Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

FALSAFAH/PERSPEKTIF KEPERAWATAN JIWA DAN TREND


DAN ISSUE KEPERAWATAN JIWA

OLEH:

KELOMPOK 1

1. ADELA NOFITA
2. ADISTY FERIANI
3. CHINTYA DWIRIZAL
4. DARA JINGGA
5. HARDIYANTI YUSRIDA
6. HESTI WULANDARI
7. NUSRAT AHMATUL ISRA
8. MONICA AULIANDA
9. WILDA SYAHRI
10. YUMIKO PASTIKA

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
daan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “FALSAFAH/PERSPEKTIF KEPERAWATAN JIWA DAN TREND
DAN ISSUE KEPERAWATAN JIWA”
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak sekali mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis.
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
dengan rendah hati penulis mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya untuk semua yang
telah diberikan, penulis hanya bisa berdoa semoga budi baiknya dibalas oleh
Allah SWT¸ Amin.

Padang, 13 Maret 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. i


DAFTAR ISI ………..……………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN
I Latar belakang........................................................
…… 1

II Tujuan........................................................…….. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Perspektif dan Falsafah Keperawatan 6
Jiwa………….
B. Perspektif dan Falsafah Keperawatan 9
Keluarga…….
C. Perspektif dan Falsafah Keperawatan Komunitas. 12
….
D. Trend dan issue keperawatan jiwa.....................…. 14
E. Trend Current Issue Dan Kecenderungan Dalam
Keperawatan Jiwa....................……………………. 16
F. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi....................
………………………………. 17
G. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa........
………………………………………….. 19
H. Kecenderungan faktor penyebab gangguan jiwa...
……………………………………………….. 20
I. Kecenderungan situasi di era globalisasi……….. 21

BAB III KESIMPULAN


Kesimpulan ………......................................… 23

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Falsafah adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai sebab-sebab, azas-azas, hukum,dan sebagainya daripada segala
yang ada dalam alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya
sesuatu (WJS Poerwadarminta. Falsafah keperawatan adalah pandangan
dasar tentang hakikat manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan
kerangka dasar dalam praktik keperawatan.
Falsafah Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan
yang dilakukan.. Keperawatan menganut pandangan holistik terhadap
manusia yaitu kebutuhan manusia bio-psiko-sosial-spiritual. Kegiatan
keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik, dalam arti
menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi perhatian kepada
klien serta, menjunjung tinggi keadilan bagi sesama manusia. Keperawatan
bersifat universal dalam arti tidak membedakan atas ras, jenis kelamin, usia,
warna kulit, etik, agama, aliran politik, dan status sosial ekonomi.
Keperawatan adalaFalsafah keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-
hukum yang mendasari realitas, serta keingintahuan tentang gambaran
sesuatu yang lebih berdasakan pada alasan logis daripada metoda empiris.
Falsafah keperawatan menurut Roy (Mc Quiston, 1995) :
Roy memiliki delapan falsafah, empat berdasarkan falsafah prinsip
humanisme dan empat berdasarkan prinsip falsafah veritivity.
falsafah humanisme/ kemanusiaan “mengenali manusia dan sisi subyektif
manusia dan pengalamannya sebagai pusat rasa ingin tahu dan rasa
menghargai”. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu
pada falsafah atau paradigma keperawatan secara umum yaitu manusia yang
merupakan titik sentral dari setiap upaya pembangunan kesehatan yang
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan & bertolak dari pandangan ini disusunlah
paradigma keperawatan komunitas yang terdiri 4 komponen dasar manusia,
kesehatan, lingkungan, keperawatan.
Teori perspektif banyak perspektif teoritis pada keluarga yang tersedia
untuk membimbing masyarakat praktik keperawatan keluarga dan komunitas.
Tidak mengejutkan, model keperawatan bagi keluarga mencerminkan dua
pemikiran dalam komunitas / keperawatan ( kesehatan) masyarakat hari ini.

4
Beberapa pandangan mendukung bahwa keluarga adalah unit perawatan,
dan masyarakat adalah konteks, sedangkan yang lain fokus pada komunitas
sebagai klien dan melihat keluarga sebagai subunit. Zerwekh (1991) Model
Keluarga sebagai pemberi perawatan merupakan Perawatan Kesehatan yang
menguraikan kerangka kerja yang mendukung untuk menyediakan perawatan
keluarga dalam sebuah masyarakat. Sedangkan Model kesehatan
masyarakat sebagai fungsi yaitu memberikan panduan dalam penyediaan
perawatan bagi keluarga dan pandangan keluarga sebagai klien dalam
masyarakat dan keluarga sebagai bagian dari masyarakat klien.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk dapat mengetahui apa itu perspektif dan falsafah keperawatan
jiwa.
2. Untuk dapat mengetahui apa itu perspektif dan falsafah keperawatan
Keluarga
3. Untuk dapat mengetahui apa itu perspektif dan falsafah keperawatan
Komunitas
4. Trend dan issue dalam keperawatan jiwa

BAB II
PEMBAHASAN

A. Perspektif dan Falsafah Keperawatan Jiwa

5
1. Falsafah Keperawatan Jiwa
Individu memiliki harkat dan martabat sehingga masing-masing
individu perlu dihargai. Tujuan individu meliputi tumbuh,sehat,otonomi
dan aktualisasi diri. Masing-masing individu tersebut berpotensi untuk
berubah, karena kita tahu bahwa manusia adalah mahkluk holistik
yang mempunyai kebutuhan dasar yang sama. Semua individu
perilakunya bermakna, perilaku individu tersebut meliputi :
persepsi,pikiran,perasaan dan tindakan.

2. Pengertian Keperawatan Jiwa


Keperawatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya
untuk meningkatkan dan mempertahankan fungsi yang terintegrasi.
Keperawatan jiwa merupakan bidang spesialisasi praktik keperawatan
yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya (ANA).
Menurut Dorothy , Cecilia : keperawatan kesehatan jiwa merupakan
“proses dimana perawat membantu individu atau kelompok dalam
mengembangkan konsep diri yang positif , meningkatkan pola
hubungan antar pribadi yang lebih harmonis serta agar lebih
berproduktif di masyarakat.”
Menurut Stuart Sundeen : keperawatan mental adalah “ proses
interpersonal dalam meningkatkan dan mempertahankan perilaku
yang berpengaruh pada fungsi integrasi. Pasien tersebut bisa
individu, keluarga,kelompok,organisasi atu masyarakat. Tiga area
praktik keperawatan mental yaitu perawatan langsung , komunikasi ,
management.”

3. Model-Model Keperawatan Jiwa


a. Model Psikoanalisa
1) Konsep
Merupakan model yang pertama yang dikemukakan oleh
Sigmun Freud yang meyakini bahwa penyimpangan perilaku
pada usia dewasa berhubungan pada perkembangan pada
anak

6
2) Proses terapi
a) Memakan waktu yang lama
b) Menggunakan tehnik asosiasi bebas dan analisa mimpi”
3) Peran pasien dan terapis
a) Pasien
b) Terapis
b. Model Interpersonal
1) Konsep
Model ini diperkenalkan oleh Hary Stack Sullivan. Sebagai
tambahan Peplau mengembangkan teori interpersonal
keperawatan. Dalam proses interpersonal perawat klien
memiliki 4 tahap :
a) Orientasi
b) Identivikasi
c) Eksplorasi
d) Resolusi
2) Proses terapi
a) Mengeksplorasi proses perkembangan
b) mengoreksi pengalaman interpersonal
c) reduksi
d) mengembangkan hubungan saling percaya
3) peran pasien dengan terapis
a) pasien : menceritakan ansietas dan perasaan
b) terapis : menjalin hubungan akrab dengan pasien dengan
menggunakan empati
c. Model Eksistensi
 Konsep
Teori mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi
jika individu putus hubungan dengan dirinya dan
lingkungannya.
 Proses terapi
a) Rational emotive therapy
b) Terapi logo
c) Terapi realitas

7
 Peran pasien perawat
a) Pasien : bertanggung jawab terhadap perilakunya dan
berperan serta dalam suatu pengalaman berarti untuk
mempelajari tentang dirinya yang sebenarnya.
b) Terapis : Membantu pasien untuk mengenali diri
Mengklarifikasi realita dari suatu situasi Mengenali pasien
tentangperasaan tulus Memperluas kesadaran diri pasien
d. Model Komunikasi
 Konsep
Teori ini menyatakan bahwa gangguan perilaku terjadi apabila
pesan tidak dikomunikasikan dengan jelas.
 Proses terapi
a) Memberi umpan balik dan klarifikasi masalah
b) Memberi penguatan untuk komunikasi yang efektif
c) Memberi alternatif kolektif untuk komunikasi yang tidak
efektif
d) Melakukan analisa proses interaksi
 Peran pasien terapis
a) Pasien : memperhatikan pola komunikasi , bermain
peran,bekerja untuk mengklarifikasi komunikasinya sendiri ,
memvalidasi peran dari oarang lain.
b) Terapis : menginterpretasikan pola komunikasi kepada
pasien dan mengajarklan prinsip komunikasi yang baik.
e. Model Keperawatan
 Konsep
Teori ini mempunyai pandangan bahwa askep berfokus pada
respon individu terhadap masalah kesehatan yang actual dan
potensial denagan model pendekatan berdasarkan teori
sistem , teori perkembangan , teori interaksi , pendekatan
holistik dan teori keperawatan. Fokus pada :
a) Rentang sehat sakit
b) Teori dasar keperawatan
c) Tindakan keperawatan
d) Hasil tindakan

8
 Proses terapi
a) Proses keperawatan
b) Terapi keperawatan : terapi modalitas
 Peran pasien dan terapis
a) Pasien : mengemukakan masalah
b) Terapis : memfasilitasi dan membantu menyelesaikan

B. Perspektif dan Falsafah Keperawatan Keluarga


1. Definisi
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan dibidang kesehatan
yang didasari ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu,
keluarga dan masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat sejak
lahir sampai meninggal.
Perawatan kesehatan keluarga (family Health Nursing) adalah
perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan
kepada keluarga sebagai unit kesatuan dengan sehat sebagai tujuan
dan melalui perawatan sebagai sasarannya. (Salvino, 2005)

2. Perspektif dan Falsafah Keperawatan Keluarga


Banyak perspektif teoritis pada keluarga yang tersedia untuk
membimbingmasyarakat praktik keperawatan keluarga dan
komunitas. Tidak mengejutkan, modelkeperawatan bagi keluarga
mencerminkan dua pemikiran dalam komunitas /keperawatan
( kesehatan) masyarakat hari ini. Beberapa pandangan
mendukungbahwa keluarga adalah unit perawatan, dan masyarakat
adalah konteks,sedangkan yang lain fokus pada komunitas sebagai klien
dan melihat keluarga sebagai subunit.Zerwekh (1991) Model
Keluarga sebagai pemberi perawatan merupakan
PerawatanKesehatan yang menguraikan kerangka kerja yang
mendukung untuk menyediakanperawatan keluarga dalam sebuah
masyarakat. Sedangkan Model kesehatanmasyarakat sebagai fungsi
yaitu memberikan panduan dalam penyediaan perawatanbagi
keluarga dan pandangan keluarga sebagai klien dalam masyarakat dan
keluargasebagai bagian dari masyarakat klien.

9
Adapun paradigma keperawatan Keluarga meliputi :
 Manusia
1) Manusia sebagai bio,psiko,sosio,spiritual dan kultur
mempunyai sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi bila
gagal terjadi ketidakseimbangan maka muncul masalah
kesehatan.
2) Komponen biologi manusia mencakup keadaan jasmani,
terpadu dalam system organ yang mempunyai fungsi masing
– masing yang mengalami proses tumbuh kembang.
3)Komponen social manusia berhubungan alam lingkungan
sekitar, berhubungan dengan masyarakat yang mempunyai
system dan nilai-nilai tertentu yang dapat mempengaruhi
tingkah laku.
4) Komponen psikologis manusia mempunyai unsur
kepribadian
5) Komponen spiritual manusia memiliki keyakinan terhadap
kepercayan Tuhan YME
6) Komponen kultur manusia meliputi adat istiadat dari setiap
daerah.
 Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan
erat secara trus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain,
baik secara perorangan maupun secara bersama – sama, di
dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara
keseluruhan.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan keluarga
merupakan salah satu focus pelayanan keperawatan yaitu :
1) keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan
merupakan lembaga menyangkut kehidupan masyarakat.
2) keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan,
mencegah, memperbaiki atau mengabaikan masalah
kesehatan dalam kelompoknya sendiri.

10
3) masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan
penyakit pada salah satu anggota keluarga akan
mempengaruhi seluruh keluarga tersebut.
4) dalam merawat pasien sebagaiindividu, keluarga tetap
berperan sebagai pengambil keputusan dalam
perawatannya.
5) keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah
untuk berbagai usaha – usaha kesehatan masyarakat.
 Masyarakat sebagai klien
Masyarakat adalah suatu pranata yang terbentuk karena
interaksi anatara anusia dan budaya dalam lingkungannya,
bersifat dinamis dan terdiri dari individu, keluarga,kelompo
dankomunitas yang mempunyai tujuan dan norma sebagai
system niai. Konsep Holism Manusia adalah Suatu bentuk
pendekatan yang digunakan perawat untuk memecahan
masalah – masalah kesehatan dengan cara memerhatikan
dan mempertimbangkan unsur – unsur biologis, psikologis,
dan sosial
 Lingkungan
Lingkungan terdiri dari lingkungan eksternal dan internal,
lingkungan internal (dalam) terdiri dari :
1) Lingkungan fisik (physical enviroment). Merupakan
lingkungan dasar/alami yan gberhubungan dengan
ventilasi dan udara.
2) Lingkungan psikologi (psychologi enviroment).
Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang
negatif dapat menyebabkan stress fsiik dan berpengaruh
buruk terhadap emosi pasien.
3) Lingkungan sosial (social environment). Observasi dari
lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik,
kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan
keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan
penyakit

11
Sedangkan Lingkungan Eksternal (Luar) meliputi kultur,
adat, struktur masyarakat, status sosial, udara, suara,
pendidikan, pekerjaan dan sosial ekonomi budaya.

C. Perspektif dan Falsafah Keperawatan Komunitas


Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar
tersebut, maka dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas
sebagai landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah
keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan
yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-
sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan membrikan
prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada
paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia,
kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan
yang luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya
berdasarkan kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan
masyarakat yang sehat pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan
dapat diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari
upaya kesehatan.
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan
berlangsung secara berkesinambungan.
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien
sebagai consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin
suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi

12
perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah
peningkatan status kesehatan masyarakat.
7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat
direncanakan secara berkesinambungan dan terus-menerus.
8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas
kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan
berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.

a) Manusia
Komunitas sebagai klien berarti B sekumpulan individu / klien yang
berada pada lokasi atau B batas geografi tertentu yang memiliki
nilai-nilai, keyakinan dan minat yang relatif sama serta adanya
interaksi satu sama lain untuk mencapai Tujuan. Komunitas
merupakan sumber dan lingkungan bagi keluarga, komunitas,
Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok resiko
tinggi antara lain: daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.
b) Kesehatan
Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar klien / komunitas. Sehat merupakan
keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan
mengatasi stressor.
c) Lingkungan
Semua factor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien
yang bersifat biologis, psikologis, social, cultural dan spiritual.
d) Keperawatan
Intervensi / tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor,
melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier.

D. Trend dan issue keperawatan jiwa


Menjadikan kesehatan jiwa sebagai prioritas global dengan cara
meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa melalui advokasi dan aksi
masyarakat Perkembangan teknologi digital membuat dunia terasa semakin
sempit, informasi dari berbagai belahan dunia mampu di akses dalam waktu

13
yang sangat cepat, perkembangan pengetahuan, perkembangan terapi
menjadi sebuah media perubahan dalam proses penatalaksanaan gangguan
jiwa, berdasarkan isu diatas maka advokasi dan aksi masyarakat menjadi
salah satu langkah awal untuk menekan penderita gangguan jiwa di indonesia
pada khususnya dan dunia pada umumnya.
Dua tindakan nyata diatas menjadi tanggung jawab kita semua, tuntutan
material, tuntutan hedonisme dan kesenangan duniawi mampu membuat
beberapa orang mengalami goncangan dalam kehidupannya, ketika agama
tidak lagi menjadi pegangan, ketika nafsu duniawi menjadi tuhan maka akan
banyak perilaku tidak wajar yang muncul, tekanan ekonomi, tekanan sosial,
tekanan psikologis dan tekanan - tekanan yang lain mampu membuat ego
defence mechanisme seseorang menjadi terganggu. Seseorang pada intinya
ingin dianggap penting, perilaku agar dianggap atau terlihat penting ini yang
terkadang merusak integritas pribadinya sendiri, contoh : "agar kelihatan kaya
melakukan hutang dengan beban angsuran diluar kemampuan, akhirnya
harus gerilya dengan debt collector, setiap debt collector datang harus
bersembunyi atau bahkan melarikan diri agar hutangnya tidak ditagih, jika
perlu pindah rumah kontrakan". Kejaran dari debt collector bisa membuat
seseorang menjadi tertekan secara psikologis.
Kehidupan sebenarnya bermuara pada dua hal keinginan dan
kebutuhan, jika orang berorientasi pada pemenuhan keinginan maka dia tidak
akan mampu melawan keserakahan yang sudah menguasai hati dan
kehidupannya, nafsu menjadi yang terbaik membuat orang menghalalkan
segala cara untuk menang, sebuah kemenangan seorang pecundang sama
buruknya dengan kekalahan pecundang yang sebenarnya, cara menang
sebagai pecundang ini adalah dengan cara sikat kanan, sikat kiri, injak bawah
dan menjilat atasan menjadi sebuah pilihan pahit yang diambil oleh para
hedonis ini. Jika saja mutiara kebajikan "siapa menanam benih maka dia akan
menuai, atau setiap perbuatan baik sekecil apapun ada balasannya dan
setiap perbuatan buruk sekecil apapun akan ada balasannya". Manusia harus
mampu menekan keinginan dan memprioritaskan pada pemenuhan
kebutuhan, jika kita memiliki keinginan maka mempertahankan melakukan
segala sesuatu dengan cara baik adalah sebuah keharusan, alam, manusia
dan semua ciptaan tuhan sudah diatur oleh sang pencipta dan manusia tidak

14
perlu ikut membuat aturan yang sudah digariskan oleh tuhan, ketika manusia
melalaikan janji maka sifat manusia sebagai tempat salah dan lupa bisa
menjadi faktor pemakluman terhadap situasi tersebut, tetapi janji tuhan
bukanlah faktor yang dapat ditawar, jika kita berbuat baik maka pasti akan
menuai kebaikan jika kita berbuat buruk akan menuai hal buruk pula.
Manusia bisa membuat sebuah hukum, sebuah aturan dalam bentuk
undang - undang dan berbentuk peraturan, isi aturan dan undang - undang
bisa memiliki dua sisi, mengikuti kepentingan penguasa atau memang
undang - undang tersebut memang untuk membuat sebuah keteraturan,
ketika raja firaun berkuasa maka dia membuat sebuah undang - undang
bahwa setiap warga yang memiliki anak laki - laki maka anak laki - lakinya
tersebut harus dibunuh. Undang - undang ini tentu untuk kepentingan
penguasa karena berdasarkan ramalan salah satu bayi laki - laki tersebut
yang akan mengakhiri kisah kediktaktoran sang raja. Ketika akhirnya tuhan
memberikan sebuah pembalasan dengan sangat kejam dengan cara
menghanyutkan firaun dan semua pengikutnya ditengah lautan maka
musnahlah kesombongan penguasa diktator tersebut.
Kisah - kisah teladan telah banyak yang diceritakan dalam kitab suci,
jika manusia meresapi cerita - cerita tersebut kemudian memperkuat fondasi
spiritualitasnya, melakukan komunikasi dengan pencipta lewat ibadah maka
kehidupan akan menuju sebuah keteraturan, dunia diciptakan dalam bentuk
aneka warna dan hitam putih sehingga muncul siang dan malam, gelap dan
terang, mengembalikan manusia ke hakikat diri mereka yang sebenarnya
akan membuat seseorang menemukan dirinya, mereka menerima semua
kelebihan dan kekurangan dan secara sehat menerima setiap perbedaan
sebagai sebuah paket utuh dari adanya persamaan, jika dunia berwarna putih
semua maka akan monoton, bahkan asal mula kejahatan bermula dari rasa iri
iblis terhadap adam sehingga adam terbuang dari surga, manusia pilihan
yang diciptakan pertama kali sudah mampu disesatkan oleh iblis maka akan
berapa banyak keturunan adam yang juga mampu disesatkan oleh iblis
dengan iming - iming kenikmatan dunia.
Marilah kita beraksi, membersihkan hati, membersihkan pikiran dari
berbagai racun yang mampu menggelapkan hati, dari berbagai racun yang
merusak pikiran, kelak jika memang kita mampu bertahan dengan pikiran baik

15
dan hati yang baik maka kedepannya bukan tidak mungkin kita mampu
menularkan virus sehat hati dan sehat pikiran ini ke banyak orang ketika
banyak orang yang sehat hati dan sehat pikiran maka kita telah ikut
melakukan aksi untuk membantu mencegah orang lain terkena penyakit
pikiran atau gangguan jiwa, semakin banyak orang yang menyebarkan virus
kebaikan ini maka bukan tidak mungkin generasi emas, generasi berlian,
generasi mutiara akan terlahir yang cahayanya mampu menyilaukan mata
dunia karena amal dan perbuatan mereka yang memang baik, orang baik
tidak melihat usia, jenis kelamin maupun suku, orang baik hanya mengenal
satu kata "semua manusia pasti mati", dan salah satu bekal untuk
menghadapi kematian adalah "menjadi orang yang bermanfaat bagi
lingkungannya". Semoga renungan ini menjadi sebuah pelajaran berharga.
E. Trend Current Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa
Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-
masalah yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-
masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan
berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional
maupun global. Ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam
keperawatan jiwa di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
2) Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
3) Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa
4) Kecenderungan situasi di era global
5) Globalisasi dan perubahan orientasi sehat
6) Kecenderungan penyakit jiwa
7) Meningkatnya post traumatik sindrom
8) Meningkatnya masalah psikososial
9) Trend bunuh diri pada anak
10) Masalah AIDS dan NAPZA
11) Pattern of parenting
12) Perspektif life span history
13) Kekerasan
14) Masalah ekonomi dan kemiskinan
F. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi

16
Dahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa biasanya dimulai pada saat
onset terjadinya sampai klien mengalami gejala-gejala. Di Indonesia banyak
gangguan jiwa terjadi mulai pada usia 19 tahun dan kita jarang sekali melihat
fenomena masalah sebelum anak lahir. Perkembangan terkini menyimpulkan
bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus dimulai dari masa konsepsi
malahan harus dimulai dari masa pranikah.banyak penelitian yang
menunjukkan adanya keterkaitan masa dalam kandungan dengan kesehatan
fisik dan mental seseorang di masa yang akan datang. Penelitian-penelitian
berikut membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang dimulai pada masa
konsepsi.
Van de carr (1979) menemukan bahwa seorang pemusik yang hebat
terlahir dari seorang ayah yang menggeluti musik, pola-polanya sudah
dipelajari sejak dalam kandungan pada saat bayi belum lahir yang sudah
terbiasa terpapar oleh suara-suara komposisi lagu yang teratur.Marc Lehrer,
seorang ahli dari university of California menemukan bahwa dari 3000 bayi
yang diteliti serta diberikan stimulasi dini berupa suara, musik, cahaya,
getaran dan sentuhan, ternyata setelah dewasa memiliki perkembangan fisik,
mental dan emosi yang lebih baik. Kemudian Craig Ramey, meneliti bahwa
stimulasi dini, bonding and attachment pada bayi baru lahir dapat
meningkatkan inteligensi bayi antara 15-30%.
Marion cleves meneliti tentang tikus-tikus yang hamil. Beberapa tikus
hamil yang diberikan stimulasi aliran listrik rendah, cahaya, suara dan
jebakan-jebakan menunjukkan banyaknya percabangan dendrite sebagai
prasyarat kecerdasan. Setelah dibandingkan dengan kelompok control
ternyata menunjukkan perbedaan yang signifikan. Demikian juga penelitian-
penelitian yang dilakukan di hospital Bangkok Thailand, pada bayi-bayi yang
mendapat prenatal care yang baik dan stimulasi sejak dalam kandungan.
Ternyata bayi tersebut mampu berbicara, berkomunikasi, menirukan suara,
menyebut kata pertama dan senyum. Hal ini didukung oleh penemuan beatriz
manrique (presiden the Venezuela ministry for the development of
intelligence) dalam penelitian pada 600 bayi, ternyata stimulasi sejak dalam
kandungan dapat menigkatkan kemampuan adaptasi, attachment, dan
bahasa.

17
Demikian juga dengan kaitan antara masa kehamilan dengan
skizofrenia. Skizofrenia sering dianggap sebagai penyakit kronis dan tidak
dapat disembuhkan. Anggapan tersebut keliru, karena dengan pengobatan
yang baik banyak penderita yang dapat kembali ke masyarakat dan berfungsi
optimal. Salah satu kendala dalam mengobati skizofrenia optimal adalah
keterlambatan penderita datang ke klinik pengobatan. Timbul pertanyaan,
mungkinkah penyakit ini dideteksi sedini mungkin dan dicegah
perkembangannya? Tahun 1988, Mednick dkk dalam penelitian epidemiologi
melaporkan penemuan yang menarik, yaitu hubungan antara skizofrenia
dengan infeksi virus dalam kandungan. Laporannya didasarkan atasepidemi
virus influenza pada tahun 1957 di kota Helsinki.epidemi ini sangat spesial
mengingat pertama, terjadinya dalam kurun waktu yang pendek, dimulai pada
tanggal 8 oktober dan berakhir 5 minggu kemudian 14 November. Kedua,
epidemi ini sangat menyebar. Hampir dua pertiga penduduk kota ini terkena
infeksi dalam berbagai tingkatan. Kondisi ini memungkinkan dilakukannya
evaluasi efek jangka panjang.
Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi sedang
berada pada trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko yang leih
tinggi untuk menderita skizofrenia di kemudian hari. Penemuan penting ini
menunjukkan bahwa lingkungan luar yang terjadi pada waktu yang tertentu
dalam kandungan dapat meningkatkan risiko menderita skizofrenia.Mednick
menghidupkan kembali teori perkembangan neurokognitif, yang menyebutkan
bahwa pada penderita skizofrenia terjadi kelainan perkembangan
neurokognitif sejak dalam kandungan. Beberapa kelainan neurokognitif
seperti berkurnagnya kemampuan dalam mempertahankan perhatian,
membedakan suara rangsang yang berurutan, working memory, dan fungsi-
fungsi eksekusi sering dijumpai pada penderita skizofrenia.
Dipercaya kelainan neurokognitif di atas didapat sejak dalam kandungan
dan dalam kehidupan selanjutnya diperberat oleh lingkungan, misalnya,
tekanan berat dalam kehidupan, infeksi otak, trauma otak, atau terpengaruh
zat-zat yang mempengaruhi fungsi otak seperti narkoba. Kelainan
neurokognitif yang telah berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala
skizofrenia seperti halusinasi, kekacauan proses pikir, waham/delusi, perilaku
yang aneh dan gangguan emosi.

18
G. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi. Sebagai contoh jumlah
penderita sakit jiwa di propinsi lain dan daerah istimewa Yogyakarta terus
meningkat. Penderita tidak lagi didominasi masyarakat kelas bawah.
Kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas, juga tersentuh
gangguan psikotik dan depresif.
Kecenderungan itu tampak dari banyaknya pasien yang menjalani rawat
inap maupun rawat jalan di RS Grhasia Yogyakarta dan RS Sardjito
Yogyakarta. Pada dua rumah sait tersebut klien gangguan jiwa terus
bertambah sejak tahun 2002 lalu. Pada tahun 2003 saja jumlahnya mencapai
7.000 orang, sedang pada 2004 naik menjadi 10.610 orang. Sebagian dari
klien menjalani rawat jalan, dank lien yang menjalani rawat inap mencapai
678 orang pada 2003 dan meningkat menjadi 1.314 orang pada tahun 2004.
yang menarik, klien gangguan jiwa sekarang tidak lagi didominasi kalangan
bawah, tetapi kalangan mahasiswa, pegawai negeri sipil, pegawai swasta,
dan kalangan professional juga ada diantaranya. Klien gangguan jiwa dari
kalangan menengah ke atas, sebagian besar disebabkan tidak mampu
mengelola stress dan ada juga kasus mereka yang mengalami post power
syndrome akibat dipecat atau mutasi jabatan.
Kepala staf medik fungsional jiwa RS Sardjito Yogyakarta, Prof.Dr.
Suwadi mengatakan, pada tahun 2003 jumlah klien gangguan jiwa yang
dirawat inap sebanyak 371 pasien. Tahun 2004 jumlahnya meningkat menjadi
433 pasien. Jumlah itu, belum termasuk klien rawat jalan di poliklinik yang
sehari-hari rata-rata 25 pasien. Demikian juga di propinsi Sumatera Selatan,
gangguan kejiwaan dua tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan
peningkatan. Beban hidup yang semakin berat, diperkirakan menjadi salah
satu penyebab bertambahnya klien gangguan jiwa. Kepala Rumah Sakit Jiwa
(RSJ) daerah Propinsi Sumatera Selatan mengungkapkan: setahun ini jumlah
klien gangguan jiwa yang ditangani di RSJ mengalami peningkatan 10-15%
dibandingan dengan tahun sebelumnya. Kecenderungannya, kasus-kasus
psikotik tetap tinggi, disusul kasus neurosis yang cenderung meningkat,
rekam medis di RSJ Sumsel mencatat, jumlah klien yang dirawat meningkat
dari jumlah 4.101 orang (2003) menjadi 4.384 orang (2004). Dari keseluruhan
jumlah klien yang dirawat selama 2004, sebanyak 1.872 pasien diantaranya

19
dirawat inap di RSJ itu. Sebanyak 1.220 orang adalah sebagai pasien lama
ang sebelumnya pernah dirawat. Kondisi lingkungan yang semakin keras,
dapat menjadi penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami
gangguan kejiwaan. Apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi
lingkungan dengan timgkat kemiskinan terlalu menekan.Kasus-kasus
gangguan kejiwaan yang ditangani oleh para psikiater dan dokter di RSJ
menunjukkan bahwa penyakit jiwa tidak mengenal baik strata sosial maupun
usia. Ada orang kaya yang mengalami tekanan hebat, setelah kehilangan
semua harta bendanya akibat kebakaran. Selain itu kasus neurosis pada
anak dan remaja, juga menunjukkan kecenderungan meningkat. Neurosis
adalah bentuk gangguan kejiwaan yang mengakibatkan penderitanya
mengalami stress, kecemasan yang berlebihan, gangguan tidur, dan keluhan
penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya. Neurosis menyebabkan
merosotnya kinerja individu. Mereka yang sebelumnya rajin bekerja, rajin
belajar menjadi lesu, dan sifatnya menjadi emosional. Melihat kecenderungan
penyakit jiwa pada anak dan remaja kebanyakan adalah kasus trauma fisik
dan nonfisik. Trauma nonfisik bisa berbentuk musibah, kehilangan orang tua,
atau masalah keluarga.Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut
gangguan psikotik. Klien yang menunjukkan gejala perilaku yang abnormal
secara kasat mata. Inilah orang yang kerap mengoceh tidak karuan, dan
melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain, seperti
mengamuk.
H. Kecenderungan faktor penyebab gangguan jiwa
Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan
merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan
berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia. Menurut data World Health
Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia
memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001)
menyataan, paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia mengalami
masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia
yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Sementara itu, menurut Uton
Muchtar Rafei, Direktur WHO wilayah Asia Tenggara, hamper satu per tiga
dari penduduk di wilayah ini pernah mengalami gangguan neuropsikiatri.
Buktinya, bisa kita cocokkan dan lihat sendiri dari data Survei Kesehatan

20
Rumah Tangga ( SKRT); tahun 1995 saja, di Indonesia diperkirakan sebanyak
264 dari 1.000 anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa.
Dalam hal ini, Azrul Azwar (Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat DepKes)
mengatakan, angka itu menunjukkan jumlah penderita gangguan kesehatan
jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat penduduk
Indonesia menderita kelainan jiwa dari rasa cemas, depresi, stress,
penyalahgunaan obat, kenakalan remaja samapai skizofrenia.Bukti lainnya,
berdasarkan data statistik, angka penderita gangguan kesehatan jiwa
memang mengkhawatirkan. Secara global, dari sekitar 450 juta orang yang
mengalami gangguan mental, sekitar satu juta orang diantaranya meninggal
karena bunuh diri setiap tahunnya. Angka ini lumayan kecil jika dibandingkan
dengan upaya bunuh diri dari para penderita kejiwaan yang mencapai 20 juta
jiwa setiap tahunnya.
Adanya gangguan kesehatan jiwa ini sebenarnya disebabkan banyak hal.
Namun, menurut Aris Sudiyanto, (Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa (psikiatri)
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, ada tiga
golongan penyebab gangguan jiwa ini. Pertama, gangguan fisik, biologis atau
organic. Penyebabnya antara lain berasal dari faktor keturunan, kelainan
pada otak, penyakit infeksi (tifus, hepatitis, malaria dan lain-lain), kecanduan
obat dan alkohol dan lain-lain. Kedua, gangguan mental, emosional atau
kejiwaan. Penyebabnya, karena salah dalam pola pengasuhan (pattern of
parenting) hubungan yang patologis di antara anggota keluarga disebabkan
frustasi, konflik, dan tekanan krisis. Ketiga, gangguan sosial aau lingkungan.
Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial (perkawinan, problem
orangtua, hubungan antarpersonal dalam pekerjaan atau sekolah, di
lingkungan hidup, dalam masalah keuangan, hukum, perkembangan diri,
faktor keluarga, penyakit fisik, dan lain-lain).
I. Kecenderungan situasi di era globalisasi
Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas antara
negara-negara khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan politik.
Perkembangan IPTEK yang begitu cepat dan perdagangan bebas yang
merupakan ciri era ini, berdampak pada semua sector termasuk sektor
kesehatan

21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

22
Teori perspektif banyak perspektif teoritis pada keluarga yang tersedia
untuk membimbing masyarakat praktik keperawatan keluarga dan komunitas.
Tidak mengejutkan, model keperawatan bagi keluarga mencerminkan dua
pemikiran dalam komunitas / keperawatan ( kesehatan) masyarakat hari ini.
Beberapa pandangan mendukung bahwa keluarga adalah unit perawatan,
dan masyarakat adalah konteks.
Falsafah Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan
yang dilakukan.. Keperawatan menganut pandangan holistik terhadap
manusia yaitu kebutuhan manusia bio-psiko-sosial-spiritual. Kegiatan
keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik, dalam arti
menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi perhatian kepada
klien serta, menjunjung tinggi keadilan bagi sesama manusia. Keperawatan
bersifat universal dalam arti tidak membedakan atas ras, jenis kelamin, usia,
warna kulit, etik, agama, aliran politik, dan status sosial ekonomi.
Keperawatan adalaFalsafah keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-
hukum yang mendasari realitas, serta keingintahuan tentang gambaran
sesuatu yang lebih berdasakan pada alasan logis daripada metoda empiris.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 1992, Jakarta, Pedoman Kerja Perkesmas Jilid I

23
Departemen Kesehatan RI, 1993, Jakarta, Petunjuk Pengelolaan Perawatan
Kesehatan Masyarakat.
Depkes RI, 1985, Jakarta, Tata Laksana Perawatan Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. “Visi Pembangunan Kesehatan:
Indonesia Sehat 2010.” http://www.depkes.go.id/indonesiasehat.html
Sugeng Riyadi, S.Kep, Ns “KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT”
http://pendidikans1-keperawatan.blogspot.com/2013/01/trend-dan-issue-
tentang-keperawatan-jiwa.html

24
25

Anda mungkin juga menyukai