Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MODEL-MODEL DALAM PROMOSI KESEHTAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan

Dosen Pengampu :

Heni Hikmaeni S.kepNers.M.Si

Disusun oleh :

Kelompok 4

1. Julia Gustina Sari


2. Richan Nurakbar Hicanggi
3. Salsa Bila Yulieta
4. Usy Nurfadillah
5. Venizia Nursahidah

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SEBELAS APRIL SUMEDANG

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya
akhirnya kami bisa menyelesaikan tugas makalah Promosi Kesehatan yang berjudul “Model-
Model Dalam Promosi Kesehatan” ini dengan lancar dan dalam keadaan yang sehat wal’afiat.

Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dengan
tulus, demi selesainya makalah kami ini.

Kami juga menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Sumedang, Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

2.1 Health Belief Model (model kayakinan).....................................................................3

2.2 Transtheoritical Model (model berharap)....................................................................4

2.3 Teori Sebab Akibat......................................................................................................8

2.4 Model Trans Saksional Stres dan Koping.................................................................10

2.5 Theory Of Reasoned Action (teori aksi beralasan).................................................11

BAB III PENUTUP................................................................................................................13

3.1 Simpulan....................................................................................................................13

3.2 Saran..........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Promosi kesehatan merupakan upaya yang bersifat promotif (peningkatan),


sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), dan
rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif (Kholiq,
2012). Promosi kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan
pada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan (Notoatmojo, 2007).
Banyak media yang dapat digunakan sebagai promosi kesehatan, salah satunya yaitu
video learning multimedia. VLM (Video Learning Multimedia) adalah sebuah alat atau
media pembelajaran menggunakan video atau tampilan bergerak, media ini merupakan
sebuah alat pembelajaran modern dikalangan masyarakat.

Multimedia adalah penyampaian informasi menggunakan gabungan dari teks,


grafik, suara, video dan animasi. Pembelajaran dengan menggunakan teknologi
audiovisual akan meningkatkan kemampuan belajar sebesar 50%, daripada tanpa
menggunakan media (Munir, 2013). Peneliti dalam penelitian ini memilih media video
atau VLM (video learning multimedia), karena jika dilihat dari sasaran dan
karakteristik partisipan yang akan dijadikan sebagai responden oleh peneliti dianggap
lebih efisien dan lebih modern serta diharapkan dengan media VLM tersebut
pembelajaran bisa cepat terserap dan dimengerti. Menurut Shahed (2013), dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa promosi kesehatan (health promotion) pada penyakit
kanker payudara sangat berpengaruh.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas dapat di ambil beberapa permasalahan yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Health Belief Model (model kayakinan) ?
2. Apa yang dimaksud dengan Transtheoritical Model ( model berharap) ?
3. Apa yang dimaksud dengan Teori sebab akibat ?
4. Apa yang dimaksud dengan Model Trans saksional Stres dan Koping ?
5. Apa yang dimaksud dengan Theory Of Reasoned Action (teori aksi beralsan) ?

1
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Health Belief Model (model
keyakinan)
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Transtheoritical Model (model
berharap)
3. Untuk mengetahui apa yang dimksud dengan Teori Sebab Akibat
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Model Trans saksional Stres dan
Koping
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Theory Of Reasoned Action (teori
aksi beralasan)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Health Belief Model (model kayakinan)

Model Keyakinan Kesehatan (Health Belif Model-HBM) dikembangkan sejak


1950 olehn kelompok ahli psikologi sosial dalam pelayanan kesehatan masyarakat
Amerika. Model ini digunakan untuk menjelaskan kegagalan partisipasi masyarakat
secara luas dalam program pencegahan atau deteksi penyakit. Model ini juga sering
dipertimbangkan sebagai kerangka utama perilaku kesehatan yang dimulai dari
pertimbangan orang-orang tentang kesehatan. Selain itu, model keyakinan kesehatan
digunakan untuk mengidentifikasi prioritas beberapa faktor penting yang berdampak
terhadap pengambilan keputusan secara rasional dalam situasi yang tidak menentu
(Rosenstock, 1990).

Pada 1974, pendidikan kesehatan mencurahkan seluruh perhatian terhadap isu


keyakinan kesehatan dan perilaku kesehatan individu. Isu tersebut merupakan
kesimpulan dari riset keyakinan kesehatan dalam memahami alasan individu
melakukan atau tidak melakukan tindakan kesehatan, berkaitan dengan berbagai
hubungan variasi yang lebih luas. Isu tersebut juga memberikan dukungan penting dari
Model Keyakinan Kesehatan dalam menjelaskan prilaku pencegahan dan respns
terhadap gejala atau diagnosis penyakit.

Model keyakinan kesehatan merupakan model kognitif yang digunakan untuk


meramalkan perilaku peningkatan kesehatan. Menurut Model Keyakinan Kesehatan,
tindakan pencegahan yang mungkin dilakukan seseorang dipengaruhi secara langsung
dari hasil dua keyakinan atau penilaian kesehatan antara lain ancaman yang dirasakan
setara penilaian terhadap keuntungan dan kerugian.

Acaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury or
illness) mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir bahwa penyakit atau rasa sakt
benar-benar mengancan dirinya. Jika ancaman meningkat, maka perilaku pencegahan
juga akan meningkat. Penilaian tentang ancaman berdasar pada kerentanan (perceived
vurnerabilitiy) dan derajat keparahan (perceived severity) yang dirasakan. Induidu
mungkin dapat menciptakan masalah kesehatannya sendiri sesuai dengan kondisi.

3
Individu mengevaluasi keseriusan penyakit jika penyakit tersebut muncul akibat ulah
dirinya sendiri atau penyakit sengaja tidak ditanagani.

Pertimbanagan antara keuntungan dan kerugian perilaku memengaruhi


seseorang untuk memutuskan melakukan melakukan tindakan pencegahan atau tidak.
Petunjuk berperilaku yang disebut sebagai keyakinan terhadap posisi yang menonjol
(salient position) diduga tepat memulai proses perperilaku. Hal ini berupa berbagai
informasi dari luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan (misalnya media
massa, kampanye, nasihat orang lain, pengalaman penyakit dari anggota keluarga yang
lain atau teman.

Ancaman dan pertimbangan keuntungan dan kerugian dipengaruhi oleh


berbagai variabel, yaitu variabel demografi (umur, jenis kelamin, latar belakang
budaya), variabel sosiopsikologis (kepribadaian, kelas, sosial, tekanan sosial),dan
variabel struktrual (pengetahuan dan pengalaman sebelumnya). Sebagai contoh, orang
tua dan remaja akan memandang penyakit jantung atau kanker secara berbeda. Sikap
orang sudah memiliki pengalaman dan penyakit tertentu akan berbeda dibandingkan
orang yang tidak memiliki pengalaman ini.

2.2 Transtheoritical Model (model berharap)


1. Pengertian
Suatu model yang teoritis tentang perilaku ubah, yang telah (menjadi) basis
untuk mengembangkan intervensi yang efektif untuk mempromosikan perubahan
perilaku kesehatan. Transtheoretical Model ( Prochaska & Diclemente, 1983;
Prochaska, DiClemente, & Norcross, 1992; Prochaska & Velicer, 1997) adalah
suatu model yang integratif tentang perubahan perilaku. Kunci membangun dari
teori lainnya terintegrasi. Model menguraikan bagaimana orang-orang
memodifikasi suatu perilaku masalah atau memperoleh suatu perilaku yang positif.
Pengaturan yang pusat membangun dari model adalah Langkah-langkah
perubahan. Model juga meliputi satu rangkaian variabel yang mandiri, proses
merubah perilaku, dan satu rangkaian hasil mengukur, termasuk Decisional
Balance dan timbangan Temptation. Processes from Change adalah sepuluh
aktivitas perilaku dan teori yang memudahkan perubahan. Model ini akan
diuraikan di detil yang lebih besar di bawah.

4
2. Proses Transtheoretical Model
Kemunduran terjadi ketika individu berbalik ke suatu lebih awal langkah
perubahan. Berbuat tidak baik lagi adalah satu format dari kemunduran, menyertakan
kemunduran dari Maintenance atau Action [bagi/kepada] suatu langkah yang lebih
awal. Bagaimanapun, orang-orang dapat mundur dari langkah apapun pada suatu
langkah yang lebih awal. Berita yang tidak baik adalah itu berbuat tidak baik lagi
menuju ke sebagai aturan ketika tindakan dikira kebanyakan permasalahan perilaku
kesehatan. Berita gembira adalah itu untuk merokok dan latihan hanya sekitar 15%
dari orang-orang mundu di semua jalan langkah Precontemplation. Mayoritas yang
luas mundur ke Preparation atau Contemplating.

1. Precontemplation

Langkah dimana orang-orang tidak mempunyai niat untuk bertindak dimasa


depan yang dapat diduga pada umunya 6 bulan ke depan. Orang-orang yang
mungkin termasuk di langkah ini adalah mereka yang tidak diberitahu tentang
konsekuensi dari perilaku mereka. Mereka bersifat menentang atau tanpa motivasi
atau mempersiapkan promosi kesehatan. Untuk individu seperti ini program
promosi kesehatan tradisional sering tidak dirancang sesuai dengan keputusan
mereka. Pada tahap precontamplation menuju ke contamplation melalui proses :

a. Peningkatan kesadaran : memberikan informasi.

b. Dramatic relief : adanya reaksi seara emosional

c. Environmental reevaluation : mempertimbangkan pandangan ke lingkungan.

2. Contemplation / Perenuangan.

Orang-orang berniat untuk merubah ke 6 bulan berikutnya. Mereka sadar


akan pro menguvbah perilaku tetapi juga sangat sadar akan memberdayakan.
Tahapan ini menyeimbangkan anatara biaya dan keuntungan untuk menghasilkjan
2 sifat bertentangan yang dapat menyimpan dalam periode lama. Belum membuat
keputusan yang tepat suatu reaksi. Pada tahap contemplation ke preparation
melalui proses : Self-reevaluation : penilaian kembali pada diri sendiri

5
3. Preparation / Persiapan.

Langkah dimana orang-orang berniat untuk mulai bertindak di masa


mendatang. Secara khas mereka mengambil keputusan penting dari masa yang lalu.
Individu ini mempunyai suatu rencana kegiatan seperti sambungan suatu kelas
pendidikan kesehatan, bertemu dengan dokter mereka, membeli suatu buku
bantuan diri atau bersandar pada suatu perubahan. Pada tahap preparation ke action
melalui proses : self liberation

4. Action/ Tindakan

Langkah dimana orang sudah memodifikasi spesifik antara pikiran dengan


perilaku. Banyaknya anggapan tindakan sama dengan perilaku. Namun dalam
model ini perilaku tidak menghitung semua tindakan. Langkah action adalah juga
langkah dimana kewaspadaan melawan terhadap berbuat tidak baik lagi adalah
kritis. Mulai aktif berperilaku yang baru. Pada tahap action ke maintenance melalui
proses :

a. Contingency management : adanya penghargaan, bisa berupa punishment juga.


b. Helping relationship : adanya dorongan / dukungan dari orang lain untuk
mengubah.

5. Maintenance / Pemeliharaan

Dimana orang-orang sedang aktif untuk mencegah berbuat tidak baik lagi
tetapi mereka tidak menggunakan proses perubahan sering seperti halnya orang-
orang dalam perang. Suatu langkah yang mana diperkirakan untuk terakhir. Ketika
hasil dari maintenance positif / dapat mengubah perilaku yang lebih baik maka
akan terjadi termination / perhentian. Ketika setelah maintenance terjadi relaps
maka bisa kembali pada tahap contemplation-preparation-action-maintence. Tidak
lagi kembali ke Precontemplation, karena sudah ada kesadaran / niat.

Transtheoretical Model mengusulkan satu set membangun format itu adalah


suatu ruang hasil multivariate dan meliputi ukuran yang adalah sensitif untuk maju
di seluruh langkah-langkah. Ini membangun meliputi yang pro dan kontra dari
Decisional Balance Scale, Temptation atau Self-efficacy, dan perilaku target. Suatu
lebih terperinci presentasi dari aspek/pengarah ini pada model disajikan di tempat
lain ( Velicer, Prochaska, Rossi, & Diclemente, 1996).

6
Decisional Balance. Decisional Balance membangun cerminan individu
yang menimbang dari baik buruknya dari mengubah. Berasal dari model Mann’s
dan Janis dari pengambilan keputusan ( Janis dan Mann, 1985) itu mencakup
empat kategori dari pro ( laba yang sebagai penolong/musik untuk persetujuan dan
orang lain dan diri untuk yang lain dan diri sendiri). Empat kategori dari
memperdayakan adalah biaya-biaya sebagai penolong/musik ke penolakan dan
yang lain dan diri dari yang lain dan diri. Bagaimanapun, suatu test yang empiris
dari model mengakibatkan suatu banyak struktur yang lebih sederhana. Hanya dua
faktor, yang pro dan contra, ditemukan ( Velicer, DiClemente, Prochaska, &
Brandenberg, 1985). Dalam suatu merindukan rangkaian dari studi ( Prochaska, et
al. 1994), sebanyak ini; sekian struktur yang lebih sederhana telah selalu
ditemukan.

Self-Efficacy membangun menghadirkan keyakinan situasi yang spesifik


yang orang-orang mempunyai bahwa mereka dapat mengatasi situasi yang resiko-
tinggi tanpa relapsing kepada kebiasaan tak sehat atau yang resiko-tinggi mereka.
Situational Temptation Measure ( Diclemente, 1981, 1986; Velicer, DiClemente,
Rossi, & Prochaska, 1990) cerminkan intensitas dari himbauan untuk terlibat
dalam suatu perilaku yang spesifik ketika di tengah-tengah situasi yang sulit. Itu
ada di efek, sebaliknya dari kemajuan diri dan yang sama satuan materi dapat
digunakan untuk kedua-duanya ukuran, menggunakan format tanggapan yang
berbeda. Situational Self-efficacy Measure tidak cerminkan keyakinan dari
individu untuk terlibat dalam suatu perilaku yang spesifik ke seberang satu
rangkaian situasi yang sulit.

Keduanya ukuran Temptation dan Self-efficacy mempunyai yang sama


struktur ( Velicer et al., 1990). Di riset mereka secara khas temukan tiga faktor
yang mencerminkan paling umum jenis mencoba situasi: hal negatif
mempengaruhi atau kesusahan emosional, situasi sosial yang positif, dan
permohonan. Ukuran Temptation/Self-efficacy adalah terutama sekali sensitif pada
perubahan yang dilibatkan sedang dalam proses di langkah-langkah yang
kemudiannya adalah meramal yang baik dari berbuat tidak baik lagi.

7
2.3 Teori Sebab Akibat

Teori Sebab Akibat adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman serta lingkungan.

Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health Maintenance) : Perilaku pencegahan


penyakit, Perilaku peningkatan kesehatan, Perilaku gizi (makanan) dan minuman.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau
sering disebut perilaku pencarian pengobatan (Health seeking behavior). Perilaku ini
adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita atau perilaku
ini mulai dari mengobati sendiri (Self Treatment sampai dengan mencari pengobatan
keluar negeri).
3. Perilaku kesehatan lingkungan Adalah bilamana seseorang merespons lingkungan,
baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan
tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.

Seorang ahli (Becker 1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku ini yakni :

1. Perilaku hidup sehat Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku ini mencakup antara lain :
a. Makan dan menu berimbang (Approciate Diet).
b. Olahraga teratur
c. Tidak Meroko
d. Tidak meminum minuman keras dan Narkoba
e. Istirahat cukup
f. Mengendalikan stress
g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan misal tidak berganti-
ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri dengan lingkungan dan
sebagainya.
2. Perilaku Sakit (Illnes Behavior) Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang
terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang

8
penyebab dan gejala penyakit, cara penularan, cara dan kemana harus mencari
pengobatan penyakit dan sebagainya.
3. Perilaku peran sakit (The sick role behavior) Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien)
mempunyai peran yang mencakup hakhak orang sakit dan kewajiban sebagai orang
sakit. Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang
lain (terutama keluarganya) yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit
( The sick role). Perilaku ini meliputi :
a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
b. Mengenal/mengetahui fasilitas/sarana pelayanan/penyembuhan penyakit yang
layak. c.mengetahui hak (misal : hak memperoleh perawatan, memperoleh
pelayanan kesehatan dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan
penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak
menularkan penyakitnya kepada orang lain dan sebagainya).
4. Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus/objek
(dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah seseorang
mengetahui stimulis/objek, proses selanjutnya akan menilai/bersikap terhadap
stimulus. indikator untuk sikap kesehatan yakni : Sikap terhadap sakit dan penyakit
Sikap terhadap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat Sikap terhadap kesehatan
lingkungan
5. Praktek/tindakan (Practices) Setelah seseorang mngetahui stimulus atau objek
kesehatan, kemudian mengadakan penilaian/berpendapat terhadap apa yang
diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan/mempraktekkan apa
yang diketahui/disikapinya (dinilai baik) inilah yang disebut praktek (practice)
kesehatan atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior) indikator
praktek kesehatan tersebut :
a. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit; tindakan/perilaku ini
mencakup : 1. Pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya, melakukan
pengurasan untuk mandi seminggu sekali, menggunakan masker pada waktu
kerja ditempat berdebu dan sebagainya. 2. Penyembuhan penyakit misalnya
minum obat sesuai petunjuk dokter, melakukan anjuran-anjuran dokter, berobat
ke fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat.
b. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan Tindakan/perilaku
ini mencakup Antara lain: Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang,

9
melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras
dan Narkoba.
c. Tindakan (prakek) kesehatan lingkungan: Perilaku ini antara lain mencakup :
membuang air besar di jamban (WC), membuang sampah ditempat sampah,
menggunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak dan sebagainya.

2.4 Model Trans Saksional Stres dan Koping

Definisi Stress Menurut Santrock (2003), stress adalah respon individu terhadap


keadaan dan kejadian tertentu, yang dapat mengancam dan mengganggu kemampuan
penguasaan dirinya. Sears, Peplau dan Taylor (2006) mendefinisikan stress sebagai
respon individu terhadap suatu kejadian atau keadaan yang menyakitkan, mengancam
dan menekan yang dapat memengaruhi kondisi psikologis, emosi, kemampuan berpikir
dan tingkah laku individu. Hal ini disebabkan oleh naluri tubuh untuk melindungi diri
dari tekanan emosi, tekanan fisik, situasi ekstrim atau bahaya yang
mengancam. Stress juga muncul sebagai reaksi alami tubuh terhadap ketegangan,
tekanan dan perubahan dalam kehidupan.

Slamet dan Markam (2003) menambahkan bahwa stress sebagai suatu keadaan


dimana beban yang dirasakan individu tidak sepadan dengan kemampuan untuk
mengatasi beban itu sendiri. Stress juga merupakan ketidakmampuan individu untuk
beradaptasi dengan lingkungan yang membuat keadaan dirinya menjadi cemas (Kazdin,
2000).

Hidayat (2007) mengatakan stress tidak selalu bersifat negatif. Stress dapat


dibedakan menjadi dua yaitu stress yang baik atau eustress dan stress yang buruk
atau distress. Stress yang baik (eustress) disebut juga stress positif, karena stressyang
baik dapat memberikan motivasi atau inspirasi sedangkan stress yang buruk (distress)
adalah stress yang dapat membuat individu menjadi marah, tegang, bingung, cemas,
dan merasa bersalah. Stress yang buruk (distress) dapat dibagi menjadi dua
yaitu stress akut dan stress kronis. Stress akut muncul cukup kuat, tetapi menghilang
dengan cepat sedangkan stresskronik muncul tidak terlalu cepat, tetapi dapat bertahan
hingga berhari-hari, berminggu-minggu, atau bahkan berbulan-bulan.

Adakalanya stress didefinisikan dengan hanya melihat dari stimulus atau respon


yang dialami seseorang. Definisi stress dari stimulus yang berfokus pada kejadian di

10
lingkungan seperti bencana alam, kondisi berbahaya, penyakit, atau berhenti dari kerja.
Definisi ini menyangkut asumsi bahwa situasi demikian memang sangat menekan tapi
tidak memperhatikan perbedaan individual dalam mengevaluasi kejadian. Sedangkan
definisi stress dari respon mengacu pada keadaan stress, reaksi seseorang
terhadap stress, atau berada dalam keadaan di bawah stress (Lazarus & Folkman,
1984).

Definisi stress yang hanya melihat pada stimulus yang dialami seseorang,


memiliki keterbatasan, yaitu adanya perbedaan individual mengenai asumsi
terhadap stressor. Sedangkan jika stressdidefinisikan dari respon maka tidak ada cara
yang sistematis untuk mengenali mana yang akan.

2.5 Theory Of Reasoned Action (teori aksi beralasan)

Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin


Fishbein dan Ajzen dalam Jogiyanto (2007). Teori ini menghubungkan antara
keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak (intention) dan perilaku (behavior).
Kehendak merupakan prediktor terbaik perilaku, artinya jika ingin mengetahui apa
yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui kehendak orang
tersebut. Namun, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan
yang sama sekali berbeda (tidak selalu berdasarkan kehendak).
Konsep penting dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience), yaitu
mempertimbangkan sesuatu yang dianggap penting. Kehendak (intetion) ditentukan
oleh sikap dan norma subyektif (Jogiyanto, 2007). Ajzen (1991) yang mengatakan
bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang
teliti dan beralasan dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal; Pertama, perilaku
tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap
sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-
norma objektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain
inginkan agar kita perbuat. Ketiga, sikap terhadap 10 suatu perilaku bersama norma-
norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat berperilaku tertentu. Teori perilaku
beralasan diperluas dan dimodifikasi oleh (Ajzen dalam Jogiyanto 2007) dan dinamai
Teori Perilaku Terencana (theory of planned behavior).
Inti teori ini mencakup 3 hal yaitu; yaitu keyakinan tentang kemungkinan hasil
dan evaluasi dari perilaku tersebut (behavioral beliefs), keyakinan tentang norma yang

11
diharapkan dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs), serta
keyakinan tentang adanya faktor yang dapat mendukung atau menghalangi perilaku
dan kesadaran akan kekuatan faktor tersebut (control beliefs). Jogiyanto (2007)
berpendapat bahwa Intensi atau niat merupakan fungsi dari dua determinan dasar,
yaitu sikap individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal) dan persepsi
individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau untuk tidak melakukan
perilaku yang disebut dengan norma subyektif. Secara singkat, praktik atau perilaku
menurut Theory of Reasoned Action (TRA) dipengaruhi oleh niat, sedangkan niat
dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh
keyakinan akan hasil dari tindakan yang telah lalu.
Norma subyektif dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta
motivasi untuk menaati pendapat tersebut. Secara lebih sederhana, teori ini
mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang
perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Promosi kesehatan merupakan suatu proses yang memungkinkan inividu
meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis
filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri. Promosi kesehatan juga
merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan pada masa lalu dimana dalam konsep
promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat dalam hal pemberian
dan peningkatan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan saja, melainkan juga
upaya bagaimana mampu menjembatani adanya perubahan prilaku seseorang.
Promosi kesehatan memiliki beberapa tujuan program yaitu, tujuan pendidikan,
tujuan prilaku, Serta sasarannya adalah sasaran primer,dan sasaran sekunder. Jenis
promosi kesehatan meliputi pemberdayaan masyarakat, pengembangan kemitraan,
upaya advokasi pembinaan suasana, pengembangan SDM, pengembangan IPTEK,
pengembangan media dan sarana, dan pengembangan infrastuktur.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
diatas.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Maggie davies and Wendy Macdowall. 2006. Understanding Public Health: Health
Promotion Theory. England: London School of Hygiene & tropical medicine. Available
at : http://www.openup.co.uk (diakses 2020)
2. National Institutes of Health. Theories of Health Behavior. United States of America.
Available at : http://oc.nci.nih.gov (diakses 2020)
3. http://smartsholehah93.wordpress.com/2012/12/25/mengembangkan-gaya-hidup-
sehat-dengan-pendekatan-health-belief-model
4. Lenio, James A. (n.d.). Analysis of the Transtheoretical Model of Behavior Change.
Journal of Student Research, 73-86
5. Prochaska , J. O. & Wayne F.V. (1997). The Transtheoretical Model of Health
Behavior Change. American Journal of Health Promotion: September/October 1997,
Vol. 12, No. 1, pp. 38-48.
6. Sharma, Manoj & J. A. Romas. (2012). Theoretical Fondation of Health Education and
Helath Promotion Second Edition. Sudbury : Jones & Bartlett Learning.
7. Shumaker, et al. (Ed). (2009). The Handbook of Health Behavior Change. New York :
Springer.
8. Weiten, Wayne. (2013). Psychology Themes and Variations 9th Edition. Belmont:
Wadsworth.

Anda mungkin juga menyukai