Anda di halaman 1dari 18

Makalah

DASAR PROMOSI KESEHATAN


( Health Belief Models Theory dari Rosenstock )
Dosen Pengampuh : Ramly Abudi, S.Psi, M.Kes

Di Susun Oleh :

KELOMPOK 2

1. MUH. RIZKI PAKAYA 811421232


2. PUSPITASARI ISIMA 811421190
3. TASYA KARIM 811421006
4. ANDRILYA BOTUTIHE 811421127
5. MAIMUM MALANGO 811421110
6. DEVI SARTIKA MANGGO 811421094
7. WUNA RATRI ISMAIL 811421035
8. YULINDA MAHMUD 811421218

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAN NEGERI GORONTALO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Health Belief Models Theory dari Rosenstock

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini.


Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun agar bisa menyempurnakan
makalah ini sangat diharapkan. Harapannya makalah ini bisa menambah
wawasan serta pengetahuan bagi pembaca.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi banyak orang khususnya
pembaca dan segala urusan kami senantiasa diridhai Allah SWT. Aamiin.

Gorontalo, 18 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah..........................................................................................2

1.3 Tujuan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3

2.1 Pengertian Teori Health Belief Models..........................................................3

2.2 Tokoh-Tokoh Yang Berperan Dalam Teori Health Belief Models..................4

2.3 Skematis dari teori Health Belief Models.......................................................6

2.4 Aplikasi Teori Health Belief Models Dalam Kasus Kesehatan........................9

BAB III PENUTUP....................................................................................................13

3.1 kesimpulan...................................................................................................13

3.2 Saran.............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Health belief model merupakan model kognitif, yang berarti bahwa
khususnya proses kognitif, yang dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan,
termasuk hitungan. Menurut Health belief model, kemampuan individu akan
melakukan tindakan pencegahan tergantung secara langsung pada hasil dari
dua keyakinan atau penilaian kesehatan (health belief) yaitu: ancaman yang
dirasakan dari sakit atau luka (perceived threanat injury illness) dan
pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian (benefit and costs) (Smet
dalam Rizoi, 2018).
Menurut Rizoi (2018) health belief model adalah model yang
spesifikasikan bagaimana individu secara kognitif menunjukan perilaku sehat
maupun usaha untuk menuju sehat atau penyembuhan suatu penyakit.
Menurut Sarafino (dalam Rahmah & Masnaeni, 2018) health belief model
merupakan salah satu model kognitif yang digunakan untuk mengetahui
perilaku kesehatan. Health belief model yakni merujuk pada penelitian
subjektif pasien berkenan dengan kerentaan dirinya terhadap penyakit,
tingkat keseriusan penyakit, keuntungan serta kerugian yang dipersepsikan
individu dalam menjalankan perilaku sehat (Rosestock, dalam Nadianti &
Munawaroh, 2014). Health belief model adalah model kepercayaan
kesehatan individu dalam menentukan sikap melakukan atau tidak
melakukan perilaku kesehatan (Conner dalam Fanani, 2014).
Menurut Notoadmojo (2012) health belief model merupakan suatu bentuk
penjabaran dari sosio-psikologi. Model ini diciptakan karena adanya
masalah-masalah kesehatan yang dapat dilihat dari kegagalan masyarakat
atau individu dalam menerima usaha pencegahan dan penyembuhan
penyakit yang diselenggarakan oleh provider kesehatan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Apa itu Teori Health Belief Models?
2. Sebutkan Tokoh-Tokoh yang berperan dalam teori Health Belief
Models?
3. Menguraikan Skematis dari teori Health Belief Models serta
penjelasannya?
4. Menguraikan Aplikasi teori Health Belief Models dalam beberapa
kasus?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Apa itu Teori Health Belief Models!


2. Untuk Mengetahui Tokoh-Tokoh yang berperan dalam teori
Health Belief Models!
3. Untuk Mengetahui Apa itu Skematis dari teori Health Belief
Models!
4. Untuk Mengetahui Aplikasi teori Health Belief Models dalam
beberapa kasus

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Health Belief Models

Pengertian health belief model menurut Becker & Rosenstock (dalam


Sarafino, 2006) adalah individu mau melakukan perilaku pencegahan yaitu
dalam bentuk perilaku sehat tergantung pada dua penilaian yaitu perceived
threat (perceived seriousness, perceived susceptibility, cues to action) dan
perceived benefits and barriers.
Rosenstock pada tahun 1966 dan Becker & koleganya (dalam Odgen,
2004) menjelaskan bahwa health belief model digunakan untuk memprediksi
perilaku preventif dalam bentuk perilaku sehat dan juga respon perilaku
terhadap pengobatan yang akan dilakukan. Health belief model juga
memprediksi bahwa munculnya suatu perilaku merupakan kumpulan dari
core belief yaitu persepsi individu yang berkaitan dengan susceptibility to
illness, the severity of the illness, the cost involved in carrying out the
behavior, the benefit involved in carrying out the behavior dan cues to action.
Rosenstock, Strecher dan Becker (dalam Family Health International,
2004) menyatakan bahwa health belief model adalah model kognitif yang
yang menjelaskan dan memprediksi perilaku sehat dengan fokus pada sikap
dan belief pada individu.
Hocbaum pada tahun 1958 dan Rosenstock (dalam Taylor 2009)
menyatakan bahwa salah satu teori sikap yang paling berpengaruh dalam
menjelaskan mengapa individu melakukan perilaku sehat adalah health belief
model. Individu melakukan perilaku sehat tertentu tergantung pada dua faktor
yaitu apakah individu tersebut merasakan ancaman kesehatan dan apakah
individu meyakini bahwa perilaku sehat tertentu secara efektif dapat
mengurangi ancaman yang dirasakan.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertia
health belief model adalah model kognitif yang menjelaskan dan memprediksi
health behavior apa yang akan dilakukan dengan fokus pada belief individu
akan perceived seriousness, perceived susceptibility, cues to action dan
perceived benefits and barriers.

3
2.2 Tokoh-Tokoh Yang Berperan Dalam Teori Health Belief Models
1. Menurut Rosenstock (1974-1977)
model ini dekat dengan Pendidikan KesehatanKonsep : Perilaku
kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap.
Secarakhusus bahwa persepsi seseorang tentang kerentanan dan
kemujaraban pengobatan dapatmempengaruhi keputusan seseorang
dalam perilaku kesehatannya.
Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Rosenstock :
a) Ancaman
 Persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit (atau
kesediaanmenerimadiagnosa penyakit).
 Persepsi tentang keparahan penyakit/kondisi
kesehatannya.
b) Harapan
 Persepsi tentang keuntungan suatu tindakan.
 Persepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan
tindakan itu.
c) Pencetus tindakan
 Media,
 Pengaruh orang lain,
 Hal-hal yang mengingatkan reminders.
d) Faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis
kelamin/gender, sukubangsa).
e) Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk
melakukan tindakan itu).
Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap
individu.

2. menurut Becker (1979)


Health Belief Model menurut Becker (1979) ditentukan oleh :
1) Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan.
2) Menganggap serius masalah.
3) Yakin terhadap efektivitas pengobatan.

4
4) Tidak mahal.
5) Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan.

Adapun Menurut beberapa tokoh yang mengemukakan toeri health belief


models :

1) (Becker , 1997 dalam Conner & Norman, 2003).


Isyarat-isyarat yang berupa faktor-faktor eksternal
maupun internal, misalnya pesan-pesan pada media massa,
nasihat atau anjuran kawan atau anggota keluarga lain, aspek
sosiodemografis misalnya tingkat pendidikan, lingkungan tempat
tinggal, pengasuhan dan pengawasan orang tua, pergaulan
dengan teman, agama, suku, keadaan ekonomi, sosial, dan
budaya, self-efficacy yaitu keyakinan seseorang bahwa dia
mempunyai kemampuan untuk melakukan atau menampilkan
suatu perilaku tertentu.
2) Menurut Janz & Becker, 1984
Cues to action dilatarbelakangi oleh faktor internal atau faktor eksternal
yang dapat mempengaruhi seseorang seperti demografi,
psikososial, persepsi individu, media massa, dan promosi
kesehatan.
3) Menurut (Boskey, 2019)
Health belief model adalah alat
yang digunakan ilmuwan untuk memprediksi dan mencoba
perilaku kesehatan, sedangkan
4) menurut (Rural Health Information Hub, 2019)
Health belief model adalah sebuah teori yang dapat
digunakan untuk panduan promosi kesehatan dan program
preventif penyakit.
5) Menurut Glanz , (2002)
health belief model merupakan model kognitif yang dapat dipengaruhi
oleh informasi dari lingkungan sekitar.
6) Menurut Conner dan Norman, 2003
dengan health belief model yang memiliki sifat mudah dan

5
sederhana dalam menjelaskan perilaku sehat, health belief model
ini memiliki manfaat mampu dalam mengidentifikasi sebab perilaku
sehat dan tidak sehat antar individu, health belief model juga dapat
dijadikan dasar menyusun intervensi perilaku sehat yang berlaku
untuk perorangan.

