Anda di halaman 1dari 2

Awan Hitam di Langit Minimo

Riswanto. S.Pd
Guru SD Inpres Minimo - Distrik Asolokobal

Sabtu, 8 November 2014 sebelum malam, kabar duka itu sampai ke


telingaku, Kepala Sekolah memberitahu bahwa salah satu murid kita telah
meninggal dunia. Eben Wamu kelas 1 di sekolah tempatku mengajar sore itu
menghela nafas terakhirnya. Tak banyak yang kuingat dari anak malang itu,
tapi aku pernah mengjarnya. Sedikit banyak memori tentangnya menggores
sembilu di hati saat mendengar kabar bahwa hidupnya tak seberuntung aku,
tak sepanjang umurku, bahkan ia belum merasakan kehidupan remaja
seperti anak-anak lainnya.

Hari itu, aku menjadi saksi hidup raga anak yang akan dileburkan jadi abu.
Aku sekaligus menonton dengan mata kepalaku sendiri prosesi bakar mayat
yang menjadi budaya masyarakat Papua. Bukan dikubur seperti di daerah
asalku.

Entah apa yang ada di hati orang tuanya, menyaksikan anaknya dibopong
ke kobaran api yang menyala tinggi, dan dalam beberapa saat lenyap dan
bersisa abu yang ditiupkan angin saja bisa melebur hilang.

Selamat Jalan Eben Wamu


Tangis sanak keluarga tumpah, akupun tak dapat menahan diri untuk ikut
berduka cinta teramat dalam atas peristiwa ini. Mengingat sedikit banyak
memori saat aku memanggil nama, “Eben Wamu!” di absen dan anak itu
mengangkat tangan dengan semangat lalu berteriak kencang, “ADA PAK
GURU!”

Semoga kamu diterima disisi terbaikNya nak, pak guru disini selalu
mendoakanmu.

Anda mungkin juga menyukai