Anda di halaman 1dari 38

PENYELIDIKAN LOKASI

PROYEK
PERTEMUAN KE-6

METODE PENYELIDIKAN
LOKASI PROYEK DI LABORATORIUM
Devita Mayasari, S.T., M.Eng.

PROGRAM STUDI
TEKNIK SIPIL
Uji Konsolidasi
Uji
Penyelidikan Uji Triaksial
Tanah di
Uji Permeabilitas
Laboratorium
Uji Direct Shear
UJI KONSOLIDASI

 Konsolidasi adalah proses berkurangnya volume atau berkurangnya rongga


pori dari tanah jenuh berpermeabiltas rendah akibat pembebanan
 Prosesnya dipengaruhi oleh kecepatan terperasnya air pori keluar dari
rongga tanah
 Uji konsolidasi satu dimensi dikenalkan oleh Terzaghi dengan asumsi:
1. Tanah homogen dan tersaturasi sempurna
2. Air didalam tanah diasumsikan inkompresibel Formulasi aliran air didalam
tanah dipenuhi oleh Hukum Darcy
3. Hubungan tegangan-regangannya linear dan dihubungkan oleh modulus
odometrik
 Uji konsolidasi satu dimensi biasanya dilakukan di laboratorium dengan alat
oedometer atau konsolidometer
Gambar 1. Skema alat uji
konsolidometer
Cara kerja menggunakan alat konsolidometer:
1. Contoh tanah diletakkan di dalam cincin logam dengan dua buah batu
berpori diletakkan di atas dan di bawah contoh tanah
2. Ukuran contoh tanah berdiameter 2,5 inci (53,5 mm) dan tebal 1 inchi
(25,4 mm)
3. Pembebanan dilakukan dengan meletakkan contoh tanah pada ujung
balok datar
4. Pemampatan diukur dengan menggunakan skala ukur dengan skala
mikrometer
5. Contoh tanah direndam selama percobaan
6. Tiap-tiap beban diberikan selama 24 jam
7. Lalu beban dinaikkan 2 kali beban sebelumnya
8. Pengukuran pemampatan diteruskan
9. Saat selesai, berat kering contoh tanah dapat ditentukan
Gambar 2. Pengujian konsolidasi di laboratorium
Grafik hubungan antara pemampatan dan waktu
dapat dilihat terdapat tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap I, pemampatan awal (initial
compression) → disebabkan pembebanan awal
2. Tahap II, konsolidasi primer (primary
consolidation) → periode selama tekanan air
pori secara lambat laun dipindahkan ke dalam
tegangan efektif, akibat air dari pori-pori
tanah
3. Tahap III, konsolidasi sekunder (secondary
consolidation) → terjadi setelah tekanan air
pori hilang seluruhya,
disebabkan penyesuaian bersifat plastis dari
butiran tanah
Gambar 3. Grafik waktu-
pemampatan selama konsolidasi
untuk suatu penambahan beban
yang diberikan
Untuk setiap penambahan beban selama pengujian, tegangan yang
terjadi berupa tegangan efektif, dimensi awal penurunan pada tiap
pembebanan dicatat, maka nilai angka pori e diperoleh

Gambar 4. Grafik hubungan e dan log p yang menunjukkan keadaan akibat loading,
unloading, dan reloading
 Definisi dasar konsolidasi:
1. Terkonsolidasi secara normal → tekanan efektif overburden, tekanan
maksimum yang pernah dialami oleh tanah
2. Terlalu terkonsolidasi → tekanan efektif overburden lebih kecil dari
tekanan yang dialami tanah sebelumnya

Tekanan efektif overburden maksimum yang pernah dialami sebelumnya


disebut tekanan prakonsolidasi
UJI TRIAKSIAL
 Tujuan pengujian triaksial adalah untuk mencari parameter-parameter kekuatan
geser yaitu kohesi (c) dan sudut geser dalam (φ) total dan efektif
 Cara uji triaksial:
1. Sampel tanah berdiameter 1,5 inchi (38,1 mm) dan panjang 3 inchi (76,2 mm)
2. Sampel tanah ditutup dengan membran karet tipis dan diletakkan dalam bejana
silinder berbahan plastik/gelas
3. Bejana diisi air/larutan gliserin
4. Dalam bejana, benda uji mendapat tekanan hidrostatis
5. Keruntuhan geser pada benda uji, tegangan
aksial diberikan melalui piston vertikal → tegangan deviator
 Pembebanan arah vertikal dilakukan dengan 2 cara:
1. Dengan memberikan beban mati yang berangsur-angsur bertambah sampai benda
uji runtuh
2. Dengan memberikan deformasi arah aksial (vertikal) dengan kecepatan tetap
menggunakan bantuan gigi-gigi mesin datau pembebanan hidrolis → uji regangan
terkendali
 Tiga tipe standar uji triaksial:
1. Unconsolidated-undrained test atau undrained test (UU test)
2. Consolidated-undrained test (CU test)
3. Consolidated-drained test atau drainaed test (CD test)

