunakan tema yang jelas dan
terbatas.
b) Hindari menggunakan istilah yang membingungkan
pasien, usahakan menggunakan kata pengganti yang lebih
mudah dimengerti dengan menggunakan contoh atau
gambar dan simbol yang mudah dimengerti oleh pasien.
c) Berbicaralah dengan menggunakan nada yang relatif
datar dan Nada tinggi seringkali diterima oleh pasien
sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan.
d)
Selalulakukanpengulangandantanyakankembalipesanyangd
iutarakanuntuk memastikan kembali maksud pesan sudah
diterima dengan baik oleh pasien.
e) Berhati – hatilah dalam menggunakan teknik komunikasi
non verbal karena dapat menimbulkan interprestasi yang
berbeda pada pasien dan menimbulkam sesuatu yang tidak
di inginkan.
D. Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Gangguan Jiwa.
Gangguan jiwa adalah gangguan pada otak yang ditandai
oleh tergantungnya emosi, proses berfikir,prilaku dan presepsi
(penangkapan panca indera). Gangguan.
1. Komunikasi Terapeutik pada Pasien Gangguan Jiwa
Berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa
membutuhkan sebuah teknik khusus, ada beberapa hal yang
membedakan berkomunikasi antara orang gangguan jiwa dengan
gangguan akibat penyakit fisik. Perbedaannya adalah :
a.Penderita gangguan jiwa cenderung mengalami gangguan
konsep diri, penderita gangguan penyakit fisik masih
memiliki konsep diri yang wajar (kecuali pasien
dengan perubahan fisik, ex : pasien dengan penyakit kulit,
pasien amputasi, pasien
pentakit terminal dll).
b. Penderita gangguan jiwa cenderung asyik dengan dirinya
sendiri sedangkan
penderita penyakit fisik membutuhkan support dari orang
lain.
c.Penderita gangguan jiwa cenderung sehat secara fisik,
penderita penyakit fisik bisa saja
jiwanya sehat tetapi bisa juga jiwa ikut terganggu.
Sebenarnya ada banyak perbedaan, tetapi intinya bukan pada
mengungkap perbedaan antara penyakit jiwa dan penyakit fisik
tetapi pada metode komunikasinya.Komunikasi dengan
penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah dasar
pengetahuan tentang ilmu komunikasi yang benar, ide yang
mereka lontarkan terkadang melompat, fokus terhadap topik bisa
saja rendah, kemampuan menciptakan dan mengolah kata – kata
bisa saja kacau balau.
a)Ada beberapa trik ketika harus berkomunikasi dengan
penderita gangguan jiwa :
• Pada pasien halusinasi maka perbanyak aktivitas
komunikasi, baik meminta klien berkomunikasi dengan
klien lain maupun dengan perawat, pasien halusinasi
terkadang menikmati dunianya dan harus sering harus
dialihkan dengan aktivitas fisik.
• Pada pasien harga diri rendah harus banyak diberikan
reinforcementPada pasien yangsering menarik diri harus
sering dilibatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang
bersama – sama ajari dan contohkan cara berkenalan dan
berbincang dengan pasien lain, beri penjelasan manfaat
berhubungan dengan orang lain dan akibatnya jika dia tidak
mau berhubungan, dll.
b). Tujuan Komunikasi Terhadap Pasien Gangguan Jiwa adalah:
□ Pengobat dapat memahami orang lain.
□ Menggali perilaku pasien
□ Memahami perlunya memberi pujian
□ Memperoleh informasi pasien
Sebagai contoh : Komunikasi pada pasien gangguan jiwa dengan
masalah resiko bunuh
diri.Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2OOO),
bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain :
1) Bunuh diri adalah membunuh diri sandiri secara
internasional
2) Bunuh diri dilakukan dengan intense
3) Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
4) Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung(aktif).atau
tidak lansung (pasif), misalnya
tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup
atau secara sengaja berada di rel kereta api
- Tindakan keperawatan yang dapat diambil:
➢ Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan
pengobat
➢ Perkenalan diri dengan pasien
➢ Tanggapi pernbicaraan pasien dengan sabar dan tidak
menyangkal.
➢ Bicara dengan tegas jelas dan jujur
➢ Bersifat hangat dan bersahabat
- Usahakan pasien dapat terlindungi dari prilaku bunuh diri
seperti :
➢ Jauhkan pasien dari benda benda yang dapat membahayakan
(pisau, silet gunting tali kaca dan lain-lain).
➢ Tempatkan kllen di ruangan yang tenang dan selalu terlihat
oleh perawat.
➢ Awasi pasien secara ketat Setiap saat
- Kita sebagai Pengobat dalam menghadapi pasien yang ingin
bunuh diri ,kita harus dapat mengekspresikan perasaannya
dengan cara :
• Dengarkan keluhan yang dirasakan
• Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan
keraguan, ketakutan dan keputusasaan
• Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan
bagimana harapannya
• Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti
penderitaan, kematian, dan lain-lain Beri dukungan
pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keingnan
- Pasien diusahakan agar dapat meningkatkan harga dirinya
dengan cara :
➢ Bantu untuk memahami bahwa pasien dapat mengatasi kep
➢ Bantu mengdentifikasi Sumbet sumber harapan (misal
hubungan atar sesama, keyakinan, hala-hal untuk diselesaikan).
Pasien dapat menggunakan koping yang adaptif.
➢ Ajarkan untuk mengdentifikasi pengalaman-pengalaman
yang menyenangkan setiap trari (e.g.
berjalan-ialan’ membaca buku favorit’ menulis surat dll’)’
➢ Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan ia sayang
dan pentingnya terhadap
kehidupan orang lain mengesampingkan tentang kegagalan
dalam kesehatan
➢ Beri dorongan untuk berbagai keprihatinan pada orang lain
yang mempunyai suatu masalah
atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman
positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan
koping yang efektif
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi adalah suatu proses menyampaikan pesan yang
dilakukan oleh seseorang kepada pihak lain yang bertujuan
untuk menciptakan persamaan pikiran antara pengirim dan
penerima pesan. Komunikasi terapeutik adalah suatu
pengalaman bersama antara pengobat dan pasien yang bertujuan
untuk menyelesaikan masalah pasien yang mempengaruhi
perilaku pasien. Secara langsung, gangguan psikologis / jiwa
dapat dijelaskan dengan mengetahui penyebab psikologis itu
sendiri. Penyebab tersebut diantara lainnya seperti stres,
pengalaman trauma, dan masalah pada masa kanak-kanak.
Sementara itu, gangguan fisik diakibatkan oleh penyebab fisik
yang beraneka ragam. Dengan mengetahui perbedaan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa gangguan psikologis seharusnya
disembuhkan dengan sarana psikologi seperti psikoterapi dan
terapi perilaku, sedangkan gangguan fisik disembuhkan secara
medis.
B. Saran
Saran-saran yang ingin disampaikan dengan penulisan makalah
ini yaitu:
1. Pengobat harus bisa menghadapi pasien dengan gangguan
fisik dan jiwa agar terjadi hubungan terapeutik dengan pasien.
Walaupun pasien mempunyai gangguan persepsi sensori,
pengobat harus merawat pasien dengan baik dan mengetahui
teknik-teknik komunikasi yang harus lebih diperhatikan.
2. Pengobat mampu menguasai cara-cara berkomunikasi
denganpasien yang terganggu fisik dan mentalnya lebih efektif
karena telah mengetahui bagaimana terapeutik

DAFTAR PUSTAKA
Arwani. (2003). Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: EGC
Cangara, Hafied. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta :
Raja Grafindo Persada Indrawati. (2003). Komunikasi Untuk
Perawat, Jakarta: EGC
Machfoedz, Machmud. (2009). Komunikasi Keperawatan
(Komunikasi Terapeutik). Yogjakarta: Ganbika.
Lexy J. Moleong. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja. Rosdakarya. Pawito. (2007). Metode
Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS.
Rasmun, S. (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psekiatri
Terintegrasi dengan Keluarga. Jakarta: Fajar Inter Pratama.

Anda mungkin juga menyukai