Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KOMUNIKASI DALAM KONTEKS KEYAKINAN (AGAMA)


MATA KULIAH : KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

Oleh :

1. Muhammad Saadi (22200001)


2. Helen Arina Putri (22200003)
3. Fartiza (22200007)
4. Lilla Sawitri (22200009)
5. Yossiana Dalimunte (22200013)
6. Melyani (22200015)
7. Jefri Agustian (22200017)

Dosen pengampu : Ns. Anisa Sri Utami, S.kep, M.kep,

S1 Ilmu Keperawatan
Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
2023
Kata Pengantar

Alhamdulillahirabbil ‘alamin puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah dengan judul
“KOMUNIKASI DALAM KONTEKS KEPERCAYAAN
(AGAMA)” dapat di selesaikan dengan baik. Makalah ini di susun guna memenuhi mata kuliah
KOMUNIKASI DASAR KEPERAWATAN, program studi Ilmu Keperawatan.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk kedepanya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah agar
menjadi lebih baik lagi.

Makalah ini tidak bisa mendekasi atas kesempurnaan karena kesempurnaan itu
hanyalah milik Allah SWT. semata, Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami,kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengahapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat baik bagi saya maupun untuk semuanya.

Bukittinggi, 15 mai 2023

Penulis
Daftar isi
MAKALAH.......................................................................................................................................1
BAB I pendahuluan...................................................................................................................4
1.1 Latar belakang.................................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................................4
1.3 Tujuan penulisan.............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5
2.1 Pengertian komunikasi keyakinan...................................................................................5
2.2 Komunikasi dalam konteks spiritual................................................................................6
2.3 Komunikasi dalam konteks ritual....................................................................................7
2.4 Manfaat komunikasi keyakinan kesehatan.....................................................................8
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................10
daftar isi........................................................................................................................................11
BAB I
pendahuluan

I.1 Latar belakang


Komunikasi menjadi suatu kebutuhan bagi manusia menusia perlu berkomunikasi
untuk menyampaikan pesan atau gagasan yang dimilki kepada orang lain. Menurut
Berelson dan Sainer (1964) komunikasi merupakan suatu proses penaympaian informasi,
gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain. Melalui penggunaaan simbol dan kata-kata,
gambar-gambar, angka-angka dan lainnya.

Komunikasi sebagai alat utama perawat dalam menyampaikan empati, rasa


hormat dan regimen keperawatan pada pasien. Komunikasi efektif juga merupakan hal
yang sangat penting dan kunci suksesnya pemberian asuhan keperawatan/ ketaatan pada
regimen keperawatan. Penelitian telah menunjukkan bahwa komunikasi efektif yang
berpusat pada pasien dan keluarga, mampu meningkatkan kepuasan pasien (Griffith et al.,
2003; Little et al., 2001). Penelitian lain juga melaporkan bahwa ketaatan pasien terhadap
regimen keperawatan meningkat dengan peningkatan komunikasi antara perawat - pasien
– keluarga

I.2 Rumusan masalah

1. Apa pengertian komunikasi keyakinan?


1. Bagaimana komunikasi dalam konteks spiritual?
2. Bagaimana komunikasi dalam konteks ritual?
3. Apa manfaat komunikasi keyakinan kesehatan?
4. Apa model komunikasi keyakinan kesehatan menurut para ahli?

I.3 Tujuan penulisan

1. Mengetahui pengertian komunikasi keyakinan.


1. Mengetahui Bagaimana komunikasi dalam konteks spiritual.
2. Mengetahui Bagaimana komunikasi dalam konteks ritual.
3. Mengetahui Apa manfaat komunikasi keyakinan kesehatan.
4. Mengetahui Apa model komunikasi keyakinan kesehatan menurut para ahli.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian komunikasi keyakinan

Model Keyakinan Kesehatan (Health Belif Model-HBM) dikembangkan sejak 1950


olehn kelompok ahli psikologi sosial dalam pelayanan kesehatan masyarakat Amerika.
Model ini digunakan untuk menjelaskan kegagalan partisipasi masyarakat secara luas
dalam program pencegahan atau deteksi penyakit. Model ini juga sering dipertimbangkan
sebagai kerangka utama perilaku kesehatan yang dimulai dari pertimbangan orang-orang
tentang kesehatan. Selain itu, model keyakinan kesehatan digunakan untuk
mengidentifikasi  prioritas beberapa faktor penting yang berdampak terhadap
pengambilan keputusan secara rasional dalam situasi yang tidak menentu (Rosenstock,
1990).

Pada 1974, pendidikan kesehatan mencurahkan seluruh perhatian terhadap isu


keyakinan kesehatan dan perilaku kesehatan individu. Isu tersebut merupakan
kesimpulan dari riset keyakinan kesehatan dalam memahami alasan individu melakukan
atau tidak melakukan tindakan kesehatan, berkaitan dengan berbagai hubungan variasi
yang lebih luas. Isu tersebut juga memberikan dukungan penting dari  Model Keyakinan
Kesehatan dalam menjelaskan prilaku pencegahan dan respns terhadap gejala atau
diagnosis penyakit.

Model keyakinan kesehatan merupakan model kognitif yang digunakan untuk


meramalkan perilaku peningkatan kesehatan. Menurut Model Keyakinan Kesehatan,
tindakan pencegahan yang mungkin dilakukan seseorang dipengaruhi secara langsung dari
hasil dua keyakinan atau penilaian kesehatan antara lain ancaman yang dirasakan setara
penilaian terhadap keuntungan dan kerugian.

Acaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury or illness)
mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir bahwa penyakit atau rasa sakt benar-
benar mengancan dirinya. Jika ancaman meningkat, maka perilaku pencegahan juga akan
meningkat. Penilaian tentang ancaman berdasar pada kerentanan (perceived
vurnerabilitiy) dan derajat keparahan (perceived severity) yang dirasakan. Induidu
mungkin dapat menciptakan masalah kesehatannya sendiri sesuai dengan kondisi.
Individu mengevaluasi keseriusan penyakit jika penyakit tersebut muncul akibat ulah
dirinya sendiri atau penyakit sengaja tidak ditanagani.
Pertimbanagan antara keuntungan dan kerugian perilaku memengaruhi seseorang
untuk memutuskan melakukan melakukan tindakan pencegahan atau tidak. Petunjuk
berperilaku yang disebut sebagai keyakinan terhadap posisi yang menonjol (salient
position) diduga tepat memulai proses perperilaku. Hal ini berupa berbagai informasi dari
luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan (misalnya media massa, kampanye,
nasihat orang lain, pengalaman penyakit dari anggota keluarga yang lain atau teman.

Ancaman dan pertimbangan keuntungan dan kerugian dipengaruhi oleh berbagai


variabel, yaitu variabel demografi (umur, jenis kelamin, latar belakang budaya), variabel
sosiopsikologis (kepribadaian, kelas, sosial, tekanan sosial),dan variabel struktrual
(pengetahuan dan pengalaman sebelumnya). Sebagai contoh, orang tua dan remaja akan
memandang penyakit jantung atau kanker secara berbeda. Sikap orang sudah memiliki
pengalaman dan penyakit tertentu akan berbeda dibandingkan orang yang tidak memiliki
pengalaman ini.

II.2 Komunikasi dalam konteks spiritual


Firdastin (2012), Komunikasi Spiritual menurut Nina Syam adalah peristiwa
komunikasi yang terjadi antara manusia dengan Tuhannya. Atau dapat dipahami pula
bahwa komunikasi spiritual berhubungan dengan dengan hal keagamaan. Artinya:
komunikasi yang didasari dengan nuansa keagamaan.

Sedangkan menurut Lodra (2017:250) komunikasi spritual mengandung makna


rohaniah atau sesuatu terkait dengan karunia Tuhan (rohani) diberikan pada
manusia, dan spritual itu merupakan pancaran sifat-sifat ketahanan. Peristiwa
komunikasi tidak didominasi oleh manusia, bisa juga antar binatang atau jenis
mahluk lainnya. Pada manusia komunikasi dibangun atas kepentingan dari pihak-pihak
tertentu dengan berbagai media. Media dalam komunikasi diartikan sebagai alat bantu
agar tujuan-tujuan tersebut dengan mudah bisa dipahami dan dimengerti. Sedangkan
spritual dimaknai sebagai kegiatan manusia dalam tataran rohaniah yang bersifat
transendensi, sulit dipahami, dimengerti oleh logika dan pikiran orang lain dalam bentuk
tanda dan penanda. Hal tersebut dalam teori tanda Saussure, pemaknaan atas suatu
tanda didekati dengan model dua sisi (dikotomis) dan bersifat konvensional dengan
memanfaatkan perangkat sosial yang ada dan pratik sosial.

