Anda di halaman 1dari 24

TEAM AND TEAM WORK

Disusun Oleh
kelompok 4 :

1. Khalidah (21010114)
2. Tajul Fudari (21010113)
3. Nurlaila (21010130)

STIKes MEDIKA NURUL ISLAM PROGRAM STUDI


SARJANA ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis mengucapkan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmatnya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas kelompok ini, yang
membahas tentang team and team work. Dalam makalah ini, penulis mencantumkan
pengertian dari team and team work, jenis dan peranan tim kerja, serta tahap perkembangan
dan dimensi tim kerja.

Penulis menyadari, dalam makalah ini banyak sekali kelemahan dan kekurangan,
baik dari segi pengetikan, bahasa, maupun kelemahan yang lain, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritikan dari berbagai teman-teman terutama dosen pendamping
mata kuliah.

Harapan penulis, semoga makalah ini dapat menambah sarana penyebarluasan


informasi mengenai team and team work dan juga dapat memperluas cakrawala materi
keperawatan.

Sigli, 11 Desember 2021

Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain.


Meskipun hidup berkecukupan, kecerdasan yang cukup dan kekuatan fisik yang
cukup, ia akan selalu membutuhkan lingkungan dimana dia bisa berbagi, saling
memberi support dan bergotong royong. Manusia tidak hanya membutuhkan agama,
ilmu pengetahuan, atau hiburanatau kesenian, tetapi juga kebersamaan. Semuanya
diperlukan. Karena dengan agama hidup lebih terarah, dengan pengetahuan hidup
akan lebih mudah, dengan seni hidup lebih indah dan dengan kebersamaan hidup akan
lebih berfaidah.

Dalam definisi singkat, teamwork merupakan serangkaian nilai, sikap dan


perilaku dalam sebuah tim. Sehingga tidak selalu terdiri dari sekumpulan orang
dengan gaya, sikap, maupun cara kerja yang sama. Perbedaan antar tim justru
merupakan potensi yang akan membuat sebuah tim menjadi kreatif dan inovatif.
Untuk mencapai kerjasama tim yang baik perlu ditumbuhkan sikap positif di antara
anggota tim. Antara lain kebiasaan untuk saling mendengarkan sehingga tercipta
komunikasi yang baik, memberikan dukungan kepada anggota tim yang
membutuhkan, dan apresisasi terhadap kontribusi dan pencapaian yang diperoleh dari
setiap anggota tim.

Sebuah teamwork akan menjadi penentu mulus tidaknya perjalanan organisasi.


Sebab itu sangat diperlukan adanya kerjasama yang baik dalam melaksanakan
tanggung jawab dalam keorganisasian. Makalah ini akan membahas definisi
teamwork, manfaat dan fungsi teamwork, jenis teamwork, perbedaan tim kerja dan
kelompok kerja, peranan tim kerja, tahap perkembangan teamwork, dan dimensi
dalam tim kerja.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi teamwork ?

2. Apa saja jenis teamwork ?

3. Apa saja peranan tim kerja ?


4. Bagaimana tahap perkembangan teamwork ?

5. Apa saja dimensi dalam tim kerja ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi teamwork.

2. Mengetahui jenis teamwork.

3. Mengetahui peranan tim kerja.

4. Mengetahui tahap perkembangan teamwork.

5. Mengetahui dimensi dalam tim kerja.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Teamwork ( Kerjasama Tim)

Teamwork bisa diartikan kerja tim atau kerjasama, team work atau kerja sama
tim merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang saling melengkapi
serta berkomitmen untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelumnya untuk
mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Harus disadari bahwa teamwork
merupakan peleburan berbagai pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencapai
tujuan bersama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan ketua tim,
bukan pula tujuan dari pribadi yang paling populer di tim.

Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk saling bergandeng-
tangan menyelesaikan pekerjaan. Bisa jadi satu orang tidak menyelesaikan pekerjaan
atau tidak ahli dalam pekerjaan A, namun dapat dikerjakan oleh anggota tim lainnya.
Inilah yang dimaksudkan dengan kerja tim, beban dibagi untuk satu tujuan bersama.

Saling mengerti dan mendukung satu sama lain merupakan kunci kesuksesan
dari teamwork. Jangan pernah mengabaikan pengertian dan dukungan ini. Meskipun
terjadi perselisihan antar pribadi, namun dalam tim harus segera menyingkirkannya
terlebih dahulu. Bila tidak kehidupan dalam tim jelas akan terganggu, bahkan dalam
satu tim bisa jadi berasal dari latar belakang divisi yang berbeda yang terkadang
menyimpan pula perselisihan. Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa
kebersamaan sebagai anggota tim di atas segalanya.

Keakraban tim yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akrab satu sama
lain, setia kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota tim saling
menyukai dan berusaha keras untuk mengembangankan dan memelihara hubungan
interpersonal. Hubungan interpersonal menjadi sangat penting karena hal ini akan
merupakan dasar terciptanya keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan
antara sesama anggota team.

Teamwork merupakan sarana yang sangat baik dalam menggabungkan


berbagai talenta dan dapat memberikan solusi inovatif suatu pendekatan yang mapan,
selain itu ketrampilan dan pengetahuan yang beranekaragam yang dimiliki oleh
anggota kelompok juga merupakan nilai tambah yang membuat teamwork lebih
menguntungkan jika dibandingkan seorang individu yang brilian sekalipun.

Francis and Young (1979:72) menjelaskan sebuah tim sebagai sekelompok


orang giat yang bekerja untuk meraih sasaran umum, di mana bekerja bersama dengan
baik dan menikmatinya, dan menghasilkan hasil kualitas tinggi.

Johnson and Johnson’s (1991:116) mengartikan sebuah tim adalah seperangkat


struktur hubungan interpersonal untuk mencapai tujuan, sementara itu Huszczo
(1990:40) mengemukakan pendapat bahwa teamwork merupakan lambungan gagasan
dari satu orang ke orang lainnya dan mendatangkan solusi untuk permasalahan kritis,
dan organisasi tersebut dimulai dengan mengambil strategi tim untuk bekerja dengan
kompetisi.

Tarkenton (1986:30) menawarkan sebuah definisi praktis dari tim dengan


memfokuskan dalam aktivitas khas dari “teamwork” : Teamwork memiliki arti bahwa
kita mengenali nilai dari para anggota dari tim di luar hanya mengerjakan pekerjaan
mereka, bahwa kita ingin mereka menjadi terlibat dalam strategi kita. Ini berarti
mendorong level kreativitas dan membuat keputusan lebih lanjut. Teamwork adalah
terdiri dari berbagai macam kelompok kecil orang, setiap orang memiliki derajat yang
sama dan penting dalam organisasi. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Cosgriffe
dan Dailey (1969:43) yang menyatakan bahwa teamwork merupakan perbuatan dua
orang atau lebih yang bekerja sama ke arah tujuan umum, saling membagi waktu,
bakat, dan pengetahuan dan menggunakan metode yang cocok untuk semua anggota
tim.

Analisis ini mendefinisikan teamwork adalah kelompok yang berinteraksi


terutama untuk berbagi informasi dan membuat berbagai keputusan untuk membantu
setiap anggota bekerja di dalam area tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan
bersama.
B. Tipe-tipe Teamwork

Menurut Daft (2000) jenis teamwork terdiri dari enam jenis, yaitu:

1. Tim Formal

Tim formal adalah sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai bagian dari
struktur organisasi formal.

2. Tim Vertikal

Tim vertikal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari seorang manajer dan
beberapa orang bawahannya dalam rantai komando organisasi formal.

3. Tim Horizontal

Tim horizontal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa karyawan dari
tingkat hirarki yang hampir sama tetapi berasal dari area keahlian yang berbeda.

4. Tim dengan Tugas Khusus

Tim dengan tugas khusus adalah sebuah tim yang dibentuk di luar organisasi formal
untuk menangani sebuah proyek dengan kepentingan atau kreativitas khusus.

5. Tim Mandiri

Tim Mandiri adalah sebuah tim yang terdiri dari lima hingga dua puluh orang pekerja
dengan beragam keterampilan yang menjalani rotasi pekerjaan untuk menghasilkan
sebuah produk atau jasa secara lengkap, dan pelaksanaannya diawasi oleh seorang
annggota terpilih.

6. Tim Pemecahan Masalah

Tim pemecahan masalah biasanya terdiri dari lima hingga dua belas karyawan yang
dibayar perjam dari departemen yang sama, dimana mereka bertemu untuk
mendiskusikan cara memperbaiki kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja.

Sedangkan menurut Hariandja (2006) ada tiga tipe tim, yaitu:

1. Problem Solving Team

Sebuah tim yang dibentuk untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul dalam
upaya memperbaiki produktivitas. Pada dasarnya, kegiatan tim ini adalah
mengidentifikasikan berbagai masalah, mendiskusikan bagaimana memecahkan
masalah tersebut dan melakukan tindakan untuk memperbaiki. Anggota tim biasanya
berasal dari satu departemen yang beranggotidakan kurang lebih sepuluh orang yang
melakukan pertemuan rutin setiap minggu.

2. Self Managed Team

Sebuah tim yang dimaksudkan untuk memperbaiki produktivitas dengan memberikan


kewenangan pada kelompok untuk mengatur kerja mereka misalnya menjadwal kerja,
menentukan metode kerja, mengawasi anggota, memberi reward dan hukuman bagi
anggota dan merekrut anggota. Keanggotaan ini biasanya berasal dari satu departemen
yang melakukan tugas yang sama.

3. Cross Functional Team

Sebuah tim yang ditujukan untuk menyelesaikan tugas khusus, misalnya


pengembangan produk baru atau perencanaan dan perubahan sistem kompensasi.
Anggota tim ini berasal dari berbagai departemen yang memiliki keahlian dan
orientasi yang berbeda dan bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Robbins (2008), tim dapat diklasifikasikan berdasar tujuannya.


Terdapat empat bentuk umum dari tim yang biasa kita temukan sehari-hari yaitu :

1. Tim Problem Solving

Kata tim mulai populer sejak 1980-an. Bentuk tim awalnya serupa satu sama lain.
Mereka umumnya terdiri atas empat hingga dua belas pekerja yang dibayar per jam
dari departemen yang sama dan saling bertemu beberapa jam setiap minggu untuk
membahas peningkatan kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja. Tim seperti ini
disebut Tim Problem Solving. Dalam tim jenis ini, para anggota saling berbagi
gagasan dan menawarkan saran seputar proses dan metode kerja seperti apa yang
perlu dilakukan agar produktivitas dapat ditingkatkan.

Tim ini jarang diberikan otoritas secara unilateral (sendiri) untuk menerapkan saran
mereka ke dalam tindakan. Satu hal yang dikenal sebagai bentuk tim problem solving
adalah lingkaran kualitas. Tim problem solving merupakan tim kerja yang terdiri atas
gabungan delapan hingga sepuluh pekerja dan supervisor. Mereka saling berbagi
gagasan wilayah kewenangan dan bertemu secara teratur untuk mendiskusikan
masalah kualitas pekerjaan mereka, menyelidiki sebab masalah, dan
merekomendasikan penyelesaian.

2. Tim Self-Managed Work

Tim Problem-Solving sudah ada di jalur yang benar, tetetapi mereka tidak beranjak
jauh dalam hal pelibatan pekerja dalam proses pembuatan keputusan (apalagi
implementasi) yang berhubungan dengan suatu pekerjaan. Kekurangan ini mendorong
eksperimen dari tim yang benar-benar otonom yang tidak hanya bercorak problem-
solving melainkan juga menerapkan penyelesaian dan punya kewenangan penuh atas
hasilnya.

Tim Self-Managed Work umumnya terdiri atas sepuluh hingga lima belas
orang yang mengambil alih tanggung jawab dari para supervisor. Tanggung jawab ini
termasuk kendali menyeluruh atas kecelakaan kerja, penentuan penilaian pekerjaan,
pemecahan masalah organisasi, dan pilihan prosedur-prosedur pemeriksaan yang
dilakukan secara kolektif. Tim ini bahkan memilih sendiri anggotanya. Robbins
mencontohkan Xerox, General Motors, Coors Brewing, PepsiCO, Hewlett-Packard,
Honeywell, M&M/Mars, dan Aetna Life sebagai contoh sejumlah nama perusahaan
populer yang telah mengimplementasikan konsep tim self-managed work. Perkiraan
menyebutkan sekitar 30% pekerja Amerika Serikat menggunakan bentuk tim, dan
diantara firma-firma besar, jumlah tersebut mendekati angka 50%.

3. Tim Cross-Functional,

Menurut Robbins, Custom Research, Inc, firma riset pemasaran di Minneapolis,


Amerika Serikat secara historis telah mengorganisir departemen yang bersifat
fungsional, tetetapi manajemen senior menyimpulkan bahwa departemen tersebut
tidak mampu memenuhi kebutuhan yang berubah dari klien firma. Akibat dari hal
tersebut, firma ini menggagas dibentuknya satu tim lintas departemen yang bertujuan
meningkatkan komunikasi dan penelusuran catatan kerja, yang akan membawa pada
peningkatan produktivitas dan kepuasan klien. Organisasi ini mencerminkan Tim
Cross-Functional. Tim ini terdiri atas pekerja dari tingkat hirarki yang serupa tetetapi
beda wilayah pekerjaannya. Mereka bergabung bersama guna menyelesaikan suatu
pekerjaan.
Robbins menyebutkan, banyak organisasi sudah menggunakan tim cross-
functional seperti ini semisal IBM membentuk gugus tugas tahun 1960-an yang terdiri
atas pekerja lintas departemen dalam perusahaan guna mengembangkan Sistem 360
yang terbukti sukses. Gugus tugas tiada lain melainkan tim cross-functional yang
sifatnya temporer. Namun, Robbins mencatat bahwa ledakan penggunaan tim cross-
functional kemudian juga terjadi di tahun 1980-an yang dilakukan oleh Toyota,
Honda, Nissan, BMW, General Motors, Ford, dan DaimlerChrysler.

Sebagai contoh, masih menurut Robbins, antara tahun 1999 hingga Juni 2000
manajemen senior IBM menarik 21 pekerja dari sekitar 100 ribu staf teknologi
informasinya guna meminta saran bagaimana perusahaan bisa cepat menyelesaikan
proyek dan memasarkan produk secara cepat ke pasar. Ke-21 anggota dipilih karena
mereka punya karakteristik yang serupa dimana mereka pernah berhasil memimpin
proyek-proyek berjangka cepat. “Speed Team”, demikian julukan tim tersebut, bekerja
selama 8 bulan saling berbagi informasi, menguji perbedaan antara proyek-proyek
berjangka cepat dan lambat, dan mereka mampu melahirkan rekomendasi-
rekomendasi seputar bagaimana IBM bisa mempercepat produksinya

4. Tim Virtual

Tim yang telah dibahas melakukan pertemuan face-to-face. Tim Virtual menggunakan
teknologi komputer guna menghubungkan orang-orang yang terpisah secara fisik guna
mencapai sasaran bersama. Teknik tersebut memungkinkan orang saling bekerjasama
lewat metode online, kendati mereka dipisahkan yuridiksi negara bahkan benua.

Tim Virtual dapat melakukan lebih banyak hal daripada tim lainnya terutama
dalam hal berbagi informasi, pembuatan keputusan, dan perampungan pekerjaan.
Mereka terdiri atas para anggota dari organisasi yang sama ataupun hubungan anggota
organ dengan para pekerja dari organisasi lain semisal supplier ataupun partner
perusahaan.

Terdapat tiga faktor utama yang membedakan tim virtual dengan tim lain yang face-
to-face, yaitu :

a) Ketiadaan komunikasi lisan-fisik;

b) Terbatasnya konteks sosial, dan


c) Kemampuan mengatasi masalah waktu dan hambatan tempat.

Dalam komunikasi face-to-face, orang menggunakan paraverbal seperti nada


suara, intonasi, dan volume suara serta nonverbal seperti gerak mata, roman muka,
gerak tangan, dan bahasa tubuh lainnya. Keduanya semakin menjelaskan komunikasi,
tetetapi kini hal-hal tersebut nihil di dalam tim virtual. Tim virtual menderita
kekurangan laporan sosial yang manusiawi akibat interaksi langsung yang kecil
diantara para anggotanya.

Robbins mencontohkan, perusahaan seperti Hewlett-Packard, Boeing, Ford,


VeriFone, dan Royal Dutch/Shell menjadi pengguna utama tim virtual ini. VeriFone,
contoh Robbins lebih lanjut, adalah perusahaan perakit mesin pembaca informasi
kartu kredit, di mana penggunaan Tim Virtual dalam perusahaan ini memungkinkan
3000 karyawannya yang berlokasi di seluruh penjuru dunia, untuk kerja bersama
mendesain proyek, merencanakan pemasaran, dan membuat presentasi penjualan.
Lebih jauh, wakil presiden VeriFone menyatidakan “Kami tidak memindahkan orang.
Jika seseorang nikmat tinggal di Colorado dan bisa melakukan pekerjaan dari sana,
kenapa kami harus mengintimidasinya?”.

Tim kerja dapat dikelompokan dalam beberapa tipe, antara lain:

a. Tim Kerja Formal

Tim kerja formal biasanya merupakan bagian yang melekat dari struktur organisasi,
dan relative permanen.

b. Tim kerja Informal

Tim kerja informal biasanya berada di luar struktur organisasi formal, yang di
bentuk untuk memecahkan masalah atau bekerja untuk suatu kegiatan organisasi yang
spesifik. Tipe tim ini mempunyai dua bentuk yakni tim pemecah masalah dan tim
pembagian tugas ( task force ).
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesuksesan Teamwork

Hackman (1987:152), mendaftarkan lima faktor sebagai kebutuhan untuk


perkembangan menjadi sukses dari team :

1. Tujuan dan arah yang jelas.

Tim butuh tujuan untuk memusatkan untuk memusatkan tujuan mereka dan
mengevaluasi kinerja mereka.

2. Pimpinan yang baik.

Pemimpin dibutuhkan untuk mengatur hubungan internal dan eksternal dari


tim dan untuk menghadapkan tim ke tujuan mereka.

3. Tugas yang sesuai dengan teamwork.

Tugas harus kompleks, penting, dan menantang sehingga anggota tim memerlukan
usaha dan tidak sanggup bekerja individu.

4. Catatan kebutuhan untuk melakukan pekerjaan

Sumber penghasilan bahwa tim butuh memasukkan kedua sumber alat dan
pelatihan dan sumber penghasilan personil.

5. Lingkungan organisasi yang mendukung

Organisasi harus cukup bertenaga dan berwibawa untuk mengizinkan anggota tim
untuk membuat dan melaksanakan keputusan mereka.

Berdasarkan teori-teori di atas, maka kami mengambil kesimpulan bahwa


banyak faktor yang dapat mempengaruhi teamwork. Evaluasi dan penghargaan,
hubungan sosial untuk memecahkan konflik internal, dukungan organisasi, tugas dan
tujuan yang jelas, lingkungan organisasi, serta pemimpin yang berguna untuk
memfasilitasi interaksi tim diperlukan untuk untuk menciptakan tim yang sukses.
D. Karakteristik Teamwork

Menurut Tjiptono dan Diana (2000; 165-166) tim merupakan sekelompok


orang yang memiliki tujuan bersama. Tidak semua kumpulan orang dapat dikatakan
tim. Untuk dapat dianggap sebagai tim maka sekelompok orang tertentu harus
memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Ada kesepakatan terhadap misi tim

Agar suatu kelompok dapat menjadi tim dan supaya tim tersebut dapat bekerja
dengan efektif, semua anggotanya harus memahami dan menyepakati misisnya.

2. Semua anggota mentaati peraturan tim yang berlaku.

Suatu tim harus mempunyai peraturan yang berlaku, sehingga dapat


membentuk kerangka usaha pencapaian nilai. Suatu kelompok atau grup dapat
menjadi tim manakala ada kesepakatan terhadap misi dan ketaatan tehadap peraturan
yang berlaku.

3. Ada pembagian tanggung jawab dan wewenang yang adil

Keberadaan tim tidak meniadakan struktur dan wewenang. Tim dapat berjalan
dengan baik apabila tanggung jawab dan wewenang dibagi dan setiap anggota
diperlakukan secara adil.

4. Orang beradaptasi terhadap perubahan

Setiap anggota tim harus saling dapat saling membantu dalam beradaptasi
terhadap perubahan secara positif. Berdasarkan teori diatas maka, maka peneliti
mengambil kesimpulan bahwa tidak semua kumpulan dapat dikatakan tim.
Kesepakatan terhadap visi dan misi, menaati peraturan yang belaku, pembagian tugas
dan wewenang yang adil serta beradaptasi terhadap perubahan merupakan
karakteristik dari sebuah tim, sehingga team dapat dikatakan ideal.

Huszczo (1990 dalam Stott dan Walker, 1995:49), memberikan daftar karakteristik
yang lebih luas dan memiliki penjelasan yang lebih kritis yang dapat membentuk
dasar dari penilaian team yang sistematis, yaitu :
a. Tujuan.

Arah harus jelas dan berhubungan dengan organisasi paling luas. Hal ini juga harus
menjadi komitmen dari para anggota.

b. Bakat.

Team harus memiliki bakat dan keterampilan yang melengkapi untuk tugas. Hal ini
harus menjadi dorongan anggota untuk perkembangan selanjutnya.

c. Tugas.

Para anggota harus mengerti tugas mereka dalam keikutsertaan untuk


kesuksesan team. Mereka harus memiliki komitmen terhadap tugas-tugas tersebut dan
kejelasan tentang kontribusi individu.

d. Pelaksanaan.

Menjalankan pelaksanaan yang efektif dan berguna harus ada di dalam team.
Pertemuan dan perencanaan harus efektif, dan para anggota harus mengetahu
bagaimana membuat keputusan, mengatasi masalah, dan membagi serta menerima
informasi sebagai sebuah team.

e. Hubungan Interpersonal.

Para anggota team perlu untuk berhubungan baik dengan satu dengan yang
lain, komunikasi dan memecahkan konflik. Mereka harus saling mendukung satu
sama lain. Mereka harus menunjukkan perhatian sehingga level keterampilan semakin
tinggi.

f. Penguatan.

Sistem penguatan yang efektif dibutuhkan untuk peningkatan teamwork. Pada


level personal, apresiasi harus tegas, dan ini sangat penting untuk pembentukan
perilaku team. Organisasi juga bertanggung jawab untuk penguatan ini.

g. Hubungan external.

Pembentukan hubungan external dengan lingkungan external harus ada, dan


ini harus juga harus menjadi hubungan yang sehat dengan unit lain dalam organisasi
itu sendiri. Team juga perlu untuk meninjau lingkungan tersebut untuk mengenali
yang menyangkut ancaman dan kesempatan.

Berdasarkan teori-teori di atas, maka kami mengambil kesimpulan bahwa


tujuan, bakat, tugas, pelaksanaan, hubungan interpersonal, penguatan, dan hubungan
external digunakan sebagai dasar membentuk teamwork dalam suatu organisasi.

E. Tahap Perkembangan Teamwork

Ada empat tahap perkembangan tim, yaitu :

1. Undevelopment

Tahap undevelopment ini adalah tahap yang paling sering dijumpai pada suatu
organisasi. Salah satu ciri dari tahap ini adalah :

a) Terlihat sekelompok orang mengerjakan suatu tugas tetetapi mereka tidak


bersepakat tentang bagaimana seharusnya mereka bekerja. Contohnya antara lain
dalam rapat atau pertemuan lebih sering terjadi antrian lontaran gagasan dan bukan
diskusi. Gagasan yang sebenarnya bersifat membangun, tidak mereka utarakan.
Mereka tidakut jika ‘gagasan itu’ akan mengganggu keseimbangan organisasi.

b) Tidak melibatkan perasaan individu karena dianggap tidak pada tempatnya untuk
membicarakan perasaan orang lain secara terbuka. Contohnya yaitu setiap orang sibuk
dengan tugasnya masing-masing dan atasan yang membuat hampir semua keputusan.
Sehingga roda organisasi menggelinding sesuai aturan dan prosedur dari atasannya.
Perlu diketahui disini bahwa banyak tim yang tidak efektif menunjukkan ciri-ciri di
atas, dan biasanya terjadi jika atasan memiliki kearifan, energi dan waktu untuk
membuat semua keputusan. Ini bukan kerjasama kelompok yang benar, karena dengan
cara ini kekuatan yang ada didalam tim tidak dimanfaatkan sehingga lebih terpusat
pada pemimpinnya.

2. Experimenting

Tahap ini dimulai ketika tim secara bersungguh-sungguh mulai meninjau


ulang metode operasional yang berlaku selama ini. Pada tahap Experimenting, tim
berkemauan untuk melakukan eksperimen dan uji coba. Mereka berani menghadapi
berbagai kemungkinan dengan memasuki daerah yang belum dikenal.
Pada tahap perkembangan ini, bahwa berbagai masalah dihadapi dan dibahas secara
lebih terbuka serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang lebih luas
sebelum membuat suatu keputusan. Contohnya yaitu, suatu permasalahan pribadi
dibicarakan secara terbuka, perasaan individu dipertimbangkan dan diselesaikan
sampai tuntas.

Pada tahap ini walaupun tim telah menjadi lebih terbuka dan mempunyai potensi
untuk menjadi lebih efektif, masih kurang untuk disebut sebagai tim yang efektif yang
menghasilkan keuntungan.

3. Consolidating

Setelah berhasil menyelesaikan masalah antar pribadi di tahap 2, tim mulai


memiliki kepercayaan diri, keterbukaan dan dipercaya untuk mencoba cara kerjanya.
Biasanya tim akan memilih cara kerja yang lebih sistematik atau bermetode. Aturan
dan cara kerja yang kaku diubah dengan aturan baru yang disepakati bersama, dimana
setiap anggota memiliki peran agar tujuan dapat dicapai. Walau hubungan antar
pribadi telah mejadi lebih erat, mereka sadar akan pentingnya aturan-aturan dasar dan
cara kerja yang akan dipakai oleh tim.

Bukti nyata dari tahap ini adalah cara untuk mencapai suatu keputusan, yaitu adanya
kejelasan tujuan dari aktivitas atau tugas, adanya penetapan sasaran, pengumpulan
informasi yang dibutuhkan, adanya kemauan memikirkan kemungkinan yang ada pada
tim, adanya perencanaan rinci mengenai apa yang harus dilakukan, kemauan meninjau
kembali hasil kerja dan menggunakannya sebagai dasar untuk memperbaiki cara kerja
di masa yang akan datang. Hubungan antar pribadi yang lebih baik pada tahap 2 ini
tetap dipertahankan, tetetapi mereka membangun aturan dasar dan cara kerja yang
akan dipakai oleh tim.

4. Mature

Setelah mengetahui penjelasan dari tahap 3, maka tersusunlah dasar bagi


terbentuknya suatu tim yang matang. Keterbukaan, kepedulian dan peningkatan
hubungan pribadi pada tahap 2 serta pendekatan yang sistematik dari tahap 3
merupakan modal dasar bagi terbentuknya tim yang benar-benar matang.

Fleksibilitas menjadi hal yang utama, karena setiap kebutuhan memiliki prosedur
kerja yang berbeda. Seseorang tidak lagi khawatir untuk mempertahankan posisi
mereka. Tim mengenali tipe kepemimpinan yang dibutuhkan saling percaya, jujur,
terbuka dan pemimpin mengenali kebutuhan untuk melibatkan anggotanya.

Saling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review
berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim. Tim akan selalu bersedia untuk
membantu tim lain yang mengalami kesulitan maupun yang belum sampai ke tahap
mereka. Tetetapi lebih dari itu, tim ini adalah tempat yang menyenangkan dan
membawa hasil.

F. Faktor-Faktor Penghambat Kesuksesan Teamwork (Kerjasama Tim)

Seperti telah dijelaskan, sekumpulan orang belum tentu merupakan suatu tim. Orang-
orang dalam satu kelompok tidak secara otomatis dapat bekerja sama. Seringkali tim
tidak dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan (Tjiptono dan Diana, 2000: 167-
168). Beberapa aspek diantaranya adalah:

a. Identitas Pribadi Anggota Tim

Suatu tim tidak dapat berjalan efektif bila anggotanya belum merasa cocok dengan tim
tersebut.

b. Hubungan Antar Anggota Tim

Agar setiap anggota dapat bekerja sama, mereka harus saling mengenal dan
berhubungan.

c. Identitas Tim di dalam Organisasi

Faktor ini terdiri dari dua aspek. Pertama, kecocokan tim di dalam organisasi. Aspek
kedua adalah pengaruh keanggotaan dalam tim tertentu terhadap hubungan dengan
anggota di luar tim. Berdasarkan teori diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa ada
beberapa faktor yang membuat sebuah teamwork menjadi tidak ideal. Identitas pribadi
anggota, hubungan antar anggota team, identitas team dalam organisasi merupakan
beberapa faktor yang membuat team kerja menjadi tidak ideal dan menghambat
kinerja team.
G. Kunci Keberhasilan Teamwork

Pembentukan suatu tim tidak dengan sendirinya akan berjalan sebagaimana


yang diharapkan. Untuk itu diperlukan upaya agar tim dapat mencapai misi dan tujuan
pembentukannya. King (dalam Tjiptono dan Diana, 2000, 168-170), menganjurkan 10
strategi yang ia sebut Sepuluh perintah tim (ten team commandets) untuk
meningkatkan kinerja suatu tim dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
Kesepuluh strategi tersebut adalah:

a. Saling ketergantungan

Saling ketergantungan diperlukan antara para anggota tim dalam hal informasi,
sumber daya, pelaksanaan tugas, dan dukungan. Adanya saling ketergantungan dalam
memperkuat kebersamaan tim

b. Perluasan tugas

Setiap tim harus diberi tantangan, karena reaksi atau tanggapan terhadap tantangan
tersebut akan membentuk semangat persatuan, kebanggaan, dan kesatuan tim.

c. Penjajaran

Anggota tim harus siap menyisihkan sikap individualisnya dalam rangka mencapai
misi bersama.

d. Bahasa yang umum

Pemimpin tim harus mengusahakan penggunaan bahasa yang umum, karena biasanya
anggota tim berasal dari departemen yang berbeda.

e. Kepercayaan/ Respect

Dibutuhkan waktu dan usaha untuk memebentuk kepercayaan dan respect agar setiap
anggota tim dapat bekerja sama.

f. Kepemimpinan/ keanakbuahan yang dibagi rata

Setiap orang memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda. Oleh karena itu pemimpin
yang baik harus mengetahui bakat tertentu setiap anggota tim.
g. Keterampilan pemecahan masalah

Tim harus menggunakan waktunya untuk membina kemampuan anggotanya dalam


memecahkan masalah, karena masalah merupakan hal yang selalu dihadapi setiap
organisasi.

h. Keterampilan menangani konfrontasi/ konflik

Dalam lingkungan kerja yang high preasure dan kompetitif, konflik merupakan hal
yang tak terelakkan. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar. Oleh karena itu
diperlukan keterampilan dalam menerima perbedaan pendapat dan menyampaikan
ketidaksetujuan terhadap pendapat orang lain.

i. Penilaian/ tindakan

Penilaian dilakukan dengan memantau dan membandingkan apa yang telah dilakukan
dengan pernyataan misi dan rencana tindakan yang ada. Rencana tindakan berisikan
tujuan, sasaran, jangka waktu, dan penugasan, serta tanggung jawab setiap anggota.

j. Perayaan

Kesuksesan yang dicapai suatu tim yang efektif dapat diperkuat dengan jalan
merayakannya. Penghargaan dan pengakuan atas tugas yang terlaksana dengan baik
akan memotivasi anggota agar bekerja lebih giat dan tangkas untuk mencapai tujuan
berikutnya.

Berdasarkan teori diatas, maka kami menyimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang
menjadi kunci keberhasilan dalam sebuah tim. Saling ketergantungan, perluasan tugas,
penjajaran, bahasa yang umum, kepercayaan/respect, Kepemimpinan/ keanakbuahan
yang dibagi rata, Keterampilan pemecahan masalah, Keterampilan menangani
konfrontasi/ konflik, Penilaian/ tindakan serta perayaan merupakan beberapa kunci
keberhasilan dari kerjasama tim.
H. Dimensi Dalam Tim Kerja

Michael West memaparkan, ada dua dimensi dari fungsi tim, yaitu tugas yang
harus diemban oleh tim dan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi bagaimana para
anggotanya merasakan tim sebagai sebuah unit sosial. Tugas yang harus diemban tim
yaitu menjalankan seluruh program pelayanan yang sesuai dengan aturan organisasi
yang baik, di mana dalam setiap tugas kerja selalu ada tujuan, strategi, pelaksanaan,
pengawasan dan evaluasi. Semua akan efektif jika dikerjakan dalam sebuah tim kerja.
Tetetapi tim kerja merupakan satu unit sosial yang mempengaruhi kerja tim. Dengan
perkataan lain, di dalam tim terdapat interaksi sosial yang unik dan kompak.

Tim terdiri atas kumpulan individu yang memiliki perbedaan emosi, sosial,
dan berbagai kebutuhan manusia, yang membuat tim secara keseluruhan dapat
membantu atau bahkan membuat frustrasi. Hal ini disebabkan tim bukan saja
berkumpul dan menjalankan tugas organisasi, tetetapi ada yang penting dan perlu
mendapatkan perhatian, yakni relasi sosial dalam kebersamaan mereka sebagai sebuah
tim kerja. Relasi antarpribadi yang akrab dan terbuka untuk bekerja dengan satu hati,
satu pikiran dan satu kehendak, akan menolong tim kerja berjalan dengan efektif.

Empat dimensi tim yang efektif :

1. Dimensi Personal

a. Tim yg efektif memiliki komitmen yg dalam satu dengan yang lain.

b. Segenap tim saling menularkan anthusiasme.

c. Setiap orang rindu memberi kontribusi demi mencapai tujuan bersama.

2. Dimensi Relational

a. Tim yang efektif berkomunikasi secara terbuka dan jujur.

b. Mereka berkolaborasi dengan kesediaan untuk saling melengkapi demi


mencapai tujuan bersama.

c. Mereka memanage konfliks secara bijak.

3. Dimensi Strategis
a. Tim yang efektif fokus kepada visi yg menjadi pendorong untuk terus maju
bersama.

b. Mereka menyepakati dan mengikuti sasaran yang jelas.

4. Dimensi Proses

a. Tim yang efektif sangat terbuka terhadap perubahan.

b. Mereka memiliki kesadaran yang kuat akan keterkaitan segenap anggota


tim.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fungsi dari tim yaitu dapat merubah sikap, perilaku, dan nilai pribadi serta dapat turut
serta dalam mendisiplinkan anggota tim. Sedangkan manfaat bekerja dalam tim yaitu untuk
pengambilan keputusan, merundingkan, dan bernegosiasi. Tujuan bekerja dalam tim agar
anggota memiliki visi dan misi yang sama dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan secara
efesiensi dan efektif. Perbedaan antara kelompok dan tim kerja yaitu kelompok tidak
menghasilkan sinergy positif yang bisa menciptidakan seluruh tingkat kinerja yang lebih
tinggi dari jumlah masukan sedangkan tim kerja menghasilkan sinergy positif melalui usaha
yang terkoordinasi dalam menghasil satu tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada jumlah
masukan individual.

Tim yang efektif memiliki berbagai karaketiristik umum. Apabila peningkatan kinerja
organisasi dengan menggunakan tim, manajemen harus memastikan bahwa tim-timnya
memiliki karakteristik-karakteristik. Dalam Tim kerja harus mempunyai Sembilan peranan
yaitu

1. Pencipta-pembaharu

2. Penjelajah-Promotor

3. Penilai-Pengembang

4. Pendorong-Pengorganisasi

5. Penyimpul-penghasil

6. Pengawas-Pemeriksa

7. Pemerkuat-Penasehat

8. Pelapor-Penasehat

9. Penaut

Michael West memaparkan, ada dua dimensi dari fungsi tim, yaitu tugas yang harus diemban
oleh tim dan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi bagaimana para anggotanya merasakan
tim sebagai sebuah unit sosial.
B. Saran

1. Meskipun teamwork menjadi penentu mulus tidaknya perjalanan organisasi,


namun masih diperlukan adanya kerjasama yang baik dalam melaksanakan tanggung
jawab dalam keorganisasian.

2. Teamwork tidak selalu terdiri dari sekumpulan orang dengan gaya, sikap, maupun
cara kerja yang sama. Perbedaan antar tim justru merupakan potensi yang akan
membuat sebuah tim menjadi kreatif dan inovatif. Oleh karena itu, perbedaan cara
kerja dalam tiap anggota tim harus ditanggapi dengan positif.
DAFTAR PUSTAKA

Francis, D. and Young, D. 1979. Improving Work Group: a Practical Manual for
Teambuilding. California : university Associates.

Huszco, G. 1990. Training for Teambuilding. Training and Development Journal, 44 (2), hal
37-43.

Johnson, D. and Johnson, F. 1991. Joining Together : Group Theory and Group Skills. New
Jersey : Prentice Hall.

Robbins, Stephen P (2008), Organizational Behavior, Concept, and Application, 12th Edition,
Prentice Hall, USA.

Tarkenton, F. 1986. Tarkenton on Teambuilding. Management Solution

Anda mungkin juga menyukai