1. Unconsolidated-undrained test atau undrained test (UU test)


Selama pengujian atau selama contoh tanah diberi tegangan normal dan tegangan
geser, air dalam contoh tanah tidak diperbolehkan keluar (semua kran ditutup),
tegangan air pori tidak diukur.
2. Consolidated-undrained test (CU test)
Sebelum diberikan tegangan geser, contoh tanah diberikan tegangan lateral dan air
dalam contoh diperbolehkan keluar sampai contoh tanah dinyatakan consolided kurang
lebih 24 jam atau sampai volume contoh sudah tidak ada perubahan lagi.
Kemudian kran ditutup (air tidak boleh keluar lagi) dan diberikan tegangan geser,
tegangan air pori dan perubahan volume selama penggeseran diukur.
3. Consolidated-drained test atau drainaed t (CD test)
Contoh tanah diberikan tegangan lateral sampai consolidasi selesai kemudian diberikan
tegangan geser dengan air dalam contoh tanah dibiarkan mengalir (kran dalam keadaan
terbuka).

Tegangan air pori diusahakan tetap pada kondisi 0,0 kg/cm2 dengan jalan pemberian
tegangan geser secara perlahan-lahan.

Hasil akhir pengujian ini berupa parameter tanah C (Kohesi) dan (ø) (Sudut geser dalam), yang
lebih teliti dari hasil pengujian geser langsung.
Gambar 5. skema alat triaksial
Gambar 5. Alat uji triaksial
UJI PERMEABILITAS

 Permeabilitas menunjukkan kemampuan tanah untuk meloloskan air struktur, struktur dan
tekstur serta unsur organik lainya juga ikut ambil bagian dalam menaikan laju inflasi dan
menurukan laju air.
 Permeabilitas → sifat bahan berpori yang memungkinkan aliran rembesan dari cairan
berupa air atau minyak mengalir lewat rongga pori
 Ada 4 macam pengujian untuk menentukan koefisien permeabilitas di laboratorium :
1. Uji tinggi tetap (constant head)
2. Uji tinggi energi turun (falling head)
3. Penentuan secara tidak langsung dari uji
konsolidasi
4. Penentuan secara tidak langsung dari uji
kapiler horizontal
1. Uji Permeabilitas dengan Tinggi Energi Tetap (Constant Head)
 Cocok untuk jenis tanah granular
 Prinsip kerja:
a. Tanah benda uji diletakkan di dalam silinder
b. Mengatur aliran lewat tanah
c. Banyaknya air yang keluar ditampung di dalam gelas ukuran
d. Mencatat waktu pengumpulan
e. Data hasil pengamatan dimasukkan ke persamaan Darcy:
Q = qt = k i A t
Q = volume alir dalam gelas ukuran
A = penampang benda uji
i = h/L → h tinggi energi hilang dan L panjang
benda uji
h = tinggi energi hilang
L = panjang benda uji atau panjang pengaliran

Maka 𝑄 = 𝑘 𝐴𝑡
𝐿
𝑄𝐿
sehingga 𝑘 =
ℎ𝐴𝑡
Dengan k adalah koefisien
permeabilitas

Gambar 6. Prinsip uji permeabilitas


constant head
Contoh:
 Tanah benda uji berbentuk silinder mempunyai diameter 7,3 cm dan panjang 16,8 cm.
Akan ditentukan koefisien permeabilitasnya dengan alat uji permeabilitas constant
head. Tinggi tekanan konstan sebesar 75 cm dikontrol sama selama pengujian. Setelah
1 menit pengujian berjalan air yang tumpah pada gelas ukuran ditimbang dan
beratnya 940 gr. Temperatur pada waktu pengujian 20oC. Hitung koefisien
permeabilitas tanah
Penyeleaian:
Luas tampang benda uji = 1Τ4 𝜋7,32 = 41,9 𝑐𝑚2
Berat volume air = 1 g/cm3
𝑄𝐿 940ൗ (16,8)
𝑘= = 1 = 0,08 𝑐𝑚/𝑑𝑡
ℎ𝐴𝑡 (75)(41,9)(60)
2. Uji Permeabilitas dengan Tinggi Energi
Turun (Constant Head)
 Cocok untuk jenis tanah berbutir halus
 Prinsip kerja:
a. Tanah benda uji dimasukkan ke dalam
tabung
b. Pipa pengukur didirikan di atas benda uji
c. Air dituangkan lewat pipa pengukur dan
dibiarkan mnegalir lewat benda uji
d. Ketinggian air awal pengujian (h1) pada
saat waktu t1 = 0 dicatat
e. Pada waktu tertentu t2 setelah pengujian
berlangsung maka air menjadi h2