Manusia modern menyangsikan adanya alam ghaib, benda-benda ghaib, dan


fenomena-fenomena ghaib. Dalam ajaran agama dan spritual tidak lepas dari urusan yang
bersifat spritual dan fenomena supranatural seperti pada ritual
penanaman/pemendaman kepala sapi yang terjadi di kawasan wisata hutan bambu Desa
Sumbermujur.

Marzuki (2006), Dalam kepercayaan dan keyakinan hindu, fenomena- fenomena


adanya mahluk gaib yang baik dan buruk dikenal dan dipuja bersifat pamerih. Dalam
artian makhluk-makhluk halus ada sifatnya menguntungkan.

II.3 Komunikasi dalam konteks ritual


Dalam buku “Communication As Cultural Revisied Edision” oleh James
W. Carey mengatakan bahwa, ”In a ritual definition, communication is linked to terms
such as “sharing,” “participation,” “association,” “fellowship,” and “the possession of a
common faith”. Tujuan Komunikasi Ritual tidak secara langsung ditujukan untuk
menyebarkan informasi atau pengaruh namun untuk menciptakan, menghadirkan
kembali, serta menjunjung tinggi keyakinan-keyakinan ilusif yang telah dimiliki bersama.

Selain dari konsep di atas, Hamad (2006 ; 2-3) memberikan penjelasan tentang
komunikasi ritual ialah suatu ikatan hubungan yang erat dengan aktivitas atau kegiatan
berbagi, berpartisipasi, berkumpul, bersahabat, dari suatu komunitas atau kelompok
mempunyai satu keyakinan yang sama.

Berlandaskan penjelasan di atas, peneliti dapat meraih benang merah


bahwasannya komunikasi ritual bukan hanya memiliki fungsi untuk mengirimkan pesan
yang memuat simbol-simbol saja, dilain sisi juga memiliki maksud atau tujuan untuk
mengubah cara pandang, cara fikir, serta bagaimana untuk bersikap dalam menciptakan,
menghadirkan kembali, dan merayakan keyakinan yang telah dianut bersama dapat
diterapkan dengan hal-hal yang sederhana.

Adapun contoh dari salah satu kegiatan komunikasi ritual ialah kegiatan yang dilakukan
oleh masyarakat Desa Sumbermujur akan membuat sesajen gunungan yang terdiri dari
hasil alam yang dipanen oleh petani sekitar dan membuat nasi ingkung dalam porsi
besar. Nantinya gunungan tersebut akan dibagikan kepada seluruh warga yang
menyaksikan ataupun yang mengikuti prosesi ritual tersebut dan nasi ingkung tersebut
akan dimakan bersama-sama pada akhir acara ritual, dalam arti lain yaitu selamatan.
Masyarakat mempercayai bila diletakkannya sesajen pada acara ritual tersebut arwah
leluhur yang bersemayam di tempat tersebut akan merasa dihargai keberadaannya.
manusia dan ada pula yang merugikan kehidupan manusia. Oleh sebab itu, manusia
berusaha untuk menaklukan makhluk-makhluk halus yang sebelumnya buruk agar
menjadi jinak, sehingga dapat hidup berdampingan dengan manusia, salah satu dari
usaha tersebut yaitu dengan memberikan berbagai ritus atau upacara. Selain itu,,
masyarakat Jawa juga mempercayai akan keberadaan Dewa. Dalam hal ini yang
dimaksudkan komunikasi spritual mengandung makna rohaniah atau sesuatu terkait
dengan karunia Tuhan (rohani) diberikan pada manusia dan spritual itu merupakan
pancaran sifat-sifat ketuhanan.

Berdasarkan penjabaran konsep di atas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa


komunikasi spiritual tidak hanya menyimpan sebuah makna yang tersirat di dalam
penanaman kepala sapi. Serta dalam komunikasi spiritual tidak selalu berkenaan dengan
unsur agama saja, namun kepercayaan. Dibalik keprcayaan tersebut ada suatu tujuan
dengan diadakanya penanaman kepala sapi yaitu unsur komunikasi dengan Tuhan,
makhluk ghaib, roh nenek moyang maupun sosok Dewa yang telah dipercayai masyarakat
Desa Sumbermujur. Dalam hal ini komunikasi spritual mempunyai sifat kepercayaan
masing-masing dalam diri manusia. Kepercayaan tersebut dianggap sakral yang dapat
menghubungkan manusia dengan zat yang Maha tinggi demi mengharapkan kehidupan
yang tentram, suci, bersih dan bentuk ekspresi puji syukur terhadap Tuhan, dan ataupun
kepada Dewa, kepada roh nenek moyang. Berdasarkan dari penjelasan uraian di atas
bahwa dalam tradisi ritual kebudayaan terdapat komunikasi spiritual. Serta perlu diingat
kembali bahwa ritual penanaman kepala sapi merupakan ritual sakral tradisi kejawen
yang mengandung hal-hal mistis.

II.4 Manfaat komunikasi keyakinan kesehatan

Model Kepercayaan kesehatan (HBM) ini digunakan untuk meramalkan perilaku


peningkatan kesehatan. Model kepercayaan kesehatan merupakan model kognitif yang
berarti bahwa khususnya proses kognitif dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan.
Menurut model kepercayaan kesehatan kemungkinan individu akan melakukan tindakan
pencegahan tergantung secara langsung pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian
kesehatan yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit dan pertimbangan tentang
keuntungan dan kerugian.
Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan
muncul. Hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir penyakit atau kesakitan
betul-betul merupakan ancaman bagi dirinya. Asumsinya adalah bahwa bila ancaman
yang dirasakan tersebut maka perilaku pencegahan juga akan meningkat.

Penilaian tentang ancaman yang dirasakan ini berdasarkan pada ketidakkekebalan


yang merupakan kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengembangkan masalah
kesehatan menurut kondisi mereka. Keseriusan yang dirasakan orang-orang yang
mengevaluasi seberapa jauh keseriusan penyakit tersebut apabila mereka
mengembangkan masalah kesehatan mereka atau membiarkan penyakitnya tidak
ditangani.

Penilaian kedua yang dibuat adalah antara keuntungan dan kerugian dari perilaku
dalam usaha untuk memutuskan tindakan pencegahan atau tidak yang berkaitan dengan
dunia medis dan mencakup berbagai ancaman, seperti check up untuk pemeriksaan awal
dan imunisasi.

Penilaian ketiga yaitu petunjuk berperilaku sehat. Hal ini berupa berbagai informasi
dari luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan, misalnya media massa, promosi
kesehatan dan nasihat orang lain atau teman (Maulana, 2009).
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Model Keyakinan Kesehatan (Health Belif Model-HBM) dikembangkan sejak 1950 olehn
kelompok ahli psikologi sosial dalam pelayanan kesehatan masyarakat Amerika. Model ini
digunakan untuk menjelaskan kegagalan partisipasi masyarakat secara luas dalam program
pencegahan atau deteksi penyakit. Model ini juga sering dipertimbangkan sebagai kerangka
utama perilaku kesehatan yang dimulai dari pertimbangan orang-orang tentang kesehatan. Selain
itu, model keyakinan kesehatan digunakan untuk mengidentifikasi  prioritas beberapa faktor
penting yang berdampak terhadap pengambilan keputusan secara rasional dalam situasi yang
tidak menentu (Rosenstock, 1990).

Firdastin (2012), Komunikasi Spiritual menurut Nina Syam adalah peristiwa komunikasi
yang terjadi antara manusia dengan Tuhannya. Atau dapat dipahami pula bahwa komunikasi
spiritual berhubungan dengan dengan hal keagamaan. Artinya: komunikasi yang didasari dengan
nuansa keagamaan.

10
daftar isi

Jallaludi Rakhmat, Psikologi Komunikasi. Bandung: Remadja Karya, 1985


King Larry dan Gilbert Bill. Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, Dimana
Saja. Jakarta: gramedia Pustaka Utama. 2000
Mulyana Deddy, M.A., Ph.D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2009
Mulyanti, Sri. 2012. “Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)”.

11

Anda mungkin juga menyukai