Anda di halaman 1dari 103

MODUL MENGEDUKASI ANAK NEGERI

PESERTA DIDIK SEKOLAH DAERAH 3T

Silabus dan Materi Kegiatan


A. PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
1. Seminar Wawasan Kebangsaan dan Cinta Tanah Air
a) Silabus
1) Nama Kegiatan
Seminar Wawasan Kebangsaan dan Cinta Tanah Air
2) Standar Kompetensi Kegiatan
Menciptakan peserta didik yang mempunyai pemahaman
wawasan kebangsaan yang baik serta menjunjung tinggi rasa
cinta tanah air.

Metode Sumber
No Indikator Tujuan Kegiatan Materi Kegiatan
Kegiatan Belajar
1 Memahami Melalui kegiatan  Pengertian Seminar, Buku
makna ini, peserta didik wawasan tanya bacaan,
wawasan diharapkan dapat: kebangsaan jawab, internet,
kebangsaan  memahami  Makna diskusi dan
pengertian wawasan lainnya
wawasan kebangsaan
kebangsaan  Nilai dasar
 menjelaskan wawasan
makna kebangsaan
wawasan
kebangsaan
 memahami
nilai dasar
wawasan
kebangsaan

2 Menumbuhkan Melalui kegiatan  Pengertian Seminar, Buku


rasa cinta tanah ini, peserta didik cinta tanah air tanya bacaan,
air dalam diharapkan dapat:  Makna cinta jawab, internet,
kehidupan  Menjelaskan tanah air diskusi dan
berbangsa dan pengertian cinta  Perilaku yang lainnya
bernegara tanah air mencerminkan
 Memahami sikap cinta
makna cinta tanah air
tanah air
 Menyebutkan
perilaku yang
mencerminkan
rasa cinta tanah
air
 Memahami
pentingnya rasa
cinta cinta
tanah air

b) Indikator Keberhasilan Kegiatan

NO INDIKATOR PENILAIAN 1 2 3 4 JUMLAH


1 Peserta didik percaya diri dalam kegiatan
seminar
1. Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa
ragu-ragu
2. Mengajukan pertanyaan selama kegiatan
berlangsung
3. Berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan
4. Berani presentasi di depan kelas
2 Peserta didik santun dan sopan selama kegiatan
berlangsung
1. Tidak menyela pembicaraan pada waktu
yang tidak tepat
2. Meminta izin ketika akan memasuki
ruangan orang lain atau menggunakan
barang milik orang lain
3. Memperlakukan orang lain sebagaimana diri
sendiri ingin diperlakukan
4. Menghormati orang lain
3 Peserta didik menjelaskan materi wawasan
kebangsaan dengan indikator sebagai berikut:
1. Memahami pengertian wawasan kebangsaan
2. Memahami makna wawasan kebangsaan
3. Mampu menjelaskan nilai dasar wawasan
kebangsaan
4. Memberikan contoh akan pentingnya
wawasan kebangsaan bagi kehidupan

Nilai 4 = Jika melaksanakan semua indikator


Nilai 3 = Jika melaksanakan tiga indikator
Nilai 2 = Jika melaksanakan dua indikator
Nilai 1 = Jika melaksanakan satu indikator

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛


Penilaian : x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Kriteria penilaian

No Rentang Nilai Hasil

1 80 – 100 Sangat baik

2 70 – 79 Baik
3 60 – 69 Cukup
4 < 60 Kurang
c) Materi Seminar Wawasan Kebangsaan dan Cinta Tanah Air
1) Pengertian Wawasan Kebangsaan
Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu
“Wawasan” dan “Kebangsaan”. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2002) dinyatakan bahwa secara etimologis istilah
“wawasan” berarti: (1) hasil mewawas, tinjauan, pandangan dan
dapat juga berarti (2) konsepsi cara pandang. Wawasan
Kebangsaan sangat identik dengan Wawasan Nusantara yaitu cara
pandang bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional yang
mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan
politik, sosial budaya, ekonomi, dan pertahanan keamanan (Suhady
dan Sinaga, 2006).
“Kebangsaan” berasal dari kata “bangsa” yang menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2002) berarti kelompok masyarakat yang
bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta
berpemerintahan sendiri. Sedangkan “kebangsaan” mengandung
arti (1) ciri-ciri yang menandai golongan bangsa, (2) perihal
bangsa; mengenai (yang bertalian dengan) bangsa, (3) kesadaran
diri sebagai warga dari suatu negara.
Dengan demikian wawasan kebangsaan dapat diartikan sebagai
konsepsi cara pandang yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai
warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Prof. Muladi, Gubernur
Lemhannas RI, meyampaikan bahwa wawasan kebangsaan adalah
cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya,
mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Kesatuan atau integrasi nasional bersifat kultural dan
tidak hanya bernuansa struktural mengandung satu kesatuan
ideologi, kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan
ekonomi, dan kesatuan pertahanan dan keamanan.
Wawasan kebangsaan menentukan cara bangsa
mendayagunakan kondisi geografis negara, sejarah, sosio-budaya,
ekonomi, dan politik serta pertahanan keamanan dalam mencapai
cita-cita dan menjamin kepentingan nasional. Wawasan
kebangsaan menentukan bangsa menempatkan diri dalam tata
berhubungan dengan sesama bangsa dan dalam pergaulan dengan
bangsa lain di dunia internasional. Wawasan kebangsaan
mengandung komitmen dan semangat persatuan untuk menjamin
keberadaan dan peningkatan kualitas kehidupan bangsa dan
menghendaki pengetahuan yang memadai tentang tantangan masa
kini dan masa mendatang serta berbagai potensi bangsa.
Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai sudut
pandang/cara memandang yang mengandung kemampuan
seseorang atau kelompok orang untuk memahami keberadaan jati
diri sebagai suatu bangsa dalam memandang dirinya dan
bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam lingkungan
internal dan lingkungan eksternal (Suhady dan Sinaga, 2006).
Dengan demikian dalam kerangka NKRI, wawasan kebangsaan
adalah cara kita sebagai bangsa Indonesia di dalam memandang
diri dan lingkungannya dalam mencapai tujuan nasional yang
mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan
politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan, dengan
berpedoman pada falsafah Pancasila dan UUD 1945 atau dengan
kata lain bagaimana kita memahami Wawasan Nusantara sebagai
satu kesatuan POLEKSOSBUD dan HANKAM.
2) Wawasan Kebangsaan Indonesia
Konsep kebangsaan merupakan hal yang sangat mendasar bagi
bangsa Indonesia. Dalam kenyataannya, konsep kebangsaan itu
telah dijadikan dasar negara dan ideologi nasional yang terumus di
dalam Pancasila sebagaimana terdapat dalam Alinea IV
Pembukaan UUD 1945. Konsep kebangsaan itulah yang
membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di
dunia ini.
Dorongan yang melahirkan kebangsaan kita bersumber dari
perjuangan untuk mewujudkan kemerdekaan, memulihkan
martabat kita sebagai manusia. Wawasan kebangsaan Indonesia
menolak segala diskriminasi suku, ras, asal-usul, keturunan, warna
kulit, kedaerahan, golongan, agama dan kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, kedudukan maupun status sosial. Konsep
kebangsaan kita bertujuan membangun dan mengembangkan
persatuan dan kesatuan.
Dalam zaman Kebangkitan Nasional 1908 yang dipelopori
oleh Budi Utomo menjadi tonggak terjadinya proses Bhineka
Tunggal Ika. Berdirinya Budi Utomo telah mendorong terjadinya
gerakan-gerakan atau organisasi-organisasi yang sangat majemuk,
baik dipandang dari tujuan maupun dasarnya.
Dengan Sumpah Pemuda, gerakan Kebangkitan Nasional,
khususnya kaum pemuda berusaha memadukan kebhinnekaan
dengan ketunggal-ikaan. Kemajemukan, keanekaragaman seperti
suku bangsa, adat istiadat, kebudayaan, bahasa daerah, agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tetap ada dan
dihormati.
Wawasan kebangsaan Indonesia tidak mengenal adanya warga
negara kelas satu, kelas dua, mayoritas atau minoritas. Hal ini
antara lain dibuktikan dengan tidak dipergunakannya bahasa Jawa
misalnya, sebagai bahasa nasional tetapi justru bahasa Melayu
yang kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia.
Derasnya pengaruh globalisasi, bukan mustahil akan
memporak-porandakan adat budaya yang menjadi jati diri kita
sebagai suatu bangsa dan akan melemahkan paham nasionalisme.
Paham nasionalisme adalah suatu paham yang menyatakan bahwa
loyalitas tertinggi terhadap masalah duniawi dari setiap warga
bangsa ditunjukan kepada negara dan bangsa.
Meskipun dalam awal pertumbuhan nasionalisme diwarnai
oleh slogan yang sangat terkenal, yaitu: liberty, equality,
fraternality, yang merupakan pangkal tolak nasionalisme yang
demokratis, namun dalam perkembangannya nasionalisme pada
setiap bangsa sangat diwarnai oleh nilai-nilai dasar yang
berkembang dalam masyarakatnya masing-masing, sehingga
memberikan ciri khas bagi masing-masing bangsa.
Wawasan kebangsaan Indonesia menjadikan bangsa yang tidak
dapat mengisolasi diri dari bangsa lain yang menjiwai semangat
bangsa bahari yang terimplementasikan menjadi wawasan
nusantara bahwa wilayah laut Indonesia adalah bagian dari wilayah
negara kepulauan yang diakui dunia. Wawasan kebangsaan
merupakan pandangan yang menyatakan negara Indonesia
merupakan satu kesatuan dipandang dari semua aspek sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia dalam mendayagunakan
konstelasi Indonesia, sejarah dan kondisi sosial budaya untuk
mengejawantahan semua dorongan dan rangsangan dalam usaha
mencapai perwujudan aspirasi bangsa dan tujuan nasional yang
mencakup kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan
ekonomi, kesatuan pertahanan keamanan (Suhady dan Sinaga,
2006).
Wawasan kebangsaan Indonesia yang menjadi sumber
perumusan kebijakan desentralisasi pemerintahan dan
pembangunan dalam rangka pengembangan otonomi daerah harus
dapat mencegah disintegrasi atau pemecahan negara kesatuan,
mencegah merongrong wibawa pemerintah pusat, mencegah
timbulnya pertentangan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah. Melalui upaya tersebut diharapkan dapat
terwujud pemerintah pusat yang bersih dan akuntabel dan
pemerintah daerah yang tumbuh dan berkembang secara mandiri
dengan daya saing yang sehat antar daerah dengan terwujudnya
kesatuan ekonomi, kokohnya kesatuan politik, berkembangnya
kesatuan budaya yang memerlukan warga bangsa yang kompak
dan bersatu dengan ciri kebangsaan, netralitas birokrasi
pemerintahan yang berwawasan kebangsaan, sistem pendidikan
yang menghasilkan kader pembangunan berwawasan kebangsaan.
Wawasan kebangsaan Indonesia memberi peran bagi bangsa
Indonesia untuk proaktif mengantisipasi perkembangan lingkungan
strategik dengan memberi contoh bagi bangsa lain dalam membina
identitas, kemandirian, dan menghadapi tantangan dari luar tanpa
konfrontasi dengan meyakinkan bangsa lain bahwa eksistensi
bangsa merupakan aset yang diperlukan dalam mengembangkan
nilai kemanusiaan yang beradab (Sumitro dalam Suhady dan
Sinaga, 2006).
Akhirnya, bagi bangsa Indonesia, untuk memahami bagaimana
wawasan kebangsaan perlu memahami secara mendalam falsafah
Pancasila yang mengandung nilai-nilai dasar yang akhirnya
dijadikan pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku yang
bermuara pada terbentuknya karakter bangsa.
3) Makna Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan bagi bangsa Indonesia memiliki makna:
a) Wawasan kebangsaan mengamanatkan kepada seluruh bangsa
agar menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
atau golongan;
b) Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia
sedemikian rupa sehingga asas Bhinneka Tunggal Ika
dipertahankan
c) Wawasan kebangsaan tidak memberi tempat pada patriotisme
yang licik
d) Dengan wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan
hidup Pancasila, bangsa Indonesia telah berhasil merintis jalan
menjalani misinya di tengah-tengah tata kehidupan di dunia
e) NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur
bertekad untuk mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri
serta sejahtera lahir batin, sejajar dengan bangsa lain yang
sudah maju.
4) Nilai Dasar Wawasan Kebangsaan
Nilai Wawasan Kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan
kesatuan bangsa memiliki enam dimensi yang bersifat mendasar
dan fundamental, yaitu:
a) Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
b) Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas,
merdeka, dan bersatu
c) Cinta akan tanah air dan bangsa
d) Demokrasi atau kedaulatan rakyat
e) Kesetiakawanan sosial
f) Masyarakat adil dan makmur.
5) Pengertian Cinta Tanah Air
Pada hakekatnya cinta tanah air dan bangsa adalah kebanggaan
menjadi salah satu bagian dari tanah air dan bangsanya yang
berujung ingin berbuat sesuatu yang mengharumkan nama tanah
air dan bangsa. Pada keadaan yang amburadul saat ini apa yang
bisa dibanggakan dari negara dan bangsa Indonesia? Generasi
“founding fathers” pada masa penjajahan berhasil membangkitkan
rasa cinta tanah air dan bangsa yang pada akhirnya berhasil
memerdekakan bangsa Indonesia. Kalau saja rasa cinta tanah air
dan bangsa sekali lagi bisa menjadi faktor yang memotivasi bangsa
Indonesia, ada kemungkinan bangsa Indonesia akan bisa bangkit
kembali dengan masyarakatnya bisa menghasilkan karya-karya
yang membanggakan kita sebagai bangsa
Cinta tanah air adalah suatu ilmu yang mempelajari sikap kita
untuk rela berkorban terhadap Negara Indonesia. Dalam rangka
memahami pentingnya mewujudkan cinta tanah air, dapat kita
laksanakan setiap hari melalui sikap kita dalam menjalani hidup
berbangsa dan bertanah air dengan giat, pantang menyerah, peduli,
dan saling membantu antar umat. Itu merupakan cerminan dari
cinta tanah air.
Mekipun cinta tanah air bersifat sedikit abstrak (tidak
terdefinisi), namun hal itu menyetuh di seluruh kehidupan
penduduk Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Dan kita harus
menanamkan sifat bangga sebagai warga Negara Indonesia yang
mempunyai beragam adat istiadat. Sebagai contoh, orang yang
memperjual-belikan produk Indonesia di negara lain itu sudah
termasuk menanamkan sikap cinta tanah air, meski tidak
terdefinisi, karena dia dapat membawa dan mengharumkan nama
bangsa Indonesia di negara lain.
6) Sejarah Cinta Tanah Air
Perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang dimulai
sejak era sebelum dan selama penjajahan, dilanjutkan dengan era
merebut dan mempertahankan kemerdekaan sampai dengan era
mengisi kemerdekaan, menimbulkan kondisi dan tuntutan yang
berbeda sesuai zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda
tersebut ditanggapi oleh bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan
nilai-nilai kejuangan bangsa yang senantiasa tumbuh dan
berkembang yang dilandasi oleh jiwa, tekad, dan semangat
kebangsaan. Semua itu tumbuh menjadi kekuatan yang mampu
mendorong proses terwujudnya NKRI.
Bisa dikatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia ini
dilahirkan oleh generasi yang mempunyai idealisme cinta tanah air
dan bangsa, kalau tidak, mungkin saat ini kita bangsa Indoneia
masih dijajah oleh Belanda yang luas negaranya dibandingkan
pulau Bali saja masih luasan pulau Bali. Kita harus berterima kasih
kepada para tokoh yang mencentuskan pembentukan organisasi
Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, para pencetus Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, dan para tokoh yang
memungkinkan terjadinya proklamasi 17 Agustus 1945. Saya
sangat yakin mereka adalah contoh paling pas untuk dijadikan
tokoh-tokoh nasionalis tulen yang cintanya pada tanah air dan
bangsa melebihi cintanya pada diri sendiri yang kita harus hormati
sepanjang masa.
Dalam perkembangan selanjutnya, sejak terjadinya krisis
moneter yang kemudian dilanjutkan dengan krisis multidimensi
telah melahirkan era reformasi yang mengakibatkan terjadinya
perubahan sosial sangat mendasar, antara lain berupa tuntutan
masyarakat akan keterbukaan, demokratisasi dan HAM.
Perkembangan lingkungan strategik baik global, regional, maupun
nasional sangat erat kaitannya dengan upaya bela negara terhadap
cinta tanah air yang menjadi hak dan kewajiban setiap warga
negara Indonesia. Kondisi perkembangan lingkungan strategik
sangat menarik sebagai bahan kajian, terutama dikaitkan dengan
upaya bela negara karena pada dasarnya hal ini merupakan peluang
dan sekaligus tantangan bagi ketahanan nasional bangsa Indonesia.
Generasi “founding fathers” pada masa penjajahan berhasil
membangkitkan rasa cinta tanah air dan bangsa yang pada
akhirnya berhasil memerdekakan bangsa Indonesia. Kalau saja rasa
cinta tanah air dan bangsa sekali lagi bisa menjadi faktor yang
memotivasi bangsa Indonesia, ada kemungkinan bangsa Indonesia
akan bisa bangkit kembali dengan masyarakatnya bisa
menghasilkan karya-karya yang membanggakan kita sebagai
bangsa dan mungkin kemiskinan tidak merajarela seperti sekarang
ini.
Walaupun bagaimana, Indonesia ini adalah tanah air dan
bangsa kita sendiri yang kita wajib untuk mencintainya dengan
segala kekurangannya. Sungguh sayang apabila warisan NKRI
yang sudah diamanahkan kepada kita dengan banyak pengorbanan
darah dan airmata dari para “founding fathers” ini tidak kita cintai
untuk dijadikan Negara dan Bangsa yang maju dengan
masyarakatnya yang adil, makmur dan sejahtera
7) Sikap Cinta Tanah Air
Rasa cinta tanah air dapat ditanamkan kepada anak sejak usia
dini agar rasa terhadap cinta tanah air tertanamkan di hatinya dan
dapat menjadi manusia yang dapat menghargai bangsa dan
negaranya, misalnya dengan upacara sederhana setiap hari Senin
yang dilakukan di sekolah dengan menghormat bendera Merah
Putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan penuh bangga,
dan mengimplementasikan nilai Pancasila dengan semangat.
Meskipun lagu Indonesia Raya masih sulit dan panjang untuk
ukuran anak usia dini, tetapi dengan membiasakan mengajak
menyanyikannya setiap hari Senin saat upacara, maka anak akan
hafal dan bisa memahami isi lagu. Merah Putih bisa diangkat
menjadi sub tema pembelajaran.
Pentingnya sebuah lagu kebangsaan yang menjadi identitas
dari negara tersebut dapat mengingatkan kembali betapa
diperlukannya sikap cinta terhadap Negara Republik Indonesia.
Selain melakukan upacara, ada juga cara menanamkan sikap cinta
tanah air dengan mengadakan lomba 17 Agustus untuk
memperingati hari kemerdekaan Negara republik Indonesia yang
dicetuskan oleh presiden pertama Indonesia Bung Karno yang
jatuh tanggal 17 Agustus 1945.
Kegiatannya seperi ini bisa diarahkan pada lima aspek
perkembangan sikap dan perilaku, maupun kemampuan dasar.
Pada aspek sikap dan perilaku, bisa dimulai dengan menghargai
dan mencintai Bendera Merah Putih, mengenal cara mencintai
Bendera Merah Putih dengan merawat dan menyimpan dengan
baik, menghormati bendera ketika dikibarkan.
2. Kampanye Indonesia Damai Anti Kekerasan
a) Silabus
1) Nama Kegiatan
Kampanye Indonesia Damai Anti Kekerasan
2) Standar Kompetensi Kegiatan
Menciptakan peserta didik yang menjunjung tinggi perdamaian
dan menjadi pelopor anti kekerasan dalam terciptanya Negara
Indonesia yang aman

Metode Sumber
No Indikator Tujuan Kegiatan Materi Kegiatan
Kegiatan Belajar
1 Memahami Melalui kegiatan  Pengertian Seminar, Buku
makna ini, peserta didik Damai tanya bacaan,
perdamaian diharapkan dapat:  Makna jawab, internet,
dalam  Menjelaskan Indonesia diskusi dan
kehidupan pengertian damai lainnya
berbangsa dan perdamaian  Pentingnya
bernegara  Menciptakan hidup damai
kondisi damai dalam
dalam bernegara
berinteraksi  Toleransi
dengan sesama sebagai alat
 Menjalin untuk hidup
persaudaraan damai
dengan
menjunjung
tinggi rasa
toleransi
 Memahami
pentingnya
hidup dalam
kedamaian
untuk
mewujudkan
cita-cita NKRI
2 Meningkatkan Melalui kegiatan  Pengertian Seminar, Buku
rasa peduli dan ini, peserta didik kekerasan tanya bacaan,
menjadi diharapkan dapat:  Pentingnya jawab, internet,
pelopor anti  Menjelaskan menjadi diskusi dan
kekerasan arti kekerasan insan yang lainnya
 Menjadi insan anti
yang anti kekerasan
kekerasan
 Menjadi
pelopor anti
kekerasan

b) Indikator Keberhasilan Kegiatan

No Indikator Penilaian 1 2 3 4 jumlah


1 Peserta didik menjelaskan materi
Indonesia damai anti kekerasan:

1. Memahami makna cinta damai


2. Menjelaskan pentingnya hidup
dalam toleransi
3. Menjelaskan akibat dari
kekerasan yang sering terjadi di
kehidupan kita
4. Memahami cara bagaimana
menjadi manusia yang selalu
cinta damai
2 Peserta didik santun dan sopan
selama kegiatan berlangsung
1. Tidak menyela pembicaraan
pada waktu yang tidak tepat
2. Meminta ijin ketika akan
memasuki ruangan orang lain
atau menggunakan barang milik
orang lain
3. Memperlakukan orang lain
sebagaimana diri sendiri ingin
diperlakukan
4. Menghormati orang lain
3 Menjelaskan materi Indonesia
damai anti kekerasan
1. Memahami pengertian
kekerasan
2. Memahami makna anti
kekerasan
3. Mampu menjadi insan yang anti
kekerasan
4. Peserta didik mengaplikasikan
pentingnya menjadi insan anti
kekerasan bagi kehidupan

Nilai 4 = Jika melaksanakan semua indikator


Nilai 3 = Jika melaksanakan tiga indikator
Nilai 2 = Jika melaksanakan dua indikator
Nilai 1 = Jika melaksanakan satu indikator

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛


Penilaian : x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Kriteria penilaian
No Rentang Nilai Hasil
1 80 – 100 Sangat baik
2 70 - 79 baik
3 60 - 69 Cukup
4 < 60 kurang

c) Materi Kampanye Indonesia Damai Anti Kekerasan


1) Pengertian Hidup Damai
Hidup damai memang sudah menjadi impian banyak orang.
Menikmati indahnya pagi sambil bersama-sama ke masjid
menunaikan sholat Subuh, saling bertegur sapa, menggagas dan
mengembangkan lingkungan bersama-sama, berbelanja ke pasar
aman dan seterusnya. Tapi sayang, tak semua orang berpikir
demikian, selalu saja ada yang senang jika suasana gaduh, keruh,
senang memusuhi orang lain dan munculnya beragam dendam.
Padahal, dendam dengan dalih apapun, tak akan pernah
memberikan keuntungan. Sebaliknya, sikap negatif ini hanya
akan membuat perasaan tidak tenang dan hidup bergelimang
kekhawatiran. Selain dendam, membiarkan diri memusuhi orang
lain hanya akan membuat hidup tak bahagia. Hidup seolah
dikungkung dengan pikiran-pikiran yang negatif, yang senang
menyuburkan dendam dan permusuhan, dengan dalih apapun,
niscaya tak akan menemukan kebahagiaan dan kedamaian dalam
hidup. Padahal, perdamaian merupakan kunci pokok menjalin
hubungan antar umat manusia, sedangkan perang dan pertikaian
adalah sumber malapetaka yang berdampak pada kerusakan
sosial.
2) Pentingnya Hidup Damai
Hidup damai adalah mimpi semua orang, khususnya mereka
yang selalu berada dalam kekacauan. Damai memiliki banyak
arti, arti kedamaian berubah sesuai dengan hubungannya dengan
kondisi yang ditemui. Perdamaian dapat menunjuk ke persetujuan
mengakhiri sebuah perang, atau ketiadaan perang, atau ke sebuah
periode di mana sebuah angkatan bersenjata tidak memerangi
musuh. Damai dapat juga berarti sebuah keadaan tenang,
mengizinkan untuk tidur atau meditasi. Damai dapat juga
menggambarkan keadaan emosi dalam diri dan akhirnya damai
juga dapat berarti kombinasi dari beberapa definisi di atas.
Konsepsi damai setiap orang berbeda sesuai dengan budaya
dan lingkungan. Orang dengan budaya berbeda kadang-kadang
tidak setuju dengan arti dari kata tersebut, dan juga orang dalam
suatu budaya tertentu. Indonesia damai adalah kondisi di mana
negara Indonesia berada dalam kondisi yang nyaman dan tenang,
di mana segala sesuatunya jauh dari masalah pengrusakan,
perkelahian maupun tindakan anarkis lainnya.
Kekerasan dapat terjadi di mana saja dan dalam keadaan
apapun, baik dalam lembaga, lingkungan liar atau bahkan dalam
lingkungan formal. Namun jika kita kembali pada persoalan
HAM dalam pendidikan atau undang-undang pendidikan
dijelaskan bahwa setiap anak berhak mendapat pendidikan yang
layak dan bermutu dengan dilindungi oleh negara. Dalam hal ini
tidak membedakan jenis kelamin, kamampuan, ras, budaya,
bahkan agama yang berbeda. Justru di sinilah pendidikan
memiliki peran untuk melaksanakan tugas dan fungsinya.
Kekerasan yang dilakukan di dalam dunia pendidikan
tampaknya akan selalu berulang. Hal ini dikarenakan seluruh
komponen pendidikan , misalnya guru, siswa, karyawan, kepala
sekolah, dan lainnya belum menyadari hakikat pendidikan
sebagai sebuah proses. Proses menggali kemampuan diri yang
dianugerahkan Tuhan kepada manusia sejak lahir, proses untuk
bergaul dengan lingkungan yang berbeda, dan proses untuk
tumbuh kembang dengan teman sebaya.
Proses mulia tersebut sering kali dimaknai secara sempit oleh
semua komponen pandidikan, pendidikan hanya dimaknai sebatas
di sekolah, pelajaran, ulangan harian, ujian kenaikan kelas dan
kelulusan. Hal lain yang terdapat di dalamnya adalah sebuah
penghargaan dan hukuman.
Konsep hukuman dan ganjaran saat ini sering kali kurang tepat
pada penilaian pendidikan, karena itu akan berdampak terhadap
psikologi bagi anak didik dan komponen pendidikan lainnya.
Secara umum kekerasan dapat diartikan sebagai suatu tindakan
yang tidak menyenangkan atau merugikan orang lain, baik fisik
atau non fisik. Kekerasan dalam pendidikan didefinisikan sebagai
sikap agresif perilaku yang melebihi kapasitas kewenangan dan
menimbulkan pelanggarkan hak bagi korban, namun kekerasan
dibedakan dengan kriminalitas karena hukum kriminalitas telah
diatur tersendiri sebagaimana hukum yang berlaku di Indonesia.
3) Hidup Bertoleransi antar Sesama
Kita hidup dalam negara yang penuh keragaman, baik dari
suku, agama, maupun budaya. Kehidupan damai dan
berdampingan tentu membutuhkan toleransi satu sama lain.
Toleransi adalah perilaku terbuka dan menghargai segala
perbedaan yang ada dengan sesama. Biasanya orang bertoleransi
terhadap perbedaan kebudayaan dan agama. Namun, konsep
toleransi ini juga bisa diaplikasikan untuk perbedaan jenis
kelamin, anak-anak dengan gangguan fisik maupun intelektual
dan perbedaan lainnya.
Toleransi juga berarti menghormati dan belajar dari orang lain,
menghargai perbedaan, menjembatani kesenjangan budaya,
menolak stereotip yang tidak adil, sehingga tercapai kesamaan
sikap dan toleransi juga adalah istilah dalam konteks sosial,
budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang
melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang
berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu
masyarakat.
Contohnya adalah toleransi beragama, di mana penganut
mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan
agama-agama lainnya. Istilah toleransi juga digunakan dengan
menggunakan definisi “kelompok” yang lebih luas, misalnya
partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain
Ada tiga macam sikap toleransi, yaitu:
a) Negatif : Isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran
dan penganutnya hanya dibiarkan saja karena dalam keadaan
terpaksa.
b) Positif : Isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta
dihargai.
c) Ekumenis : Isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena
dalam ajaran mereka itu terdapat unsur-unsur kebenaran yang
berguna untuk memperdalam pendirian dan kepercayaan
sendiri.
Marilah kita renungkan dan amati suasana kehidupan bangsa
Indonesia. Kita harus merasa bangga akan tanah air kita dan juga
kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kita telah
dikaruniai tanah air yang indah dengan aneka ragam kekayaan
alam yang berlimpah ditambah lagi beraneka ragam suku, ras,
adat istiadat, budaya, bahasa, serta agama dan lain-lainnya.
Kondisi bangsa Indonesia yang pluralistis menimbulkan
permasalahan tersendiri, seperti masalah agama, paham
separatisme, tawuran ataupun kesenjangan sosial. Dalam
kehidupan masyarakat Indonesia, kerukunan hidup antar umat
beragama harus selalu dijaga dan dibina. Kita tidak ingin bangsa
Indonesia terpecah belah saling bermusuhan satu sama lain
karena masalah agama. Toleransi antar umat beragama bila kita
bina dengan baik akan dapat menumbuhkan sikap hormat
menghormati antar pemeluk agama sehingga tercipta suasana
yang tenang, damai dan tenteram dalam kehidupan beragama
termasuk dalam melaksanakan ibadat sesuai dengan agama dan
keyakinannya melalui toleransi diharapkan terwujud ketenangan,
ketertiban serta keaktifan menjalankan ibadah menurut agama
dan keyakinan masing-masing. Dengan sikap saling menghargai
dan saling menghormati itu akan terbina kehidupan yang rukun,
tertib, dan damai.
Contoh pelaksanaan toleransi antara umat beragama dapat kita
lihat seperti:
 Membangun jembatan secara bersama
 Memperbaiki tempat-tempat umum
 Membantu orang yang kena musibah banjir
 Membantu korban kecelakaan lalu-lintas.
Jadi, bentuk kerjasama ini harus kita wujudkan dalam kegiatan
yang bersifat sosial kemasyarakatan dan tidak menyinggung
keyakinan agama masing-masing. Kita sebagai umat beragama
berkewajiban menahan diri untuk tidak menyinggung perasaan
umat beragama yang lain. Hidup rukun dan bertoleransi tidak
berarti bahwa agama yang satu dan agama yang lainnya
dicampur-adukkan. Jadi sekali lagi, melalui toleransi ini
diharapkan terwujud ketenangan, ketertiban, serta keaktifan
menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan masing-
masing.
Dengan sikap saling menghargai dan saling menghormati itu,
akan terbina perikehidupan yang rukun, tertib, dan damai. Dalam
kehidupan sehari-hari Anda, apakah contoh-contoh toleransi
antar umat beragama seperti diuraikan di atas telah Anda
lakukan? Jika Anda telah melakukannya, berarti Anda telah
berperilaku toleran dan saling menghargai. Tetapi jika Anda
tidak melakukannya, berarti Anda tidak toleran dan tidak saling
menghargai. Sikap seperti itu harus dijauhi.
Berikut ini contoh-contoh pengamalan toleransi dalam
berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan di masyarakat,
cobalah Anda renungkan dan Anda sadari mengapa terjadi
peristiwa seperti tawuran antar pelajar di kota-kota besar,
tawuran antar warga, peristiwa atau pertikaian antar agama dan
antar etnis dan lain sebagainya. Peristiwa-peristiwa tersebut
merupakan cerminan dari kurangnya toleransi dalam kehidupan
bermasyarakat. Jadi toleransi dalam kehidupan di masyarakat
antara lain, yaitu:
 Adanya sikap saling menghormati dan menghargai antara
pemeluk agama.
 Tidak membeda-bedakan suku, ras atau golongan
 Terwujudnya kedamaian dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
Kehidupan berbangsa dan bernegara pada hakikatnya
merupakan kehidupan masyarakat bangsa. Di dalamnya terdapat
kehidupan berbagai macam pemeluk agama dan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda. Demikian pula di dalamnya
terdapat berbagai kehidupan antar suku bangsa yang bherbeda.
Namun demikian, perbedaan-perbedaan kehidupan tersebut
tidak menjadikan bangsa ini tercerai-berai, akan tetapi justru
menjadi kemajemukan kehidupan sebagai suatu bangsa dan
Negara Indonesia. Oleh karena itu, kehidupan tersebut perlu
tetap dipelihara agar tidak terjadi disintegrasi bangsa. Adapun
toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain:
 Merasa senasib sepenanggungan.
 Menciptakan persatuan dan kesatuan, rasa kebangsaan atau
nasionalisme.
 Mengakui dan menghargai hak asasi manusia.
 Membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan.
 Menghindari terjadinya perpecahan
 Memperkokoh silaturahmi dan menerima perbedaan
4) Makna Kekerasan
Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran
(penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain) yang
menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan
atau menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu tindakan
menyakiti binatang dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung
pada situasi dan nilai-nilai sosial yang terkait dengan kekejaman
terhadap binatang. Istilah “kekerasan” juga mengandung
kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak.
Kerusakan harta benda biasanya dianggap masalah kecil
dibandingkan dengan kekerasan terhadap orang.
Kekerasan pada dasarnya tergolong ke dalam dua bentuk
kekerasan sembarang, yang mencakup kekerasan dalam skala
kecil atau yang tidak terencanakan, dan kekerasan yang
terkoordinir, yang dilakukan oleh kelompok-kelompok baik yang
diberi hak maupun tidak seperti yang terjadi dalam perang (yakni
kekerasan antar masyarakat) dan terorisme.
Perilaku kekerasan semakin hari semakin nampak, dan
sungguh sangat mengganggu ketentraman hidup kita. Jika hal ini
dibiarkan, tidak ada upaya sistematik untuk mencegahnya, tidak
mustahil kita sebagai bangsa akan menderita rugi oleh karena
kekerasan tersebut. Kita akan menuai akibat buruk dari maraknya
perilaku kekerasan di masyarakat baik dilihat dari kacamata
nasional maupun internasional. Saat ini kita sebagai bangsa sudah
dituding oleh beberapa negara lain sebagai sarang teroris, terlepas
dari benar tidaknya tudingan itu. Di mata mancanegara, hidup di
Indonesia menyeramkan. Sedangkan sebaliknya, kita di negeri
yang setiap hari hampir tak pernah bebas dari berita-berita
kekerasan, mulai dibelajarkan dan terbiasa. Tuntutan untuk
survive dan ketidakmungkinan untuk mengelakkan, menyebabkan
masyarakat belajar hidup dalam situasi yang paling sulit
sekalipun. Dan pada akhirnya, perlahan-lahan kita mulai
menerima karena terbiasa. Kalau tiba-tiba jalanan macet tanpa
sebab, kita tidak lagi panik, tapi langsung berpikir kalau bukan
demo, pelajar berkelahi atau ada bom. Dengan jawaban itu ada
semacam ketenangan, sesuatu yang sering terjadi yang
menyebabkan respons yang ditimbulkan menjadi biasa-biasa saja.
Para psikolog berpendapat bahwa salah satu faktor munculnya
kekerasan dalam masyarakat adalah pengaruh media massa.
Dewasa ini, media audio, visual, dan cetak, menyusupkan
berbagai macam tindak kekerasan dalam sajian mereka. Dulu,
masyarakat hanya dapat menyaksikan kekerasan jika mereka
berada di sekitar lokasi kejadian. Namun saat ini, siapapun dapat
menyaksikan tindak kekerasan dalam tayangan televisi. Bahkan,
tayangan seperti dramatisasi kriminalitas, olahraga kekerasan,
dan semacamnya kini menjadi salah satu acara yang paling
diminati para pemirsa.
5) Pelopor Anti Kekerasan
Menjadi ikon sebuah kegiatan adalah harapan banyak orang.
Melalui kegiatan ini, diharapkan lahir para tokoh pelopor yang
mampu berdiri di bagian terdepan dalam menegakkan kedamaian
pada kehidupan bernegara dengan menjunjung tinggi slogan anti
kekerasan. Ikon atau pelopor anti kekerasan yang langsung
diamanahkan ke peserta didik diharapkan menjadi penyemangat
peserta didik untuk terus menggiatkan rasa damai dan anti
kekerasan khususnya di sekolah.
3. Sosialisasi Anti Narkoba dan HIV/AIDS
a) Silabus
1) Nama Kegiatan
Sosialisasi Anti Narkoba dan HIV/AIDS
2) Standar Kompetensi Kegiatan
Menciptakan peserta didik yang mempunyai rasa yang tinggi
dalam menolak keras Narkoba serta HIV/AIDS

No Indikator Tujuan Kegiatan Materi Metode Sumber


Kegiatan Kegiatan Belajar
1  Memahami Melalui kegiatan  Pengertian Seminar, Buku
Narkoba secara ini, peserta didik narkoba tanya bacaan,
rinci diharapkan dapat :  Bahaya jawab, internet,
 menanamkan  memahami narkoba diskusi dan
pola hidup apa itu  Penyebab lainnya
sehat untuk narkoba narkoba
menjadi  menjelaskan  Pola hidup
generasi emas bahaya sehat
Indonesia narkoba
 menjelaskan
penyebab
pemakaian
narkoba
 menanamkan
pola hidup
sehat dalam
kehidupan
2  Pentingnya Melalui kegiatan  Pendidikan Seminar, Buku
pendidikan seks ini, peserta didik seks tanya bacaan,
bagi generasi diharapkan dapat:  Makna jawab, internet,
muda  Menjelaskan HIV/AIDS diskusi dan
 Menumbuhkan HIV/AIDS  Bahaya lainnya
rasa penolakan secara baik HIV/AIDS
HIV/AIDS  Memahami  Cara
dalam bahaya menjaga
berkehidupan HIV/AIDS diri dari
untuk masa bagi masa HIV/AIDS
depan yang depan generasi
cerah muda
 Menjaga diri
dari bahaya
HIV/AIDS
bagi
kehidupan
khususnya
generasi muda

b) Indikator keberhasilan

Skor
No Indikator
1 2 3 4
1 Mengikuti kegiatan kampanye dengan baik
2 Memahami materi dengan baik
3 Menjelaskan pengertian hidup sehat
4 Menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan
sehari-hari
5 Menajdi pelaku hidup sehat di lingkungan sekolah
6 Mengetahui berbagai macam jenis narkoba
7 Memahami bahaya pemakaian narkoba
8 Memahami cara menghindar dari jeratan narkoba
9 Mengembangkan sikap penolakan terhadap narkoba
10 Menyadari pentingnya pendidikan seks sejak dini
11 Mengenal lebih dalam tentang penyakit HIV/AIDS
12 Paham akan dampak HIV/AIDS bagi masa depan
generasi muda
13 Mengenal lebih jauh penyebab penyakit HIV/AIDS
14 Menjadi ikon atau pelopor Indonesia Damai Anti
Kekerasan
15 Mengintegrasikan kemampuan dalam melaksanakan
semangat Indonesia Damai Anti Kekerasan
16 JUMLAH

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛


Penilaian : x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Kriteria penilaian
No Rentang Nilai Hasil
1 80 – 100 Sangat baik
2 70 - 79 Baik
3 60 - 69 Cukup
4 < 60 kurang

c) Materi Sosialisasi Anti Narkoba dan HIV/AIDS


1) Pengertian Narkoba
Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN), Narkoba adalah
singkatan dari Narkotika dan obat/bahan berbahaya. Dalam istilah
lain yang diterangkan oleh Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia adalah napza yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika, dan zat adiktif. Dari kedua istilah ini baik
"narkoba" "napza" semua mengacu pada kelompok senyawa yang
umumnya memiliki resiko kecanduan bagi pengunanya.
Menurut pakar kesehatan, narkoba adalah Psikotropika yang
biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-
obatan untuk penyakit tertentu. namun persepsi itu disalahgunakan
akibat pemakaian yang melebihi batas (over dosis).
2) Jenis-Jenis Narkoba
Jenis jenis narkoba menurut BNN dibagi menjadi tiga yaitu
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Dari masing-masing jenis
narkoba tersebut penjelasannya sebagai berikut:
1) Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-
Undang No. 35 tahun 2009).
2) Psikotropika
Psikotropika adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
3) Zat Adiktif
Zat adiktif adalah segala sesuatu yang memiliki sifat candu dan
berbahaya jika dikonsumsi dalam waktu yang lama.
3) Bahaya Narkoba
Bagi pecandu, bahaya narkoba tidak hanya merugikan masalah
fisik saja, tetapi akan mengalami gangguan mental dan kejiwaan.
Sebenarnya narkoba ini merupakan senyawa-senyawa psikotropika
yang biasa digunakan dokter atau rumah sakit untuk membius pasien
yang mau dioperasi atau sebagai obat untuk penyakit tertentu, tetapi
persepsi tersebut disalahartikan akibat penggunaan di luar fungsinya
dan dengan dosis yang di luar ketentuan. Apabila disalahgunakan,
bahaya narkoba dapat mempengaruhi susunan syaraf, mengakibatkan
ketagihan, dan ketergantungan, karena mempengaruhi susunan
syaraf. Dari ketergantungan inilah, bahaya narkoba akan
mempengaruhi fisik, psikologis, maupun lingkungan sosial.
a) Bahaya narkoba terhadap fisik
 Gangguan pada sistem syaraf (neurologis)
 Gangguan pada jantung dan pembuluh darah
(kardiovaskuler)
 Gangguan pada kulit (dermatologis)
 Gangguan pada paru-paru (pulmoner)
 Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus,
suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan insomnia
 Gangguan terhadap kesehatan reproduksi yaitu gangguan
pada endokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi
(estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi
seksual.
 Gangguan terhadap kesehatan reproduksi pada remaja
perempuan antara lain perubahan periode menstruasi,
ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
 Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya
pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah
tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV
 Bahaya narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis
yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk
menerimanya. Over dosis ini bisa menyebabkan kematian.
b) Bahaya narkoba terhadap psikologi
 Kerja lamban dan ceroboh, sering tegang, dan gelisah
 Hilang rasa percaya diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
 Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
 Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
 Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan
bunuh diri
c) Bahaya narkoba terhadap lingkungan sosial
 Gangguan mental
 Anti sosial dan asusila
 Dikucilkan oleh lingkungan
 Merepotkan dan menjadi beban keluarga
 Pendidikan menjadi terganggu dan masa depan suram
4) Penyebab Pemakaian Narkoba
Penyalahgunaan dalam penggunaan narkoba adalah pemakain
obat-obatan atau zat-zat berbahaya dengan tujuan bukan untuk
pengobatan dan penelitian serta digunakan tanpa mengikuti aturan
atau dosis yang benar. Dalam kondisi yang cukup wajar/sesuai dosis
yang dianjurkan dalam dunia kedokteran saja, maka penggunaan
narkoba secara terus-menerus akan mengakibatkan ketergantungan,
depedensi, adiksi, atau kecanduan.
Penyalahgunaan narkoba juga berpengaruh pada tubuh dan
mental emosional para pemakaianya. Jika semakin sering
dikonsumsi, apalagi dalam jumlah berlebih, maka akan merusak
kesehatan tubuh, kejiwaan dan fungsi sosial di dalam masyarakat.
Pengaruh narkoba pada remaja bahkan dapat berakibat lebih fatal,
karena menghambat perkembangan kepribadiannya. Narkoba dapat
merusak potensi diri, sebab dianggap sebagai cara yang “wajar” bagi
seseorang dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan hidup
sehari-hari.
Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu pola penggunaan
yang bersifat patologik dan harus menjadi perhatian segenap pihak.
Meskipun sudah terdapat banyak informasi yang menyatakan dampak
negatif yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan dalam mengkonsumsi
narkoba, tapi hal ini belum memberi angka yang cukup signifikan
dalam mengurangi tingkat penyalahgunaan narkoba.
Terdapat 3 faktor (alasan) yang dapat dikatakan sebagai
“pemicu” seseorang dalam penyalahgunakan narkoba. Ketiga faktor
tersebut adalah faktor diri, faktor lingkungan, dan faktor kesediaan
narkoba itu sendiri.
1) Faktor Diri
 Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau
berpikir panjang tentang akibatnya di kemudian hari.
 Keinginan untuk mencoba-coba kerena penasaran.
 Keinginan untuk bersenang-senang.
 Keinginan untuk dapat diterima dalam satu kelompok
(komunitas) atau lingkungan tertentu.
 Workaholic agar terus beraktivitas maka menggunakan
stimulant (perangsang).
 Lari dari masalah, kebosanan, atau kegetiran hidup.
 Mengalami kelelahan dan menurunya semangat belajar.
 Menderita kecemasan dan kegetiran.
 Kecanduan merokok dan minuman keras. Dua hal ini
merupakan gerbang ke arah penyalahgunaan narkoba.
 Karena ingin menghibur diri dan menikmati hidup sepuas-
puasnya.
 Upaya untuk menurunkan berat badan atau kegemukan
dengan menggunakan obat penghilang rasa lapar yang
berlebihan.
 Merasa tidak dapat perhatian, tidak diterima atau tidak
disayangi, dalam lingkungan keluarga atau lingkungan
pergaulan.
 Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
 Ketidaktahuan tentang dampak dan bahaya penyalahgunaan
narkoba.
 Pengertian yang salah bahwa mencoba narkoba sekali-kali
tidak akan menimbulkan masalah.
 Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari
lingkungan atau kelompok pergaulan untuk menggunakan
narkoba.
 Tidak dapat atau tidak mampu berkata TIDAK pada narkoba.
2) Faktor Lingkungan
 Keluarga bermasalah atau broken home.
 Ayah, ibu, atau keduanya atau saudara menjadi pengguna atau
penyalahguna atau bahkan pengedar gelap narkoba
 Lingkungan pergaulan atau komunitas yang salah satu atau
beberapa atau bahkan semua anggotanya menjadi
penyalahguna atau pengedar gelap narkoba.
 Sering berkunjung ke tempat hiburan
 Mempunyai banyak waktu luang, putus sekolah, atau
menganggur.
 Lingkungan keluarga yang kurang/tidak harmonis.
 Lingkungan keluarga di mana tidak ada kasih sayang,
komunikasi, keterbukaan, perhatian, dan saling menghargai di
antara anggotanya.
 Orang tua yang otoriter
 Orang tua/keluarga yang permisif, tidak acuh, serba boleh,
kurang/tanpa pengawasan.
 Orang tua/keluarga yang super sibuk mencari uang/di luar
rumah.
 Lingkungan sosial yang penuh persaingan dan ketidakpastian.
 Kehidupan perkotaan yang hiruk-pikuk, orang tidak dikenal
secara pribadi, tidak ada hubungan primer, ketidakacuan,
hilangnya pengawasan sosial dari masyarakat, kemacetan lalu
lintas, kekumuhan, pelayanan publik yang buruk, dan
tingginya tingkat kriminalitas.
 Kemiskinan, pengangguran, putus sekolah, dan keterlantaran.
3) Faktor Ketersediaan Narkoba.
Narkoba itu sendiri menjadi faktor pendorong bagi seseorang
untuk memakai narkoba, karena :
 Narkoba semakin mudah didapat dan dibeli.
 Harga narkoba semakin murah dan dijangkau oleh daya beli
masyarakat.
 Narkoba semakin beragam dalam jenis, cara pemakaian, dan
bentuk kemasan.
 Modus operandi tindak pidana narkoba makin sulit diungkap
aparat hukum
 Masih banyak laboratorium gelap narkoba yang belum
terungkap.
 Sulit terungkapnya kejahatan komputer dan pencucian uang
yang bisa membantu bisnis perdagangan gelap narkoba.
 Semakin mudahnya akses internet yang memberikan
informasi pembuatan narkoba.
 Bisnis narkoba menjanjikan keuntugan yang besar.
 Perdagangan narkoba dikendalikan oleh sindikat yang kuat
dan professional
5) Pendidikan Seks
Seiring dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada remaja
ke arah kematangan yang sempurna, muncul juga hasrat dan
dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya. Hal tersebut
merupakan suatu yang wajar karena secara alamiah dorongan seksual
ini memang harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua
insan, sebagai fungsi pengembangbiakan dan mempertahankan
keturunan.
Menurut kamus, kata “pendidikan” berarti “proses pengubahan
sikap dan tata laku kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Sedangkan kata seks
mempunya dua pengertian. Pertama, berati jenis kelamin dan yang ke
dua adalah hal ihwal yang berhubungan dengan alat kelamin,
misalnya persetubuhan atau sanggama. Padahal yang disebut
pendidikan seks sebenarnya mempunyai pengertian yang jauh lebih
luas, yaitu upaya memberikan pengetahuan tentang perubahan
biologis, psikologis, dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan
perkembangan manusia.
Dengan kata lain, pendidikan seks pada dasarnya merupakan
upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi organ
reproduksi dengan menanamkan moral, etika, serta komitmen agama
agar tidak terjadi “penyalahgunaan” organ reproduksi tersebut.
Dengan demikian, pendidikan seks ini bisa juga disebut pendidikan
hidup berkeluarga.
6) Manfaat Pendidikan Seks
a) Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan
fisik, mental, dan proses kematangan emosional yang berkaitan
dengan masalah seksual pada remaja. Mengurangi ketakutan dan
kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian
seksual (peran, tuntutan, dan tanggung jawab)
b) Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks
dalam semua manifestasi yang bervariasi
c) Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat
membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan
keluarga.
d) Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang
esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat
keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.
e) Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan
seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi
yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.
f) Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang
tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.
g) Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat
individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif
dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami,
orangtua, anggota masyarakat.
7) Pengertin HIV/AIDS
a) HIV (Human Immuno Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup
dalam tubuh manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh
manusia.
b) AIDS (Acguired Immuno Deviensi Syndromer) adalah kumpulan
gejala menurunnya gejala kekebalan tubuh terhadap serangan
penyakit dari luar.
8) Bahaya HIV/AIDS
Orang yang telah mengidap virus AIDS akan menjadi
pembawa dan penular AIDS selama hidupnya, walaupun tidak
merasa sakit dan tampak sehat. AIDS juga dikatakan penyakit yang
berbahaya karena sampai saat ini belum ada obat atau vaksin yang
bisa mencegah virus AIDS. Selain itu, orang terinfeksi virus AIDS
akan merasakan tekanan mental dan penderitaan batin karena
sebagian besar orang di sekitarnya akan mengucilkan atau
menjauhinya. Dan penderitaan itu akan bertambah lagi akibat
tingginya biaya pengobatan. Bahaya AIDS yang lain adalah
menurunnya sistem kekebalan tubuh, sehingga serangan penyakit
yang biasanya tidak berbahaya pun akan menyebabkan sakit atau
bahkan meninggal.
9) Cara menjaga diri dari bahaya HIV/AIDS
Cara pencegahan:
a) Hindarkan hubungan seksual di luar nikah. Usahakan hanya
berhubungan dengan satu orang pasangan seksual, tidak
berhubungan dengan orang lain.
b) Pergunakan kondom bagi resiko tinggi, apabila melakukan
hubungan seksual.
c) Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung
virus, hendaknya jangan hamil, karena akan memindahkan virus
AIDS pada janinnya.
d) Kelompok beresiko tinggi dianjurkan untuk menjadi donor darah.
e) Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya (akupuntur, tato,
tindik) harus dijamin sterilisasinya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam
usaha untuk mencegah penularan AIDS yaitu
 memberikan penyuluhan-penyuluhan atau informasi kepada
seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan
dengan AIDS
 memberikan seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran
brosur atau poster-poster yang berhubungan dengan AIDS,
ataupun melalui iklan di berbagai media massa, baik media
cetak, maupun media elektronik. Penyuluhan atau informasi
tersebut dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan kepada semua lapisan masyarakat, agar
seluruh masyarakat dapat mengetahui bahaya AIDS, sehingga
berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa
menimbulkan virus AIDS.
4. Gerakan Stop Bullying
a) Silabus
1) Nama Kegiatan
Gerakan Stop Bullying
2) Standar Kompetensi Kegiatan
Menjadikan peserta didik yang anti bullying agar terciptanya
kebersamaan yang baik dalam lingkungan sekitar
Materi Metode
No Indikator Tujuan Kegiatan Sumber Belajar
Kegiatan Kegiatan
1 Menanamkan Melalui kegiatan  Pentingnya Sosialisasi, Buku bacaan,
rasa indahnya ini, peserta didik hidup tanya internet, dan
kebersamaan diharapkan dapat: bersama jawab, lainnya
di lingkungan  Memahami  Pengertian diskusi
sekolah dan indahnya bullying
masyarakat kebersamaan  Dampak
 Menolak bullying
bullying dalam bagi peserta
lingkungan didik
sekolah dan  Menjaga
masyarakat pentingnya
hidup
bersama

b) Indikator Keberhasilan

Skor
No Indikator
1 2 3 4
1 Mengikuti kegiatan sosialisasi dengan baik
2 Kejelasan materi yang disampaikan dari narasumber
3 Kejelasan moderator dalam memimpin jalannya
seminar.
4 Kelengkapan sarana dan prasarana yang dilakukan
selama kegiatan berlangsung.
5 Menjelaskan pengertian hidup bersama
6 Menerapkan pola pentingnya hidup bersama dalam
kehidupan sehari-hari
7 Menjadi generasi yang menjunjung tinggi asas
kebersamaan
8 Mengetahui secara jelas tentang arti Bullying
9 Menjadi generasi yang anti Bullying yang peduli
terhadap sesame
10 Menjaga persaudaraan dengan tak membedakan
sesame manusia
11 Mengembangkan sikap pentingnya hidup bertoleransi
12 Memahami dampak yang ditimbulkan oleh perilaku
Bullying
JUMLAH

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛


Penilaian : x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Kriteria penilaian
No Rentang Nilai Hasil
1 80 – 100 Sangat baik
2 70 – 79 baik
3 60 – 69 Cukup
4 < 60 kurang

c) Materi Gerakan Stop Bullying


1) Hidup bersama
Tak bisa dipungkiri lagi, setiap manusia sudah terlahir sebagai
makhluk sosial yang selalu membutuhkan manusia lainnya dalam
kehidupan. Namun tidak dapat disalahkan juga, jika ada manusia
yang senang menyendiri dalam kehidupannya, terutama ketika dia
ingin mencapai sebuah keinginan. Tapi yakinlah, kesendiriannya
tidak akan bisa berlangsung lama, karena manusia akan terikat
dengan aturan Tuhan yaitu harus berteman dalam kebersamaan.
Kebersamaan di sini tidak harus dikategorikan sebagai kekasih, isteri
atau lawan jenis saja, tapi juga merupakan bagian dari kehidupan
yaitu ciptaan Tuhan.
Kebersamaan dapat dikatakan sebagai persatuan atau bersatu.
Negara kita, Indonesia tercinta, menjadikan semboyan bangsanya
adalah simbol persatuan yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Tidak dapat
dibayangkan jika semboyan itu dilalaikan, maka kemerdekaan tidak
akan mungkin kita dapat. Begitu indahnya sebuah kebersamaan atau
persatuan. Kisa pasti pernah mendengar ilustrasi tentang
kebersamaan, yang diumpamakan sebagai sapu lidi. Sebatang lidi
tak berati apa-apa, namun ketika disatukan ia menjadi alat penyapu
yang bisa membersihkan sampah.
2) Pengertian Bullying
Bullying adalah perilaku agresif disengaja yang menggunakan
ketidakseimbangan kekuasaan atau kekuatan. Bullying beda dengan
berkonflik. Konflik melibatkan antagonisme antara dua orang atau
lebih. Setiap dua orang dapat memiliki konflik, perselisihan, atau
perkelahian, tetapi bullying hanya terjadi di mana ada
ketidakseimbangan kekuatan. Seseorang yang melakukan bullying
dapat melakukan hal seperti: memukul, menendang, mendorong,
meludah, mengejek, menggoda, penghinaan rasial, pelecehan verbal,
dan mengancam.
Bullying merupakan suatu perilaku negatif berulang yang
bermaksud menyebabkan ketidaksenangan atau menyakitkan oleh
orang lain, baik satu atau beberapa orang secara langsung terhadap
seseorang yang tidak mampu melawannya (Olweus, 2006). Menurut
American Psychiatric Association (APA) (dalam Stein dkk., 2006),
bullying adalah perilaku agresif yang dikarakteristikkan dengan 3
kondisi yaitu (a) perilaku negatif yang bertujuan untuk merusak atau
membahayakan (b) perilaku yang diulang selama jangka waktu
tertentu (c) adanya ketidakseimbangan kekuatan atau kekuasaan dari
pihak-pihak yang terlibat. Menurut Coloroso (2007), bullying
merupakan tindakan intimidasi yang dilakukan secara berulang-
ulang oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lebih lemah,
dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk melukai korbannya
secara fisik maupun emosional. Rigby (dalam Astuti, 2008),
menyatakan bullying merupakan perilaku agresi yang dilakukan
secara berulang-ulang dan terus menerus, terdapat kekuatan yang
tidak seimbang antara pelaku dan korbannya, serta bertujuan untuk
menyakiti dan menimbulkan rasa tertekan bagi korbannya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku
bullying adalah suatu perilaku negatif yang dilakukan secara
berulang-ulang, dilakukan dengan sadar dan sengaja yang bertujuan
untuk menyakiti orang lain secara fisik maupun emosional,
dilakukan oleh seorang anak atau kelompok anak dan terdapat
ketidakseimbangan kekuatan atau kekuasaan dari pihak-pihak yang
terlibat.
Menurut ahli lain, bullying adalah salah satu bentuk dari
perilaku agresi dengan kekuatan yang dominan pada perilaku yang
dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan mengganggu anak
lain atau korban yang lebih lemah darinya. Bullying terjadi jika
seseorang atau sekelompok orang mengganggu atau mengancam
keselamatan dan kesehatan seseorang baik secara fisik maupun
psikologis, mengancam properti, reputasi atau penerimaan sosial
seseorang yang dilakukan secara berulang dan terus menerus
3) Jenis-Jenis Bullying
Menurut Andi Priyatna (2010:3), jenis-jenis bullying
dikategorikan sebagai berikut :
a) Fisikal, seperti: memukul, menendang, mendorong, merusak
b) Verbal, seperti: mengolok-olok nama panggilan, mengancam,
menakut-nakuti
c) Sosial, seperti: gosip, rumor, dikucilkan dari pergaulan, dan
sejenisnya
d) Cyber/elektronik, seperti: mempermalukan orang dengan
menyebar gosip di jejaring sosial internet (misalnya Facebook)
Sedangkan jenis-jenis bullying menurut Coloroso (2007), Ada
tiga jenis yaitu:
a) Verbal bullying. Kata-kata bisa digunakan sebagai alat yang
dapat mematahkan semangat anak yang menerimanya. Verbal
abuse adalah bentuk yang paling umum dari bullying yang
digunakan baik anak laki-laki maupun perempuan. Hal ini dapat
terjadi pada orang dewasa dan teman sebaya tanpa terdeteksi.
Verbal bullying dapat berupa teriakan dan keriuhan yang
terdengar. Hal ini berlangsung cepat dan tanpa rasa sakit pada
pelaku bullying dan dapat sangat menyakitkan pada target. Jika
verbal bullying dimaklumi, maka akan menjadi suatu yang
normal dan target menjadi dehumanized. Ketika seseorang
menjadi dehumanized, maka seseorang tersebut akan lebih
mudah lagi untuk diserang tanpa mendapatkan perlindungan dari
orang di sekitar yang mendengarnya. Verbal bullying dapat
berbentuk name-calling (memberi nama julukan), taunting
(ejekan), belittling (meremehkan), cruel criticsm (kritikan yang
kejam), personal defamation (fitnah secara personal), racist slurs
(menghina ras), sexually suggestive (bermaksud/bersifat seksual)
atau sexually abusive remark (ucapan yang kasar). Hal ini juga
meliputi pemerasan uang atau benda yang dimiliki, panggilan
telepon yang kasar, mengintimidasi lewat email, catatan tanpa
nama yang berisi ancaman, tuduhan yang tidak benar, rumor
yang jahat dan tidak benar.
b) Physical bullying. Bentuk bullying yang paling dapat terlihat dan
paling mudah untuk diidentifikasi adalah bullying secara fisik.
Bentuk ini meliputi menampar, memukul, mencekik, mencolek,
meninju, menendang, menggigit, menggores, memelintir,
meludahi, merusak pakaian atau barang dari korban
c) Relational bullying. Bentuk ini adalah yang paling sulit untuk
dideteksi, relational bullying adalah pengurangan perasaan diri
seseorang yang sistematis melalui pengabaian, pengisolasian,
pengeluaran, penghindaran. Adapun penghindaran, sebagai suatu
perilaku penghilangan, dilakukan bersama rumor adalah sebuah
cara yang paling kuat dalam melakukan bullying. Relational
bullying paling sering terjadi pada tahun-tahun pertengahan,
dengan sasaran remaja yang disertai dengan perubahan fisik,
mental, emosional, dan seksual. Pada waktu inilah, remaja sering
menggambarkan siapa diri mereka dan mencoba menyesuaikan
diri dengan teman sebaya
Berdasarkan jenis kelamin pelaku bullying, anak laki-laki
cenderung melakukan bullying dalam bentuk agresi fisikal. Anak
laki cenderung lebih sering mengalami tindakan bullying
dibandingkan anak perempuan, sekaligus pelaku bullying lebih
banyak didominasi oleh anak laki-laki.
Dampak tindakan bullying tidak hanya ditanggung oleh si
korban, melainkan juga berpengaruh pada si pelaku, begitu pula
pada anak yang menyaksikan tindakan tersebut. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa satu dari tiga anak di seluruh dunia
mengaku pernah mengalami bullying, baik di sekolah, di
lingkungan sekitar ataupun secara online (melalui media
komunikasi telepon). Sebaliknya, satu dari tiga anak mengaku
pernah melakukan tindakan bullying pada kawannya.
Mereka yang biasa menyaksikan tindakan bullying pada
kawan-kawannya akan mengalami resiko :
a) Menjadi penakut dan rapuh
b) Sering mengalami kecemasan
c) Rasa keamanan diri rendah
4) Tanda-Tanda Bullying
Olweus (2006) merumuskan adanya tiga unsur dasar bullying,
yaitu bersifat menyerang dan negatif, dilakukan secara berulang kali,
dan adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pihak yang terlibat.
Coloroso (2003) juga mengatakan bahwa bullying akan selalu
mengandung tiga elemen, yaitu: kekuatan yang tidak seimbang,
bertujuan untuk menyakiti, dan adanya ancaman akan dilakukannya
agresi. Oleh sebab itu, seseorang dianggap menjadi korban bullying
bila ia dihadapkan pada tindakan negatif seseorang atau lebih, yang
dilakukan berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke waktu. Selain itu,
bullying juga melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak
seimbang, sehingga korbannya berada dalam keadaan tidak mampu
mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan negatif
yang diterimanya (Olweus, dalam Krahe, 2005).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
seseorang dikatakan menjadi korban bullying dilihat dari frekuensi
mengalami bullying, yaitu minimal dua sampai tiga kali dalam
sebulan. Seorang korban bullying dapat mengalami satu atau
beberapa bentuk bullying.
5) Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Perilaku Bullying
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam perilaku bullying
dapat dibagi menjadi 4 yaitu:
a) Bullies (pelaku bullying) yaitu murid yang secara fisik dan/atau
emosional melukai murid lain secara berulang-ulang (Olweus,
dalam Moutappa dkk, 2004). Remaja yang diidentifikasi sebagai
pelaku bullying sering memperlihatkan fungsi psikososial yang
lebih buruk daripada korban bullying dan murid yang tidak
terlibat dalam perilaku bullying (Haynie, dkk., dalam Totura,
2003). Pelaku bullying juga cenderung memperlihatkan simptom
depresi yang lebih tinggi daripada murid yang tidak terlibat
dalam perilaku bullying dan simptom depresi yang lebih rendah
daripada victim atau korban (Haynie, dkk., dalam Totura, 2003).
Olweus (dalam Moutappa, 2004) mengemukakan bahwa pelaku
bullying cenderung mendominasi orang lain dan memiliki
kemampuan sosial dan pemahaman akan emosi orang lain yang
sama (Sutton, Smith, & Sweetenham, dalam Moutappa, 2004).
Menurut Stephenson dan Smith (dalam Sullivan, 2000), tipe
pelaku bullying antara lain (1) tipe percaya diri, secara fisik kuat,
menikmati agresivitas, merasa aman dan biasanya populer, (2)
tipe pencemas, secara akademik lemah, lemah dalam
berkonsentrasi, kurang populer dan kurang merasa aman, dan (3)
pada situasi tertentu, pelaku bullying bisa menjadi korban
bullying. Selain itu, para pakar banyak menarik kesimpulan
bahwa karakteristik pelaku bullying biasanya adalah agresif,
memiliki konsep positif tentang kekerasan, impulsif, dan
memiliki kesulitan dalam berempati (Fonzi & Olweus dalam
Sullivan, 2000). Menurut Astuti (2008) pelaku bullying biasanya
agresif baik secara verbal maupun fisikal, ingin popular, sering
membuat onar, mencari-cari kesalahan orang lain, pendendam,
iri hati, hidup berkelompok dan menguasai kehidupan sosial di
sekolahnya. Selain itu, pelaku bullying juga menempatkan diri di
tempat tertentu di sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh
popular di sekolahnya, gerak-geriknya sering kali dapat ditandai
dengan sering berjalan di depan, sengaja menabrak, berkata
kasar, dan menyepelekan/ melecehkan.
b) Victim (korban bullying) yaitu murid yang sering menjadi target
dari perilaku agresif, tindakan yang menyakitkan dan hanya
memperlihatkan sedikit pertahanan melawan penyerangnya
(Olweus, dalam Moutappa dkk, 2004). Menurut Byrne,
dibandingkan dengan teman sebayanya yang tidak menjadi
korban, korban bullying cenderung menarik diri, depresi, cemas
dan takut akan situasi baru (dalam Haynie dkk, 2001). Murid
yang menjadi korban bullying dilaporkan lebih menyendiri dan
kurang bahagia di sekolah serta memiliki teman dekat yang lebih
sedikit daripada murid lain (Boulton & Underwood dkk, dalam
Haynie dkk, 2001). Korban bullying juga dikarakteristikkan
dengan perilaku hati-hati, sensitif, dan pendiam (Olweus, dalam
Moutappa, 2004). Coloroso (2007) menyatakan korban bullying
biasanya merupakan anak baru di suatu lingkungan, anak
termuda di sekolah, biasanya yang lebih kecil, terkadang
ketakutan, mungkin tidak terlindung, anak yang pernah
mengalami trauma atau pernah disakiti sebelumnya dan biasanya
sangat peka, menghindari teman sebaya untuk menghindari
kesakitan yang lebih parah, dan merasa sulit untuk meminta
pertolongan. Selain itu juga, anak penurut, anak yang merasa
cemas, kurang percaya diri, mudah dipimpin dan anak yang
melakukan hal-hal untuk menyenangkan atau meredam
kemarahan orang lain, anak yang perilakunya dianggap
mengganggu orang lain, anak yang tidak mau berkelahi, lebih
suka menyelesaikan konflik tanpa kekerasan, anak yang pemalu,
menyembunyikan perasaannya, pendiam atau tidak mau menarik
perhatiaan orang lain, pengugup, dan peka. Di samping itu juga
merupakan anak yang miskin atau kaya, anak yang ras atau
etnisnya dipandang inferior sehingga layak dihina, anak yang
orientsinya gender atau seksualnya dipandang inferior, anak
yang agamanya dipandang inferior, anak yang cerdas, berbakat,
atau memiliki kelebihan. ia dijadikan sasaran karena ia unggul,
anak yang merdeka, tidak mempedulikan status sosial, serta tidak
berkompromi dengan norma-norma, anak yang siap
mengekspresikan emosinya setiap waktu, anak yang gemuk atau
kurus, pendek atau jangkung, anak yang memakai kawat gigi
atau kacamata, anak yang berjerawat atau memiliki masalah
kondisi kulit lainnya. Selanjutnya korbannya merupakan anak
yang memiliki ciri fisik yang berbeda dengan mayoritas anak
lainnya, dan anak dengan ketidakcakapan mental dan fisik, anak
yang memiliki ganguan hiperaktif deficit perhatian (attention
deficit hyperactive disorder) mungkin bertindak sebelum
berpikir, tidak mempertimbangkan konsekuensi atas perilakunya
sehingga disengaja atau tidak menggangu pelaku bullyng, anak
yang berada di tempat yang keliru pada saat yang salah. Dia
diserang karena pelaku bullying sedang ingin menyerang
seseorang di tempat itu pada saat itu juga.
c) Bully-victim yaitu pihak yang terlibat dalam perilaku agresif,
tetapi juga menjadi korban perilaku agresif (Andreou, dalam
Moutappa dkk, 2004). Craig (dalam Haynie dkk, 2001)
mengemukakan bully-victim menunjukkan level agresivitas
verbal dan fisik yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak
lain. Bully victim juga dilaporkan mengalami peningkatan
simptom depresi, merasa sepi, dan cenderung merasa sedih dan
moody daripada murid lain (Austin & Joseph; Nansel dkk, dalam
Totura, 2003). Schwartz (dalam Moutappa, 2004) menjelaskan
bully-victim juga dikarakteristikkan dengan reaktivitas, regulasi
emosi yang buruk, kesulitan dalam akademis dan penolakan dari
teman sebaya serta kesulitan belajar (Kaukiainen, dkk., dalam
Moutappa, 2004).
d) Neutral yaitu pihak yang tidak terlibat dalam perilaku agresif
atau bullying. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam perilaku bullying dapat
dibagi menjadi empat, yaitu pelaku (bullies), korban (victim),
pelaku sekaligus korban (bulliy-victim) dan pihak yang tidak
terlibat (neutral).
6) Faktor Penyebab Bullying
Beberapa faktor penyebab terjadinya tindakan bullying adalah:
a) Faktor Pribadi Anak Itu Sendiri
Anak yang pernah mengalami kekerasan khususnya dari orang
tua lebih cenderung 'balas dendam' pada temannya di luar rumah.
Mereka tidak dapat mengatasi konflik kekecewaan atas
perbuatan orangtua mereka sendiri dengan dirinya sendiri,
sehingga dapat menyebabkan ketidakstabilan emosi dalam diri
mereka.
b) Faktor Keluarga
Anak yang melihat orang tuanya atau saudaranya melakukan
bullying sering akan mengembangkan perilaku bullying juga.
Ketika anak menerima pesan negatif berupa hukuman fisik di
rumah, mereka akan mengembangkan konsep diri dan harapan
diri yang negatif, yang kemudian dengan pengalaman tersebut
mereka cenderung akan lebih dulu menyerang orang lain
sebelum mereka diserang. Bullying dimaknai oleh anak sebagai
sebuah kekuatan untuk melindungi diri dari lingkungan yang
mengancam. Rendahnya keterlibatan dan perhatian orang tua
pada anak juga bisa menyebabkan anak suka mencari perhatian
dan pujian dari orang lain. Salah satunya pujian pada kekuatan
dan popularitas mereka di luar rumah.
c) Faktor Lingkungan
Pada saat anak beranjak remaja, anak lebih banyak
menghabiskan waktu di luar rumah atau lingkungan di mana
anak itu tinggal. Salah satu faktor yang sangat besar adalah
perilaku bullying teman sebaya atau lingkungan yang
memberikan pengaruh negatif dengan cara memberikan ide baik
secara aktif maupun pasif bahwa bullying tidak akan berdampak
apa-apa dan merupakan suatu hal yang wajar dilakukan.
d) Faktor Sekolah
Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying
ini, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan
penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi
anak-anak yang lainnya. Bullying berkembang dengan pesat
dalam lingkungan sekolah yang sering memberikan masukan
yang negatif pada siswanya misalnya, berupa hukuman yang
tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa
menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.
e) Faktor Pengaruh Media
Program televisi yang tidak mendidik, video game, dan film
sebagai sarana media banyak menyuguhkan adegan kekerasan,
atau perang. Meski seharusnya, orang tua melakukan
pendampingan saat menonton atau bermain video game untuk
anak di bawah umur, nyatanya banyak yang belum melakukan
ini. Publikasi media terhadap adegan kekerasan ini sering
menginspirasi anak untuk mencobanya dalam dunia nyata.
7) Dampak Bullying
Terdapat berbagai dampak yang ditimbulkan akibat bullying.
Dampak yang dialami korban bullying tersebut bukan hanya dampak
fisik, tapi juga dampak psikis. Bahkan dalam kasus-kasus yang
ekstrim seperti insiden yang terjadi, dampak fisik ini bisa
mengakibatkan kematian.
Hilda, et al (2006; dalam Anesty, 2009) menjelaskan bullying
tidak hanya berdampak terhadap korban, tapi juga terhadap pelaku,
individu yang menyaksikan dan iklim sosial yang pada akhirnya
akan berdampak terhadap reputasi suatu komunitas. Terdapat banyak
bukti tentang efek-efek negatif jangka panjang dari tindak bullying
pada para korban dan pelakunya. Pelibatan dalam bullying sekolah
secara empiris teridentifikasi sebagai sebuah faktor yang
berkontribusi pada penolakan teman sebaya, perilaku menyimpang,
kenalakan remaja, kriminalitas, gangguan psikologis, kekerasan
lebih lanjut di sekolah, depresi, dan ide bunuh diri. Efek-efek ini
telah ditemukan berlanjut pada masa dewasa baik untuk pelaku
maupun korbannya (Marsh dalam Sanders 2003). Bullying juga
berpengaruh pada sekolah dan masyarakat. Sekolah tempat bullying
terjadi seringkali dicirikan dengan:
a) Para siswa yang merasa tidak aman di sekolah
b) Rasa tidak memiliki dan ketidakadaan hubungan dengan
masyarakat sekolah
c) Ketidakpercayaan di antara para siswa
d) Pembentukan kelompok formal dan informal sebagai alat
untuk menghasut tindakan bullying atau melindungi
kelompok dari tindak bullying
e) Tindakan hukum yang diambil menentang sekolah yang
dilakukan oleh siswa dan orang tua siswa
f) Turunnya reputasi sekolah di masyarakat

g) Rendahnya semangat juang staf dan meningginya stress


pekerjaan
h) Iklim pendidikan yang buruk
8) Upaya Mengatasi Tindakan Bullying
Pada tahun 2006, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kasus
kekerasan pada anak mencapai 25 juta jiwa, dengan berbagai
macam bentuk, dari yang ringan sampai yang berat. Lalu, data
BPS tahun 2009 menunjukkan kepolisian mencatat, dari seluruh
laporan kasus kekerasan, 30 persen di antaranya dilakukan oleh
anak-anak, dan dari 30 persen kekerasan yang dilakukan anak-
anak, 48 persen terjadi di lingkungan sekolah dengan motif dan
kadar yang bervariasi. Plan Internasional Indonesia (sebuah
organisasi nonpemerintah internasional, yang bekerja untuk
pelayanan kemanusiaan dan sosial di Indonesia, di bawah
organisasi internasional bernama Plan International, kehadirannya
diakui oleh Pemerintah Indonesia dan didaftarkan di instansi
Kementerian Dalam Negeri) pernah melakukan survei tentang
perilaku kekerasan di sekolah. Survei dilakukan di Jakarta,
Yogyakarta, Surabaya, dan Bogor, dengan melibatkan 1.500 siswa
SMA dan 75 guru. Hasilnya, 67,9 persen menganggap terjadi
kekerasan di sekolah, berupa kekerasan verbal, psikologis, dan
fisik. Pelaku kekerasan pada umumnya adalah teman, kakak kelas,
adik kelas, guru, kepala sekolah, dan preman di sekitar sekolah.
Sementara itu, 27,9 persen siswa SMA mengaku ikut melakukan
kekerasan, dan 25,4 persen siswa SMA mengambil sikap diam saat
melihat terjadi kekerasan. Oleh karenanya, solusi yang bisa
dilakukan untuk mencegah dan menangani kasus bullying ini,
antara lain:
a) Penanganan oleh Orang Tua atau Wali
 Satukan Persepsi dengan Istri/Suami
Sangat penting bagi suami-istri untuk satu suara dalam
menangani permasalahan yang dihadapi anak-anak di
sekolah. Karena kalau tidak, anak akan bingung, dan justru
akan semakin tertekan. Kesamaan persepsi yang dimaksud
meliputi beberapa aspek, misalnya: apakah orang tua perlu
ikut campur, apakah perlu datang ke sekolah, apakah perlu
menemui orang tua pelaku intimidasi, termasuk apakah
perlu lapor ke polisi.
 Pelajari dan Kenali Karakter Anak
Perlu kita sadari, bahwa satu satu penyebab terjadinya
bullying adalah karena ada anak yang memang punya
karakter yang mudah dijadikan korban. Sikap “cepat
merasa bersalah”, atau penakut, yang dimiliki anak.
Dengan mengenali karakter anak, dapat mengantisipasi
berbagai potensi intimidasi yang menimpa anak, atau
setidaknya lebih cepat menemukan solusi (karena kita
menjadi lebih siap secara mental).
 Jalin Komunikasi dengan Anak.
Tujuannya adalah anak akan merasa cukup nyaman
(meskipun tentu saja tetap ada rasa tidak nyaman) bercerita
kepada orang tuanya ketika mengalami intimidasi di
sekolah. Ini menjadi kunci berbagai hal, termasuk untuk
memonitor apakah suatu kasus sudah terpecahkan atau
belum.
 Jangan Terlalu Cepat Ikut Campur.
Idealnya, masalah antar anak-anak bisa diselesaikan sendiri
oleh mereka, termasuk di dalamnya kasus-kasus bullying.
Oleh karena itu, prioritas pertama memupuk keberanian
dan rasa percaya diri pada anak. Kalau anak punya
kekurangan tertentu, terutama kekurangan fisik, perlu
ditanamkan sebuah kepercayaan bahwa itu merupakan
pemberian Tuhan dan bukan sesuatu yang memalukan.
Kedua, jangan terlalu “termakan” oleh ledekan teman,
karena hukum di dunia “ledek-meledek” adalah “semakin
kita terpengaruh ledekan teman, semakin senang teman
yang meledek itu”.
 Masuklah di Saat yang Tepat.
Jangan lupa, bahwa seringkali anak (yang menjadi korban
intimidasi) tidak senang kalau orang tuanya turut campur.
Situasinya menjadi paradoksal: anak menderita karena
diintimidasi, tapi dia takut akan lebih menderita lagi kalau
orang tuanya turut campur. Karena para pelaku bullying
akan mendapat ‘bahan’ tambahan, yaitu mencap korbannya
sebagai “anak mami”. Oleh karena itu, mesti benar-benar
mempertimbangkan saat yang tepat ketika memutuskan
untuk ikut campur menyelesaikan masalah. Ada beberapa
indikator: (1) Kasus tertentu tak kunjung terselesaikan, (2)
Kasus yang sama terjadi berulang-ulang, (3) Kalau
kasusnya adalah pemerasan, melibatkan uang dalam jumlah
cukup besar, (4) Ada indikasi bahwa prestasi belajar anak
mulai terganggu
 Bicaralah dengan Orang yang Tepat
Jika sudah memutuskan untuk ikut campur dalam
menyelesaikan masalah, pertimbangkan masak-masak
apakah akan langsung berbicara dengan pelaku intimidasi,
orang tuanya, atau gurunya.
 Jangan Ajari Anak Lari dari Masalah
Dalam beberapa kasus, anak-anak kadang merespons
intimidasi yang dialaminya di sekolah dengan minta pindah
sekolah. Kalau dituruti, itu sama saja dengan lari dari
masalah. Jadi sebisa mungkin jangan dituruti. Kalau ada
masalah di sekolah, masalah itu yang mesti diselesaikan,
bukan dengan ‘lari’ ke sekolah lain. Jangan lupa, bahwa
kasus-kasus bullying itu terjadi hampir di semua sekolah.
b) Penanganan oleh Guru
 Mengusahakan untuk mendapat kejelasan mengenai apa
yang terjadi. Tekankan bahwa kejadian tersebut bukan
kesalahannya.
 Membantu anak mengatasi ketidaknyamanan yang ia
rasakan, jelaskan apa yang terjadi dan mengapa hal itu
terjadi. Guru harus dapat menerangkan dalam bahasa
sederhana dan mudah dimengerti anak. Jangan pernah
menyalahkan anak atas tindakan bullying yang ia alami.
 Meminta bantuan pihak ketiga (psikolog atau ahli
profesional) untuk membantu mengembalikan anak ke
kondisi normal, jika dirasakan perlu.
 Mengamati perilaku dan emosi anak, bahkan ketika
kejadian bullyng yang ia alami sudah lama berlalu (ingat
bahwa biasanya korban menyimpan dendam dan potensial
menjadi pelaku di kemudian waktu). Bekerja sama dengan
pihak sekolah (guru) untuk membantu mengamati bila ada
perubahan emosi atau fisik anak. Mewaspadai perbedaan
ekspresi agresi yang berbeda yang ditunjukkan anak di
rumah dan di sekolah (ada atau tidak ada orang
tua/guru/pengasuh).
 Membina kedekatan dengan teman-teman sebaya anak
dengan cara mencermati cerita mereka tentang anak.
Mewaspadai perubahan atau perilaku yang tidak biasa.
 Meminta bantuan pihak ketiga (psikolog atau ahli
profesional) untuk menangani pelaku.
B. PROGRAM OLAH KREATIF
1. Kesenian Tradisional
a) Silabus
1) Nama Kegiatan
Kesenian Tradisional
2) Standar Kompetensi Kegiatan
Menciptakan peserta didik yang mempunyai kemampuan
mengeksplorasi kesenia tradisional di daerah masing-masing

No Indikator Tujuan Kegiatan Materi Metode Sumber


Kegiatan Kegiatan Belajar
1  Memahami Melalui kegiatan  Pengertian Ceramah Buku
kesenian ini, peserta didik kesenian tanya bacaan,
sebagai budaya diharapkan dapat :  Perbedaan jawab, internet,
bangsa  memahami seni diskusi dan
kesenian tradisional lainnya
 menjelaskan dan
perbedaan moderen
kesenian  Jenis
tradisional dan kesenian
moderen tradisional

2  Menguasai  menyebutkan  pelatihan Praktek da Pelatih


kesenian jenis kesenian tari pelatihan
tradisional tradisional di tradisional
Indonsia daerahnya
khususnya di  menguasai
daerah masing- beberapa
masing kesenian
tradisional,
salah satunya
keterampilan
menari

b) Indikator keberhasilan
Skor
No Indikator
1 2 3 4
1 Memahami pengertian umum kesenian
2 Memahami makna kesenian tradisional
3 Menjelaskan perbedaan kesenian tradisional dan
kesenian moderen
4 Menjelaskan jenis kesenian tradisional di daerah
masing-masing
5 Mengikuti pelatihan tari tradisional dengan maksimal
6 Menguasai gerakan dasar tari tradisional
7 Menguasai gerakan tari yang diajarkan secara
keseluruhan
8 JUMLAH

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛


Penilaian : x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Kriteria penilaian
No Rentang Nilai Hasil
1 80 – 100 Sangat baik
2 70 - 79 Baik
3 60 - 69 Cukup
4 < 60 kurang

c) Materi
1) Pengertian Seni Tradisional
Seni tradisional merupakan gabungan dari dua kata yaitu seni
dan tradisional. Secara etimologi seni berasal dari Bahasa
Sanksekerta yaitu sani. Sani umumnya diartikan pemujaan,
pelayanan yang erat kaitannya dengan upacara kesenian. Seni
merupakan Sesuatu yang mengandung unsur estetika dan mampu
membangkitkan perasaan orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), seni memiliki pengertian sebagai berikut:
 Seni berarti halus, kecil dan halus, lembut dan enak didengar,
mungil dan elok.
 Seni berarti keahlian membuat karya yang bermutu.
 Kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu bernilai tinggi.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa seni
merupakan hasil karya yang diciptakan oleh manusia melalui
ide/gagasan yang memiliki nilai estetika dan mampu
membangkitkan perasaan penikmatnya. Pengertian tradisional
menurut Kamus Besar Bahsa Indonesia (KBBI), adalah sikap dan
cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma
dan adat kebiasaan yang ada secara turu temurun.
Berdasarkan dua definisi kata diatas maka dapat disimpulkan
bahwa seni tradisional adalah bentuk hasil karya yang mengandung
nilai estetika dan berpegang teguh pada tradisi. Dengan kata lain,
pengertian seni tradisional adalah bentuk seni yang berpedoman
pada aturan atau kaidah secara turun-temurun. Seni tradisional ini
merupakan suatu unsur yang menjadi bagian dari hidup masyarakat
yang tinggal di daerah tertentu. Seni tradisional yang ada pada setiap
daerah berbeda, meskipun terdapat beberapa kemiripan.
2) Perbedaan Kesenian Tradisional dan Kesenian Moderen
a) Kesenian tradisional
Kesenian tradisional seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
adalah suatu kesenian yang ada dan dimiliki oleh masing-
masing daerah yang mempunyai kekhasan tertentu, dan
keasliannya terjaga
b) Kesenian moderen
Kesenian moderen adalah kesenian yang merupakan hasil kerja
dan inovasi oleh pelaku seni dengan menciptakan suatu karya
yang baru. Kesenian modern juga cenderung menggunakan alat
kesenian yang modern, seperti gitar, piano, dan lainnya.
3) Ciri-Ciri Seni Tradisional
Seni tradisional memiliki ciri-ciri yang membedakannya
dengan kesenian lain. Adapun ciri-ciri seni tradisional adalah
sebagai berikut:
a) Seni tradisional terbatas pada lingkungan dan budaya yang
dapat menunjangnya.
b) Seni tradisional merupakan pencerminan dari suatu budaya
yang disesuaikan dengan dinamika masyarakat.
c) Seni tradisional merupakan bagian dari kehidupan masyarakat
yang menjadi pembeda seni satu tempat dengan tempat lain.
d) Seni tradisional diciptakan berdasarkan filosofi yang ada dan
aktivitas kebudayaan yang ada di daerah tetentu.
e) Terikat dengan pakem-pakem tertentu.
f) Seni tradisional bersifat statis, tidak terdapat unsur kreatif
sebagai penciptaan baru.
4) Jenis-Jenis Seni Tradisional
Berdasarkan perkembangannya seni tradisional terbagi menjadi
dua jenis. Kedua jenis tersebut adalah sebagai berikut:
a) Seni Primitif
Seni primitif adalah seni yang lahir dari bentuk
kebudayaan yang paling awal. Seni ini masih belum
dipengaruhi oleh pengaruh luar. Seni primitif merupakan seni
yang berkembang pada masa prasejarah. Di mana pada masa
itu tingkat hidup manusia masih sangat sederhana.
Kesederhanaan ini berpengaruh pada seni yang
dihasilkan. Meskipun hasil keseniannya masih sangat
sederhana, tetapi memiliki nilai tinggi sebagai ungkapan
ekspresi mereka. Peninggalan karya seni primitif yang
ditemukan, berupa lukisan binatang buruan, lukisan cap-cap
tangan. Umumnya lukisan-lukisan seperti ini ditemukan di
dinding-dinding goa. Hal ini karena pada zaman pra sejarah
manusia masih hidup secara berpindah-pindah dan tinggal di
goa. Contoh lukisan yang ditemukan di dinding goa Leang-
Leang di Sulawesi Selatan.
Karya seni lain yang ditemukan selain lukisan adalah
hiasan-hiasan pada alat perburuan yamg berupa goresan-
goresan sederhana. Karya seni yang dihasilkan pada zaman
prasejarah adalah karya seni yang merupakan ekspresi perasaan
mereka pada alam gaib sebagai simbol perasaan-perasaan
tertentu seperti takut, sedih, senang, dan damai.
Ciri umum yang ditemukan pada hasil karya seni
primitif adalah:
 Seni masih berupa goresan-goresan spontanitas.
 Karya seni tanpa adanya perspektif
 Warna yang digunakan terbatas yaitu: warna hitam,
putih, merah dan coklat.
b) Seni Klasik
Seni klasik merupakan seni yang telah mengalami
perkembangan. Selain perkembangan juga telah mengalami
penyempurnaan karena adanya pengaruh luar. Seni klasik
sudah berkembang pada masa Hindu-Budha.
Hal ini ditandai dengan ditemukannya nilai seni pada
bagunan-bangunan kuno nusantara peninggalan zaman
Hindu-Budha. Selain itu, seni klasik juga dapat dilihat pada
bangunan-banugan kuno di Romawi dan Yunani. Kesenian
klasik ini merupakan puncak dari perkembangan kesenian
tertentu, yang kemudian tidak dapat berkembang lagi. Karya
seni klasik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Kesenian yang telah mencapai puncak dan tidak dapat
berkembang lagi.
 Sebagai standar dari seni pada zaman sebelum dan
sesudahnya.
 Usianya lebih dari setengah abad.
5) Cabang-Cabang Seni Tradisional
Sebagai media pengungkapan, seni terbagi atas lima cabang
yaitu:
a) Seni Rupa
Seni rupa merupakan cabang seni yang membentuk
karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan
dirasakan dengan rabaan. Seni rupa diungkapkan melalui
media bahan, pewarna (cat), garis dan bentuk. Perkembangan
seni rupa tradisional berkembang pada zaman prasejarah. Hal
ini terbukti dari penemuan benda peninggalan-peninggalan
yang berseni rupa dari masa itu. Benda-benda yang yang
ditemukan dan bernilai seni rupa tradisional seperti gelang,
kalum kapak genggam, tembikar, dan beberapa lukisan.
Contoh seni rupa tradisional adalah patung wamena dari
Papua.
b) Seni Musik
Seni musik adalah cabang seni yang membentuk karya
seni dengan media yang ditangkap oleh telinga. Seni musik
diungkapkan melalui media bunyi-bunyian atau suara. Musik
nusantara merupakan seluruh musik yang berkembang di
Indonesia dan menonjolkan keindonesiaan. Bahasa dan
melodi yang digunakan juga tidak terlepas dari ciri
keindosiaannya. Musik yang ada di Indonesia, terdiri dari
musik daerah, musik dangdut, musik langgam, musik
gambus, musik perjuangan, dan musik pop. Alat musik
tradisional, contohnya angklung, serunai, suling, dan lainnya.
c) Seni Tari
Seni Seni tari adalah cabang seni yang membentuk
karya seni melalui media yang dapa ditangkap oleh mata.
Seni tari menggunakan media gerakan tubuh. Tari tradisional
merupakan suatu tarian yang memadukan semua gerakkan
tubuh yang mengandung makna tertentu. Tari tradisional ini
mengandalkan ketepatan musik, keluesan, dan kekompakkan
gerak, serta pengaturan posisi. Gerak pada tari tradisional
tidak bisa diubah, sehingga mempunyai gerak yang sama.
Namun tiap-tiap tarian mengalami perubahan susunan
geraknya. Contoh tari tradisional adalah tari saman dan tari
serimpi.
d) Seni Sastra
Seni sastra merupakan sesuatu yang berbentuk tulisan
maupun cerita yang memiliki nilai seni dan budaya yang
menyajikan keindahan tutur dan bahasa untuk
menyampaikan makna tertentu. Jelas bahwa seni sastra
merupakan cabang seni yang diungkapkan melalui media,
kata, dan Bahasa. Seni sastra tradisional berarti, karya seni
yang diungkapkan melalui kata atau bahasa yang dipengaruhi
oleh tradisi turun-temurun. Maksudnya adalah masih
dilestarikan tanpa mengubah isinya. Cabang seni ini
mewariskan gagasan dan nilai-nilai dari generasi ke generasi.
Contoh karya sastra tradisional seperti mitos, suluk, legenda,
hikayat, dan lain-lain. Karya sastra yang sampai saat ini ada
dan terus diceritakan seperti kisah mahabrata.
e) Seni Teater
Seni teater merupakan karya seni yang ungkapan
melalui gerak, kata, suara, dan rupa. Teater tradisional
merupakan bentuk pertunjukkan seni yang pesertanya
masyarakat dari suatu tempat tertentu. Hal ini karena teater
tradisional tidak terlepas dari adat istiadat yang ada di tempat
tersebut. Selain itu teater tradisional juga dipengaruhi oleh
sosial masyarakat dan struktur geografis daerah tersebut.
Contoh teater tradisional yaitu ludruk dan lenong.Ciri-ciri
teater sederhana yaitu:
 Pementasan teater dilakukan dipanggung terbuka.
Misalnya di lapangan, di halaman rumah, dan tempat
lainnya
 Dipentaskan secara sederhana.
 Ceritanya turun temurun.
2. Pelatihan Hasta Karya
a) Silabus
1) Nama Kegiatan
Pelatihan Hasta Karya
2) Standar Kompetensi Kegiatan
Menciptakan peserta didik yang mempunyai kemampuan dalam
mengelolah suatu barang biasa menjadi sesuatu yang bernilai
serta memiliki nilai tinggi.

No Indikator Tujuan Kegiatan Materi Metode Sumber


Kegiatan Kegiatan Belajar
1  Menciptakan Melalui kegiatan  Pengertian Penyampaian Buku
barang biasa ini, peserta didik hasta karya materi dan bacaan,
menjadi diharapkan dapat  Macam- pelatihan internet,
sesuatu yang : macam dan
bernilai dan  Memahami hasta karya lainnya
memiliki nilai pengertian  Tata cara
jual tinggi hasta karya pembuatan
 Mengelolah hasta karya
barang biasa dengan
menjadi memanfaat
sesuatu yang kan benda
bernilai dan atau
memiliki nilai barang
jual tinggi yang ada
di sekitar

b) Indikator keberhasilan

Skor
No Indikator
1 2 3 4
1 Memahami pengertian hasta karya
2 Memahami jenis-jenis hasta karya
3 Menjelaskan jenis hasta karya yang bisa
dikembangkan di daerah masing-masing
4 Mengikuti pelatihan hasta karya dengan maksimal
5 Menguasai beberapa cara mengolah barang untuk
dijadikan hasta karya
6 Menguasai hasta karya yang diajarkan secara
keseluruhan
7 JUMLAH

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛


Penilaian : x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Kriteria penilaian
No Rentang Nilai Hasil
1 80 – 100 Sangat baik
2 70 - 79 Baik
3 60 - 69 Cukup
4 < 60 kurang
c) Materi
1) Pengertian Hasta Karya
Dari potensi alam yang ada dan hasil karya yang terbuang,
merupakan sebuah potensi bagi kita bila dikelola ulang menjadi
bahan yang bermanfaat untuk kebutuhan kehidupan sehari-hari.
Hastakarya atau yang sering kita kenal dengan istilah kerajinan
tangan merupakan sebuah cabang dari ilmu seni dalam
memanejemen objek yang terdapat di lingkungan, baik dari hasil
alam ataupun hasil karya manusia yang dianggap kurang bernilai
menjadi sebuah benda yang bukan hanya memiliki nilai fungsi,
akan tetapi memiliki nilai jual. Selain itu kerajinan tangan yang
menciptakan suatu produk dengan alat yang manual atau tangan
sebagai alat utamanya.
Ada pula yang mengatakan bahwa pengertian kerajinan tangan
adalah merupakan karya seni yang mengutamakan ketrampilan
tangan sebagai media dalam membuat benda-benda yang
memiliki nilai fungsi dan seni. Kerajinan tangan dapat meliputi,
pembuatan berbagai jenis kerajinan dari tanah liat atau seni
keramik, membuat anyaman dari berbagai jenis bahan, seni
dekorasi, seni melipat, dan lainnya. Dalam membuat seni
kerajinan tangan diperlukan beberapa tahap, yang pertama yaitu
membuat rancangannya atau desain, mempersiapkan segala alat
dan bahan yang dibutuhkan, membuat atau memproduksi barang
yang sebelumnya sudah anda rancang dan setelah itu tahapan
akhir atau finishing. Bahan dalam membuat kerajinan tangan
tidak terbatas, dengan kata lain semua benda yang ada memiliki
potensi untuk menjadi bahan pembuatan kerajinan. Masing-
masing bahan akan menghasilkan jenis atau macam kerajinan
yang berbeda. Contoh fungsi hias dari kerajinan tangan yaitu
kerajinan patung dan juga berbagai miniatur.
Setelah kita mengetahui pengertian kerajinan tangan, maka ada
pula macam dari kerajinan tangan itu sendiri. Dalam membuat
kerajinan tangan bahan yang digunakan untuk menciptakan
sebuah karya tidak terpaku oleh satu bahan tertentu tergantung
kreatifitas pencipta serta dari bahan baku itu tidak hanya saja
bisa menjadi sebuah karya, bahan apapun dapat dijadikan sebuah
kerajinan bila anda mampu mengolahnya. Seperti halnya dari
kayu bekas, kardus bekas ataupun barang bekas lainnya yang
masih sangat potensial untuk dimanfaatkan. Kerajinan tangan
merupakan hal yang mudah dikerjakan, tetapi juga harus tekun
dalam mengerjakannya. Karena kerajinan tangan macamnya
sangat banyak dan terbilang mudah hanya saja membutuhkan
kesabaran dan juga ketekunan dalam menjalaninya. Seperti
halnya dalam membuat kerajinan tangan berbahan dasar kain
perca yang mampu menjadi berbagai macam aksesoris seperti
bros, gantungan kunci ataupun boneka dan lain sebagainya. Ada
juga macam kerajinan tangan yang lain seperti mendaur ulang
plastik bungkus seperti plastik bungkus kopi, minuman, molto
ataupun yang lainnya. Dengan mendaur ulang berbagai jenis
plastik maka ada dapat membuat tas berbahan dasar plastik daur
ulang berbagai produk.
2) Pemanfaatan Barang Bekas untuk Dijadikan Hasta Karya
a) Pengertian Barang Bekas
Arti barang bekas menurut kamus besar bahasa
Indonesia yaitu suatu barang yang tidak dapat dipergunakan
lagi, baik sisa-sisa dari rumah tangga maupun sisa-sisa dari
pabrik.
b) Sampah dan Jenis barang bekas
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau
tidak berharga. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang
atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun
proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah
adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh
pemiliknya atau pemakai semula. Sampah adalah sumber
daya yang tidak siap pakai,
Adapun jenis-jenis barang bekas antara lain:
 Koran
Ternyata koran bekas di rumah Anda dapat
dimanfaatkan sebagai penyedot emas, penemuan dari
para ilmuwan Jepang ini merupakan satu terobosan
yang cukup menggembirakan. Koran bekas
merupakan salah satu bahan ramuan gel yang ramah
lingkungan, yang dapat diolah untuk memisahkan
emas dari sampah elektronik.
 Plastik
Sampah plastik dari bekas kemasan serbuk
minuman yang seringkali dianggap hanyalah sampah
plastik tak berharga dan menjadi penghuni tempat
sampah, ternyata bisa disulap jadi aneka bentuk
benda bermanfaat. Di Pati, Jawa Tengah beragam
kreasi unik dibuat mulai dari tas hingga dompet.
 Pipet
Pipet dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pembuatan hiasan rumah seperti taplak meja, tirai,dan
pembuatan bunga dari pipet.dll.
3) Macam-Macam Hasta Karya
a) Hasta karya barang lunak adalah karya yang terbuat dari
bahan-bahan berkulit lunak . seperti botol plastik, pipet, dan
lainnya
b) Hasta karya barang keras adalah hasta karya yang dihasilkan
dari benda yang permukaannya keras dan kuat. Seperti kayu
dan besi
4) Fungsi Hasta Karya
a) Fungsi pakai adalah kerajinan yang hanya mengutamakan
kegunaan dari benda kerajinan tersebut dan memiliki
keindahan sebagai tambahan agar menjadi menarik.
b) Fungsi Hias adalah Kerajinan yang hanya mengutamakan
keindahan tanpa memperhatikan guna dari barang tersebut,
contoh kerajinan ini seperti miniatur, patung dan lainnya,
yang hanya menjadi kenikmatan bagi siapa yang melihatnya
C. PENGUATAN LITERASI SEKOLAH
1. Membaca Buku Non Pelajaran Sebelum Proses Belajar Dimulai
a) Silabus
1) Nama Kegiatan
Membaca Buku Non Pelajaran Sebelum Proses Belajar Dimulai
2) Standar Kompetensi Kegiatan
Menciptakan peserta didik yang mempunyai kebiasaan membaca
setiap hari.

No Indikator Tujuan Kegiatan Materi Metode Sumber


Kegiatan Kegiatan Belajar
1  Membiasakan Melalui kegiatan  Peserta Pengarahan Buku
membaca ini, peserta didik didik dan bacaan
setiap hari di diharapkan dapat : melakukan perintah
sekolah sebagai  Membiasakan kegiatan
suatu diri membaca membaca
kebutuhan sebelum selama 15
memulai mata menit
pelajaran di  Peserta
kelas didik
 Meningkatan mempersia
kesadaran pkan buku
akan non
pentingnya pelajaran
membaca untuk
dijadikan
bahan
bacaan
b) Indikator keberhasilan

Skor
No Indikator
1 2 3 4
1 Melakukan rutinitas baca 15 menit sebelum belajar
2 Melakukan kegiatan secara rutin setiap hari sekolah
3 Membaca 15 menit sesuai arahan dari guru
4 Memiliki kesadaran untuk melaksanaan kegiatan
tanpa perintah dari guru
5 JUMLAH

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛


Penilaian : x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Kriteria penilaian
No Rentang Nilai Hasil
1 80 – 100 Sangat baik
2 70 - 79 Baik
3 60 - 69 Cukup
4 < 60 kurang

c) Materi
1) Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau
bahasa tulis (H.G. Tarigan, 1986:7). Suatu proses yang menuntut
agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat
dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara
individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi,
maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap
atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan
baik (Hodgson dalam Tarigan, 1986:7). Membaca merupakan
kegiatan merespons lambang-lambang tertulis dengan
menggunakan pengertian yang tepat (Ahmad S. Harjasujana
dalam St.Y. Slamet, 2008:67). Hal tersebut berarti bahwa
membaca memberikan respons terhadap segala ungkapan penulis
sehingga mampu memahami materi bacaan dengan baik. Sumber
yang lain juga mengungkapkan bahwa membaca merupakan
perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa
keterampilan, yakni mengamati, memahami, dan memikirkan
(Jazir Burhan dalam St.Y. Slamet, 2008:67). Secara singkat dapat
dikatakan bahwa “reading” adalah “bringing meaning to and
getting meaning from printed or written material”, memetik serta
memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan
tertulis (Finochiaro and Bonomo dalam H.G. Tarigan, 1986:8).
Kegiatan membaca merupakan penangkapan dan pemahaman ide,
aktivitas pembaca yang diiringi curahan jiwa dalam menghayati
naskah. Proses membaca diawali dari aktivitas yang bersifat
mekanis yakni aktivitas indera mata bagi yang normal, alat
peraba bagi yang tuna netra. Setelah proses tersebut berlangsung,
maka nalar dan institusi yang bekerja, berupa proses pemahaman
dan penghayatan. Selain itu aktivitas membaca juga
mementingkan ketepatan dan kecepatan juga pola kompetensi
atau kemampuan bahasa, kecerdasan tertentu dan referen
kehidupan yang luas. Dari berbagai pengertian membaca di atas,
dapat ditarik simpulan bahwa kegiatan membaca adalah
memahami isi, ide atau gagasan baik yang tersurat maupun
tersirat dalam bahan bacaan. Dengan demikian, pemahaman
menjadi produk yang dapat diukur dalam kegiatan membaca,
bukan perilaku fisik pada saat membaca
2) Tujuan Membaca
Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi dari sumber tertulis. Informasi ini
diperoleh melalui proses pemaknaan terhadap bentuk-bentuk
yang ditampilkan. Secara lebih khusus, membaca sebagai suatu
keterampilan bertujuan untuk mengenali aksara dan tanda-tanda
baca, mengenali hubungan antara aksara dan tanda baca dengan
unsur linguistik yang formal, serta mengenali hubungan antara
bentuk dengan makna atau meaning (Broughton et al dalam Sue
2004:15). Dengan demikian, kegiatan membaca tidak hanya
berhenti pada pengenalan bentuk, melainkan harus sampai pada
tahap pengenalan makna dari bentuk-bentuk yang dibaca. Makna
atau arti bacaan berhubungan erat dengan maksud, tujuan atau
keintensifan dalam membaca (Tarigan 1979:9).
Berdasarkan maksud, tujuan atau keintensifan serta cara dalam
membaca di bawah ini, Anderson dalam Tarigan (1979:9-10)
mengemukakan beberapa tujuan membaca antara lain:
a) Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-
fakta (reading for details or facts). Membaca tersebut
bertujuan untuk menemukan atau mengetahui penemuan-
penemuan telah dilakukan oleh sang tokoh, untuk
memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.
b) Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main
ideas). Membaca untuk mengetahui topik atau masalah dalam
bacaan. Untuk menemukan ide pokok bacaan dengan
membaca halaman demi halaman.
c) Membaca untuk mengetahui ukuran atau susunan, organisasi
cerita (reading for sequenceor organization). Membaca
tersebut bertujuan untuk mengetahui bagian-bagian cerita dan
hubungan antar bagian-bagian cerita.
d) Membaca untuk menyimpulkan atau membaca inferensi
(reading for inference). Pembaca diharapkan dapat merasakan
sesuatu yang dirasakan penulis.
e) Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan
(reading for classify). Membaca jenis ini bertujuan untuk
menemukan hal-hal yang tidak wajar mengenai sesuatu hal
(Anderson dalam Tarigan 1979:10).
f) Membaca untuk menilai atau mengevaluasi (reading to
evaluate). Jenis membaca tersebut bertujuan menemukan
suatu keberhasilan berdasarkan ukuran-ukuran tertentu.
Membaca jenis ini, memerlukan ketelitian dengan
membandingkan dan mengujinya kembali.
g) Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan
(reading to compare or contrast). Tujuan membaca tersebut
adalah untuk menemukan bagaimana cara, perbedaan atau
persamaan dua hal atau lebih.
3) Jenis membaca
Menurut Soedjono dalam Sue (2004:18-21) ada lima macam
membaca, yaitu membaca bahasa, membaca cerdas atau
membaca dalam hati, membaca teknis, membaca emosional, dan
membaca bebas.
a) Membaca bahasa
Membaca bahasa adalah membaca yang mengutamakan
bahasa bacaan. Membaca bahasa mementingkan segi bahasa
bacaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca
bahasa adalah kesesuaian pikir dengan bahasa,
perbendaharaan bahasa yang meliputi kosa kata, struktur
kalimat, dan ejaan.
b) Membaca cerdas atau membaca dengan hati
Membaca cerdas adalah membaca yang mengutamakan
isi bacaan sebagai ungkapan pikiran, perasaan, dan kehendak
penulis. Bila hanya ingin mengetahui isinya, membaca cerdas
bersifat lugas. Akan tetapi, bila maksudnya untuk memahami
dan memilki isi bacaan, maka disebut membaca belajar.
c) Membaca teknis
Membaca teknis adalah membaca dengan mengarahkan
bacaan secara wajar. Wajar maksudnya sesuai ucapan,
tekanan, dan intonasinya. Pikiran, perasaan, dan kemauan
yang tersimpan dalam bacaan dapat diaktualisasikan dengan
baik.
d) Membaca emosional
Membaca emosional adalah membaca sebagai sarana
untuk memasuki perasaan, yaitu keindahan isi dan keindahan
bahasanya.
e) Membaca bebas
Membaca bebas adalah membaca sesuatu atas
kehendak sendiri tanpa adanya unsur paksaan dari luar. Unsur
dari luar misalnya guru, orang tua, teman, atau pihak-pihak
lain.
2. Pembuatan Sudut Baca Sekolah
a) Silabus
1) Nama Kegiatan
Pembuatan Sudut Baca Sekolah
2) Standar Kompetensi Kegiatan
Menciptakan lingkungan sekolah yang bersuasana literasi

No Indikator Tujuan Kegiatan Materi Metode Sumber


Kegiatan Kegiatan Belajar
1  Menyiapkan Melalui kegiatan  Peserta Inisiatif Buku
sudut baca di ini, peserta didik didik peserta bacaan
sekolah diharapkan dapat : melakukan didik
 Mendekatkan  Membiasakan kegiatan
sumber baca diri membaca membaca
bagi peserta di berbagai di mana
didik sudut sekolah saja pada
 Meningkatan lingkungan
kesadaran sekolah
akan
pentingnya
membaca

d) Indikator keberhasilan

Skor
No Indikator
1 2 3 4
1 Tersedia sudut baca di lingkungan sekolah
2 Peserta didik semakin dekat dengan sumber bacaan
di luar kelas
3 Memberi kemudahan bagi peserta didik untuk
melakasanakan kegiatan membaca
4 Memiliki kesadaran untuk melaksanaan kegiatan
membaca tanpa perintah dari guru
5 JUMLAH

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛


Penilaian : x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Kriteria penilaian
No Rentang Nilai Hasil
1 80 – 100 Sangat baik
2 70 - 79 Baik
3 60 - 69 Cukup
4 < 60 kurang

b) Materi
1) Pengertian Sudut Baca
Sudut Baca adalah suatu sudut atau tempat lain yang berada di
dalam lingkungan sekolah yang digunakan untuk menata buku
atau sumber belajar lainnya dalam rangka meningkatkan minat
baca dan belajar peserta didik melalui kegiatan membaca yang
menyenangkan.
Sudut baca bertujuan untuk mengenalkan peserta didik kepada
beragam sumber bacaan untuk dimanfaatkan sebagai media,
sumber belajar, serta memberikan pengalaman membaca yang
menyenangkan. Sudut baca juga merupakan upaya mendekatkan
perpustakaan ke peserta didik. Sudut baca dimanfaatkan secara
optimal untuk mendukung keberhasilan proses pembelajaran.
2) Pentingnya Sudut Baca
Sudut baca sangat penting bagi kegiatan literasi sekolah. Dengan
adanya sudut baca di lingkungan sekolah khususnya di kelas,
peserta didik akan lebih mudah mendapatkan ruang untuk
melaksanakan kegiatan membaca. Dengan adanya sudut baca,
peserta didik juga akan semakin merasa dekat sumber baca.
3) Membuat dan Mengelola Sudut Baca
Membuat sudut baca dengan memanfaatkan sudut ataupun
tempat lain yang strategis di lingkungan sekolah. Jenis bahan
bacaan yang ditempatkan di sudut baca dapat berupa buku teks
pelajaran, buku cerita, hasil karya peserta didik dan guru, komik,
koran, majalah anak, kliping, dan sumber belajar lainnya.
Tahapan dalam membuat sudut baca:
a) Menyediakan sebagian area di sekolah untuk menyimpan
koleksi bahan pustaka.
b) Merancang denah penempatan dengan memperhatikan
pencahayaan, sirkulasi udara, keamanan dan kenyamanan
peserta didik.
c) Merancang model penataan koleksi bahan pustaka.
Menyediakan tempat/rak koleksi yang cukup, kuat, dan
aman. Menentukan, memilah, dan menyediakan jenis
koleksi bahan pustaka yang akan ditempatkan di sudut baca
kelas, sesuai dengan minat dan jenjang/kemampuan baca
peserta didik. Menyiapkan koleksi bahan pustaka dari
perpustakaan minimal sejumlah peserta didik di lingkungan
sekolah tersebut.
d) Melengkapi koleksi bahan pustaka di sudut baca, (oleh
peserta didik dan kontribusi orang tua).
e) Menata koleksi bahan pustaka pada tempat/rak yang telah
disediakan (dilakukan oleh guru bersama peserta didik).
Menyiapkan buku rekap baca (berisi nama peserta didik
dan judul buku)
f) Koleksi sudut baca kelas sebaiknya selalu diperbarui untuk
mempertahankan minat baca peserta didik minimal 1 bulan
sekali Tanggung jawab pengelolaan sudut baca kelas
melibatkan guru kelas dan peserta didik.

3. Pemberdayaan Majalah Dinding Tiap Kelas


a) Silabus
1) Nama Kegiatan
Pemberdayaan Majalah Dinding Tiap Kelas
2) Standar Kompetensi Kegiatan
Menciptakan peserta didik yang mempunyai kreatifitas dan
kemauan dalam memberdayakan majalah dinding di kelas.

No Indikator Tujuan Kegiatan Materi Metode Sumber


Kegiatan Kegiatan Belajar
1  Mempunyai Melalui kegiatan  Pengertian Pengarahan Buku
kemampuan ini, peserta didik majalah dan bacaan
dalam diharapkan dapat : dinding praktek
menyusun  Menyusun  Pentingnya
komposisi komposisi majalah
majalah dinding majalah dinding di
 Menumbuhkan dinding kelas
kreatikfitas dengan sangat  Cara
dalam membuat baik menyusun
majalah dinding  Memiliki komposisi
kemampuan majalah
mendesain dinding
majalah yang baik
dinding yang
baik
 Meningkatan
kemampuan
kreatifitas
dalam
menyusun
majalah
dinding

b) Indikator keberhasilan

Skor
No Indikator
1 2 3 4
1 Menguasai pengertian majalah dinding dengan baik
2 Memahami pentingnya ada majalah dinding di dalam
kelas
3 Mengikuti kegiatan pembuatan mading dengan runtut
dari awal sampai akhir
4 Memahami cara mengisi mading yang baik
5 JUMLAH
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
Penilaian : x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Kriteria penilaian
No Rentang Nilai Hasil
1 80 – 100 Sangat baik
2 70 - 79 Baik
3 60 - 69 Cukup
4 < 60 kurang

c) Materi
1) Pengertian Majalah Dinding
Majalah dinding merupakan salah satu jenis media
komunikasi yang paling sederhana. Mading terdiri dari
beberapa tulisan yang ditempelkan pada bidang datar, seperti
kertas karton atau gabus. Kemudian kumpulan tulisan itu
dihiasi dengan berbagai macam pernak-pernik, renda dan alat
tulis warna-warni hingga lukisan. Sehingga perwajahan
mading terlihat menarik dan membuat pembaca tertarik untuk
membaca. Ukuran mading relatif besar, seperti 120 cm x 120
cm, adapula yang kecil, tergantung pada lahan papan mading
yang disediakan. Mading diletakkan di papan strategis sekolah
atau instusi menjadi perhatian khusus yang melewatinya.
Selain menarik karena warna-warni, isi atau konten mading
biasanya cukup unik sehingga menambah pengetahuan
pembaca.
Majalah dinding merupakan salah satu wujud
keterampilan menulis. Menurut Supriyanto majalah dinding
sangat mungkin diselenggarakan karena merupakan salah satu
bentuk majalah sekolah yang sederhana dengan biaya yang
murah sehingga lebih mungkin dilaksanakan dimana saja.
Majalah dinding adalah salah satu jenis media
komunikasi massa tulis yang paling sederhana. Disebut
majalah dinding karena prinsip dasar majalah terasa dominan
di dalamnya, sementara itu penyajiannya biasanya dipampang
pada dinding atau yang sejenisnya. Prinsip majalah tercermin
lewat penyajiannya, baik yang berwujud tulisan, gambar, atau
kombinasi dari keduanya.
Dengan prinsip dasar bentuk kolom-kolom, bermacam-
macam hasil karya, seperti lukisan, vinyet, teka-teki silang,
karikatur, cerita bergambar, dan sejenisnya disusun secara
variatif. Semua materi itu disusun secara harmonis sehingga
keseluruhan perwajahan mading tampak menarik. Bentuk fisik
mading biasanya berwujud lembaran tripleks, karton, atau
bahan lain dengan ukuran yang beraneka ragam.
Majalah dinding adalah sebuah tipe house journal yang
isinya berupa komunikasi antar karyawan dalam organisasi
atau perusahaan dan berada di lingkungan perusahaan tersebut.
2) Peranan Majalah Dinding di Dalam Kelas
Peranan majalah dinding yang tampak pokok sebagai salah
satu fasilitas kegiatan siswa secara fisikal dan faktual serta
memiliki sejumlah fungsi, yaitu :
a) Irfomatif
b) Komunikatif
c) Rekreatif
d) Kreatif
Banyak penulis yang menggunakan media mading sebagai
wahana berlatih. Berawal dari senang menulis hal-hal yang
sederhana, tidak mustahil seseorang menjadi terbuka
wawasannya untuk lebih mengembangkan kesenangannya
dalam bidang kepenulisan secara lebih professional.
3) Pedoman Penyusunan Majalah Dinding
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika membuat
majalah dinding.
a) Tema
Sebuah karya, entah itu tulis ataupun gambar, tentu
akan lebih bagus jika memiliki sebuah tema. Begitu juga
dengan majalah dinding, penentuan tema merupakan hal
utama yang harus kamu lakukan terlebih dahulu. Proses
menentukan tema ini bisa dibilang sulit, karena kamu dan
teman-teman harus mencari ide kreatif dan paling tidak
harus bisa memperkirakan apakah nantinya tema yang
diambil akan menarik pembaca atau tidak.
Tema yang dipilih ini bisa bermacam-macam,
contohnya tema yang sesuai dengan apa yang terjadi pada
waktu itu. Misalnya saja tema tentang hari pahlawan, hari
ibu, kemerdekaan Republik Indonesia, atau tema lain yang
biasa kita peringati di negara ini.
Kamu juga bisa menentukan tema yang nantinya
diharapkan dapat memengaruhi pembaca. Contohnya tema
lingkungan, yang nantinya diharapkan pembaca akan lebih
mencintai lingkungan. Atau, tema transportasi umum, yang
akan membuat pembaca jadi membiasakan diri
menggunakan transportasi umum. Semua tema bisa kamu
diskusikan dengan kelompok agar lebih mudah dan cepat.
b) Sketsa
Setelah mendapatkan tema, selanjutnya kita akan
merancang tampilan sebuah majalah dinding agar menarik.
Kamu bisa membuat sketsa terlebih dahulu dengan
membuat tata letak dari setiap rubrik yang akan
ditampilkan. Sebelum membuat sketsa, apakah kamu tahu
apa saja rubrik yang biasanya ada pada majalah dinding?
Dalam sebuah majalah dinding, ada beberapa rubrik yang
dimuat, rubrik-rubrik itu adalah sebagai berikut.
 Logo
Logo yang digunakan biasanya adalah logo organisasi
sekolah, bisa logo sekolah atau logo OSIS
 Nama
Nama merupakan nama mading yang kamu buat, bisa
juga menggunakan nama sekolah. Misalkan namanya
MASASI, yang merupakan singkatan dari Mading
Super Anak Sehat Indonesia. Atau, kamu bisa
menggunakan nama sekolah
 Edisi
Edisi di sini merupakan tema yang sudah kamu pilih
sebelumnya, misalkan kamu membuat majalah dinding
bertema hari pahlawan, maka edisi dari majalah dinding
yang kamu buat adalah edisi Hari Pahlawan. Atau,
kamu juga bisa membuat edisi berdasarkan bulan
tersebut, misalnya, jika majalah dinding yang kamu
buat terbit pada bulan Februari, maka saat itu adalah
edisi Februari.
 Salam Redaksi
Salam redaksi Sama seperti namanya, salam redaksi
merupakan salam atau sapaan dari penyusun yang
ditujukan kepada pembaca. Salam ini bisa bermacam-
macam gaya bahasa, kamu bisa membuat dengan
formal atau gaya anak muda masa kini. Contohnya
seperti “Haloo, jumpa kembali bersama MASASI edisi
Hari Ini Berbeda. Kamu akan menemukan berbagai
informasi yang membuat hari-harimu penuh warna dan
tentu saja berbeda dari biasanya. Penasaran? Langsung
aja simak MASASI!” Nah, itu contoh salam redaksi
yang bahasanya tidak formal tapi lebih terkesan anak
muda dan terlihat akrab.
 Susunan Redaksi
Susunan redaksi merupakan bagian yang berisi nama-
nama dari orang yang membuat mading.
 Artikel
Kamu bisa menampilkan sebuah artikel atau essay
pendek pada rubrik ini. Isinya tentu harus sama dengan
tema yang sudah ditentukan sebelumnya.
 Opini
Rubrik opini biasanya berisi tentang pendapat dari
siswa yang ada di lingkungan sekolah tetang tema yang
diangkat. Misalkan saja kita mengambil tema hari
pahlawan, maka redaksi akan mewanwancarai siswa di
lingkungan sekolah tentang makna hari pahlawan untuk
mereka, atau mungkin apapun itu yang masih ada
kaitannya dengan tema.
 Berita Utama
Berita utama biasanya berisi tentang sesuatu yang
sedang hangat diperbincangkan di lingkungan sekolah.
Misalkan berita tentang perwakilan siswa yang akan
pergi ke perlombaan internasional di Jepang, atau berita
kemenangan ekskul karya ilmial dalam perlombaan
bertingkat nasional.
 Tambahan
Tambahan biasanya ada, jika masih ada ruang yang
tersisa dan bisa dimasukkan rubrik ini. Kamu bisa
menambahkan rubrik baru yang dapat membuat
majalah dinding menjadi lebih menarik. Contohnya
adalah rubrik info unik, komik, cerpen, tips dan trik,
puisi, pantun, karikatur, ilustrasi, atau humor.
 Pojok Mading
Pojok mading biasanya berisi komentar dari penyusun
tentang isi dari majalah dinding yang sudah dibuat.
 Hiasan
Hiasan diperlukan untuk menarik perhatian pembaca,
karena ketika mading terlihat menarik dari kejauhan,
bisa jadi hal itu akan mengundang orang untuk
membacanya. Kamu bisa menambahkan hiasan seperti
pita, biji-bijian, manik-manik, kain perca, kertas koran,
kain flanel, dan hiasan lainnya.

4. Pohon Literasi
a) Silabus
1) Nama Kegiatan
Membuat Pohon Literasi.
2) Standar Kompetensi Kegiatan
Menciptakan wadah untuk peserta didik menampilkan hasil
tulisan seperti puisi atau pantun yang telah mereka buat.

No Indikator Tujuan Kegiatan Materi Metode Sumber


Kegiatan Kegiatan Belajar
1  Menciptakan Melalui kegiatan  Cara praktek Kreatifitas
pohon literasi ini, peserta didik membuat peserta
yang bisa diharapkan dapat : pohon didik
menampung  Membuat literasi
karya yang pohon literasi
berhubungan  Menampilkan
dengan literasi hasil karya
yang berupa
puisi atau
pantun di
pohon literasi
yang telah
dibuat

b) Indikator keberhasilan

Skor
No Indikator
1 2 3 4
1 Peserta didik membuat pohon literasi di kelas
2 Menampilkan hasil kegiatan literasi yang berupa
puisi dan pantun pada pohon literasi
3 Mendesai pohon literasi yang keren dan unik
4 Memiliki kesadaran untuk melaksanaan kegiatan
tanpa perintah dari guru
5 JUMLAH

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛


Penilaian : x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Kriteria penilaian
No Rentang Nilai Hasil
1 80 – 100 Sangat baik
2 70 - 79 Baik
3 60 - 69 Cukup
4 < 60 kurang

c) Materi
1) Pengertian pohon literasi
Pohon literasi hanya merupakan salah satu ide kreatif dan media
yang bisa dibuat dalam menumbuhkan budaya literasi
2) Cara membuat pohon literasi
 Menyediakan pohon dari ranting yang baik
 Menyiapkan pot sebagai bahan untuk memasang pohon
 Memasang hasil karya literasi pada pohon. Baik
menggunakan tali maupun lem
 Menambahkan hiasan pada pohon literasi
5. Kelas Menulis
a) Silabus
1) Nama Kegiatan
Kelas Menulis
2) Standar Kompetensi Kegiatan
Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
mengembangkan bakat menulis.

No Indikator Tujuan Kegiatan Materi Metode Sumber


Kegiatan Kegiatan Belajar
1  Mengembangkan Melalui kegiatan ini,  Pengertian Penerimaan Buku
kemampuan peserta didik menulis materi bacaan
menulis peserta diharapkan dapat :  Puisi
didik  Melatih  Pantun
kemampuan  cerpen
dasar menulis 
peserta didik
 Membuat karya
tulis berupa
cerpen, puisi,
dan pantun

b) Indikator keberhasilan

Skor
No Indikator
1 2 3 4
1 Peserta didik mengikuti kelas menulis dengan baik
2 Mampu membuat cerpen sesuai penulisan yang benar
3 Mampu membuat puisi sesuai penulisan yang benar
4 Mampu membuat pantun sesuai penulisan yang benar
5 JUMLAH
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
Penilaian : x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Kriteria penilaian
No Rentang Nilai Hasil
1 80 – 100 Sangat baik
2 70 - 79 Baik
3 60 - 69 Cukup
4 < 60 kurang

c) Materi
1) Kelas menulis
Kelas ini merupakan kelas yang dibuat khusus bagi mereka atau
peserta didik yang ingin mengetahui cara dasar menulis,
mengembangkan pengetahuan menulisnya agar menjadi lebih baik
2) Cerita pendek
Cerpen atau dapat disebut juga dengan cerita pendek merupakan
suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen cenderung singkat, padat,
dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain
yang lebih panjang, seperti novella dan novel.
Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang memaparkan
kisah atau cerita mengenai manusia beserta seluk beluknya lewat
tulisan pendek dan singkat. Atau pengertian cerpen yang lainnya
yaitu sebuah karangan fiktif yang berisi mengenai kehidupan
seseorang ataupun kehidupan yang diceritakan secara ringkas dan
singkat yang berfokus pada suatu tokoh saja.
a) Ciri-Ciri Cerpen
 Jalan ceritanya lebih pendek dari novel
 Sebuah cerpen memiliki jumlah kata yang tidak lebih dari
10.000 (10 ribu) kata
 Biasanya isi cerita cerpen berasal dari kehidupan sehari-
hari
 Tidak menggambarkan semua kisah para tokohnya, hal ini
karena dalam cerpen yang digambarkan hanyalah inti
sarinya saja.
 Tokoh dalam cerpen digambarkan mengalami masalah atau
suatu konflik hingga pada tahap penyelesainnya.
 Pemakaian kata yang sederhana serta ekonomis dan mudah
dikenal pembaca.
 Kesan yang ditinggalkan dari cerpen tersebut sangat
mendalam sehingga pembaca dapat ikut merasakan kisah
dari cerita tersebut.
 Biasanya hanya 1 kejadian saja yang diceritakan.
 Memiliki alur cerita tunggal dan lurus.
 Penokohan pada cerpen sangatlah sederhana, tidak
mendalam serta singkat.
b) Struktur Cerpen
 Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan atau inti dari cerita pendek
yang akan dikembangkan menjadi sebuah rangkaian-
rangkaian peristiwa atau bisa juga sebagai gambaran awal
dalam cerita. Abstrak bersifat opsional atau dalam artian
bahwa setiap cerpen boleh tidak terdapat struktur abstrak
tersebut.
 Orientasi
Orientasi berkaitan dengan waktu, suasana, dan tempat
yang berkaitan dengan jalan cerita dari cerpen tersebut.
 Komplikasi
Komplikasi berisi urutan kejadian-kejadian yang
dihubungkan secara sebab dan akibat. Pada komplikasi,
biasanya mendapatkan karakter ataupun watak dari
berbagai tokoh cerita pendek tersebut, hal ini karena pada
bagian komplikasi kerumitan mulai bermunculan.
 Evaluasi
Evaluasi yaitu struktur konflik yang terjadi dan mengarah
pada klimaks serta sudah mulai mendapatkan
penyelesaiannya dari konflik yang terjadi tersebut.
 Resolusi
Pada bagian resolusi, pengarang mulai mengungkapkan
solusi yang dialami tokoh.
 Koda
Pada bagian koda, terdapat nilai ataupun pelajaran yang
dapat diambil dari cerita pendek tersebut oleh pembacanya.
3) Puisi
Pengertian Puisi adalah bentuk karya sastra dari hasil ungkapan
dan perasaan penyair dengan bahasa yang terikat irama, matra, rima,
penyusunan lirik dan bait, serta penuh makna. Puisi mengungkapkan
pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan
mengonsentrasikan kekuatan bahasa dengan struktur fisik dan
struktur batinnya. Puisi mengutamakan bunyi, bentuk dan juga
makna yang ingin disampaikan yang mana makna sebagai bukti
puisi baik jika terdapat makna yang mendalam dengan memadatkan
segala unsur bahasa. Puisi merupakan seni tertulis menggunakan
bahasa sebagai kualitas estetiknya (keindahan). Puisi dibedakan
menjadi dua yaitu puisi lama dan juga puisi baru.
4) Pantun
Pantun adalah jenis puisi lama yang tiap baitnya terdiri atas empat
baris serta memiliki sampiran dan isi. Sebelum mengenal apa saja
jenis dari pantun, ada baiknya teman-teman memahami dengan baik
dulu ciri-ciri dari jenis puisi lama yang satu ini. Tentu saja ini agar
kalian dapat dengan mudah mengklasifikasikan sebuah puisi lama
itu layak disebut pantun atau tidak. Memahami ciri-ciri pantun juga
membuat kalian akan lebih mudah membuat jenis puisi yang satu ini.
 Tiap bait terdiri atas empat baris
Jika prosa mengenal ada paragraf untuk tiap rangkaian kalimat
yang berada dalam satu gagasan utama, jenis puisi lebih akrab
menyebutnya sebagai bait. Tiap bait biasanya berisi untaian kata-
kata yang berada dalam satu gagasan dan umumnya mempunyai
ciri khas tersendiri bergantung jenis puisinya. Khusus untuk
pantun, puisi lama yang satu ini memiliki ciri khas kuat, yaitu
tiap baitnya selalu terdiri atas empat baris. Barisan kata-kata
pada pantun dikenal juga dengan sebutan larik.
 8-12 suku kata di tiap baris
Mulanya pantun cenderung tidak dituliskan, melainkan
disampaikan secara lisan. Karena itulah, tiap baris pada pantun
dibuat sesingkat mungkin, namun tetap padat isi. Oleh karena
alasan inilah, tiap baris pada pantun umumnya terdiri atas 8—12
suku kata.
 Memiliki sampiran dan isi
Salah satu keunikan pantun yang membuatnya menjadi begitu
mudah diingat adalah jenis puisi lama yang satu ini tidak hanya
padat berisi, melainkan juga memiliki pengantar yang puitis
hingga terdengar jenaka. Pengantar tersebut biasanya tidak
berhubungan dengan isi, namun menjabarkan tentang peristiswa
ataupun kebiasaan yang terjadi di masyarakat. Pengantar isi
pantun inilah yang kerap dikenal sebagai sampiran. Untuk
masalah penempatannya di dalam pantun, sampiran akan selalu
berada di baris pertama dan kedua. Sementara itu, isi pantun
menyusul di posisi baris ketiga sampai keempat.
 Berima a-b-a-b
Rima atau yang juga biasa disebut dengan sajak adalah
kesamaan bunyi yang terdapat dalam puisi. Biasanya, jenis-jenis
puisi lama kental akan rima, termasuk dengan pantun. Khusus
untuk pantun, jenis puisi yang satu ini memiliki ciri khas yang
begitu kuat, yakni rimanya adalah a-b-a-b.
Yang dimaksud dengan rima a-b-a-b adalah ada kesamaan
bunyi antara baris pertama dengan ketiga pantun dan baris kedua
dengan baris keempat. Jadi, kesamaan bunyi pada pantun selalu
terjadi antara sampiran dan isi.
6. Musikalisasi Puisi
a) Silabus
1) Nama Kegiatan
Musikalisasi Puisi
2) Standar Kompetensi Kegiatan
Melatih peserta didik dalam meningkatkan kemampuan dalam
bermusikalisasi puisi

No Indikator Tujuan Kegiatan Materi Kegiatan Metode Sumber


Kegiatan Belajar
1  Meningkatkan Melalui kegiatan  Pengertian Pengarahan Buku
kemampuan ini, peserta didik musikalisasi dan bacaan
dasar dalam diharapkan dapat puisi pelatihan dan
pelatihan :  Memahami pelatih
musikalisasi  Mengetahui perbedaan
puisi musikalisasi puisi biasa
puisi secara dengan
baik musikalisasi
 Membedakan puisi
perbedaan
puisi biasa
dengan
musikalisasi
puisi
 Mempunyai
kemampuan
dalam
musikalisasi
puisi

b) Indikator keberhasilan

Skor
No Indikator
1 2 3 4
1 Memahami pengertian musikalisasi puisi dengan baik
2 Mampu membedakan perbedaan puisi biasa dengan
musikalisasi puisi
3 Mengikuti pelatihan musikalisasi puisi dengan baik
4 Menguasai musikalisasi puisi yang dilatihkan dengan
baik
5 Giat dalam mengikuti arahan dari pelatih
6 JUMLAH

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛


Penilaian : x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Kriteria penilaian
No Rentang Nilai Hasil
1 80 – 100 Sangat baik
2 70 - 79 Baik
3 60 - 69 Cukup
4 < 60 kurang

c) Materi
1) Pengertian Musikalisasi Puisi
Musikalisasi puisi adalah puisi yang dinyanyikan sehingga seorang
pendengar yang kurang paham menjadi paham, yang tidak bisa
menggambarkan sebuah isi puisi biasa, agar penyimak bisa
mengetahui isi puisi tersebut. Dengan mengkolaborasikan antara sastra
dan musik.
2) Manfaat Musikalisasi Puisi
Kalian dapat mengambil beberapa manfaat dari puisi antara lain:
 Menggugah perasaan lebih dalam
 Membangkitkan imajinasi
 Mendorong orang lebih mampu berpikir dan menggerakkan
pikiran
 Menimbulkan kesenangan dan hiburan.
3) Cara Musikalisasi Puisi yang Baik
 Menentukan puisi yang akan dimusikalisasi.
 Mengapresiasi puisi yang telah ditentukan. Mengapresiasi puisi
artinya mencermati secara sungguh-sungguh sebuah puisi hingga
tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan
kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
 Memerhatikan kesusastraan isi puisi dengan suasana yang
dibangun.
 Menentukan alat musik yang digunakan untuk mengiringi
musikalisasi puisi. Alat musik yang akan dapat digunakan berupa
gitar, gendang,keyboard, dan sebagainya.
 Menentukan notasi nada yang akan digunakan. Notasi nada
tersebut dapat berbentuk notasi angka ataupun notasi balok. Guna
notasi untuk mempermudah melagukan puisi tersebut. Tentunya
mengubah sebuah puisi menjadi musikalisasi bukanlah hal yang
mudah. Oleh sebab itu, kalian harus rajin berlatih.
4) Perbedaan Puisi Biasa dengan Musikalisasi Puisi
Puisi adalah bantuk sastra yang memperhatikan pilihan kata dan
kepaduan bunyi. Sebuah puisi, jika dibacakan dengan indah dan penuh
penghayatan, merupakan sebuah penampilan seni yang menarik.
Sedangkan Musikalisasi puisi yaitu membaca puisi dengan diiringi
musik yang sesuai dengan tema dan suasana yang tergambar dalam
puisi tersebut.
7. Inspirasi Literasi
a) Silabus
1) Nama Kegiatan
Inspirasi Literasi
2) Standar Kompetensi Kegiatan
Menumbuhkan semangat literasi dalam diri peserta didik dari
pengalaman orang hebat yang telah lama berkecimpung di dunia
literasi.

No Indikator Tujuan Kegiatan Materi Kegiatan Metode Sumber


Kegiatan Belajar
1  Memberi Melalui kegiatan  Peserta didik Talk show Buku
semangat ini, peserta didik mendengaran bacaan
kepada peserta diharapkan dapat : materi dari
didik dalam  Mendapatkan narasumber
melaksanakan pengalaman yang berkaitan
kegiatan baru dengan dengan literasi
literasi mendengar  Tanya jawab
 Berbagi cerita dari tentang
pengalaman narasumber kegiatan literasi
literasi  Meningkatkan  Saling berbagi
semangat pengalaman
berliterasi dari langsung
kisah-kisah dengan
berharga penggiat literasi
narasumber (narasumber)

b) Indikator keberhasilan

Skor
No Indikator
1 2 3 4
1 Mengikkuti kegiatan talk show dengan lancar
2 Mendengarkan pengalaman literasi secara serius
3 Melakukan tanya jawab seputar literasi
4 Memiliki kesadaran untuk semakin melaksanakan
kegiatan literasi di mana saja
5 Mempunyai semangat literasi yang lebih baik
5 JUMLAH

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛


Penilaian : x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Kriteria penilaian
No Rentang Nilai Hasil
1 80 – 100 Sangat baik
2 70 - 79 Baik
3 60 - 69 Cukup
4 < 60 kurang

c) Materi
1) Pengalaman
Pengalaman ialah hasil persentuhan alam dengan panca indra
manusia. Berasal dari kata peng-alam-an. Pengalaman
memungkinkan seseorang menjadi tahu dan hasil tahu ini kemudian
disebut pengetahuan.
2) Inspirasi
Pengertian inspirasi adalah suatu proses yang mendorong atau
merangsang pikiran untuk melakukan sesuatu tindakan terutama
melakukan sesuatu yang kreatif. Inspirasi merupakan suatu proses
dimana mental dirangsang untuk melakukan tindakan setelah melihat
atau mempelajari sesuatu yang ada di sekitar.
Inspirasi berbeda dengan motivasi yaitu proses yang mendorong atau
mempengaruhi seseorang untuk mendapatkan atau mencapai apa
yang diinginkannya. Sedangkan inspirasi merupakan ide-de kreatif
yang muncul dari dalam diri setelah ada rangsangan dari luar.
Namun inspirasi dapat menjadikan sebuah motivasi bagi seseorang
untuk mencapai tujuannya.
3) Menciptakan Inspirasi
Banyak orang percaya bahwa, untuk menciptakan inspirasi mereka
perlu ide unik yang belum pernah dipikirkan sebelumnya. Namun,
tidak ada satupun cara untuk mengatur atau membuat setiap orang
merasa terinspirasi. Hal ini disebabkan kemampuan atau kepekaan
orang berbeda terhadap stimulus yang dapat menciptakan inspirasi.
Sebagai contoh, setelah diperdengarkan sebuah lagu, seorang
pencipta musik akan terinspirasi membuat lagu, seorang produser
film bisa memiliki inspirasi untuk memfilmkan lagu itu, bagi orang
yang kurang suka musik tentu tidak memiliki inspirasi apapun
setelah mendengarkan lagu tersebut.
Berikut beberapa situasi yang dapat merangsang atau memicu
terciptanya inspirasi kreatif:
 Beberapa orang menemukan inspirasi dari buku.
 Beberapa menemukan inspirasi dari musik.
 Beberapa orang yang terinspirasi ketika melihat alam.
 Beberapa orang mengambil kertas dan beberapa pensil warna
dan mulai mencoret-coret .
 Beberapa orang menemukan inspirasi mendengar pembicaraan
orang.
 Beberapa orang menemukan inspirasi ketika mereka melakukan
beberapa jenis aktivitas fisik.
 Beberapa menemukan inspirasi dalam kegiatan sehari-hari.
 Dan masih banyak situasi yang dapat menciptakan inspirasi
mulai dari hal-hal kecil hingga besar.
4) Inspirasi Literasi
Inspirasi Literasi adalah suatu kegiatan yang berorientasi kepada
kemampuan peserta didik dalam meningkatkan semangatnya agar
menjadi orang yang literat. Dalam kegiatan ini, narasumber akan
membagikan pengalamannya kepada peserta didik, agar menjadi
gambaran kapada mereka di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai