CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat melaksanakan pengujian
permeabilitas tinggi konstan (Constant Head Permeability Test) dengan prosedur
yang benar, melakukan perhitungan, dan menentukan nilai koefisien rembesan
(k).
2.1 PENDAHULUAN
Tanah adalah kumpulan partikel padat yang saling berhubungan dan
memiliki rongga. Rongga ini memungkinkan air dapat mengalir di dalam
partikel menuju rongga dari satu titik yang lebih tinggi ke titik yang lebih
rendah. Peran tanah pada suatu konstruksi berfungsi sebagai penyangga atau
sebagai bahan untuk konstruksi itu sendiri misal jalan. Namun pada tiap
konstruksi tidak semua tanah sesuai pada perhitungan perencanaan yang
sudah dibuat. Oleh karena itu perlu adanya usaha untuk merekayasa tanah
untuk mempengaruhi nilai permeabilitas tanah agar memenuhi standar
konstruksi sipil yang akan dibangun.
Studi mengenai aliran air melalui pori-pori tanah diperlukan dan
sangat berguna di dalam memperkirakan jumlah rembesan air di dalam
tanah. Sifat tanah yang memungkinakan air melewatinya pada berbagai laju
air tertentu disebut permeabilitas tanah. Sifat ini berasal dari sifat alami dari
granular tanah itu sendiri meskipun sepertinitu dapat dipengaruhi oleh faktor
lain (seperti air yang terikat di tanah liat). Jadi tanah yang berbeda akan
memiliki permeabilitas tanah yang berbeda pula.
Nilai permeabilitas tanah ini dapat diartikan sebagai kecepatan
penyerapan air ke dalam tanah yang mempengaruhi penambahan pasokan
air tanah, dalam hal ini kebutuhan air tanah sangat dibutuhkan di kawasan
yang akan dilaksanakan konstruksi.
Koesisien permeabilitas tanah (k) digunakan untuk mengetahui
besarnya rembesan pada permasalahan bendungan, saluran irigasi, tanggul
tanah, sumur resapan dan lainnya. Dengan mengkomparasi nilai koefisien
permeabilitas antara data lapangan dengan nilai kisaran yang sudah didapat
maka hasilnya dapat digunakan untuk memprediksi nilai awal koefisien
permeabilitas.
Pengujian untuk mendapatkan nilai permeabilitas tanah biasanya
dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan pengujian permeabilitas lapangan
dan permeabilitas laboratorium. Untuk pengujian permeabilitas
laboratorium ada dua metode yaitu Constant Head dan Falling Head.
Constant Head adalah metode pengujian permeabilitas yang biasanya
digunakan untuk tanah yang memiliki butiran kasar dan meiliki koefisien
permeabilitas tinggi seperti kerikil, pasir atau campuran pasir dan lanau.
Sedangkan metode Falling Head adalah metode pengujian permeabilitas
yang memiliki koefisien permeabilitas yang rendah seperti tanah lempung.
Dalam pengujian ini digunakan metode Constan Head, pada tipe
percobaan ini pemberian air dalam saluran pipa masuk (inlet) dijaga hingga
perbedaan tinggi air dalam pipa masuk dan pipa keluar (outlet) selalu
konstan selama percobaan. Setelah kecepatan aliran air yang melalui contoh
tanah menjadi konstan, air dikumpulkan dalam gelas ukur selama suatu
waktu yang diketahui.
2.2 PERALATAN
1. Alat uji tinggi konstan
2. Selang
3. Gelas ukur
4. Pengukur waktu (Stopwatch)
5. Ember
6. Cawan
7. Timbangan dengan ketelitian 0.01gram
8. Mistar/penggaris
2.3 BENDA UJI
1. Pasir silika
2. Air suling
2.6 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian permeabilitas tinggi konstan (Constant
Head Permeability Test) di laboratorium, diperoleh koefisien rembesan (k)
rata-rata sebesar 8.10-2 cm/detik. Data tersebut didapatkan dari 3 kali
pengujian. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa banyaknya air yang
mengalir tiap satu detik sebanyak 8.10-2 cm.
2.7 LAMPIRAN
h1 dan h3 awal = 89
h3 akhir = 68,9cm
cm
h1 akhir = 15 cm
3
2
1
PENGUJIAN PERMEABILITAS