Gambar 7 Prinsip uji permeabilitas


falling head
 Debit rembesan dihitung dengan persamaan
ℎ 𝑑ℎ
𝑞 = 𝑘 𝑖 𝐴 𝑘 𝐴 = −𝑎
𝐿 𝑑𝑡
Dimana
h = perbedaan tinggi pada sembarang waktu t (m)
A = luas potongan melintang benda uji (m2)
a = luas pipa pengukur (m2)
L = panjang benda uji atau pengaliran (m)
Nilai a, L, A, t, h1 dan h2 diperoleh dari pencatatan selama pengujian

Koefisien permeabilitas dihitung dengan:


𝑎𝐿 ℎ1
𝑘 = 2,303 𝑙𝑜𝑔
𝐴𝑡 ℎ2
Contoh:
 Dari hasil uji permeabilitas falling head dari tanah berpasir, diperoleh data sebagai
berikut:
a = 6 cm2 ; A = 10,73 cm2 ; L= 17 cm ; h1 = 150 cm ; h2 = 70 cm ; t = 100 detik (waktu
yang diperlukan untuk turun dari h1 ke h2)
Temperatur air 20oC. Hitung koefisien permeabilitas tanah ini.
Penyelesaian:
𝑎𝐿 ℎ1
𝑘 = 2,303 log
𝐴𝑡 ℎ2

6𝑥17 150
= 2,303 𝑙𝑜𝑔 = 0,072 𝑐𝑚/𝑑𝑡
10,73 𝑥 100 70
Contoh:
 Pada uji permeabilitas falling head diperoleh data A = 20 cm2 ; a = 2 cm2. Sebelum
contoh tanah diletakkan dalam tabung, tahanan saringan (atau tanah 1) alat tersebut
diuji lebih dulu. Hasilnya, waktu dibutuhkan untuk penurunan air di pipa bagian atas
dari 100 cm menjadi 15 cm adalah 5 detik . Kemudian contoh tanah 2 dengan tebal 5
cm dimasukkan ke dalam alatnya (di bawah saringan/tanah 1). Waktu yang dibutuhkan
untuk penurunan yang sama adalah 2,5 menit. Hitung koefisien permeabiltas tanah 2
Penyelesaian:
Dianggap air mengalir vertikal ke bawah melewati dua lapis tanah dengan
luas penampang tabung yang sama, maka kecepatan pada masing-masing
tanah juga sama. Akan dihitung lebih dulu koefisien permeabilitas arah z,
yaitu kz
Berdasarkan hukum Darcy v = ki
Untuk tanah 1 persamaan kecepatan air
ℎ1 ℎ1 𝑙1
𝑣1 = 𝑘1 → = (1)
𝑙1 𝑣1 𝑘1
Untuk tanah 2, persamaan kecepatan air
ℎ1 ℎ1 𝑙1 (2)
𝑣1 = 𝑘1 → =
𝑙1 𝑣1 𝑘1
Kecepatan air rata-rata contoh tanah:
ℎ1 + ℎ2 ℎ ℎ 𝐿
𝑣𝑧 = 𝑘𝑧 = 𝑘𝑧 → = (3)
𝑙1 + 𝑙2 𝐿 𝑣𝑧 𝑘𝑧
Dari persamaan 1 dan 2
ℎ1 ℎ2 𝑙1 𝑙2
+ = + (4)
𝑣1 𝑣2 𝑘1 𝑘2
Karena debit rembesan lewat dua lapisan tanah sama (pada luas
penampang pengaliran A sama) maka
q = v 1 A = v2 A
Sehingga v1 = v2 = vz jadi persamaan 4 menjadi:
1 𝑙1 𝑙2 ℎ 𝑙1 𝑙2
= ℎ1 + ℎ2 = + → = +
𝑣𝑧 𝑘1 𝑘2 𝑣𝑧 𝑘1 𝑘2
Dengan memperhatikan persamaan 3 maka
𝐿 𝑙1 𝑙2 (5)
= +
𝑘𝑧 𝑘1 𝑘2
𝐿 (6)
𝑘𝑧 =
𝑙1 𝐿
ൗ𝑘 + 2ൗ𝑘
1 2
Persamaan 6 merupakan persamaan untuk menghitung koefisien permeabilitas ekivalen
dari 2 lapisan tanah yang berbeda permeabilitas dalam arah vertikalnya.
Dari persamaan permeabilitas untuk falling head:
𝑎𝐿 ℎ1
𝑘 = 2,303 𝑙𝑜𝑔
𝐴𝑡 ℎ2
Untuk aliran hanya lewat tanah 1 (pengukuran tahanan saringan):
2𝑙1 100
𝑘1 = 2,303 log
20 𝑥 5 15
𝑙1
= 26,35
𝑘1
Untuk aliran lewat dua lapisan tanah t = 2,5 menit = 150 detik
2 𝐿 100 𝑐𝑚
𝑘𝑧 = 2,303 𝑙𝑜𝑔
20 150 15 𝑑𝑡
𝐿
= 790,53
𝑘𝑧
Dari persamaan 5:
𝐿 𝑙1 𝑙2
= +
𝑘𝑧 𝑘1 𝑘2
5
790,53 = 26,35 +
𝑘2
Jadi k2 = 6,5 x 10-3 cm/dt
3. Penentuan Koefisien Permeabilitas dari Uji Konsolidasi
 Koefisien permeabilitas dari tanah lempung dari 10-6 sampai 10-9 cm/dt ditentukan
dalam sebuah falling head permeameter yang direncanakan khusus dari percobaan
konsolidasi
 Benda uji dibuat lebih besar
 Untuk menghindari penggunaan pipa yang tinggi, tekanan dibuat dengan pemberian
tekanan udara

Gambar 8. Uji permeabilitas dengan alat konsolidasi


 Penentuan koefisien permeabilitas diperoleh dari persamaan konsolidasi
𝐶𝑣 𝑡
𝑇𝑣 = 2
𝐻
Cv = koefisien konsolidasi
t = waktu pengaliran
Tv = faktor waktu
H = panjang rata-rata lintasan drainase

 Koefisien perubahan volume:


∆𝑒
𝑚𝑣 =
∆𝜎 1 + 𝑒
e = perubahan angka pori pada perubahan tekanan
∆𝜎 = tambahan tekanan yang diterapkan
 Koefisien konsolidasi :
𝑘
𝐶𝑣 =
𝛾𝑤 𝑚𝑣
𝛾𝑤 = berat volume air
 Koefisien permeabilitas:
𝑇𝑣 𝛾𝑤 ∆𝑒𝐻 2
𝑘=
𝑡∆𝜎 1+𝑒
 Untuk 50% konsolidasi, Tv = 0,198 maka diperoleh persamaan koefisien permeabilitas :
0,198 𝛾𝑤 ∆𝑒𝐻 2
𝑘=
𝑡50 ∆𝜎(1 + 𝑒)
 Koefisien permeabilitas:
𝑇𝑣 𝛾𝑤 ∆𝑒𝐻2
𝑘=
𝑡∆𝜎 1 + 𝑒
Dengan
e = perubahan angka pori pada perubahan tekanan tertentu
Δσ = tambahan tekanan yang diterapkan
𝛾𝑤 = berat volume air
Contoh:
 Benda uji setebal 2,74 cm diletakkan di antara batu tembus air pada alat
konsolidometer. Pada pengujian dihasilkan derajat penurunan konsolidasi 50%
(t50) tercapai dalam 12 menit. Hitung koefisien konsolidasi dari benda uji.
Dianggap bahwa benda uji pada tekanan p1 = 1,437 kg/cm2 mempunyai
angka pori e1 = 0,585. pada akhir pengujian dengan tekanan p2 = 2,946
kg/cm2 angka pori e = 0,499
Penyelesaian
Pada pengujian ini rata-rata nilai e = ½ (0,585 + 0,499) = 0,542
∆𝑒 0,585 − 0,499
= = 0,0000584 𝑐𝑚2 /𝑔
∆𝜎 2946 − 1473
t50 = 12 menit = 720 detik
Koefisien permeabilitas selama pengujian:

0,198 𝑥 1(0,584 𝑥 10−4 )(2,74/2)2


𝑘= = 1,95 𝑥 10−8 𝑐𝑚/𝑑𝑡
1 + 0,542 𝑥 720

Karena kondisi drainase air dari contoh benda uji adalah drainase ke arah atas
dan bawah maka H = 2,74/2 = 1,37 cm
4. Uji Kapiler Horizontal
 Prinsip kerja :
a. Tanah dimasukkan dalam tabung dan dipasang posisi mendatar
b. Jika katup A dibuka air dalam bak penampung
akan masuk ke dalam tabung alat pengujian
mellaui silinder tanah scara kapiler. Jarak x dari
titik 1 adalah fungsi waktu
c. Pada titik 1, tinggi energi total (total head)
adalah nol
d. Pada titik 2 (dekat permukaan basah) tinggi
energi total adalah –(h+hc)
e. Persamaan hubungan dasar yang digunakan untuk
menentukan koefisiean permeabilitas dengan
kejenuhan tanah selama air bergerak dianggap
100%
𝑥2 2 − 𝑥1 2 2𝑘 Gambar 9. Uji kapiler horizontal
= ℎ + ℎ𝑐
𝑡 𝑛𝑆
n = porositas
S = derajat kejenuhan tanah
Cara uji kapiler horizontal:
1) Buka katup A
2) Segera setelah air mengalir, catat waktu (t) yang dibutuhkan untuk pengaliran sepanjang x
3) Ketika air terdepan telah mengelir kirakira setengah panjang benda uji (x=L/2), tutup katup
A dan buka katup B
4) Lanjut sampai gerakan air mencapai x = L
5) Tutup katup B. ambil tanah benda uji dan tentukan kadar air dan derajat kejenuhan
6) Gambarkan hubungan antara x2 dan waktu t. bagian oa adalah hasil plot dari pembacaan
data pada langkah 2) dan bagian ab pada langkah 4)
7) Diperoleh persamaan
∆ 𝑥2 2𝑘
= ℎ + ℎ𝑐
∆𝑡 𝑛𝑆
Suku sebelah kiri adalah kemiringan x2 terhadap t.
8) Tentukan kemiringan garis oa = m1 dan ab = m2
2𝑘 2𝑘
𝑚1 = ℎ1 + ℎ𝑐 dan 𝑚2 = ℎ2 + ℎ𝑐
𝑛𝑆 𝑛𝑆

n, S, h1, h2, m1, dan m2 ditentukan dari hasil pengujian persamaan hanya mengandung 2
bilangan yang tak diketahui yaitu k dan hc. Nilai k dapat dihitung
DIRECT SHEAR
 Beberapa cara untuk menentukan kuat geser tanah:
- Uji direct shear
- Uji triaksial
- Uji tekan bebas
- Uji vane shear
Peralatan pengujian direct shear:
 Kotak geser tempat benda uji berbentuk bujursangkar maupun lingkaran dengan
luas
sekitar 19,35 cm2 – 25,8 cm2 dengan 2,54 cm. Kotak terpisah menjadi 2 bagian yang
sama
Uji Direct Shear bertujuan untuk:
• Mendapatkan nilai sudut geser tanah yang dinyatakan dalam derajat.
• Mengetahui daya dukung tanah dasar.
• Mendapatkan nilai kohesi tanah (c) yang dinyatakan dalam kg/cm2
• Stabilitas lereng.
 Tegangan normal pada benda uji diberikan dari atas kotak geser. Gaya geser
diterapkan pada setengah bagian atau dari kotak geser, untuk memberikan geseran
pada tengah-tengah benda uji.
 Pada benda uji kering, kedua batu tembus air (porous) tidak diperlukan
 Selama pengujian perpindahan (ΔL) akibat gaya geser dari setengah bagian atau kotak geser
dan perubahan tebal (Δh) benda uji dicatat
 Alat uji direct shear dapat berbentuk bujur sangkar. Kotak penggujian dapat bervariasi dari
yang luasnya 100 x 100 mm2 – 300 x 300 mm2
 Kotak geser dengan ukuran yang besar digunakan untuk uji tanah dengan butiran berdiameter
lebih besar

Gambar 2. Alat uji direct shear


 Batasan atau kekurangan dalam uji direct shear :
1. Tanah benda uji dipaksa untuk mengalami keruntuhan pada bidang yang telah
ditentukan sebelumnya
2. Distribusi tegangan pada bidang kegagalan tidak uniform
3. Tekanan air pori tidak dapat diukur
4. Deformasi yang diterapkan pada benda uji hanya terbatas pada gerakan maksimum
sebesar alat geser langsung dapat digerakkan
5. Pola tegangan pada kenyataannya adalah sangat kompleks dan arah dari bidang-
bidang tegangan utama berotasi ketika regangan geser ditambah
6. Drainase tidak dapat dikontrol, kecuali hanya dapat ditentukan kecepatan
penggeserannya
7. Luas bidang kontak antara tanah di kedua setengah bagian kotak geser berkurang
ketika pengujian berlangsung. Koreksi mengenai kondisi ini diberikan oleh Petley
(1966) tetapi pengaruhnya sangat kecil pada hasil pegujian sehingga dapat diabaikan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai