Anda di halaman 1dari 7

Pembangunan dan Lingkungan

Pascasarjana Ilmu Lingkungan


Semester Ganjil 2019/2020

Pemanfaatan Lahan Gambut


Untuk Perkebunan Kelapa Sawit
LAHAN GAMBUT
 Lahan gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah
yang dibentuk oleh adanya penimbunan/akumulasi
bahan organik di lantai hutan yang berasal dari
reruntuhan vegetasi di atasnya dalam kurun waktu
lama (ribuan tahun).

 Indonesia memiliki lahan gambut terluas di negara-


negara tropis, yaitu sekitar 14,9 juta ha (Ritung et al.,
2011).

 Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk


mendorong alih fungsi lahan gambut menjadi lahan
pertanian dan upaya pemanfaatan lahan gambut yang
paling menonjol saat ini adalah alih fungsi lahan
gambut untuk perkebunan kelapa sawit.

2
MANFAAT
 Dari aspek sosial ekonomi dan pertanian, perluasan areal perkebunan
kelapa sawit memberikan dampak positif terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat, ekonomi daerah dan meningkatnya produksi CPO
juga akan diikuti dengan meningkatnya sumber penghasilan negara dari
sektor jasa dan pajak hal ini dapat menyumbang devisa negara (Sipayung
dan Purba, 2017).
 Industri kelapa sawit hulu-hilir menyerap 5,3 juta tenaga kerja, didominasi
sektor perkebunan kelapa sawit dan menghidupi lebih dari 21,2 juta orang
(Kementerian Perindustrian, 2017).

3
DAMPAK
Lahan gambut mempunyai sifat marginal dan rapuh, maka dalam pengembangannya dalam skala luas
perlu kehati-hatian. Kesalahan dalam pengelolaan lahan mengakibatkan rusaknya lahan dan
lingkungan (Widjaja et al. 1992).

 Pembangunan saluran drainase yang tidak  Aktifitas pembukaan dan pembersihan lahan
mengacu pada tata kelola air yang baik pada (land clearing) dan pembuatan saluran
aktivitas perkebunan dapat menyebabkan (kanalisasi) menyebabkan terjadinya perubahan
gambut menjadi kering, teroksidasi dan tata air (hidrologi). Kondisi ini berpengaruh pada
menyusut yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkat kesuburan lahan, penurunan
penurunan muka tanah (Wosten dan Ritzema, muka tanah (subsidensi) dan kering tidak balik
2002). (irreversibel drying), dan kebakaran lahan
gambut. 4
SOLUSI
Perkebunan yang tepat

Pemeliharaan
Pembukaan
Perencanaan Penanaman dan
lahan
konservasi

Pengelolaan yang sesuai

 Permentan Nomor 14/Permentan/PL.110/2/2009 tentang  Aspek biofisik lahan gambut yang harus dipertimbangkan untuk
Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut Untuk Budidaya pengembangan perkebunan kelapa sawit meliputi kondisi fisiografi lahan,
Kelapa Sawit mengatur; (1) pemanfaatan berada pada kedalaman, tingkat kematangan, lapisan sub stratum gambut. Aspek
kawasan masyarakat dan kawasan budidaya; (2) tidak boleh biologi meliputi biomassa, biodiversitas, habitat flora dan fauna dengan
dibudidayakan pada lahan dengan ketebalan > 3 meter, dan; nilai konservasi tinggi. Diperlukan sistem penataan air dan penggunaan
(3) tingkat kematangan gambut untuk budidaya berada pada lahan atau pola tanam yang spesifik sesuai dengan kondisi biofisik
saprik dan hemik. lingkungan.

5
KEPUSTAKAAN

 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 14/Permentan/PL.110/2/2009 tentang Pedoman Pemanfaatan Lahan
Gambut Untuk Budidaya Kelapa Sawit
 Ritung, S.. Wahyunto, K. Nugroho, Sukarman, Hikmatullah, Suparto, C. Tafakresnanto. 2011. Peta lahan gambut Indonesia skala
1:250.000. Kementerian Pertanian, Jakarta.
 Sipayung. T., & Purba, J. H. V. 2017. Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal
Masyarakat Indonesia, Vol. 43 No.1, Juni 2017.
 Widjaya A et al. 1992. Sumberdaya Lahan Pasang Surut, Rawa dan Pantai : Potensi, keterbatasan dan pemanfaatan. Dalam S.
Partohardjono dan M. Syam (Eds). Pengembangan Terpadu Pertanian Lahan Pasang Surut dan Lebak. Risalah Pertemuan
Nasional Pengembangan Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa. Cisarua, 3 – 4 Maret 1992. Puslitbangtan. Bogor.
 Wosten JHM and HP Ritzema. 2002. Challenges in Land and Water Management for Peatland Development in Sarawak. In: JO.
Rieley, and SE. Page, with B. Setiadi,(Eds.), Peatlands for People: Natural Resource Functions and Sustainable Management,
Proceedings of the International Symposium on Tropical Peatland, 22-23 August 2001, Jakarta, Indonesia. BPPT and Indonesian
Peat Association.

6
Pembangunan dan Lingkungan
Pascasarjana Ilmu Lingkungan
Semester Ganjil 2019/2020

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai