Kes
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
ANJELI SULISTIANI
HARUN
ILMU-ILMU KESEHATAN
2022
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
C. TUJUAN ........................................ 3
A. Kesimpulan ...................................... 15
B. Saran ...................................... 15
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin tua umur seseorang, maka semakin rentan orang tersebut
ihwal kesehatannya. Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal
pada pasien lanjut usia tidak hanya bergantung kepada kebutuhan
biomedis semata, namun juga bergantung kepada kondisi di sekitarnya,
seperti perhatian yang lebih terhadap keadaan sosialnya, ekonominya,
kulturalnya, bahkan psikologisnya dari pasien tersebut. pasien lansia
sangat memerlukan komunikasi yang baik dan empati serta perhatian
yang “cukup” dari berbagai pihak. Banyak hambatan dari komunikasi
terapeutik pada pasien lansia yang terjadi, namun dalam kasus ini yang
banyak terjadi perilaku resisten biasanya diperlihatkan pasien pada masa
penyembuhan terhadap penyakit tertentu dikarenakan adanya rasa lelah,
marah dan sedih terhadap penyakit yang dideritanya. Hasil dari penelitian
ini merekomendasikan adanya pendekatan untuk berkomunikasi pada
pasien lansia dengan baik. Oleh karena itu komunikasi terapeutik harus
dapat diimplementasikan secara optimal bagi pasien lansia.
Komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan
hidup diri sendiri yang meliputi keselamatan fisik, meningkatkan
kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan
mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat,
tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan
keberadaan suatu masyarakat tersebut (Pearson dan Nelson dalam
Mulyana, 2009:5). Selain hal tersebut, menurut William I. Gorden dalam
Mulyana (2009:5-6), terdapat empat fungsi komunikasi, yakni komunikasi
sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi
instrumental, tidak saling meniadakan (mutually exclusive). Fungsi suatu
peristiwa komunikasi (communication events) tampaknya sama sekali
tidak independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-fungsi
lainya meskipun terdapat sesuatu fungsi yang dominan. Proses
komunikasi dapat dilihat dalam dua perspektif besar, yaitu perspektif
psikologis dan perspektif mekanis. Perspektif psikologis dalam proses
komunikasi hendaknya memperlihatkan bahwa komunikasi adalah
aktivitas psikologi sosial yang melibatkan komunikator, komunikan, isi
pesan, lambang, sifat hubungan, persepsi, proses decoding dan encoding.
Perspektif mekanis memperlihatkan bahwa proses komunikasi adalah
aktivitas mekanik yang dilakukan oleh komunikator, yang sangat bersifat
situasional dan kontekstual (Mufid, 2012:83). Manusia pada dasarnya
merupakan makhluk yang suka menilai terhadap apa saja yang dilihat dan
didengarnya. Kita memiliki penilaian (judgement) terhadap orang lain dan
lingkungan sekitar kita. Kita akan memberikan penilaian kepada teman,
keluarga, tetangga dan lingkungan sekitar kita (Morissan, 2010:19).
Walaupun seperti kita ketahui pelayanan kesehatan dari waktu ke
waktu mengalami perbaikan yang cukup signifikan pada pasien lansia,
namun mereka pada akhirnya tetap memerlukan komunikasi yang baik
dan empati juga perhatian yang “cukup” dari berbagai pihak, terutama dari
keluarganya sebagai bagian penting dalam penanganan masalah kesehatan
mereka. Purwaningsih dan Karlina (2012) menyebutkan bahwa hubungan
saling memberi dan menerima antara perawat dan pasien dalam pelayanan
keperawatan disebut sebagai komunikasi terapeutik perawat yang
merupakan komunikasi profesional perawat. Komunikasi terapeutik sangat
penting dan berguna bagi pasien, karena komunikasi yang baik dapat
memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien
dalam menghadapi persoalan yang dihadapi olehnya (Utami, 2015,
dalam Prasanti, 2017).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian dari komunikasi terapeutik pada lansia ?
2. Apa manfaat komunikasi terapeutik ?
3. Apa saja pendekatan perawat lansia dalam konteks komunikasi ?
4. Apa saja hambatan berkomunikasi dengan lansia ?
5. Bagaimana teknik komunikasi keluarga dengan lansia ?
6. Bagaimana keterampilan komunikasi terapeutik pada klien lansia?
7. Bagaimana teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan ?
8. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada
lansia ?
9. Apa saja prinsip-prinsip etik pelayanan kesehatan pada lansia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi terapeutik pada
lansia.
2. Untuk mengetahui manfaat komunikasi terapeutik.
3. Untuk mengetahui pendekatan perawat lansia dalam konteks
komunikasi.
4. Untuk mengetahui hambatan berkomunikasi dengan lansia.
5. Untuk mengetahui teknik komunikasi keluarga dengan lansia.
6. Untuk mengetahui keterampilan komunikasi terapeutik pada klien
lansia.
7. Untuk mengetahui teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan.
8. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi
pada lansia.
9. Untuk mengetahui prinsip-prinsip etik pelayanan kesehatan pada lansia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi Terapeutik Pada Lansia
Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatan yang berkaitan dengan
masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukar-menukar pendapat
serta dapat diartikan hubungan kontak antara manusia baik individu maupun
kelompok. (Widjaja, 1986 : 13).
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan
orang lain. (Potter & Perry, 2005 : 301) komunikasi yang biasa dilakukan pada
lansia bukan hanya sebatas tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran dan
pengalaman dan hubungan intim yang terapeutik.
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam
ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan
waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang
menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO)
menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang
berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.
Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi,
(lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan
komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta
memperhatikan waktu yang tepat.
2) Pendekatan psikologis
Pendekatan ini bersifat abstrak dan mengarah pada perubahan
perilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk
melaksanakan pendekatan ini, perawat sebagai konselor, advokat terhadap
segala sesuatu yang asing atau sebagai pena,pung masalah pribadi dan
sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
3) Pendekatan sosial
b) Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi
pada klien merupakan bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika
perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien
sekecil apapun hendaknya segera menanyakan atau klarifikasi tentang
perubahan tersebut, misalnya dengan mengajukan pertanyaan, "Apa
yang sedang Bapak/Ibu pikirkan saat ini ? Apa yang bisa saya
bantu ?". Berespon berarti bersikap aktif, tidak menunggu bantuan
dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan
perasaan tenang bagi klien.
c) Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten
terhadap materi komunikasi yang diinginkan. Ketika klien
mengungkapkan pernyataan- pernyataan diluar materi yang
diinginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud
pembicaraan. Upaya ini perlu diperhatikan karena umumnya klien
lansia senang menceritakan yang mungkin tidak relevan untuk
kepentingan petugas kesehatan
d) Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia baik pada aspek fisik
maupun psikis secara bertahap menyebabkan emosi klien relatif
menjadi labil. Perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga
kestabilan emosi klien lansia, misalnya dengan mengiyakan, senyum
dan menganggung kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya
sebagai sikap hormat dan menghargai sesama lansia berbicara. Sikap
ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia
tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan demikian
diharapkan klien termotivasi untuk mandiri dan berkarya sesuai
kemampuannya.
e) Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi dengan lansia, sering
proses komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi
dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan
lebih dari satu kali perlu dilakukan oleh perawat agar maksud
pembicaraan kita dapat diterima dan dipersepsikan sama oleh klien.
"Bapak/Ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan tadi ? bisa minta
tolong Bapak/Ibu untuk menjelaskan kembali apa yang saya
sampaikan tadi?"
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Rulam. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Cangara, Hafied. (2012). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Cangara, Hafied. (2014). Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Damaiyanti, Mukhripah. (2010). Komunikasi Terapeutik dalam Praktik
Keperawatan. Bandung: Refika Aditama.
Sarfika, Rika.2018. Buku Ajar Keperawatan Dasar 2 Komunikasi Terapeutik
Dalam Keperawatan.Padang : Andalas University Press.
Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu