Makalah untuk memenuhi tugas individu dosen pengampuh Dr.Drs. Imam RopiI,
SH.MH
Oleh :
Septi Hayyu Indiarti
(1531310075)
i
KATA PENGANTAR
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan dan sebagai referensi mahasiswa dan mahasiswi
jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang dalam mempelajari serta
memahami materi tersebut.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk
perbaikan di masa mendatang. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
kehidupan. Seperti kita ketahui bersama, bahwa saat ini Indonesia berada di
dalam era globalisasi. Maka agar tidak terombang ambing di tengah
masyarakat internasional, bangsa Indonesia harus memiliki visi dan ideologi
yang kuat. Tidak terkecuali kita sebagai mahasiswa harus memiliki ideologi
yang berdasarkan atas Pancasila. Sebab mahasiswa memiliki peran yang
penting dalam masyarakat, yaitu sebagai kontrol sosial dan calon pemimpin.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka didapatkan tujuan sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui kedudukan dan peranan Pancasila dalam
ketatanegaraan Indonesia?
1.3.2 Untuk mengetahui Pancasila sebagai sumber nilai dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara?
1.3.3 Untuk mengetahui pengertian karakter, karakter bangsa, dan cara-cara
penanamannya?
1.3.4 Untuk mengetahui strategi penanaman nilai-nilai Pancasila di kalangan
Mahasiswa untuk membentuk karakter Pancasila?
4
1.3.5 Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam membentuk
karakter Pancasila di kalangan Mahasiswa?
1.3.6 Untuk mengetahui hubungan timbal balik antara karakter bangsa dan
integrasi bangsa?
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapatkan pada penulisan makalah bagi :
1.4.1 Dosen
Memberikan kontribusi untuk peningkatkan kualitas pembelajaran
Pancasila di Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang.
1.4.2 Penulis
Menambah wawasan penulis tentang Pancasila sebagai sumber nilai
dalam pembentukan karakter bangsa, khususnya di kalangan
Mahasiswa.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Indonesia, yang mengikat seluruh warga masyarakat baik sebagai perorangan
maupun sebagai kesatuan bangsa (Poespowardojo dan Hardjatno, 2010).
7
c) Lembaga kemasyarakatan
d) Warga negara Indonesia dimana pun berada, dan
e) Penduduk di seluruh wilayah negara kesatuan republik Indonesia
Dalam tinjauan yuridis konstituisi, Pancasila sebagai dasar negara
berkedudukan sebagai norma objektif dan norma tertinggi dalam negara,
ketetapan MPRS No.XX/MPRS/ 1966,jo. Tap. MPR No. V/MPR/ 1973,jo. Tap.
MPR No.IX/ MPR / 1978.Penegasan kembali Pancasila sebagai dasar negara,
tercantum dalam Tap.MPR No.XVIII / MPR / 1998.
Sebagai dasar negara, Pancasila memang tidak memiliki parameter dan ukuran
yang jelas sehingga memberi peluang bagi siapa saja untuk menfsirkan sesuai
dengan latar belakang pemikiran dan kepentinganya.
Karena itu, bangsa Indonesia harus kembali kepada jati dirinya dan konsisten
terhadap cita-cita proklamasi, UUD 1945, pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika.
2.2 Pancasila Sebagai Sumber Nilai Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Hakikat Nilai Pancasila Setiap sila memiliki arti dan makna yang sangat
jelas. Arti dan makna itu relevan dengan perilaku ideal.
1. Landasan spiritual bersumber pada sila pertama: Tuhan Yang Maha Esa.
Landasan beragama yang memuat sikap pengesaan Tuhan jelas bahwa
setiap manusia Indonesia harus bertuhan. Ia siap pula untuk melaksanakan
titah Tuhan.
8
2. Landasan moral bersumber pada sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan
beradab. Sila ini mengajarkan bahwa setiap manusia Indonesia har-us
memiliki sikap untuk saling menghormati harkat dan martabat manusia.
Setiap manusia Indonesia juga diberi jaminan dan harus memberi jaminan
terhadap hak-hak asasi manusia.
3. Sila ketiga: Persatuan Indonesia memberikan tempat pada kemajemukan.
Dengan sila ini, bangsa Indonesia harus mengedepankan semangat
persatuan dan kesatuan daripada semangat etnisitas. Kendatipun demikian,
sila ini sama sekali tidak menghilangkan perbedaan alamiah dan keragaman
budaya etnik. Dengan semangat persatuan dan kesatuan, kita berupaya
serius untuk mencegah segala bentuk separatisme, baik atas dasar
kedaerahan, agama, suku, maupun pendirian politik. Semangat untuk tetap
bersatu juga berakar pada asas kedaulatan yang berada di tangan rakyat.
Jiwa persatuan dan kesatuan itu juga mencita-citakan perwujudan
masyarakat yang adil dan makmur.
4. Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan mendidik seluruh warga bangsa untuk
menjadikan musyawarah mufakat sebagai pemecah kebuntuan dialog.
Dalam sejarah pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
musyawarah mufakat merupakan jiwa demokrasi Pancasila. Ia sudah
dibangun sejak lama, puluhan tahun lalu.
5. Sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi
pendorong bagi siapa pun untuk berpihak kepada kebenaran. Bentuk
masyarakat yang menjadi cita-cita pembangunan nasional adalah
masyarakat adil yang berkemakmuran dan masyarakat makmur yang
berkeadilan. Jadi, dengan prinsip ini, keadilanlah yang akan menjadi
panglima pembangunan nasional.
Seperti yang sudah disebutkan bahwa nilai itu ada bersifat subjektif, dan
ada pula yang bersifat objektif. Nilai subjektif Pancasila berkaitan dengan
kejiwaan bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang ada di dalam setiap sila Pancasila
merupakan hasil perenungan, pemikiran, dan penilaian bangsa Indonesia. Jadi,
satu ideologi dasar kehidupan bangsa Indonesia adalah Pancasila karena itu
menjadi pandangan, pegangan, dan petunjuk hidup bangsa.
9
Setiap sila dari Pancasila pun bernilai objektif. Objektivitas sila Pancasila itu
dapat dibuktikan dari beberapa hal berikut.
Karakter suatu bangsa tidak cukup dalam pembangunan fisik saja tetapi
dibutuhkan suatu orientasi yang lebih kuat yaitu suatu landasan dasar atau pondasi
pembangunan karakter bangsa tersebut.Sehingga karakter untuk menuju pada
pembangunan tata nilai atau sebaliknya yang berorientasi pada tatanan fisik
tersebut dijiwai oleh semangat peningkatan tata nilai social kemasyarakatan dan
budaya.Dalam hal ini Indonesia memiliki landasan pancasila sebagai dasar untuk
melakukan pembangunan karakter bangsa Indonesia.
Karakter bangsa di era globalisasi yang sarat dengan daya saing adalah
menyangkut tiga hal pokok yaitu :
1. Artikulasi karakter bangsa adalah mengacu pada tingkat peningkatan kapasitas
pengetahuan dari bangsa tersebut untuk terus melakukan pembelajaran agar
semakin meningkat daya saingnya di era globalisasi.
2. Pembinaan karakter bangsa akan diarahkan agar kapasitas pengetahuan yang
terbangun dapat meningkatkan daya saing suatu bangsa, dengan kondisi
dimana daya saing tersebut akan memungkinkan adanya kemajuan kolektif
atau kemajuan bersama bagi bangsa Indonesia.
10
3. Pemaknaan dari karakter positif bangsa seharusnya diarahkan untuk mencapai
dua hal pokok di atas. Sebenarnya bangsa Indonesia telah memiliki karakter
positif bangsa yang seharusnya terus ditumbuh-kembangkan untuk menjadi
bangsa yang mandiri di era globalisasi ini.
Karakter positif yang telah dimiliki oleh bangsa Indonesia tersebut antara
lain adalah karakter pejuang yang juga telah diakui oleh masyarakat internasional
karena Indonesia mendaparkan kemerdekaannya melalui perjuangan tumpah
darah bangsa Indonesia. selain itu, bangsa Indonesia juga memiliki karakter
pemberani dan sejumlah karakter positif lainnya yang harus ditumbuh-
kembangkan sebagai bekal untuk menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang kuat dan mandiri di era globalisasi. Seluruh karakter positif yang telah
dimiliki oleh bangsa Indonesia tersebut harus dimaknai dalam konteks
peningkatan daya saing untuk menghadapi globalisasi.Sehingga pembinaan
karakter positif bangsa dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing bangsa
Indonesia dalam era globalisasi.
11
3. Generasi muda sebagai perekayasa karakter (character engineer) sejalan
dengan dibutuhkannya adaptifitas daya saing generasi muda untuk memperkuat
ketahanan bangsa Indonesia. Character engineer menuntut generasi muda
untuk terus melakukan pembelajaran.Pengembangan dan pembangunan
karakter positif generasi muda bangsa juga menuntut adanya modifikasi dan
rekayasa yang sesuai dengan perkembangan dunia.Contohnya adalah karakter
pejuang dan patriotism yang tidak harus diartikulasikan dalam konteks fisik,
tetapi dapat dalam konteks lainnya yang bersifat non-fisik
12
yang mengakar kuat di Jawa. Jika jamak pendekatan digunakan untuk menggali
dan memasifkan kembali penanaman nilai-nilai Pancasila, dengan tidak
mengulangi kesalahan rezim yang lampau, ke depan tentunya Pancasila akan
kembali menjadi Ideologi besar yang nilai-nilainya tertanam kuat dalam jiwa
segenap massa rakyat Indonesia.
13
Pertama, membumikan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Membumikan Pancasila berarti menjadikan nilai-nilai Pancasila
menjadi nilai-nilai yang hidup dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Terutama dikalangan mahasiswa, kOleh karena itu Pancasila yang
sesungguhnya berada dalam tataran filsafat harus diturunkan ke dalam hal-hal
yang sifatnya implentatif.
Kedua, internalisasi nilai-nilai Pancasila, baik melalui pendidikan formal
maupun non formal (masyarakat). Pada tataran pendidikan formal mata kuliah
Pendidikan Pancasila di kampus. Dan juga memberikan seminar kepada para
mahasiswa , betapa pentingnya pancasila bagi bangsa Indonesia.
Ketiga, ketauladanan dari para pemimpin, baik pemimpin formal (pejabat
negara) maupun informal (tokoh masyarakat). Dengan ketauladanan yang
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, diharapkan masyarakat luas dan para
mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa akan mengikutinya. Sudah
semestinya kita bangga kepada bangsa dan negara Indonesia yang
berideologikan Pancasila.Mari kita kembali ke jati diri bangsa (Pancasila) dalam
menyelesaikan setiap masalah kebangsaan yang kita hadapi.
Faktor intern yaitu faktor dari individu mahasiswa yang melipui ari
pembawaan dari keluarga. Mayoritas mahasiswa yang berasal dari pedesaan
mereka masih lugu atau polos sedangkan lingkungan perkotaan sebagian besar
berasal dari keluarga awam (umum). Hal tersebut dapat terlihat dari perilaku
mahasiswa yang ramah yaitu mahasiswa yang menyapa atau mengucapkan
salam bila bertemu dengan temannya.
Faktor ekstern yang pertama yaitu faktor yang berasal dari lingkungan
kampus dan masyarakat. Apabila lingkungan kampus dan masyarakat belum
terkena polusi pegauln bebas maka mahasiswa masih mudah untuk dibimbing
atau diarahkan. Faktor kedua yaitu dari fasilitas pembelajaran seperti metode,
media pembelajaran. Terpenuhinya media atau sumber belajar yang digunakan
14
oleh dosen maka hasil pembelajaran dapat maksimal , hanya saja penggunaan
media berbasis ICT oleh mahasiswa yang tidak dapat dipantau oleh dosen atau
orang tua.
2.6 Hubungan Timbal Balik Antara Karakter Bangsa dan Integrasi Bangsa
Salah satu contoh yaitu Bhineka Tunggal Ika yang memiliki arti
berbeda-beda tetapi tetap satu jua yang tak lain adalah semboyan bagi bangsa
Indonesia. Dari Bhineka Tunggal Ika ini akan terjadi proses integrasi bangsa
dimana segala perbedaan yang ada akan menciptakan suatu keselarasan.Persatuan
dari segala perbedaan yang ada pada bangsa Indonesia inilah yang selanjutnya
menjadi identitas atau karakter yang melekat bagi bangsa Indonesia.
Jadi hubungan antara karakter bangsa dengan integrasi bangsa yaitu suatu
karakter bangsa akan terbentuk apabila masyarakat yang ada didalamnya dapat
dipersatukan tanpa membedakan satu sama lain atau dengan kata lain berintegrasi
sehingga akan terjadi suatu ciri khas yang terbentuk dari semua perbedaan
tersebut.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan Pancasila merupakan pendidikan berkarakter bagi mahasiswa
yang akan membentuk pribadi pancasila yang akan membuahkan sikap mental
yang cerdas penuh tanggung jawab dari peserta didik, khususnya mahasiswa
dengan disertai perilaku yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berprikemanusiaan yang adil dan beradab, mendukung persatuan bangsa,
mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan perorangan serta mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan
sosial. Selain itu, Pendidikan Pancasila akan membentuk karakter mahasiswa
yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sebagai calon pemimpin bangsa.
3.2 Saran
Kita sebagai bangsa Indonesia, supaya mampu mencermati nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan
bernegara, sebagai contoh masyarakat madani, yaitu masyarakat yang tidak buta
akan posisi dasar negara, hendaknya kita bisa mengaplikasikan semua aspek-
aspek yang terkandung dalam Pancasila kedalam kehidupan sehari-hari.
Penyimpangan-penyimpangan terhadap nilai-nilai hukum, baik itu yang sudah
tertulis dan tertuang dalam kitab perundang-undangan maupun yang sudah
mengalir dalam masyarakat, perlu adanya suatu evaluasi untuk menciptakan
suasana masyaakat yang kondusif.
13
DAFTAR PUSTAKA
14