2.3 Skematis dari teori Health Belief Models

 Variabel struktur (kelas sosial, akses akses ke pelayanaan kesehatan,


dsb)
 Variabel sosial psikologis (peer dan reference groups, kepribadian
pengalaman sebelumnya)
 Variabel demografis (umur, jenis kelamin, suku bangsa atau kelompok
etnis)
Kecenderungan yang dilihat (preceived) mengenai gejala/penyakit. Syaratnya
yang dilihat mengenai gejala dan penyakit. Ancaman yang dilihat mengenai
gejala dan penyakit. Manfaat yang dilihat dari pengambilan tindakan dikurangi
biaya (rintangan) yang dilihat dari pengambilan. Pendorong (cues) untuk
bertindak (kampanye media massa, peringatan dari dokter/dokter gigi, tulisan
dalam surat kabar, majalah). Kemungkinan mengambil tindakan tepat untuk
perilaku sehat/sakit.
Adapun komponen yang terdapat dalam teori Health Belief Models
1. Perceived seriousness/severity
Perceived seriousness disebut juga sebagai keparahan
yangdirasakan. Keparahan yang dirasakan bermaksud sebagai
presepsiseseorang terhadap tingkat keparahan penyakit yang diderita

6
individu(Anies, 2006). Sehingga perceived seriousness juga
memilikihubungan dengan perilaku sehat, jika presepsi keparahan
individutinggi maka ia akan berperilaku sehat (Conner, dkk, 2003).
Perceived seriousness ini juga mengacu padatingkat keparahankondisi
(konsekuensi medis yang meliputi kecacatan, rasa sakit, ataukematian)
dan dampaknya terhadap gaya hidup (konsekuensi socialyang meliputi
kemampuan kerja, hubungan social, dan lain-lain)(Hochbaum, 1958).
Contohnya individu percaya bahwa merokok dapatmenyebabkan kanker
(Subagiyo, 2014).
2. Perceived susceptibility
Perceived susceptibility disebut juga sebagai kerentanan
yangdirasakan atau sebagai presepsi subyektif seseorang tentang
risikoterkena penyakit (Anies, 2006). Perceived susceptibility ini
jugamengacu pada keyakinan tentang kemungkinan mendapatkan suatu
penyakit, misalnya, seorang wanita pasti percaya ada
kemungkinanmendapatkan penyakit kanker payudara sebelum dia
mendapatkanmammogram (Hayden, 2009)
3. Perceived benefits
Perceived benefits disebut juga sebagai manfaat yang
dirasakan.Ini mengacu pada persepsi seseorang tentang efektivitas
berbagai tindakan yang tersedia untuk mengurangi ancaman penyakit
atau penyakit (atau untuk menyembuhkan penyakit) (Lamorte,
2016).Jalannya tindakan yang dilakukan seseorang untuk mencegah
(ataumenyembuhkan) penyakit atau penyakit bergantung pada
pertimbangan dan evaluasi dari yang dirasakan dan manfaat
yangdirasakan, sehingga orang tersebut akan menerima tindakan
kesehatanyang disarankan jika dianggap bermanfaat (Hochbaum,
1958).Ketikaseseorang yakin bahwa ia rentan terhadap sesuatu
penyakitdan juga sudah mengetahui bahaya penyakit tersebut, ia tidak
akan begitu saja menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan
kepadanya,kecuali bila ia yakin bahwa tindakan tersebut dapat
mengurangiancaman penyakit dan ia sanggup melakukannya (Anies,
2006).Contohnya individu yang sadar akan keuntungan
deteksidinipenyakit akan terus melakukan perilaku sehat seperti

7
medicalcheck up rutin. Contoh lain adalah kalau terdapat seseorang
tidakmerokok, maka dia tidak akan terkena kanker (Subagiyo, 2014).
4. Perceived barriers
Perceived barriers disebut juga sebagai rintangan yang
dirasakan.Ini mengacu pada perasaan seseorang terhadap hambatan
untukmelakukan tindakan kesehatan yang disarankan (Lamorte, 2016).
Adavariasi yang luas dalam perasaan penghalang, atau hambatan,
yangmenghasilkan analisis biaya/manfaat. Orang
tersebutmempertimbangkan keefektifan tindakan terhadap persepsi
bahwa halitu mungkin mahal, berbahaya (misalnya, efek samping),
tidakmenyenangkan (misalnya menyakitkan), menyita waktu,
ataumerepotkan (Glanz, 2008).Contoh dari komponen ini adalah jika
terdapat seseorang yangterbiasa merokok, kemudian tidak merokok,
maka pasti merasakanmulut terasa masam. Contoh lain yakni SADARI
(periksa payudarasendiri) untuk permpuan dirasa susah dalam
menghitung masa subur,sehingga membuat perempuan enggan untuk
melakukan SADARI(Subagiyo, 2014).
5. Cues to action
Cues to action disebut juga sebagai strategi untuk mengaktifkan
kesiapan. Inilah rangsangan yang dibutuhkan untuk memicu proses
pengambilan keputusan untuk menerima tindakan kesehatan
yangdirekomendasikan (Lamorte, 2016). Isyarat ini bisa bersifat
internal(misalnya nyeri dada, mengi, dan lain-lain) atau eksternal
(misalnya pesan-pesan kesehatan melalui media massa, nasihat atau
anjuranteman atau konsultasi dengan petugas kesehatan) (Anies,
2006).Bila seseorang termotivasi dan dapat merasakan tindakan
yangmenguntungkan untuk diambil, perubahan aktual sering terjadi bila
adaisyarat eksternal atau internal untuk memicu tindakan.
Besarnyaisyarat yang dibutuhkan untuk memicu tindakan akan
bergantung padamotivasi untuk berubah dan keuntungan yang dirasakan
(Hochbaum,1958). Contoh dari komponen ini salah satunya, saat ini,
banyakdokter atau media massa merekomendasikan bertindak dalam
konteks berhenti merokok(Subagiyo, 2014).
6. Self-efficacy

8
Self-efficacy disebut sebagai keyakinan dalam kemampuan
seseorang untuk mengambil tindakan (Anies, 2006). Ini mengacu pada
tingkat kepercayaan seseorang terhadap kemampuannya untuk berhasil
melakukan perilaku. Self-efficacy adalah konstruksi dalam banyak teori
perilaku karena berhubungan langsung dengan apakah seseorang
melakukan perilaku yang diinginkan (Lamorte, 2016).

2.4 Aplikasi Teori Health Belief Models Dalam Kasus Kesehatan.


Berikut adalah aplikasi teori HBM dalam Kasus kesehatan :
a) Aplikasi Teori HBM Dalam Kasus Penyadaran akan Pentingnya
Pemberian Imunisasi Lengkap Pada Bayi
1) Variabel Demografi, variabel sosial psikologi, dan variabel struktur
Pernikahan di usia muda dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
tentang imunisasi untuk bayi (pengetahuan terbatas) apabila
dibanding dengan seseorang yang menikah pada usia yang lebih
matang, mereka lebih mempunyai kesiapan untuk berumah tangga
dan merawat seorang anak termasuk dalam hal ini pengetahuan yang
lebih terhadap pemberian imunisasi pada bayinya.
Selain itu pola pikir masyarakat pedesaan dan perkotaan berbeda.
Pada masyarakat pedesaan, kurangnya informasi dari pelayanan
kesehatan mengenai imunisasi karena dimungkinkan jarak antar
tempat tinggal dan akses pelayanan kesehatan seperti Puskesmas
dan Posyandu cukup jauh. Sehingga banyak diantaranya yang hanya
tahu informasi imunisasi dari lingkungan terdekat misalnya orangtua
(nenek si bayi). Namun, pengalaman yang dialami sebelumnya yang
mungkin berbeda member pengaruh terhadap terbentuknya suatu
perilaku. Misalnya pengalaman bahwa imunisasi memberi efek seperti
kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan, demam, dan
ruam pada kulit (biasanya terjadi 1-3 hari) membuat seorang ibu
menjadi enggan untuk memberikan imunisasi pada bayinya.
Sedangkan pada mayarakat perkotaan, tentunya memiliki pola pikir
yang lebih maju, akses pelayanan kesehatannya pun lebih baik,
namun kadang kesibukan yang menjadi kendala. Karena kesibukan
yang padat sehingga lupa membawa anaknya untuk imunisasi. Selain

9
itu, tidak sedikit dari mereka yang menganggap enteng penyakit dan
beranggapan apabila gizi anak telah tercukupi maka seorang anak
tidak akan mudah terserang suatu penyakit.
2) Susceptibility (Kerentanan)
Seorang bayi tentunya akan lebih rentan terkena penyakit
dibandingkan orang dewasa karena daya tahan tubuh yang masih
belum cukup kuat. Kerentanan ini yang membuat para ibu merasa
perlu untuk memberikan imunisasi lengkap pada bayinya agar bayi
tersebut mendapat kekebalan tubuh yang cukup dan tidak mudah
terserang suatu penyakit baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.
3) Severity (Keseriusan)
Ketika merasakan bahwa PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi) seperti TBC, difteri, tetanus, pertusis, polio,
hepatitis, dan campak adalah membahayakan bahkan dapat
menyebabkan kematian, maka seorang ibu merasa perlu untuk
memberi imunisasi lengkap pada bayinya untuk menghindari risiko
tersebut.
4) Benefits (Keuntungan)
Imunisasi diperlukan untuk mencegah meluasnya penyakit-penyakit
tertentu dan menghindari risiko kematian yang diakibatkannya.
Sehingga keuntungannya apabila seorang bayi mendapat imunisasi
lengkap adalah bayi tersebut akan mendapat kekebalan tubuh untuk
menghindarkannya risiko penyakit bahkan kematian.
5) Costs (Sesuatu yang harus dikorbankan)
Rasa khawatir ketika mendapati efek yang ditimbulkan setelah
pemberian imunisasi pada bayi seperti, kemerahan, demam, ruam
pada kulit selama 1-3 hari (khususnya pada ibu yang baru mendapat
putra pertama). Selain itu, pengorbanan waktu orang tua si bayi yang
secara rutin harus memperhatikan dan mematuhi jadwal imunisasi
bayinya.
6) Cues to action
Factor pendorong dari luar seperti Posyandu, Puskesmas, Polindes,
atau bahkan Rumah sakit yang memberi anjuran para ibu untuk

10
secara rutin memberi imunisasi lengkap pada bayinya. Dapat juga
melalui iklan di raio dan televisi mengenai pentingnya imunisasi
lengkap untuk bayi (5L). Atau dari lingkungan terdekat, misalnya
nenek si bayi, tetangga, atau orang-orang yang lebih berpengalaman
untuk dapat memberikan dorongan pada ibu si bayi untuk mau
memberi imunisasi lengkap pada bayinya.
Strategi Pendidikan penyadaran akan pentingnya pemberian imunisasi
lengkap pada bayi. Sasaran dalam permasalahan tersebut adalah ibu yang
memiliki bayi, khususnya ibu yang belum sadar akan pentingnya pemberian
imunisasi lengkap untuk bayinya. Karena latar belakang dalam masalah ini ada
beberapa macam seperti pengalaman sebelumnya dari orang-orang terdekat
mengenai efek demam setelah imunisasi membuat seorang ibu enggan memberi
imunisasi untuk bayinya, kurangnya informasi mengenai imunisasi dikarenakan
terbatasnya akses pelayanan kesehatan, kematangan usia dalam pernikahan
yang mempengaruhi kematangan pola pikir seseorang dalam mengambil
keputusan. Sedangkan untuk masyarakat perkotaan yang dapat dikatakan cukup
mudah menjangkau akses pelayanan kesehatan, masalahnya mungkin pada
waktu, karena itu salah satu cara yang dilakukan adalah rumah sakit atau rumah
bersalin pada waktu melahirkan, dapat secara berkala mengingatkan sang ibu
untuk mengimuisasikan bayinya sesuai jadwal misalnya melalui telepon.
Metode yang digunakan :
1. Penjelasan langsung
a. Polindes atau Puskesmas memberikan informasi mengenai
imunisasi secara “Door to door” pada ibu yang baru melahirkan di
lingkungan tersebut (cakupan wilayah kerja Puskemas atau
Polindes tersebut dan sekitarnya).
b. Sedangkan pada masyarakat perkotaan, Rumah sakit atau rumah
bersalin pada waktu melahirkan mengingatkan (menelepon) jadwal
imunisasi bayi dari ibu tersebut.
c. Penyadaran melalui kegiatan Posyandu rutin.
2. Siaran berprogram, Film
Fim yang berisi informasi pentingnya pemberian imunisasi lengkap
pada bayi, disertai fakta-fakta akibat tidak diberikannya imunisasi lengkap
pada bayi. Karena melalui film, seseorang akan lebih efektif untuk tertarik

11
dan terangsang pola pikirnya (dalam pengambilan keputusan). Misalnya
fakta penyakit polio yang menjangkit seorang anak karena tidak diberi
imunisasi lengkap yang dapat mengakibatkan risiko-risiko pertumbuhan
anak yang terhambat, kelumpuhan, atau bahkan risiko kematian.
Sehingga dalam film tersebut menginformasikan bahwa seorang anak tiak
akan terjangkit polio bila diberikan imunisasi lengkap secara rutin.
Media yang digunakan
1. Film
2. