Anda di halaman 1dari 18

PANCASILA SEBAGAI SUMBER NILAI DALAM

PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA


(Pemembentukan karakter Pancasila di kalangan
Mahasiswa)

Makalah untuk memenuhi tugas individu dosen pengampuh Dr.Drs. Imam RopiI,
SH.MH

Oleh :
Septi Hayyu Indiarti
(1531310075)

Jurusan Teknik Sipil


Politeknik Negeri Malang
2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas


segala rahmat, nikmat, dan karunia yang telah diberikan selama ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah Pancasila sebagai Sumber Nilai dalam
Pembentukan Karakter Bangsa (Pembentukan Karakter Pancasila di Kalangan
Mahasiswa) dengan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan orang-orang
yang tetap senantiasa istiqomah dijalan-Nya.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan dan sebagai referensi mahasiswa dan mahasiswi
jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang dalam mempelajari serta
memahami materi tersebut.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk
perbaikan di masa mendatang. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Malang, 17 Januari 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................

DAFTAR ISI. .............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN. .........................................................................................

1.1 Latar Belakang. .................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah. ............................................................................................
1.3 Tujuan. ..............................................................................................................
1.4 Manfaat. ............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN. ..........................................................................................

2.1 Kedudukan dan Peranan Pancasila dalam Ketatanegaraan Indonesia. .............


2.2 Pancasila sebagai Sumber Nilai dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara. .........................................................................................................
2.3 Pengertian Karakter, Karakter Bangsa, dan Cara-cara Penanamannya. ...........
2.4 Strategi Penanaman Nilai-nilai Pancasila di Kalangan Mahasiswa untuk
Membentuk Karakter Pancasila. .......................................................................
2.5 Faktor-faktor Penghambat dalam Membentuk Karakter Pancasila di
Kalangan Mahasiswa. .......................................................................................
2.6 Hubungan Timbal Balik antara Karakter Bangsa dan Integrasi Bangsa. .........
BAB III PENUTUP. ..................................................................................................

3.1 Kesimpulan. ......................................................................................................


3.2 Saran. ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA. ...............................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


karakter merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan
bernegara. Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia sudah bertekad untuk
menjadikan pembangunan karakter bangsa sebagai bagian penting dan tidak
terpisahkan dari pembangunan nasional. Melalui Pendidikan
kewarganegaraan dilakukan dan dikembangkan di seluruh dunia, dengan
berbagai macam istilah atau nama. Mata kuliah tersebut sering disebut
sebagai civic education, citizenship education, dan bahkan ada yang
menyebut sebagai democracy education. Mata kuliah ini memiliki peran yang
strategis dalam mempersiapkan warga negara yang cerdas, bertanggung
jawab, dan berkeadaban. Dengan adanya penyempurnaan kurikulum mata
kuliah tersebut, maka pendidikan kewarganegaraan memiliki paradigma baru,
yaitu pendidikan kewarganegaraan berbasis Pancasila.
Akan menjadi sangat relevan jika pendidikan kewarganegaraan di
perguruan tinggi dewasa ini sebagai sintesis antara civic education,
democracy education, serta citizenship education yang berlandaskan
Filsafat Pancasila, serta mengandung muatan identitas nasional Indonesia,
juga muatan makna pendidikan pendahuluan bela negara. Hal ini berdasarkan
kenyataan di seluruh dunia, bahwa kesadaran demokrasi serta
implementasinya harus senantiasa dikembangkan dengan basis filsafat
bangsa, identitas nasional, kenyataan dan pengalaman sejarah bangsa
tersebut, serta dasar-dasar kemanusiaan dan keadaban. Oleh karena itu,
dengan pendidikan kewarganegaraan diharapkan intelektual Indonesia
memiliki dasar kepribadian sebagai warga negara yang demokratis, religius,
berkemanusiaan, dan berkeadaban.
Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945. Setiap warga negara wajib mempelajari,
mendalami, menghayati, dan mengamalkannya dalam segala bidang

3
kehidupan. Seperti kita ketahui bersama, bahwa saat ini Indonesia berada di
dalam era globalisasi. Maka agar tidak terombang ambing di tengah
masyarakat internasional, bangsa Indonesia harus memiliki visi dan ideologi
yang kuat. Tidak terkecuali kita sebagai mahasiswa harus memiliki ideologi
yang berdasarkan atas Pancasila. Sebab mahasiswa memiliki peran yang
penting dalam masyarakat, yaitu sebagai kontrol sosial dan calon pemimpin.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang didapatkan adalah :
1.2.1 Bagaimana kedudukan dan peranan Pancasila dalam ketatanegaraan
Indonesia?
1.2.2 Bagaimana Pancasila sebagai sumber nilai dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara?
1.2.3 Apa pengertian karakter, karakter bangsa, dan cara-cara
penanamannya?
1.2.4 Bagaimana strategi penanaman nilai-nilai Pancasila di kalangan
Mahasiswa untuk membentuk karakter Pancasila?
1.2.5 Apa saja faktor-faktor penghambat dalam membentuk karakter
Pancasila di kalangan Mahasiswa?
1.2.6 Bagaimana hubungan timbal balik antara karakter bangsa dan integrasi
bangsa?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka didapatkan tujuan sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui kedudukan dan peranan Pancasila dalam
ketatanegaraan Indonesia?
1.3.2 Untuk mengetahui Pancasila sebagai sumber nilai dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara?
1.3.3 Untuk mengetahui pengertian karakter, karakter bangsa, dan cara-cara
penanamannya?
1.3.4 Untuk mengetahui strategi penanaman nilai-nilai Pancasila di kalangan
Mahasiswa untuk membentuk karakter Pancasila?

4
1.3.5 Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam membentuk
karakter Pancasila di kalangan Mahasiswa?
1.3.6 Untuk mengetahui hubungan timbal balik antara karakter bangsa dan
integrasi bangsa?

1.4 Manfaat
Manfaat yang didapatkan pada penulisan makalah bagi :
1.4.1 Dosen
Memberikan kontribusi untuk peningkatkan kualitas pembelajaran
Pancasila di Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang.
1.4.2 Penulis
Menambah wawasan penulis tentang Pancasila sebagai sumber nilai
dalam pembentukan karakter bangsa, khususnya di kalangan
Mahasiswa.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kedudukan dan Peran Pancasila Dalam Ketatanegaraan Republik Indonesia

2.1.1 Kedudukan Pancasila Sebagai Sumber dari segala Hukum


Sebagai sumber dari segala hukum atau sebagai sumber tertib hukum
Indonesia maka Setiap produk hukum harus bersumber dan tidak boleh
bertentangan dengan Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi
yaitu Pembukaan UUD 1945, kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-
pokok pikiran, yang meliputi dari UUD 1945, yang pada akhirnya dijabarkan dari
UUD 1945, serta hukum positif lainnya. Pancasila sebagai dasar filsafat negara,
pandangan hidup bangsa serta idiologi bangsa dan negara, bukanlah hanya untuk
sebuah rangkaian kata- kata yang indah namun semua itu harus kita wujudkan dan
di implentasikan di dalam berbagai bidang dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai dasar negara menunjukkan bahwa Pancasila itu sebagai sumber
dari segala sumber hukum atau sumber dari seluruh tertib hukum yang ada di
Negara RI. Berarti semua sumber hukum atau peraturan-peraturan, mulai dari
UUD`45, Tap MPR, Undang-Undang, Perpu (Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang), PP (Peraturan Pemerintah), Keppres (Keputusan Presiden), dan
seluruh peraturan pelaksanaan yang lainnya, harus berpijak pada Pancasila
sebagai landasan hukumnya. Semua produk hukum harus sesuai dengan Pancasila
dan tidak boleh bertentangan dengannya. Oleh sebab itu, bila Pancasila diubah,
maka seluruh produk hukum yang ada di Negara RI sejak tahun 1945 sampai
sekarang, secara otomatis produk hukum itu tidak berlaku lagi. Atau dengan kata
lain, semua produk hukum sejak awal sampai akhir, semuanya, Batal Demi
Hukum. Karena sumber dari segala sumber hukum yaitu Pancasila, telah
dianulir.Oleh sebab itu Pancasila tidak bisa diubah dan tidak boleh diubah.
Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi atau falsafah terlahir dan telah
membudaya di dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia.Nilai-nilai itu tertanam
dalam hati, tercermin dalam sikap dan perilaku serta kegiatan lembaga-lembaga
masyarakat. Dengan perkataan lain, Pancasila telah menjadi cita-cita moral bangsa

6
Indonesia, yang mengikat seluruh warga masyarakat baik sebagai perorangan
maupun sebagai kesatuan bangsa (Poespowardojo dan Hardjatno, 2010).

2.1.2 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup


Nilai-nilai Pancasila, yang telah diwariskan kepada Bangsa Indonesia
merupakan nilai sari dan puncak dari sosoial budaya yang senantiasa melandasi
tata kehidupan sehari-hari.Tata nilai budaya yang telah berkembang dan dianggap
baik, serta diyakini kebenarannya ini dijadikan sebagai pandangan hidup dan
sumber nilai bagi bangsa Indonesia. Sumber nilai tersebut antara lain adalah:
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat indonesia
Dari nilai nilai inilah kemudian lahir adanya sikap yang mengutamakan persatuan,
kerukunan, keharmonisan, dan kesejahteraan yang sebenarnya sudah lama
dipraktekkan jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pandangan hidup bagi suatu bangsa seperti pancasila sangat penting artinya
karena merupakan pegangan yang mantap, agar tidak terombang ambing oleh
keadaan apapun, bahkan dalam era globalisasi dewasa.

2.1.3 Pancasila Sebagai Dasar Nagara


Sebagai dasar negara, Pancasila tercantum di dalam alinea IV pembukaan
UUD 1945 yang merupakan landasan yuridis konstitusional dan dapat disebut
sebagai ideologi Negara.
Sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum
sehingga semua peraturan hukum / ketatanegaraan yang bertentangan dengan
pancasila harus dicabut. Perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara,
dalam bentuk peraturan perundang undangan bersifat imperative (mengikat) bagi :
a) Penyelenggaraan negara
b) Lembaga kenegaraan

7
c) Lembaga kemasyarakatan
d) Warga negara Indonesia dimana pun berada, dan
e) Penduduk di seluruh wilayah negara kesatuan republik Indonesia
Dalam tinjauan yuridis konstituisi, Pancasila sebagai dasar negara
berkedudukan sebagai norma objektif dan norma tertinggi dalam negara,
ketetapan MPRS No.XX/MPRS/ 1966,jo. Tap. MPR No. V/MPR/ 1973,jo. Tap.
MPR No.IX/ MPR / 1978.Penegasan kembali Pancasila sebagai dasar negara,
tercantum dalam Tap.MPR No.XVIII / MPR / 1998.
Sebagai dasar negara, Pancasila memang tidak memiliki parameter dan ukuran
yang jelas sehingga memberi peluang bagi siapa saja untuk menfsirkan sesuai
dengan latar belakang pemikiran dan kepentinganya.
Karena itu, bangsa Indonesia harus kembali kepada jati dirinya dan konsisten
terhadap cita-cita proklamasi, UUD 1945, pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika.

2.2 Pancasila Sebagai Sumber Nilai Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Bagi bangsa Indonesia, sumber nilai dalam kehidupan bermasyarakat,


berbangsa dan bernegara adalah Pancasila. Pengambilan Pancasila sebagai sumber
nilai bagi bangsa Indonesia ini tidak dapat dibantah oleh seluruh warga bangsa.
Sikap tegar terhadap prinsip ini memunculkan konsekuensi bahwa seluruh tatanan
kehidupan masyarakat bangsa dan negara harus menjadikan Pancasila sebagai
dasar moral atau norma. Misalnya, tolak ukur tentang baik buruk dan benar-salah
dalam sikap, melakukan perbuatan dan tingkah laku bangsa Indonesia, khususnya
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus merujuk pada sila-sila yang ada
didalam Pancasila

Hakikat Nilai Pancasila Setiap sila memiliki arti dan makna yang sangat
jelas. Arti dan makna itu relevan dengan perilaku ideal.

1. Landasan spiritual bersumber pada sila pertama: Tuhan Yang Maha Esa.
Landasan beragama yang memuat sikap pengesaan Tuhan jelas bahwa
setiap manusia Indonesia harus bertuhan. Ia siap pula untuk melaksanakan
titah Tuhan.

8
2. Landasan moral bersumber pada sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan
beradab. Sila ini mengajarkan bahwa setiap manusia Indonesia har-us
memiliki sikap untuk saling menghormati harkat dan martabat manusia.
Setiap manusia Indonesia juga diberi jaminan dan harus memberi jaminan
terhadap hak-hak asasi manusia.
3. Sila ketiga: Persatuan Indonesia memberikan tempat pada kemajemukan.
Dengan sila ini, bangsa Indonesia harus mengedepankan semangat
persatuan dan kesatuan daripada semangat etnisitas. Kendatipun demikian,
sila ini sama sekali tidak menghilangkan perbedaan alamiah dan keragaman
budaya etnik. Dengan semangat persatuan dan kesatuan, kita berupaya
serius untuk mencegah segala bentuk separatisme, baik atas dasar
kedaerahan, agama, suku, maupun pendirian politik. Semangat untuk tetap
bersatu juga berakar pada asas kedaulatan yang berada di tangan rakyat.
Jiwa persatuan dan kesatuan itu juga mencita-citakan perwujudan
masyarakat yang adil dan makmur.
4. Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan mendidik seluruh warga bangsa untuk
menjadikan musyawarah mufakat sebagai pemecah kebuntuan dialog.
Dalam sejarah pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
musyawarah mufakat merupakan jiwa demokrasi Pancasila. Ia sudah
dibangun sejak lama, puluhan tahun lalu.
5. Sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi
pendorong bagi siapa pun untuk berpihak kepada kebenaran. Bentuk
masyarakat yang menjadi cita-cita pembangunan nasional adalah
masyarakat adil yang berkemakmuran dan masyarakat makmur yang
berkeadilan. Jadi, dengan prinsip ini, keadilanlah yang akan menjadi
panglima pembangunan nasional.

Seperti yang sudah disebutkan bahwa nilai itu ada bersifat subjektif, dan
ada pula yang bersifat objektif. Nilai subjektif Pancasila berkaitan dengan
kejiwaan bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang ada di dalam setiap sila Pancasila
merupakan hasil perenungan, pemikiran, dan penilaian bangsa Indonesia. Jadi,
satu ideologi dasar kehidupan bangsa Indonesia adalah Pancasila karena itu
menjadi pandangan, pegangan, dan petunjuk hidup bangsa.

9
Setiap sila dari Pancasila pun bernilai objektif. Objektivitas sila Pancasila itu
dapat dibuktikan dari beberapa hal berikut.

1. Rumusan setiap sila dari Pancasila bersifat universal.


2. Muatan redaksi Pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah karena memuat
pernyataan kemerdekaan dan hukum dasar negara, yaitu Pancasila.
Perubahan terhadap Pembukaan UUD 1945 berarti sama dengan
membubarkan keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Rumusan Pancasila di dalam Pembukaan UUD 1945 sesuai dengan kaidah
ilmu hukum sehingga memenuhi syarat pokok kaidah bernegara yang
mendasar.

2.3 Pengertian Karakter, Karakter Bangsa dan Cara-Cara Penanamannya

Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan,watak, akhlak atau budi pekerti yang


membedakan seseorang dengan yang lain.

Karakter suatu bangsa tidak cukup dalam pembangunan fisik saja tetapi
dibutuhkan suatu orientasi yang lebih kuat yaitu suatu landasan dasar atau pondasi
pembangunan karakter bangsa tersebut.Sehingga karakter untuk menuju pada
pembangunan tata nilai atau sebaliknya yang berorientasi pada tatanan fisik
tersebut dijiwai oleh semangat peningkatan tata nilai social kemasyarakatan dan
budaya.Dalam hal ini Indonesia memiliki landasan pancasila sebagai dasar untuk
melakukan pembangunan karakter bangsa Indonesia.

Karakter bangsa di era globalisasi yang sarat dengan daya saing adalah
menyangkut tiga hal pokok yaitu :
1. Artikulasi karakter bangsa adalah mengacu pada tingkat peningkatan kapasitas
pengetahuan dari bangsa tersebut untuk terus melakukan pembelajaran agar
semakin meningkat daya saingnya di era globalisasi.
2. Pembinaan karakter bangsa akan diarahkan agar kapasitas pengetahuan yang
terbangun dapat meningkatkan daya saing suatu bangsa, dengan kondisi
dimana daya saing tersebut akan memungkinkan adanya kemajuan kolektif
atau kemajuan bersama bagi bangsa Indonesia.

10
3. Pemaknaan dari karakter positif bangsa seharusnya diarahkan untuk mencapai
dua hal pokok di atas. Sebenarnya bangsa Indonesia telah memiliki karakter
positif bangsa yang seharusnya terus ditumbuh-kembangkan untuk menjadi
bangsa yang mandiri di era globalisasi ini.

Karakter positif yang telah dimiliki oleh bangsa Indonesia tersebut antara
lain adalah karakter pejuang yang juga telah diakui oleh masyarakat internasional
karena Indonesia mendaparkan kemerdekaannya melalui perjuangan tumpah
darah bangsa Indonesia. selain itu, bangsa Indonesia juga memiliki karakter
pemberani dan sejumlah karakter positif lainnya yang harus ditumbuh-
kembangkan sebagai bekal untuk menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang kuat dan mandiri di era globalisasi. Seluruh karakter positif yang telah
dimiliki oleh bangsa Indonesia tersebut harus dimaknai dalam konteks
peningkatan daya saing untuk menghadapi globalisasi.Sehingga pembinaan
karakter positif bangsa dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing bangsa
Indonesia dalam era globalisasi.

Peran penting generasi muda dalam melaksanakan penanaman karakter


bangsa antara lain:
1. Generasi muda sebagai pembangun kembali karakter bangsa (character
builder).Di era globalisasi ini, peran generasi muda adalah membangun
kembali karakter positif bangsa seperti misalnya meningkatkan dan
melestarikan karakter bangsa yang positif sehingga pembangunan kemandirian
bangsa sesuai pancasila dapat tercapai sekaligus dapat bertahan ditengah
hantaman globalisasi.
2. Generasi muda sebagai pemberdaya karakter (character enabler). Pembangunan
kembali karakter bangsa tentu tidak cukup, jika tidak dilakukan pemberdayaan
secara terus menerus.Sehingga generasi muda juga dituntut untuk mengambil
peran sebagai pemberdaya karakter atau character enabler. Misalnya dengan
kemauan yang kuat dan semangat juang dari generasi muda untuk menjadi role
model dari pengembangan dan pembangunan karakter bangsa Indonesia yang
positif di masa depan agar menjadi bangsa yang mandiri.

11
3. Generasi muda sebagai perekayasa karakter (character engineer) sejalan
dengan dibutuhkannya adaptifitas daya saing generasi muda untuk memperkuat
ketahanan bangsa Indonesia. Character engineer menuntut generasi muda
untuk terus melakukan pembelajaran.Pengembangan dan pembangunan
karakter positif generasi muda bangsa juga menuntut adanya modifikasi dan
rekayasa yang sesuai dengan perkembangan dunia.Contohnya adalah karakter
pejuang dan patriotism yang tidak harus diartikulasikan dalam konteks fisik,
tetapi dapat dalam konteks lainnya yang bersifat non-fisik

2.4 Strategi Penanaman Nilai-nilai Pancasila dikalangan Mahasiswa untuk


membentuk karakter Bangsa

2.4.1 Problem Dalam Penanaman Nilai-Nilai Pancasila

Selama ini pengajaran dan penanaman nilai-nilai Pancasila memiliki


struktural dan kultural. Pada tingkat struktural negara belum memiliki
instrument yang memadai untuk mengenalkan Pancasila pada level
implementatif sejak dini. Pancasila didesain sebagai kurikulum yang diajarkan di
sekolah-sekolah, tetapi tidak mempunyai kekuatan implementatif. Karenanya
kurikulum Pancasila seharusnya tidak didesain dengan sekedar tatap muka di
dalam kelas, dengan sedikit dialog, melainkan harus lebih implementatif dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga penanaman nilai-nilai Pancasila akan lebih
mengena dan tepat sasaran, bagaimana mengajarkan secara praktis dan memberi
contoh untuk menghargai perbedaan, toleransi, tidak korup, tidak sekedar
mahfum secara lisan. Pada level kultur, strategi kebudayaan Indonesia,
seharusnya mengarahkan Pancasila sebagai budaya atau tradisi ke-Indonesia-an,
sehingga dengan sadar maupun tidak sadar masyarakat secara luas akan
menjalankan nilai-nilai Pancasila, tanpa harus menghafal butir per butir. Tanpa
harus meninggalkan tradisi-tradisi lokal yang memang sudah terakomodir
nilainya melalui Pancasila.Pelembagaan Pancasila sebagai budaya, sekaligus
pula untuk mengikis peninggalan tradisi-tradisi lokal yang memberi akses tidak
baik bagi perkembangan Indonesia sekarang, semisal watak patrimoniaslitik

12
yang mengakar kuat di Jawa. Jika jamak pendekatan digunakan untuk menggali
dan memasifkan kembali penanaman nilai-nilai Pancasila, dengan tidak
mengulangi kesalahan rezim yang lampau, ke depan tentunya Pancasila akan
kembali menjadi Ideologi besar yang nilai-nilainya tertanam kuat dalam jiwa
segenap massa rakyat Indonesia.

2.4.2 Implementasi Pancasila

Secara formalitas hampir semua rakyat Indonesia mengakui bahwa dasar


negara kita adalah Pancasila. Pertanyaan mendasar sekarang adalah apakah
seluruh rakyat Indonesia, baik yang menjadi penguasa maupun rakyat biasa
sudah menerima sepenuhnya Pancasila dan berusaha mengimplementasikannya
dalam kehidupan sehari-hari ?kalau memperhatikan kondisi bangsa yang saat ini
masih terpuruk dengan berbagai krisis yang belum kunjung selesai, rasanya kita
sebagai bangsa harus berani mengakui bahwa nilai-nilai Pancasila belum
sepenuhnya kita amalkan. Pancasila masih sebatas retorika dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai ketuhanan belum sepenuhnya diimplementasikan karena kerukunan hidup
beragama masih belum sepenuhnya tercipta. Kasus Ambon dan Poso bisa
menjadi suatu bukti, bahwa nilai kemanusiaan yang adil dan beradab masih
belum terwujud sepenuhnya, karena masih banyak kekerasan kita saksikan. Nilai
persatuan Indonesia belum menjadi pilihan sikap seluruh bangsa Indonesia,
karena masih ada saudara kita yang ingin memisahkan diri dari NKRI. Nilai
permusyawaratan perwakilan masih jauh dari harapan, karena masih banyak
saudara kita yang menyelesaikan suatu persoalan dengan cara-cara kekerasan
(Anarkis). Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia juga masih belum
sepenuhnya terlaksana, karena angka kemiskinan dan pengangguran masih
cukup tinggi.

2.4.2 Strategi Penanaman Nilai-nilai Pancasila dikalangan Mahasiswa


Solusi terbaik untuk mengatasi persoalan-persoalan kebangsaan di atas
adalah dengan kembali ke nilai-nilai Pancasila.

13
Pertama, membumikan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Membumikan Pancasila berarti menjadikan nilai-nilai Pancasila
menjadi nilai-nilai yang hidup dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Terutama dikalangan mahasiswa, kOleh karena itu Pancasila yang
sesungguhnya berada dalam tataran filsafat harus diturunkan ke dalam hal-hal
yang sifatnya implentatif.
Kedua, internalisasi nilai-nilai Pancasila, baik melalui pendidikan formal
maupun non formal (masyarakat). Pada tataran pendidikan formal mata kuliah
Pendidikan Pancasila di kampus. Dan juga memberikan seminar kepada para
mahasiswa , betapa pentingnya pancasila bagi bangsa Indonesia.
Ketiga, ketauladanan dari para pemimpin, baik pemimpin formal (pejabat
negara) maupun informal (tokoh masyarakat). Dengan ketauladanan yang
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, diharapkan masyarakat luas dan para
mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa akan mengikutinya. Sudah
semestinya kita bangga kepada bangsa dan negara Indonesia yang
berideologikan Pancasila.Mari kita kembali ke jati diri bangsa (Pancasila) dalam
menyelesaikan setiap masalah kebangsaan yang kita hadapi.

2.5 Faktor-faktor Penghambat Dalam Membentuk Karakter Pancasila


dikalangan Mahasiswa

Faktor intern yaitu faktor dari individu mahasiswa yang melipui ari
pembawaan dari keluarga. Mayoritas mahasiswa yang berasal dari pedesaan
mereka masih lugu atau polos sedangkan lingkungan perkotaan sebagian besar
berasal dari keluarga awam (umum). Hal tersebut dapat terlihat dari perilaku
mahasiswa yang ramah yaitu mahasiswa yang menyapa atau mengucapkan
salam bila bertemu dengan temannya.

Faktor ekstern yang pertama yaitu faktor yang berasal dari lingkungan
kampus dan masyarakat. Apabila lingkungan kampus dan masyarakat belum
terkena polusi pegauln bebas maka mahasiswa masih mudah untuk dibimbing
atau diarahkan. Faktor kedua yaitu dari fasilitas pembelajaran seperti metode,
media pembelajaran. Terpenuhinya media atau sumber belajar yang digunakan

14
oleh dosen maka hasil pembelajaran dapat maksimal , hanya saja penggunaan
media berbasis ICT oleh mahasiswa yang tidak dapat dipantau oleh dosen atau
orang tua.

2.6 Hubungan Timbal Balik Antara Karakter Bangsa dan Integrasi Bangsa

Integrasi bangsa merupakan suatu proses pemersatu dari segala


kemajemukan yang ada pada suatu bangsa. Sedangkan karakter bangsa
merupakan suatu ciri khas yang ada pada suatu bangsa yang tidak dimiliki oleh
bangsa lain didunia. Dengan adanya integrasi, suatu bangsa yang majemuk akan
dapat bersatu dan dari persatuan ini akan menciptakan suatu karakter atau
identitas bangsa yang membedakan antara satu bangsa dengan bangsa yang lain.

Salah satu contoh yaitu Bhineka Tunggal Ika yang memiliki arti
berbeda-beda tetapi tetap satu jua yang tak lain adalah semboyan bagi bangsa
Indonesia. Dari Bhineka Tunggal Ika ini akan terjadi proses integrasi bangsa
dimana segala perbedaan yang ada akan menciptakan suatu keselarasan.Persatuan
dari segala perbedaan yang ada pada bangsa Indonesia inilah yang selanjutnya
menjadi identitas atau karakter yang melekat bagi bangsa Indonesia.

Jadi hubungan antara karakter bangsa dengan integrasi bangsa yaitu suatu
karakter bangsa akan terbentuk apabila masyarakat yang ada didalamnya dapat
dipersatukan tanpa membedakan satu sama lain atau dengan kata lain berintegrasi
sehingga akan terjadi suatu ciri khas yang terbentuk dari semua perbedaan
tersebut.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan Pancasila merupakan pendidikan berkarakter bagi mahasiswa
yang akan membentuk pribadi pancasila yang akan membuahkan sikap mental
yang cerdas penuh tanggung jawab dari peserta didik, khususnya mahasiswa
dengan disertai perilaku yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berprikemanusiaan yang adil dan beradab, mendukung persatuan bangsa,
mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan perorangan serta mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan
sosial. Selain itu, Pendidikan Pancasila akan membentuk karakter mahasiswa
yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sebagai calon pemimpin bangsa.

3.2 Saran
Kita sebagai bangsa Indonesia, supaya mampu mencermati nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan
bernegara, sebagai contoh masyarakat madani, yaitu masyarakat yang tidak buta
akan posisi dasar negara, hendaknya kita bisa mengaplikasikan semua aspek-
aspek yang terkandung dalam Pancasila kedalam kehidupan sehari-hari.
Penyimpangan-penyimpangan terhadap nilai-nilai hukum, baik itu yang sudah
tertulis dan tertuang dalam kitab perundang-undangan maupun yang sudah
mengalir dalam masyarakat, perlu adanya suatu evaluasi untuk menciptakan
suasana masyaakat yang kondusif.

13
DAFTAR PUSTAKA

Muhamad Yogi. Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesi.


http://muhamad-yogi.blogspot.co.id. [11 Desember 2015].

Baharudin Nursyah. Pancasila sebagai Sumber Nilai Bagi Bangsa Indonesia.


http://silabusrppsma.blogspot.co.id. [11 Desember 2015].

Diah Ayu Intan Sari. Pembangunan Karakter Bangsa Indonesi berdasarkan


Pancasila : Menuju Bangsa Mandiri Di Era Globalisai.
http://www.kompasiana.com. [11 Desember 2015].

Iqbal Yulianto. Penanaman Nilai Nilai Pancasila.


http://iqbalyulianto.blogspot.co.id. [11 Desember 2015].

14

Anda mungkin juga menyukai