Anda di halaman 1dari 4

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Makalah ini membahas mengenai sistem informasi keperawatan berbasis komputer yang
dilakukan melalui studi pustakan dan jurnal. Sistem informasi keperawatan melalui dokumentasi
asuhan keperawatan elektronik adalah bagian dari rekam medik elektronik (Electronic Health
Records) yang tidak lain adalah subsistem dari system informasi rumah sakit. Sistem informasi
sangat dipengaruhi pleh elemen pelaku sistem dan elemen komponen, sistem informasi
keperawatan berbasis komputer dapat dikombinasi dengan teknologi lain misalnya smart card
dengan barcode, teknologi nirkabel dan personal digital assistant. Sistem informasi keperawatan
tidak hanya dalam bentuk dokumentasi asuhan keperawatan elektronik tetapi dapat
dikembangkan pada perencanaan ketenganan sampai dengan pengembangan tenaga,
penjadwalan shift, penilaian kinerja, jenjang karir, pengujian kompetensi, penghitungan angka
kredit, renumerasi,perencanaan alat dan logistik, undangan rapat elektronik, survey dalam
pengendalian mutu pelayanan keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Billing
Merujuk Pasal 1 ayat (3) Perdirjen Pajak Nomor PER-05/PJ/2017, sistem billing DJP adalah
system elektronik yang dikelola DJP untuk menerbitkan dan mengelola kode billing yang
merupakan bagian dari sistem penerimaan negara secara elektronik.
Adapun yang dimaksud dengan kode billing adalah kode identifikasi yang diterbitkan
melalui sistem billing DJP atas suatu jenis pembayaran atau penyetoran pajak. Berdasarkan
pasal 4 perdirjen pajak Nomor PER-05/PJ/2017, wajib pajak dapat memperoleh kode billing
melalui dua cara.
Pertama, layanan mandiri. Kedua, penebitan secarajabatan oleh DJP dalam hal terbit surat
ketetapan pajak (SKP) , surat tagihan pajak (STP), surat pemberitahuan pajak terutang
(SPPT) pajak bumi dan bangunan (PBB), STP PBB, atau SKP PBB yang mengakibatkan
pajak kurang bayar. Lebih lanjut, pembuatan kode billing melalui layanan mandiri dapat
dilakukan dengan mengakses aplikasi billing DJP atau melalui layanan, penerbitankode
billing yang di sediakan oleh perusahaan applicationservis provider (ASP) dan perusahaan
telekomunikasi.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (5) Perdirjen Pajak Nomor PER-05/PJ/2017 aplikasi billing DJP
adalah bagian dari sistem billing DJP. Aplikasi billing DJP merupakan aplikasi berbasis
web yang dapat digunakan untuk menerbitkan kode billing dan dapat di akses melalui
jaringan internet atau intranet. Sebelumnya, aplikasi billing DJP dapat diakses melalui
sse.pajak.go.id. Namun, mulai1 Januari 2020 layanan mandiri pembuatan kode billing
melalui aplikasi billing DJP akan dilayani pada menu e-billing DJP Online.
E-billing juga merupakanbagian dari pembaruan modul penerimaan Negara generasi kedua
(MPN-G2). MPN-G2 dikembangkan guna mendukung pelaksaan cash management yang
baik dengan menyajikan informasi penerimaan Negara secara real time dengan
menmanfaatkan teknologi
Berbeda dengan MPN sebelumnya, MPN-G2 melayani seluruh transaksi penerimaan Negara
antara lain pajak, bea d an cukai dan penerimaan Negara bukan pajak (PNBP). Selain itu,
adanya MPN-G2 membuat pembayaran dapat dilakukan kapan pun dan dimana pun dengan
menggunakan e-billing.
1. Manfaat E-billing
Terdapat 5 manfaat yang dapat diperoleh dari e-billing. Pertama, mempermudah dan
menyederhanakan proses pengisisan data untuk pembayaran dan penyetoran Negara. E-
billing dianggap memudahkan karena penyetor tidak perlu lagi mengisi formulir surat
setoran pajak secara manual.
Kedua, meminimalisiasi kemungkinan terjadinya human error dalam perekaman data
pembayaran dan penyetoran. Ketiga, memberikan kemudahan dan fleksibilitas cara
pembayaran atau penyetoran melalui beberapa alternatife saluran pembayaran dan
penyetoran.
Keempat,memberikan akses kepada wajib bayar dan wajib setor penerimaan negara
bukan pajak (PNBP) untuk memonitor status atau realisasi pembayaran. Kelima,
memberikan keleluasan kepada wajib pajak atau wajib bayar untuk merekam data
setoran secara mandiri.(Bsi)

B. Claim

Secara umum pengertian klaim dapat di artikan sebagai tuntutan yang harus dipenuhi oleh
penanggung kepada tertanggung sesuai dengan peraturan ataupun dan perjanjian yang telah
disepakati sebelumnya. Istilah claim ini paling umum digunakan dalam dunia Asuransi dimana
penerbit asuransi berperan sebagai penanggung, dan nasabah asuransi sebagai tertanggung.

Klaim juga berhubungan dengan surat klaim yang merupakan suatu surat pengaduan yang dibuat
untuk menyampaikan ketidaksesuian atau ketidaknyamanan terhadap suatu layanan, barang atau
hal lainnya yang disertai dengan tuntutan penyelesaian. Surat klaim terdiri dari banyak jenis
yakni seperti surat pengaduan terhadap kerusakan barang, surat pengaduan terhadap dokuman
resmi, surat pengaduan pembatalan berkas, surat pengaduan terhadap dokuman resmi, surat
pengaduan pembatalan berkas, surat pengaduan untuk keterlambatan pengiriman barang, hingga
surat pengaduan pengajuan asuransi yang paling sering ditemui di masyarakat. Surat klaim
asuransi ini bisa berupa pengaduan terhadap asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi berkaitan
dengan seseorang yang meninggal dunia, dan jenis asuransi lainnya.

1. Klaim asuransi

Menurut Budi (2012) pengertian klaim asuransi adalah tuntutan dari pihak tertanggung
sehubungan dengan adanya kontrak perjanjian antara asuransi dengan pihak tertanggung yang
masing masing pihak mengikatkan diri untuk menjamin pembayaran ganti rugi oleh penanggung
jika pembayaran premi asuransi telah dilakukan oleh pihak tertanggung, ketika terjadi musibah
yang diderita oleh pihak tertanggung.

2. Tujuan dan Fungsi Klaim Asuransi


a. Berguna untuk mengalihkan resiko, yakni pada saat terjadi suatu peristiwa yang
menyebabkan kerugian atau ancaman yang besar terhadap harta kekayaan yang
dimiliki, maka dengan adanya klaim asuransi pihak tertanggung tersebut membayar
premi asuransinya.
b. Membayarkan ganti rugi, klaim asuransi memiliki fungsi untuk membayar ganti rugi
atas peristiwa merugikan yang dialami oleh nasabah asuransi. Contohnya saja seperti
kebakaran rumah, kecelakaan kendaraan, dan lain sebagainya.
c. Membayar santunan, nasabah asuransi dapat menggunakan klaim asuransi ini untuk
membayar santunan termasuk asuransi jiwa dan asuransi sosial seperti BPJS
kesehatan.
3. Jenis-jenis klaim

Berikut beberapa jenis klaim asuransi yang biasa dilakukan oleh nasabah, yakni

a. Klaim Asuransi Kesehatan


b. Klaim Asuransi Jiwa
c. Klaim Asuransi Kendaran

4. Cara Mengajukan Claim

Anda mungkin juga menyukai