Anda di halaman 1dari 19

DosenPengampu:Cici Yusdayanti,S.Kep.,Ns.,M.

Kes

Mata Kuliah:Keperawatan Gerontik

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

ASTARI NASAR ADILAH NISSYAH. S

WULANDARI NASRUDIN. FITRAWATI

RETNO NINGSIH ANGGI INTAN LESTARI

NOFIATRI ILYAS AYU DEVAYANTI

ORPA PUSPITASARI. RIRIN ARIANTI

ANJELI SULISTIANI

MARZUL ARZAK FINA ANWAR

NURASFA WA ODE YUNI

NURAISYAH IRTA SISLIAWATI

AYU ANDRANI SRI ANJANI

RISKA AWALIA RIAN NOPRIANTO

HARUN

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS

ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh, Puji syukur kami panjatkan


kehadirat ALLAH SWT. Yang telah memberikan kita nikmat kesehatan dan umur
panjang, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Sholawat
serta salam tak lupa pula kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah
membimbing kita sampai saat ini dengan indahnya agama islam.

Kami juga brterimakasih keada pihak yang terlibat dalam penyusunan


makalah ini dengan judul “Makalah Komunikasi Terapeutik Pada Lansia” dalam hal
ini, ibu Cici Yusdayanti,S.Kep.,Ns.,M.Kes sebagai dosen pengampu dan teman-
teman kelompok yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.Kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalmualaikum warahmatullahi wa barakatuh

Kendari,13 juli 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................ i

DAFTAR ISI. ....................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................ 1

A. LATAR BELAKANG ........................................ 1

B. RUMUSAN MASALAH. ........................................ 3

C. TUJUAN ........................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ...................................... 4

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik Pada Lansia. ........................ 4


B. Manfaat Komunikasi Terapeutik. ..................................... 4
C. Pendekatan Perawat Lansia Dalam Konteks Komunikasi .............. 5
D. Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia. .......................... 6
E. Teknik Komunikasi Keluarga Dengan Lansia. ................................ 7
F. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Klien Lansia. .............. 9
G. Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan .............. 11
H. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Berinteraksi Pada Lansia .. 12
I. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia ................... 13

BAB III PENUTUP ...................................... 15

A. Kesimpulan ...................................... 15

B. Saran ...................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................... 16


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semakin tua umur seseorang, maka semakin rentan orang tersebut
ihwal kesehatannya. Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal
pada pasien lanjut usia tidak hanya bergantung kepada kebutuhan
biomedis semata, namun juga bergantung kepada kondisi di sekitarnya,
seperti perhatian yang lebih terhadap keadaan sosialnya, ekonominya,
kulturalnya, bahkan psikologisnya dari pasien tersebut. pasien lansia
sangat memerlukan komunikasi yang baik dan empati serta perhatian
yang “cukup” dari berbagai pihak. Banyak hambatan dari komunikasi
terapeutik pada pasien lansia yang terjadi, namun dalam kasus ini yang
banyak terjadi perilaku resisten biasanya diperlihatkan pasien pada masa
penyembuhan terhadap penyakit tertentu dikarenakan adanya rasa lelah,
marah dan sedih terhadap penyakit yang dideritanya. Hasil dari penelitian
ini merekomendasikan adanya pendekatan untuk berkomunikasi pada
pasien lansia dengan baik. Oleh karena itu komunikasi terapeutik harus
dapat diimplementasikan secara optimal bagi pasien lansia.
Komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan
hidup diri sendiri yang meliputi keselamatan fisik, meningkatkan
kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan
mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat,
tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan
keberadaan suatu masyarakat tersebut (Pearson dan Nelson dalam
Mulyana, 2009:5). Selain hal tersebut, menurut William I. Gorden dalam
Mulyana (2009:5-6), terdapat empat fungsi komunikasi, yakni komunikasi
sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi
instrumental, tidak saling meniadakan (mutually exclusive). Fungsi suatu
peristiwa komunikasi (communication events) tampaknya sama sekali
tidak independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-fungsi
lainya meskipun terdapat sesuatu fungsi yang dominan. Proses
komunikasi dapat dilihat dalam dua perspektif besar, yaitu perspektif
psikologis dan perspektif mekanis. Perspektif psikologis dalam proses
komunikasi hendaknya memperlihatkan bahwa komunikasi adalah
aktivitas psikologi sosial yang melibatkan komunikator, komunikan, isi
pesan, lambang, sifat hubungan, persepsi, proses decoding dan encoding.
Perspektif mekanis memperlihatkan bahwa proses komunikasi adalah
aktivitas mekanik yang dilakukan oleh komunikator, yang sangat bersifat
situasional dan kontekstual (Mufid, 2012:83). Manusia pada dasarnya
merupakan makhluk yang suka menilai terhadap apa saja yang dilihat dan
didengarnya. Kita memiliki penilaian (judgement) terhadap orang lain dan
lingkungan sekitar kita. Kita akan memberikan penilaian kepada teman,
keluarga, tetangga dan lingkungan sekitar kita (Morissan, 2010:19).
Walaupun seperti kita ketahui pelayanan kesehatan dari waktu ke
waktu mengalami perbaikan yang cukup signifikan pada pasien lansia,
namun mereka pada akhirnya tetap memerlukan komunikasi yang baik
dan empati juga perhatian yang “cukup” dari berbagai pihak, terutama dari
keluarganya sebagai bagian penting dalam penanganan masalah kesehatan
mereka. Purwaningsih dan Karlina (2012) menyebutkan bahwa hubungan
saling memberi dan menerima antara perawat dan pasien dalam pelayanan
keperawatan disebut sebagai komunikasi terapeutik perawat yang
merupakan komunikasi profesional perawat. Komunikasi terapeutik sangat
penting dan berguna bagi pasien, karena komunikasi yang baik dapat
memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien
dalam menghadapi persoalan yang dihadapi olehnya (Utami, 2015,
dalam Prasanti, 2017).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian dari komunikasi terapeutik pada lansia ?
2. Apa manfaat komunikasi terapeutik ?
3. Apa saja pendekatan perawat lansia dalam konteks komunikasi ?
4. Apa saja hambatan berkomunikasi dengan lansia ?
5. Bagaimana teknik komunikasi keluarga dengan lansia ?
6. Bagaimana keterampilan komunikasi terapeutik pada klien lansia?
7. Bagaimana teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan ?
8. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada
lansia ?
9. Apa saja prinsip-prinsip etik pelayanan kesehatan pada lansia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi terapeutik pada
lansia.
2. Untuk mengetahui manfaat komunikasi terapeutik.
3. Untuk mengetahui pendekatan perawat lansia dalam konteks
komunikasi.
4. Untuk mengetahui hambatan berkomunikasi dengan lansia.
5. Untuk mengetahui teknik komunikasi keluarga dengan lansia.
6. Untuk mengetahui keterampilan komunikasi terapeutik pada klien
lansia.
7. Untuk mengetahui teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan.
8. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi
pada lansia.
9. Untuk mengetahui prinsip-prinsip etik pelayanan kesehatan pada lansia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi Terapeutik Pada Lansia
Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatan yang berkaitan dengan
masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukar-menukar pendapat
serta dapat diartikan hubungan kontak antara manusia baik individu maupun
kelompok. (Widjaja, 1986 : 13).
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan
orang lain. (Potter & Perry, 2005 : 301) komunikasi yang biasa dilakukan pada
lansia bukan hanya sebatas tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran dan
pengalaman dan hubungan intim yang terapeutik.
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam
ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan
waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang
menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO)
menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang
berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.
Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi,
(lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan
komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta
memperhatikan waktu yang tepat.

B. Manfaat Komunikasi Terapeutik


Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan
menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan
perawat dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan
mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat
(Indrawati, 2003 : 50).

C. Pendekatan Perawat Lansia Dalam Konteks Komunikasi


Komunikasi pada lansia memerlukan pendekatan khusus. Pengetahuan
yang dianggapnya benar tidak mudah digantikan dengan pengetahuan baru
sehingga kepada orang lansia, tidak dapat diajarkan sesuatu yang baru.
Dalam berkomunikasi dengan lansia diperlukan pengetahuan tentang
sikap- sikap yang khas pada lansia. Gunakan perasaan dan pikiran lansia,
bekerja sama untuk menyelesaikan masalah dan memberikan kesempatan
pada lansia untuk mengungkapkan pengalaman dan memberi tanggapan
sendiri terhadap pengalaman tersebut.
Berkomunikasi dengan lansia memerlukan suasana yang saling hormat
menghormati, saling menghargai, saling percaya, dan saling terbuka.
Penyampaian pesan langsung tanpa perantara, saling memengaruhi dan
dipengaruhi, komunikasi secara timbal balik secara langsung, serta
dilakukan secara berkesinambungan, tidak statis, dan selalu dinamis.
Adapun beberapa pendekatan khusus dalam berkomunikasi dengan
lansi sebagai berikut :
1) Pendekatan fisik
Mencari kesehatan tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian
yang di alami, perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih
bisa di capai dan di kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah
progresifitasnya.

2) Pendekatan psikologis
Pendekatan ini bersifat abstrak dan mengarah pada perubahan
perilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk
melaksanakan pendekatan ini, perawat sebagai konselor, advokat terhadap
segala sesuatu yang asing atau sebagai pena,pung masalah pribadi dan
sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
3) Pendekatan sosial

Pendekatan ini di laksanakan meningkatkan keterampilan berinteraksi


dengan lingkungan. Mengadakan diskusi tukar fikiran bercerita serta
bermain merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat
berinteraksi dengan sesama lansia maupun dengan petugas kesehatan,
4) Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan tuhan atau agama yang di anutnyaterutama pada saat klien sakit \
atau men0ekati kematian.
D. Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara
perlahan- lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang terjadi. Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak
distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan
lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal, sehingga dengan seiring
berjalannya waktu lansia akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi karena
mengalami beberapa gangguan atau kendala sebagai berikut :
1. Gangguan neurology sering menyebabkan gangguan bicara dan
berkomunikasi dapat juga karena pengobatan medis, mulut yang kering
dan lain-lain.
2. Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam
mendengarkan, mengingat dan respon pada pertanyaan seseorang
3. Perawat sering memanggil dengan “nenek”, “sayang”, dan lain-lain. Hal
tersebut membuat tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama
panggilannya.
4. Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
5. Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan
saling percaya.
6. Gangguan sensoris dalam pendengarannya
7. Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan-pesan
non-verbal.
8. “Overload” dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau
banyak orang berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif
berkurang.
9. Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan
misalnya fokus pada rasa sakit, haus, lapar, capai, kandung kemih penuh,
udara yang tidak enak, dan lain-lain.
10. Hambatan pada pribadi : penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik, efek
pengobatan dan kondisi patologi, gangguan fungsi psikososial, karena
depresi atau dimensia, gangguan kontak dengan realita.
11. Hambatan dalam suasana/lingkungan tempat wawancara : ribut/berisik,
terlalu banyak informasi dalam waktu yang sama, terlalu banyak orang
yang ikut bicara, perbedaan budaya, perbedaan, bahasa, prejudice, dan
strereotipes
E. Teknik Komunikasi Keluarga Dengan Lansia
Adapun mengenai teknik komunikasi yang keluarga dengan lansia yaitu
sebagai berikut :
1. Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik
Kecepatan dan tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada
topik pembicaraan dan kebutuhan lansia,berbicara dengan lansia yang
dimensia dengan pelan.tetapi berbicara dengan lansia demensia yang kurang
mendengar dengan lebih keras hati-hati karena tekanan suara yang tidak tepat
akan merubah arti pembicaraan,pertanyaan yang tepat kurang pertanyaan
yang lansia menjawab ya atau tidak.
 Berikan kesempatan orang lan untuk berbicara hindari untuk
mendominasi ,pembicara sebaiknya mendorontg lansia untuk
berperan aktif ,Merubah topik pembicaaraan dengan jitu
menggunakan objek sekitar untuk topik pembicaraan bila lansia
tidak interest lagi. Contoh : siapa yang membelikan pakaian
bapak/ibu yang bagus ini ?
 Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkrit gunakan makan satu
buah setelah makan dari pada menggunakan makanan yang berserat
 Gunakan kalimat yang simple dan pendek satu pesan untuk satu
kalimat.
2. Teknik nonverbal komunikasi
a) Perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya tidak acuh
tak acuh, perbedaan.
b) Kontak mata : jaga tetap kontak mata.
c) Expresi wajah : mereflexsikan peraaan yang sebenarnya.
d) Postur dan tubuh : mengangguk, gerakan tubuh yang tepat, meletakan
kursi dengan tepat.
e) Sentuhan : memegang tangan, menjbat tangan.
3. Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia
a) Memulai kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat tangan.
b) Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapaka pesan-pesan
verbal dan merupakan metode primer yang non verbal.
c) Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi
keperawatan yang akan diberikan.
d) Awali pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.
e) Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif.
f) Secara periodik mengklarifikasi pesan.
g) Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong
untuk berfokus pada informasi.
h) Jangan berespon yang menonjolkan rasa simpati.
i) Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang mengancam
dan akan mengakiri interview.
j) Minta ijin bila ingin bertanya secara formal.
4. Lingkungan wawancara.
a) Posisi duduk berhadapan
b) Jaga privasi.
c) Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam
d) Kurangi keramaian dan berisik
e) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita
mengekspresikan diri kita sendiri efek dari kmunikasi adalah pengaruh
timbal balik seperti cermin.
F. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Klien Lansia
Adapun Teknik komunikasi terapeutik pada lansia yang penting
digunakan perawat menurut Mundakir (2006) adalah asertif, responsif,
fokus, supportif, klarifikasi, sabar, dan ikhlas.
a) Tehnik Asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan
bicara dengan menunjukkan sikap peduli, sabar mendengarkan dan
memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau
pembicaraan dapat dimengerti. Asertif merupakan pelaksanaan etika
berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan
untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.

b) Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi
pada klien merupakan bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika
perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien
sekecil apapun hendaknya segera menanyakan atau klarifikasi tentang
perubahan tersebut, misalnya dengan mengajukan pertanyaan, "Apa
yang sedang Bapak/Ibu pikirkan saat ini ? Apa yang bisa saya
bantu ?". Berespon berarti bersikap aktif, tidak menunggu bantuan
dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan
perasaan tenang bagi klien.
c) Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten
terhadap materi komunikasi yang diinginkan. Ketika klien
mengungkapkan pernyataan- pernyataan diluar materi yang
diinginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud
pembicaraan. Upaya ini perlu diperhatikan karena umumnya klien
lansia senang menceritakan yang mungkin tidak relevan untuk
kepentingan petugas kesehatan
d) Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia baik pada aspek fisik
maupun psikis secara bertahap menyebabkan emosi klien relatif
menjadi labil. Perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga
kestabilan emosi klien lansia, misalnya dengan mengiyakan, senyum
dan menganggung kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya
sebagai sikap hormat dan menghargai sesama lansia berbicara. Sikap
ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia
tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan demikian
diharapkan klien termotivasi untuk mandiri dan berkarya sesuai
kemampuannya.
e) Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi dengan lansia, sering
proses komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi
dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan
lebih dari satu kali perlu dilakukan oleh perawat agar maksud
pembicaraan kita dapat diterima dan dipersepsikan sama oleh klien.
"Bapak/Ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan tadi ? bisa minta
tolong Bapak/Ibu untuk menjelaskan kembali apa yang saya
sampaikan tadi?"

f) Sabar dan Ikhlas


Seperti diketahui sebelumnya bahwa klien lansia umunya
mengalami perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan
kekanak-kanakan. Perubahan ini bila tidak disikapi dengan sabar dan
ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga
komunikasi yang dilakukan tidak terpeutik, solutif, namun dapat
berakibat komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan
kerusakan hubungan antara klien dengan petugas kesehatan. Pada
pasien lanjut usia, di samping karakteristik psikologis yang harus
dikenali, perawat juga harus memperhatikan perubahan-perubahan
fisik, psikologis atau sosial yang terjadi sebagai dampak proses
menua. Penurunan pendengaran, penglihatan dan daya ingat akan
sangat mempengaruhi komunikasi, dan hal ini harus diperhatikan
oleh perawat. Suasana komunikasi dengan lansia yang dapat
menunjang tercapainya tujuan yang harus anda perhatikan adalah
adanya suasana saling menghormati, saling menghargai, saling
percaya, dan terbuka. Komunikasi verbal dan nonverbal adalah
bentuk komunikasi yang harus saling mendukung satu sama lain.
Seperti halnya komunikasi pada anak-anak, perilaku nonverbal
sama pentingnya pada orang dewasa dan juga lansia. Ekspresi wajah,
gerakan tubuh dan nada suara memberi tanda tentang status
emosional dari orang dewasa dan lansia.

G. Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan


Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk
mengakui secara sadar terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau
kebutuhan pada kejadiaan-kejadian nyata atau sesuatu yang merupakan
ancaman. Penolakan merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima
perubahan yang terjadi pada dirinya. Perawat dalam menjamin komunikasi
perlu memahami kondisi ini sehingga dapat menjalin komunikasi yang
efektif, tidak menyinggung perasaan lansia yang relatif sensitif.
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi
klien lansia dengan reaksi penolakan, antara lain :
1) Kenali segera reaksi penolakan klien.
Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu
tertentu. Hal ini merupakan mekanisme penyesuaian diri sejauh
tidak membahayakan klien, orang lain serta lingkunganya.
2) Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri.
Langkah tersebut bertujuan untuk mempermudah proses
penerimaan klien terhadap perawatan yang akan di lakukan serta
upaya untuk memandirikan klien.
3) Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat
atau petugas kesehatan memperoleh sumber informasi
atau data klien dan mengefektifkan rencana / tindakan dapat
terealisasi dengan baik dan tepat
H. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Berinteraksi Pada Lansia
1) Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak”, “ibu”, kecuali apabila
sebelumnya pasien telah meminta anda untuk memanggil panggilan
kesukaannya.
2) Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien
3) Pertahankan kontak mata dengan pasien
4) Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan
adalah kunci komunikasi efektif
5) Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya
6) Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan
bahasa dan kalimat yang sederhana.
7) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
8) Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien
9) Menyederhanakan atau menuliskan instruksi
10) Mengenali terlebih dahulu budaya pasien
11) Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri
penerangan yang cukup saat berinteraksi.
12) Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan,
atau bahu.
13) Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.
I. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia
Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada derita usia
lanjut adalah :
1) Empati
Istilah empati menyangkut pengertian :“simpati atas dasar pengertian
yang mendalam”.Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan geriatric
harus memandang seorang lansia yang sakit dengan pengertian,kasih
sayang dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita
tersebut.Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar,tidak
berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over-protective dan belas
kasihan.Oleh karena itu semua petugas geriatric harus memahami proses
fisiologi dan patologik dari penderita lansia.
2) Non – malefience
Prinsip ini sering dikemukakan sebagai non-malefecience dan
beneficence, pelayanan geriatric selalu didasarkan pada keharusan untuk
mengerjakan yang baik untuk penderita dan harus menghindari tindakan
yang menambah penderitaan (harm) bagi penderita. Terdapat adagium
primum non nocere (“yang terpenting jangan membuat seseorang
menderita“).Dalam pengertian ini, upaya pemberian posisi baring yang
tepat untuk menghindari ras nyeri,pemberian analgesic (kalau perlu
dengan devirat morfin) yang cukup, pengucapan kata- kata hiburan
merupakan contoh berbagai hal yang mungfkin mudah dan praktis untuk
dikerjakan.
3) Otonomi
Yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk
menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginanya sendiri.Tentu
sekali saja hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi dibidang geriatric
hal tersebut berdasar pada keadaan,apakah penderita dapat membuat
putusan secara mendiri/bebas.
4) Keadilan
Yaitu prinsip pelayanan geriatric harus memberikan perlakuan yang
sama bagi semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang
penderita secara wajar dan tidak mengadakan perbedaan atas dasar
karakteristik yang tidak relevan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi seseorang untuk
menetapkan, mempertaankan dan meningkatkan kontrak dengan oran lain karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir
bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses
yang kompleks yang melibatkan tingka laku dan hubungan serta individu
berasosiasi denan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu
merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yan maknanya
dipacu dan ditransmisikan.
Komunikasi keluarga pada lansia tidaklah begitu sulit dibutuhkan teknik-
teknik tersendiri untuk melakukan komunikasi pada lansia banyak hal-hal yang
harus diperhatikan diantaranya yaitu teknik komunikasi dengan penggunaan
bahasa yang baik, teknik untuk wawancara, kendala dan hambatan dalam
komunikasi, mood dan privasi dan aspek-aspek yang harus diperhatikan.
B. Saran
Komunikasi keluarga pada lansia baiknya dilakukan secara bertahap supaya
mudah dalam pemahamannya. Lansia merupakan kelompok yang sensitive dalam
perasaannya oleh sebab itu, saat komunikasi harus berhati-hati agar tidak
menyinggung perasaannya.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Rulam. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Cangara, Hafied. (2012). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Cangara, Hafied. (2014). Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Damaiyanti, Mukhripah. (2010). Komunikasi Terapeutik dalam Praktik
Keperawatan. Bandung: Refika Aditama.
Sarfika, Rika.2018. Buku Ajar Keperawatan Dasar 2 Komunikasi Terapeutik
Dalam Keperawatan.Padang : Andalas University Press.
Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai