Anda di halaman 1dari 34

PROMOSI KESEHATAN PADA INDIVIDU

Dosen Pengampu :

Efrizon Hariadi, SKM., MPH

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. Shelvia Purnama Pratiwi 10. Maharani Zuhri Degading


2. Khevin Izzati Fadhila 11. Anggy Safitri
3. Cerry Amelia Anggraini 12. Eni Lestari
4. Fitri Ayu 13. Nadilla Nafla Fulaniah
5. Haris Fadilah Akip 14. Refika Duri
6. Ario Saputra 15. Rifcky Leon Jhonnatan
7. Dinda Meila Putri 16. Desinta Fitrianti
8. Hersa Pria Ganda 17. Rosilin Nopita
9. Ah Yaro Maryono

KELAS 2B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT. senantiasa kita ucapkan atas
karunia-Nya berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya kami bisa menyelesaikan
makalah “Promosi Kesehatan” ini. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan bagi
baginda agung Rasulullah SAW yang syafaatnya akan kita nantikan kelak.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah serta
dosen koordinator mata kuliah dan kepada semua pihak yang telah membagi
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah.

Dengan rendah hati kami meminta maaf jika ada kekeliruan dan salah kata
dalam pembuatan makalah ini. Sehingga makalah yang kami buat ini masih jauh dari
kata sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini. Penulis juga berharap agar isi makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan. Terima
kasih atas semua pihak yang membantu penyusunan dan membaca makalah ini.

Bengkulu, 5 September 2022

Tim Penulis
DAFTAR ISI

l
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Green dan Kreuter (2005) menyatakan bahwa “Promosi kesehatan adalah
kombinasi upaya-upaya pendidikan, kebijakan (politik), peraturan, dan organisasi
untuk mendukung kegiatan-kegiatan dan kondisi-kondisi hidup yang
menguntungkan kesehatan individu, kelompok, atau komunitas”.
Definisi yang dikemukakan Green ini dapat dilihat sebagai operasionalisasi
dari definisi WHO (hasil Ottawa Charter) yang lebih bersifat konseptual. Di dalam
rumusan pengertian diatas terlihat dengan jelas aktivitas-aktivitas yang harus
dilakukan dalam kerangka “promosi kesehatan”.
Sedangkan Kementerian/Departemen Kesehatan Republik Indonesia
merumuskan pengertian promosi kesehatan sebagai berikut: “Upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor
kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.”
Hal tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.
1114/Menkes/SK/VIII/2005. Promosi kesehatan sebagai bagian dari program
kesehatan masyarakat di Indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan
visi pembangunan kesehatan di Indonesia.Dalam Undang-Undang Kesehatan RI no
36 tahun 2009, disebutkan bahwa visi pembangunan kesehatan adalah
“Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya, sebagai
investasi sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi”.
Promosi kesehatan sebagaii bagian dari program kesehatan masyarakat di
Indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan
kesehatan di Indonesia tersebut. Mengapa upaya pendidikan kesehatan saja tidak
cukup? Pendidikan kesehatan yang bertujuan merubah perilaku individu, kelompok
dan masyarakat, ternyata tidak cukup untuk meningkatkan derajat kesehatan,
karena diluar itu masih banyak faktor atau determinan yang mempengaruhi
kesehatan dan berada diluar wilayah kesehatan. Determinan kesehatan tersebut
tidak bisa diintervensi dengan pendidikan kesehatan, tapi harus lewat regulasi dan
legislasi, melalui upaya mediasi dan advokasi.
Upaya advokasi, dukungan sosial dan pemberdayaan inilah yang merupakan
misi dan strategi utama dalam promosi kesehatan.. Secara umum disadari bahwa
untuk melahirkan perilaku yang menguntungkan kesehatan atau mengubah perilaku
yang tidak menguntungkan menjadi perilaku yang menguntungkan kesehatan,
seringkali diperlukan cara-cara yang “mungkin” bersifat memaksa, seperti
pembentukan norma atau peraturan, atau penciptaan lingkungan sosial dan fisik
yang akan memaksa lahirnya perilaku yang diinginkan. Bunton (1992 di dalam
Naidoo dan Wills, 2000 : 85) menyebutkan bahwa metode-metode baru yang
diintroduksikan ke dalam promosi kesehatan adalah regulasi sosial, yang betul-
betul bersifat menekan dan sungguh-sungguh mengendalikan.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa pengertian promosi Kesehatan ?
2) Apa tujuan promosi Kesehatan ?
3) Bagaimana strategi promosi Kesehatan ?
4) Siapa sasaran promosi Kesehatan ?
5) Apa ruang lingkup promosi Kesehatan ?
6) Apa jenis jenis promosi Kesehatan ?
7) Apa factor factor yang mempengaruhi promosi Kesehatan pada individu ?
8) Apa prinsip prinsip dalam promosi Kesehatan ?
9) Apa motode dan media promosi Kesehatan pada individu ?
10) Apa media promosi Kesehatan ?
11) Mengkaji Kebutuhan Promosi Kesehatan
12) Apa Tahapan dan Interve Intervensi Promosi Kesehatan
13) Masalah/Diagnosis Keperawatan yang berhubungan dengan kebutuhan
promosi kesehatan.
1.2 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian promosi Kesehatan
2) Untuk mengetahui tujuan promosi Kesehatan
3) Untuk mengetahui Bagaimana strategi promosi Kesehatan
4) Untuk mengetahui sasaran promosi Kesehatan
5) Untuk mengetahui ruang lingkup promosi Kesehatan
6) Untuk mengetahui jenis jenis promosi Kesehatan
7) Untuk mengetahui factor factor yang mempengaruhi promosi Kesehatan
pada individu ?
8) Untuk mengetahui prinsip prinsip dalam promosi Kesehatan

9) Untuk mengetahui motode dan media promosi Kesehatan pada individu


10) Untuk mengetahui media promosi Kesehatan
11) Untuk mengetahui Mengkaji Kebutuhan Promosi Kesehatan
12) Untuk mengetahui Tahapan dan Intervensi Promosi Kesehatan
13) Untuk mengetahui Masalah/Diagnosis Keperawatan yang berhubungan
dengan kebutuhan promosi kesehatan.
1.3 Manfaat
Manfaat pembuatan Makala ini antara lain :
1) Pembaca dapat Mengetahui pengertian promosi Kesehatan
2) Pembaca dapat Mengetahui tujuan promosi Kesehatan
3) Pembaca dapat Mengetahui strategi promosi Kesehatan
4) Pembaca dapat Mengetahui sasaran promosi Kesehatan
5) Pembaca dapat Mengetahui ruang lingkup promosi Kesehatan
6) Pembaca dapat Mengetahui jenis jenis promosi Kesehatan
7) Pembaca dapat Mengetahui factor factor yang mempengaruhi promosi
Kesehatan pada individu
8) Pembaca dapat Mengetahui prinsip prinsip dalam promosi Kesehatan
9) Pembaca dapat Mengetahui motode dan media promosi Kesehatan pada
individu
10) Pembaca dapat Mengetahui media promosi Kesehatan
11) Pembaca dapat Mengetahui Mengkaji Kebutuhan Promosi Kesehatan
12) Pembaca dapat Mengetahui Tahapan dan Intervensi Promosi Kesehatan
13) Pembaca dapat mengetahui Masalah/Diagnosis Keperawatan yang
berhubungan dengan kebutuhan promosi kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian

Pengertian Promosi Kesehatan Promosi kesehatan adalah upaya untuk


meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk
masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan
yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung
oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Kemenkes, 2011). Untuk
mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan
efisien, diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara ini sering disebut
“strategi”, yakni teknik atau cara bagaimana mencapai atau mewujudkan visi dan
misi promosi kesehatan tersebut secara berhasil guna dan berdaya guna.
PENGERTIAN METODE DALAM PROMOSI KESEHATAN
Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik
berasal dari bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau
cara jadi metode bisa berarti " jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai
tujuan tertentu"Metode adalah cara teratur/sistematis yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai tujuan sesuai dengan yang
dikehendaki. Dalam Topik mengajar seorang guru/pendidik/pengajar tidak harus
terpak dalam menggunakan berbagai metode (variasi metode) agar proses belajar
mengaja atau pengajaran berjalan tidak membosankan, tetapi bagaimana memikat
perhatian peserta idik/ sasaran. Namun di sisi lain penggunaan berbagai metode
akan sulit membawa keberuntungan atau manfaat dalam Topik mengajar, bila
penggunaannya tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang mendukungnya, serta
kondisi psikologi peserta didik. Maka dari itu disini pengajar/pendidik dituntut
untuk pandai-pandai dalam memilih metode yang tepat. (Syaiful Bahri, D. 2002).
Berkaitan dengan penggunaan metode yang tepat, seorang
pendidik/penyuluh/promotor kesehatan harus memperhatikan berbagai macam
faktor dalam penggunaan metode, diantaranya yaitu:
1. Tujuan pendidikan
2. Metode dan bahan pengajaran
3. Metode dan tangga-tangga belajar
4. Metode dan tingkat perkembangan
5. Metode dan keadaan perseorangan
6. Dasar tertinggi dari metode
Selain itu Prof Dr.Winarno S, mengatakan ada 5 macam yang mempengaruhi
penggunaan metode mengajar antara lain: tujuan berbagai jenis dan
fungsinya,anak didik yang berbagai tingkat kematangannya, situasi yang berbagai
macam keadaannya, fasilitas yang berbagai kualitasnya, pribadi guru serta
kemampuan profesionalnya yang berbedabeda.

2.2 Tujuan Promosi kesehatan


Promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan
individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya
berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri. Proses
pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat serta
sesuai dengan sosial budaya setempat. Demi mencapai derajat kesehatan yang
sempurna, baik dari fisik, mental maupun sosial, masyarakat harus mampu
mengenal dan mewujudkan aspirasi dan kebutuhannya, serta mampu mengubah
atau mengatasi lingkungannya (Kemenkes, 2011). Berdasarkan beberapa
pandangan pengertian tersebut diatas, maka tujuan dari
penerapan promosi kesehatan pada dasarnya merupakan visi promosi kesehatan
itu sendiri, yaitu menciptakan/membuat masyarakat yang :
a. Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
b. Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
c. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit,
d. Melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan.
e. Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan
kesehatannya.Kesehatan perlu ditingkatkan karena derajat kesehatan baik
individu, kelompok atau masyarakat itu bersifat dinamis tidak statis.

Tujuan Pokok Promosi Kesehatan pada individu


Segala aktivitas promosi kesehatan memiliki tujuan memberikan informasi bagii
masyarakat terkait segala hal yang bertujuan pada peningkatan kualitas kesehatan;
baik itu kesehatan individu maupun masyarakat.
Direktorat Promosi Kesehatan memiliki tugas pokok menyiapkan sekaligus
melakukan kegiatan – kegiatan promosi kesehatan dan melakukan penyebarluasan
segala bentuk informasi kesehatan serta melakukan pengembangan sumber daya
kesehatan hingga melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat pada bidang –
bidang kesehatan. Secara singkat, petugas promosi kesehatan merupakan corong
pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan untuk menyampaikan segala
macam informasi yang berkaitan dengan kesehatan dengan tujuan pemberdayaan
masyarakat dan pengembangan sumber daya yang berkaitan dengan kesehatan.

2.3 Strategi Promosi Kesehatan


Menurut Notoatmodjo (2005), perlu dilaksanakan strategi promosi kesehatan
paripurna yang terdiri dari pemberdayaan, bina suasana, advokasi dan kemitraan.
a. Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah
dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau
kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu
mempraktikkan PHBS. Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan
masyarakat merupakan bagian yang sangat penting dan bahkan dapat dikatakan
sebagai ujung tombak. Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada
individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien,
agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi
mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice
(Notoatmodjo, 2005).

b. Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan
mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam
mengadopsi PHBS dan melestarikannya (Notoatmodjo, 2005).

c. Advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang


diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi
materi maupun non materi (Notoatmodjo, 2005).

2.4 Sasaran Promosi Kesehatan


1. Perorangan/keluarga
2. Tatanan-tatanan lain
3. Ormas/organisasi profesi/LSM
4. Petugas/program/institusi kesehatan
5. Lembaga pemerintah/lintas sektor/politis/swasta
Menurut Maulana (2009), pelaksanaan promosi kesehatan dikenal memiliki 3
jenis sasaran yaitu sasaran primer, sekunder dan tersier.

a) Sasaran primer
Sasaran primer kesehatan adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah
tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Masyarakat diharapkan mengubah
perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari bahwa mengubah perilaku
bukanlah sesuatu yang mudah. Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan
keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika tidak didukung oleh sistem nilai
dan norma sosial serta norma hukum yang dapat diciptakan atau dikembangkan
oleh para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal.
Keteladanan dari para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun
formal dalam mempraktikkan PHBS. Suasana lingkungan sosial yang kondusif
(social pressure) dari kelompok-kelompok masyarakat dan pendapat umum
(public opinion). Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya
PHBS, yang dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang
bertanggung jawab dan berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat
pemerintahan dan dunia usaha (Maulana, 2009).

b) Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal
(misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal
(misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi
kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam
upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga)
dengan cara: berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS. Turut
menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana yang
kondusif bagi PHBS. Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group)
guna mempercepat terbentuknya PHBS (Maulana, 2009).
c) Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang lain yang berkaitan serta
mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka
diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien,individu sehat
dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:
1. Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan yang tidak
merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS
dan kesehatan masyarakat.
2. Membantu menyediakan sumber daya (dana, arana dan lain-lain) yang dapat
mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan
keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada
umumnya (Maulana, 2009).

2.5 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan


Berdasarkan konferensi International Promosi Kesehatan di Ottawa Canada
(1986) yang menghasilkan piagam Ottawa, promosi kesehatan dikelompokan
menjadi lima area berikut:
1) Kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan (Health Public Policy)
kegiatan ditujukan pada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan. Hal
ini berarti setiap kebijakan pembangunan dalam bidang apapun harus
mempertimbangkan dampak kesehatan bagi masyarakat.
2) Mengembangkan jaringan kemitraan dan lingkungan yang mendukung (create
partnership and supportive environmental). Kegiatan ini bertujuan
mengembangkan jaringan kemitraanan suasana yang mendukung
terhadapkesehatan. Kegiatan ini ditujukan kepada pemimpin organisasi
masyarakat serta pengelola tempat-tempat umum dan diharapkan
memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan non-fisik yang mendukung atau kondusif terhadap
kesehatan masyarakat.
3) Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health serice) adalah
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang merupakan tanggung jawab
bersama antara pemberi dan penerima pelayanan orientasi pelayanan diarahkan
dengan menempatkan masyarakat sebagai subjek yang dapat memelihara dan
meningkatkan kualitas kesehatannya sendiri. Hal tersebut berarti pelayanan
lebih diarahkan kepada pemberdayaan masyarakat.
4) Meningkatkan keterampilan individu (increase individual skills). Kesehatan
masyarakat adalah kesehatan yang terdiri atas kelompok, keluarga, dan
individu. Kesehatan masyarakat terwujud apabila kesehatan kelompok,
keluarga, dan individu terwujud. Oleh sebab itu, peningkatan keterampilan
anggota masyarakat atau individu sangat penting untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat memelihara serta
meningkatkan kualitas kesehatannya.
5) Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community action), derajat
kesehatan masyarakat akan terwujud secara efektif jika unsur-unsur yang
terdapat di masyarakat tersebut bergerak sama-sama. Memperkuat kegiatan
masyarakat berarti memberikan bantuan terhadap kegiatan yang sudah berjalan
di masyarakat sehingga lebih dapat berkembang. Disamping itu, tindakan ini
memberi kesempatan masyarakat untuk berimprovisasi, yaitu melakukan
kegiatan dan berperan serta dalam pembangunan kesehatan.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Pengertian PHBS
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan dalam masyarakat sebagai wujud keberdayaan masyarakat yang sadar
dan mampu mempraktikkan PHBS (Depkes RI, 2011). Upaya untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan tindakan dalam menciptakan suatu kondisi bagi kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara berkesinambungan. Upaya ini
dilaksanakan melalui pendekatan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan
pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat
mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-
masing dan masyarakat dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo,2005).

2.6 Jenis-Jenis Metode Promosi Kesehatan


Adapun jenis-jenis metode dalam melakukan promosi kesehatan terdiri dari tiga
yaitu:
a. Metode Promosi Individu (Perorangan)
Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan
untuk membina perilaku baaru atau membina seseorang yang telah tertarik untuk
mengubah perilakunya. Misalnya seorang bapak yang mer*k0k, tertarik berhenti
merokok setelah mendengarkan penyuluhan kesehatan mengenai bahaya rokok.
Pendekatan yang digunakan agar bapak tersebut benar-benar berheti adalah ia
harus didekati secara perorangan. Perorangan disini tidak harus hanya kepada
bapak tersebut, melainkan juga bisa melalui anggota keluarga lain atau juga
temannya. Contoh dari metode promosi perorangan adalah penyuluhan
perorangan, konseling dan wawancara.

b. Metode promosi kelompok


Metode ini bisa digunakan bagi kelompok dengan anggota yang memiliki
kesamaan latar belakang baik dari segi umur, pendidikan, profesi dan
sebagainya, misalnya antara sesama ibu usila. Metode ini bertujuan agar anggota
kelompok sebagai sasaran dapat mengenal jauh arti dan manfaat pesan kesehatan
yang diinformasikan. Contoh dari metode ini adalah diskusi kelompok terarah,
curah pendapat, bola salju, kelompok-kolompok kecil, bermain peran dan
simulasi.

c. Metode Promosi Kesehatan Massa


Metode promosi kesehatan massa adalah metode yang dipakai untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat luas yang
bersifat massa. Tujuannya menggugah kepedulian masyarakat terhadap suatu
inovasi baru dalam kesehatan. Manfaatnya adalah dapat menyampaikan
informasi secara cepat dan dapat menjangkau banyak orang, sehingga
diharapkan terjadinya perubahan perilaku. Beberapa contoh dari metode promosi
kesehatan massa adalah ceramah umum, pidato-pidato/diskusi, tulisan di
majalah, website atau koran, billboard, spanduk poster, menitipkan pesan pada
khotbah agama dan lain-lain.

2.7 Faktor- Faktor yang mempengaruhi Promosi Kesehatan pada Individu


Menurut Notoatmodjo (2007) faktor – faktor yang perlu diperhatikan dalam
keberhasilan penyuluhan kesehatan pada sasaran adalah sebagai berikut :
a. Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi
baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi didapatnya.
b. Tingkat sosial ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam
menerima informasi baru.
c. Adat istiadat
Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal yang
tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan
menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
d. Kepercayaan masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang
yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat
dengan penyampai informasi.
e. Ketersediaan waktu di masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas
masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.

2.8 Prinsip- Prinsip Dalam Promosi Kesehatan

a. Promosi Kesehatan Proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara,


meningkatkan dan melindungi kesehatannya
b. Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di bidang
kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain
yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.
c. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan)
sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan
rehabilitatif (pemulihan)
d. Promosi kesehatan perlu dibarengi dengan upaya advokasi dan bina suasana
(social support).
e. Promosi kesehatan berpatokan pada PHBS yang dikembangkan dalam 5 tatanan
f. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi
oleh kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat
(mutual benefit).
g. Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau upaya,
dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan.

Prinsip Promosi Kesehatan Pada Pasien/Pasien Individu

Proses Keperawatan pendekatan sistematis untuk mengurangi atau menghilangkan


masalah klien dilakukan dengan terlebih dahulu mengumpulkan data yang diperlukan.
Perawat melakukan analisis data, mengidentifikasi diagnosis keperawatan, hasil proyek,
menetapkan intervensi, dan mengevaluasi efektivitas.

2.9 Metode dan Media Promosi Kesehatan pada Individu


A. Metode Promosi kesehatan
Promosi/pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses dimana proses
pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan promosi, yakni
perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak factor. Factor yang
mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping factor masukannya sendiri
juga factor metode, factor materi atau pesannya , pendidik atau petugas yang
melakukannnya, dan alat-alat bantu/media untuk menyampaikan pesan. Faktor-
faktor tersebut harus bekerja sama secara harmanis. Hal ini berarti bahwa untuk
masukan (sasaran pendidikan) tertentu harus menggunakan cara tertentu pula.
Materi juga harus disesuaikan dengan sasaran, demikian alat bantu dan metode
disesuaikan.
Dibawah ini akan diuraikan beberapa metode promosi atau pendidikan
individual, kelompok dan masa (publik).

1. Metode Promosi individual (perorangan)


Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan
untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai
tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Bentuk pendekatan ini,
antara lain:
a. Bimbingan dan penyuluhan (guindence and counceling)
b. Kontak antara klien dan petugas kesehatan lebih intensif. Setiap masalah
klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan
sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima
perilaku tersebut (mengubah Perilaku).

Interview (wawancara)
Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan, wawancara antara
petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau
belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk
mempengaruhi apakah perilaku yang sudah ada atau yang akan diadopsi itu
mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.
2. Metode Promosi Kelompok
Dalam memilih metode promosi kelompok, harus mengingat besarnya kelompok
sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran.
a. Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih
besar dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain
ceramah dan seminar.
1) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah.
Persiapan:
a) Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai
materi apa yang akan diceramahkan.
b) Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi
kalau disusun dalam diagram atau skema.

c) Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat,


slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya.
Pelaksanaan:
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah
dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Sikap dan penampilan yang menyakinkan , tidak boleh bersikap
b) ragu-ragu dan gelisah.
c) Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
d) Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
e) Berdiri di depan (dipertengahan), dan tidak duduk.
f) Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.
2) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan
menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seoarang
ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan
dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang bisanya kita sebut kelompok
kecil. Metode – metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain:
1) Diskusi kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas
berpartsipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian
rupa sehingga duduk para peserta dapat berhadap-hadapan dan saling
memandang satu sama lain, misalnya bentuk tempat duduk lingkaran, segi
empat. Pimpinan diskusi juga duduk diantara peserta sehingga tidak
menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Untuk memulai diskusi , pemimpin
diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang dapat berupa pertanyaan-
pertanyaan atau kasus sehubungan dengan topik yang dibahas.
2) Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama
dengan metode diskusi kelompok. bedanya pada permulaan pemimpin kelompok
memancing dengan satu masalah dan kemudian setiap peserta memberikan
jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban
tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua
peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru
setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat
mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

3) Bola Salju (snow balling)


Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka
tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah
tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan
demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota
kelompok.
4) Kelompok-kelompok Kecil ( Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group)
yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama dengan kelompok lain.
Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya hasil
dari tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.
5) Role Play (memainkan peranan)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran
tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai
pasien, perawat, mereka memperagakan sesuai perannya.
6) Permainan Simulasi (simulation game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok.
Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti
permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli,
dengan menggunkan dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau papan
main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagaian lagi berperan sebagai nara
sumber.
c. Metode Promosi Kesehatan Massa
Metode pendidikan atau promosi kesehatan secara massa dipakai untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat
yang sifatnya masa atau publik. Dengan demikian, cara yang paling tepat adalah
pendekatan masa. Oleh karena sasaran promosi ini bersifat umum, dalam arti
tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial
ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka pesan – pesan kesehatan
yang disampaikan.
2.10 Media Promosi Kesehatan
Media Promosi Kesehatan adalah sarana atau upaya untuk menampilkan
pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu
melalui media cetak, elektronika (TV,Radio, komputer, dan sebagainya)
dan media luar ruang, sehinggga sasaran dapat meningkat pengetahunnya
yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif
terhadap kesehatan.
1. Tujuan media promosi kesehatan
a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi
b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi
c. Dapat memperjelas informasi
d. Media dapat mempermudah pengertian
e. Mengurangi komunikasi yang verbalistik
f. Dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap dengan mata
g. Memperlancar komunikasi, dan lain-lain
2. Penggolongan media promosi kesehatan
a. Berdasarkan bentuk umum penggunaanya
Berdasarkan penggunaan media promosi dalam rangka promosi kesehatan,
dibedakan:
1) Bahan bacaan: modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah,
buletin, dan sebagainya.
2) Bahan peragaan: poster tunggal, poster seri, flipchart, transparan,
slide,film, dan setrusnya.
b. Berdasarkan cara produksi:
Berdasarkan cara produksi, media promosi kesehatan dikelompokkan
menjadi :
1) Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-
pesan visual. Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah
kata, gambar atau foto dalam tata warna. Adapun macam- macamnya
adalah:
a) Poster
b) Leaflet
c) Brosur
d) Majalah

e) Surat kabar
f) Lembar balik
g) Stiker, dan pamlet.
Fungsi utama media cetak ini adalah memberi informasi dan menghibur.
Kelebihan dan kelemahan media cetak
a) Kelebihannya:
- tahan lama
- mencakup banyak orang
- biaya tidak tinggi
- dapat dibawa kemana – mana
- dapat mengungkit rasa keindahan
- mempermudah pemahaman
- meningkatkan gairah belajar
b) Kelemahan:
- media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan efek
gerak
- mudah terlipat
2) Media elektronika, yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat
dan didengar dalam penyampian pesannya melalui alat bantu elektronika.
Adapun macam-macam media tersebut adalah:
a) TV
b) Radio
c) Film
d) Video film
e) Cassete
f) CD
g) VCD
Kelebihan dan kelemahan media elektronika a) Kelebihannya:
- sudah dikenal masyarakat
- mengikutsertakan semua panca indra
- lebih mudah dipahami
- lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak
- bertatap muka
- penyajian dapat dikenadalikan
- jangkauan relatif lebih besar
- sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang.
b) Kelemahannya:
- biaya lebih tinggi
- sedikit rumit
- perlu listrik
- perlu alat canggih untuk produksinya
- perlu persiapan matang
- peralatan selalu berkembang dan berubah
- perlu ketrampilan penyimpanan
- perlu terampil dalam pengoperasian
3) Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya diluar
ruang secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis,
misalnya:
a) Papan rekalme yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat
dilihat secara umum di perjalanan.
b) Spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai
gambar yang dibuat di atas secarik kain dengan ukuran tergantung
kebutuhan dan dipasang di suatu tempat strstegi agar dapat dilihat oleh
semua orang.
c) Pameran
d) Banner
e) TV layar lebar
Kelebihan dan kelemahan media luar ruang
a) Kelebihannya:
- sebagai infromasi umum dan hiburan
- mengikutsertakan semua panca indra
- lebih mudah dipahami
- lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak
- bertatap muka
- penyajian dapat dikendalikan
- jangkauan relatif lebih besar
b) Kelemahannya:
- biaya lebih tinggi
- sedikit rumit
- ada yang memerlukan listrik
- ada yang memerlukan alat canggih untuk produksinya
- perlu persiapan matang
- peralatan selalu berkembang dan berubah
- perlu ketrampilan dalam pengoperasian

2.11 Mengkaji Kebutuhan Promosi Kesehatan

Tahapan pertama dalam perencanaan promosi kesehatan adalah Pengkajian tentang apa
yang dibutuhkan klien atau komunitas untuk menjadi sehat. Penggajian keperawatan
adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, Dan komunikasi data tentang
klien, baik individu maupun komunitas. Vase keperawatan ini mencakup dua langkah
yaitu pengumpulan data dari sumber primer (klien) Dan sumber Sekunder (keluarga dan
tenaga kesehatan) Dan analisa data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan
(Bandman dan bandman, 1995). Pengkajian bertujuan Untuk menetapkan dasar data
tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman pengalaman yang terkait, terkait,
praktik praktik kesehatan, kesehatan, tujuan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang
dilakukan dilakukan klien. Informasi yang terkandung dalam dasar data adalah dasar
untuk menetapkan proses Asuhan keperawatan selanjutnya.

A. Pengkajian Pengkajian Faktor Predisposisi Predisposisi

1. Pengkajian riwayat keperawatan

Informasi tentang usia akan memberi petunjuk mengenai status perkembangan


seseorang, sehingga dapat memberi arah mengenai isi promosi kesehatan dan
pendekatan yang harus digunakan.pertanyaan yang di ajukan hendaknya sederhana.
Pada klien usia lanjut, pertanyaan diajukan dengan perlahan dan diulang. Status
perkembangan, terutama pada klien anak, dapat dikaji melalui melalui observasi
observasi ketika anak melakukan melakukan aktivitas, aktivitas, sehingga sehingga
perawt mendapat data tentang kemampuan motorik dan perkembangan intelektualnya.
erkembangan intelektualnya.
Persepsi klien tentang keadaan masalah kesehatannya saat ini dan
bagaimana mereka menaruh perhatian terhadap masalahnya dapat memberikan
informasi kepada perawat tentang seberapa jauh pengetahuan mereka mengenai
masalahnya dan pengaruhnya terhadap kebiasaan aktivitas sehari-hari. Informasi
ini dapat memberi petunjuk kepada perawat untuk memberi arahan yang tepat
serta sumber-s memberi arahan yang tepat serta sumber-sumber lain umber lain
yang dapat digunakan oleh klien. yang dapat digunakan oleh klien

Kepercayaan klien tentang kesehatan, kepercayaan tentang agama yang


dianut, dan peran gender merupakan merupakan faktor penting penting dalam
mengembangkan mengembangkan rencana rencana pendidikan Pendidikan
kesehatan. Kepercayaan yang penting digali pada klien, contohnya adalah
kepercayaan tidak boleh menerima menerima tranfusi tranfusi darah, tidak boleh
menjadi menjadi donor organ tubuh, dan tidak boleh menggunakan alat
kontrasepsi. Berbagai daerah mempunyai kepercayaan dan praktik-praktik
tersendiri. Kepercayaan dalam budaya tersebut dapat berhubungan dengan
kebiasaan makan, kebiasaan mempertahankan kesehatan, kebiasaan menangani
keadaan sakit, sertagaan sakit, serta gaya hidup. Perawat ya hidup. Perawat
sangat penting mengetahui hal tersebut, namun demikian tidak boleh menarik
asumsi bahwa setiap individu individu dalam suatu etnik dengan kultur tertentu
tertentu mempunyai mempunyai kebiasaan kebiasaan yang sama, karena hal ini
tidak selalu terjadi. Oleh karena itu, perawat tetap harus mengkaji dan menilai
klien secara individual.

Keadaan ekonomi klien dapat berpengaruh terhadap proses belajar klien.


Bagaimanapun, perawat harus mengkaji hal ini dengan baik, karena perencanaan
pendidikan kesehatan dirancang sesuai dengan sumber-sumber yang ada pada klien agar
tujuan tercapai. Jika tidak, rancangan tidak akan sesuai dan sulit untuk dilaksanakan.
Bagaimana cara klien  belajar  belajar adalah hal adalah hal yang sangat penting yang
sangat penting untuk diketahui. untuk diketahui. Cara belaj Cara belajar yang terbaik
yang terbaik bagi seti bagi setiap individu bervariasi. Cara terbaik seseorang dalam
belajar mungkin dengan melihat atau menonton untuk memahami sesuatu dengan baik.
Dilain pihak, yang lain mungkin belajar tidak dengan cara melihat, tetapi dengan cara
melakukan secara actual dan menemukan  bagaimana cara-c  bagaimana cara-cara
mengerjakan ara mengerjakan sesuatu hal. sesuatu hal. Yang lain Yang lain mungkin
dapat mungkin dapat belajar dengan belajar dengan baik dengan membaca sesuatu yang
dipresentasikan oleh orang lain.

Perawat perlu meluangkan waktu dan memupuk keterampilan untuk mengkaji


klien dan mengidentifikasi gaya belajar, untuk kemudian mengadaptasi pendidikan
kesehatan yang sesuai dengan cara-cara klien  belajar.  belajar. Menggunakan
Menggunakan variasi variasi teknik mengajar mengajar dan variasi variasi aktivitas
aktivitas selama mengajar mengajar adalah  jalan yang baik untuk memenuhi memenuhi
kebutuhan kebutuhan gaya belajar belajar klien. Sebuah teknik akan sangat efektif
untuk beberapa klien, sebaliknya teknik lain akan cocok untuk klien dengan gaya
belajar yang berbeda. Perawat perlu mengkaji system pendukung klien untuk
menentukan siapa saja sasaran  pendidikan yang mungkin dapat  pendidikan yang
mungkin dapat mempertinggi dan mempertinggi dan mendorong proses belajar
mendorong proses belajar klien. Anggota klien. Anggota keluarga atau teman dekat
mungkin dapat membantu klien dalam mengembangkan keterampilan di rumah dan
mempertahankan perubahan gaya hidup yang diperlukan klien.

2. Pengkajian Pengkajian fisik

Pengkajian fisik secara umum dapat memberikan petunjuk terhadap kebutuhan


belajar klien. Contohnya: status mental, kekuatan fisik, status nutrisi. Hal lain yang
mencakup  pengkajian  pengkajian fisik adalah pernyataan pernyataan klien tentang
tentang kapasitas kapasitas fisik untuk belajar belajar dan untuk aktivitas perawatan diri
sendiri. Kemampuan melihat dan mendengar memberi pengaruh  besar terhadap
terhadap pemilihan pemilihan substansi substansi dan pendekatan pendekatan dalam
mengajar. mengajar. Fungsi system muskuloskelet mempengaruhi kemampuan
keterampilan psikomotor dan perawatan diri. Toleransi aktivitas juga dapat
mempengaruhi kapasitas klien untuk melakukan aktivitas.

3. Pengkajian Pengkajian kesiapan kesiapan klien untuk belajar

belajar Klien yang siap untuk belajar sering dapat dibedakan dengan klien yang
tidak siap. Seorang klien yang siap belajar mungkin mencari informasi, misalnya
melalui bertanya, membaca buku atau artikel, tukar pendapat dengan sesama klien yang
pada umumnya menunjukkan ketertarikan. Dilain pihak, klien yang tidak siap belajar
biasanya lebih suka untuk menghindari masalah atau situasi. Kesiapan fisik penting di
kaji oleh perawat apakah klien dapat memfokuskan perhatian atau lebih berfokus status
fisiknya, misalnya terhadap nyeri, pusing, lelah, mengantuk, atau lain hal.

Kesiapan emosi. Apakah secara emosi klien siap untuk belajar? Klien dalam
keadaan cemas, depresi, atau dalam keadaan berduka karena keadaan kesehatannya atau
keadaan keluarganya biasanya tidak siap untuk belajar. Perawat tidak dapat
memaksakan, tetapi harus menunggu sampai keadaan klien memungkinkan dapat
menerima proses pembelajaran.Kesiapan kognitif. Dapatkah klien berpikir secara
jernih? apakah klien dalam keadaan sadar penuh, apakah klien tidak dalam pengaruh zat
yang mengganggu tingkat kesadaran? Pertanyaan itu sangat penting untuk dikaji.

Kesiapan berkomunikasi. Kesiapan berkomunikasi. Sudahkah klien Sudahkah


klien dapat berhubungan dengan berhubungan dengan rasa saling percaya percaya
dengan perawat? perawat? Ataukah Ataukah klien belum mau menjalin menjalin
komunikasi komunikasi karena masih belum menaruh rasa per belum menaruh rasa
percaya. Hubungan saling percay caya. Hubungan saling percaya antara perawat dank a
antara perawat dank lien menentukan lien menentukan komunikasi dua arah yang
diperlukan dalam proses belajar mengajar.

4. Pengkajian Pengkajian motivasi

Secara umum dapat diterima bahwa seseorang harus mempunyai keinginan


belajar demi keefektifan pembelajaran. Motivasi dan memberi rangsangan atau jalan
untuk belajar merupakan faktor penentu yang sangat kuat untuk kesuksesan dalam
mendidik klien dan berhubungan erat dengan pemenuhan kebutuhan klien. Motivasi
seseorang dapat Motivasi seseorang dapat dipengaruhi dipengaruhi oleh masalah
keuangan, penolakan terhadao status kesehatan, kurangnya dorongan dari lingkungan
social, pengingkaran terhadap penyakit, kecemasan, ketakutan,rasa malu atau adanya
konsep diri adanya konsep diri yang negatif. Motivasi ang negatif. Motivasi juga
dipengaruhi oleh sikap juga dipengaruhi oleh sikap dan kepercayaan. dan kepercayaan.
Contohnya, Contohnya, motivasi belajar seorang pria setengah motivasi belajar seorang
pria setengah baya yang d baya yang dinyatakan hipertensi dan inyatakan hipertensi dan

mulai mendapat pengobatan anti hipertensi untuk mengendalikan tekanan darahnya


mungkin akan rendah jika teman dekatnya menceritakan bahwa ia impotent setelah
mendapat pengobatan yang sama.
Pengkajian tentang motivasi belajar sering merupakan bagian dari pengkajian
kesehatan secara umum atau diangkat sebagai msalah yang spesifik. Seorang perawat
Ketika mengkaji motivasi dan kemampuan klien harus betul-betul mengerti sepenuhnya
tentangsubjek belajar. Motivasi memang sulit untuk dikaji, mungkin dapat ditunjukka
secara verbal juga secara nonverbal.

B. Pengkajian Pengkajian Faktor Pemungkin Pemungkin

Faktor pemungkin mencakup keterampilan serta sumber daya yang penting untuk
menampilkan perilaku yang sehat. Sumber daya dimaksud meliputi fasilitas yang
ada,personalia yang t personalia yang tersedia, ruangan ersedia, ruangan yang ada, atau
yang ada, atau sumber-sumber lain sumber-sumber lain yang serupa. Faktor yang
serupa. Faktor ini juga menyangkut menyangkut keterjangkauan keterjangkauan sumber
tersebut tersebut oleh klien: apakah biaya, jarak, waktu dapat dijangkau? Bagaimana
keterampilan klien untuk melakukan perubahan perilaku perludiketahui , karena dengan
mengetahui sejauh mana klien memiliki keterampilan pemungkin, wawasan yang
bernilai bagi perencana pendidikan kesehatan dapat diperoleh.

C. Pengkajian Pengkajian Faktor Penguat Penguat

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan Kesehatan memperoleh
dukungan atau tidak. Sumber penguat tersebut bergantung kepada tujuan dan jenis
program. program. Di dalam pendidikan pendidikan kesehatan kesehatan klien di rumah
sakit, misalnya, misalnya, penguat penguat diberikan oleh perawat, dokter, ahli gizi,
atau klien lain dan keluarga. Di dalam Pendidikan kesehatan di sekolah penguat
mungkin berasal dari guru, teman sebaya, pimpinan sekolah, dan keluarga. Apakah
faktor penguat itu positif atau negative tergantung pada sikap dan perilaku perilaku
orang lain yang berpengaruh. berpengaruh. Pengaruh Pengaruh itu tidak sama, mungkin
mungkin sebagian Sebagian mempunyai pengaruh yang sangat kuat dibandingkan
dengan yang lainnya dalam mempengaruhi perubahan perilaku.Perawat perlu mengkaji
secara cermat faktor penguat ini, untuk menjamin bahwasasaran pendidikan kesehatan
mempunyai kesempatan yang maksimum untuk mendapat umpan balik yang
mendukung selama berlangsungnya proses perubahan perilaku.

2.12 Tahapan dan Interve Intervensi Promosi Kesehatan


Pemberian promosi kesehatan dapat dilakukan untuk berbagai macam klien, seperti
individu, keluarga, dan masyarakat. Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan
perawat ahapan yang harus dilakukan perawat untuk memberikan promosi kesehatan
kepada klien. Tahapan promosi kesehatan adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan
oleh perawat untuk memberi edukasi Kesehatan kepada klien mulai dari kegiatan
mengkaji beberapa aspek klien seperti identitas klien,kebutuhan belajar hingga
mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan (Potter & Perry, 2009).
Tahapan pemberian promosi kesehatan dibagi menjadi 5 langkah, yaitu tahap
pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evalu dan evaluasi (Kozier,
2012). asi (Kozier, 2012).

1. Pengkajian

Tahap pertama dalam promosi kesehatan adalah mengkaji tentang apa yang
dibutuhkan oleh klien untuk mencapai tujuan hidup sehat. Pengkajian bertujuan untuk
menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan klien.
Berikut adalah beberapa hal yang harus dikaji sesuai dengan jenis klien. dengan jenis
klien.

a. Pengkajian pada klien: individu

1) Riwayat keperawatan

2) Identitas klien

3) Pemeriksaan fisik

4) Gaya hidup

5) Risiko kesehatan

6) Budaya dan spiritual klien

7) Tekanan hidup

b. Pengkajian pada klien: keuarga

1) Identitas anggota keluarga (jumlah anggota keluarga, agama, usia, pekerjaan,

tingkat pendidikan, penghasilan, dll)


2) Lingkungan tempat tinggal keluarga

3) Suku atau budaya klien

4) Nilai dan norma keluarga

5) Riwayat kesehatan anggota keluarga

6) Pengkajian fisik anggota keluarga

Diagnosis

Pada tahap ini, perawat menetapkan masalah keperawatan pada klien berdasarkan hasil
dari hasil dari pengkaijan y pengkaijan yang sudah d sudah dianalisa. ianalisa.
Diagnosis Diagnosis keperawatan y keperawatan yang berkaitan berkaitan dengan
promosi kesehatan adalah diagnosis sejahtera. Tujuan dari diagnosis tersebut adalah
meningkatkan kesejarhteraan klien tanpa menunjukan adanya masalah. Contoh
diagnosis sejahtera seperti, keseiapan meningkatkan kesejahteraan spiritual, kesiapan
meningkatkan koping, kesiapan meningkatkan pengetahuan.

2. Perencanaan

Tahap perencanaan penting untuk memastikan bahwa promosi kesehatan yang

dilakukan benar-benar terfokus pada kebutuhan belajar klien yang sesuai dengan

tujuan/goal yang ditetapkan.

Hal-hal yang perlu diidentifikasi pada proses perencanaan ialah: Menetapkan tujuan,

kebutuhan dan prioritas pembelajaran klien, menetapkan domain yang dituju pada klien,

metode/strategi yang akan digunakan, menyiapkan bahan/materi pembelajaran, waktu

dan tempat pemberian promosi kesehatan, serta media dan alat yang dibutuhkan dalam

kegiatan pembelajaran klien. Lalu, berikut adalah langkah-langkah penyusunan

perencanaan pada promosi kesehatan:

1) Mengidentifikasi tujuan kesehatan dan perubahan perilaku: klien memilih prioritas

kesehatannya
2) Mengidentifikasi perilaku klien terhadap kesehatan

3) Menyusun rencana perubahan perilaku: dikaji ketidakkonsistensian klien terhadap

perilaku

4) Mengulang pertanyaan tentang manfaat perubahan: untuk menjadikan klien

termotivasi dalam perubahan kesehatan

5) Membahas pendukung dan kendala lingkungan: meningkatkan motivasi positif

6) Menentukan kerangka waktu untuk implementasi

7) Komitmen terhadap tujuan perubahan perilaku: secara verbal dengan kontrak tertulis

3. Implementasi

Pada tahap ini, perawat menjalankan perencanaan yang telah disusun. Dibutuhkan
peran klien untuk mencapai mencapai tujuan dari promosi promosi kesehatan kesehatan
tersebut. tersebut. Tanggung Tanggung jawab klien harus diselesaikan untuk
mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan. Pada jenis klien masyarakat,
masyarakat, promosi promosi kesehatan kesehatan dilakukan dilakukan dengan
pemberdayaan pemberdayaan keluarga keluargamelalui dasawisma, yang didukung oleh
bina suasana. Pemberdayaan ini melalui individu yang datang berkunjung ke fasilitas
kesehatan masyarakat seperti posyandu ataupun kader yang berkunjung ke lingkungan
RT. Sedangkan bina suasana dapat dilakukan dengan memanfaatkan media masa yang
tepat untuk masyarakat, misalnya koran online, spanduk, dll (Kemenkes RI, 2014).

4. Evaluasi

Tahap evaluasi pada kegiatan promosi kesehatan sama dengan tahap evaluasi pada
proses proses keperawatan keperawatan pada umumnya. umumnya. Hal yang harus
diperhatikan diperhatikan pada tahap ini ialah standar yang ditetapkan dari tujuan dan
has Evaluasi yang dilakukan meliputi tiga evalusi, yaitu evaluasi proses, evaluasi
dampak,dan evaluasi hasil. Pada evalusi proses dilihat faktor yang mempengaruhi
promosi kesehatan seperti faktor pedisposisi. Evaluasi dampak melihat dampak yang
ditimbulkan setelah dilaksanakan promosi kesehatan baik dari perilaku dan kebiasaan
masyarakat maupun lingkungan. Terakhir, evaluasi hasil akan terlihat kulitas hidup
pada klien (Maulana, H. D. J. 2007).il, yang kemudian dijadikan pedoman evaluasi pada
kegiatan promosi kesehatan.

2.13 Masalah/Diagnosis Keperawatan yang berhubungan dengan kebutuhan promosi


kesehatan.

Sebagai seorang calon perawat/ perawat yang akan bekerja melayani kebutuhan
klien, anda akan dihadapkan juga pada tindakan untuk memberikan promosi kesehatan.
Setelah data pengkajian dikumpulkan tentunya anda harus membuat terlebih dahulu
masalah/ diagnosa keperawatan, baik akatual maupun resiko, yang berhubungan dengan
rencana untuk melakukan promosi kesehatan tersebut. Mari kita bahas...

1. Diagnosa keperawatan Aktual:

Pada diagnosa keperawatan ini kurang pengetahuan atau "ketidakmampuan" yang


menjadi pokok masalahnya.

Contoh:

a. Kurang pengetahuan tentang diet diabetes melitus berhubungan dengan tidak


familiarnya diri/kurang terpapar informasi dengan program diet yang harus diikuti.

b. Kurang pengetahuan tentang perawatan pra operasi berhubungan dengan belum


berpengalaman menghadapi prosedur pembedahan c. Kurang pengetahuan tentang efek
pengobatan berhubungan dengan adanya perbedaan bahasa dan kesalahan penafsiran
informasi. Sedangkan, jika anda membuat diagnosa keperawatan promosi Kesehatan
dengan jenis

2. Diagnosa keperawatan Resiko:


Hal ini biasanya tergantung kondisi klien, "kurang pengetahuan bisa dijadikan sebagai
etiologi. Contoh:

a. Resiko gizi buruk berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang gizi pada anak
balita

b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan

tentang perawatan tali pusat c. Risiko tinggi terjadi injury/rudapaksa berhubungan


dengan kurang pengetahuan dalam teknik penggunaan tongkat untuk berjalan.

a. Penetapan prioritas masalah

Langkah yang harus dilakukan untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan, terdiri
dari:

a) menetapkan status kesehatan masyarakat;

b) menetapkan pola pelayanan kesehatan masyarakat yang ada;

c) menetapkan hubungan antara status kesehatan dengan pelayanan kesehatan di


masyarakat.

d) menetapkan determinan masalah kesehatan masyarakat, yang meliputi: tingkat


pendidikan, umur, jenis kelamin, ras, geografis, kebiasaan dan kepercayaan yang dianut
masyarakat.

Dalam menetapkan prioritas masalah kita harus mempertimbangkan beberapa faktor,


seperti:

a) beratnya masalah dan akibat yang ditimbulkannya, seperti: kematian, kecacatan,


jumlah hari tidak bisa bekerja, biaya pemulihan; b) pertimbangan politis, karena masih
banyak program-program kesehatan yang dibiayai oleh donor/sponsor, yang sering kali
memaksakan kehendaknya tanpa mempertimbangkan kebutuhan lokal; c) sumber daya
yang ada di masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi Kesehatan secara efektif dan
efisien, maka diperlukan cara dan pendekatan yang strategis yaitu strategi promosi
kesehatan. Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara global
ini terdiri dari 3 hal, yaitu Advokasi (Advocacy), Dukungan Sosial (Social support), dan
Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment). Di dalam piagam Ottawa dirumuskan
pulastrategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu Kebijakan
Berwawasan Kebijakan (Health Public Policy), Lingkungan yang mendukung
(Supportive Environment), Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service),
Keterampilan Individu (Personnel Skill), dan Gerakan masyarakat (Community
Action).Dalam pemilihan srategi promosi kesehatan agar masyarakat lebih mudah untuk
mengingat dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pemilihan srategi
promosi kesehatan yaitu diantaranya Ceramah, Media Massa, Instruksi individual,
Simulasi,Modifikasi Perilaku dan Pengembangan Masyarakat. Dalam pemilihan srategi
promosi kesehatanpun ada aturan-aturan tersendiri, intinya adalah agar srategi promosi
kesehatan program-programnya semakin berkembang dan tidak salah sasaran.

B. Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai penyuluh
kesehatan dapat memahami tentang strategi promosi kesehatan dalam rangka
memajukan kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
dan dengan promosi kesehatan yaitu melalui penyuluhan kesehatan atau pendidikan
kesehatan kita sebagai penyuluh kesehatan dapat menjadi bagian dari pembangunan
Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Susilowati, 2016. Promosi Kesehatan. Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan

http://prasko17.blogspot.com/2015/03/strategi-promosi-kesehatan.html.... Strategi
Promosi Kesehatan

https://www.slideshare.net/RobbyCandraPurnama1/kul4-strategi-promosi- kesehatan.....
Bahan Kuliah Strategi Promosi by Candra Purnama,M.Kes Apt

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/02/promosi-kesehatan-dalam-
kesehatan.html...... Promosi Kesehatan dalam kesehatan asyaraka wi Susilowati, 2016.
Promosi Kesehatan. Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan

https://id.scribd.com/document/341141276/Konsep-Pengkajian-Promosi-Kesehatan

https://www.academia.edu/36607694/Konsep_Promosi_Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai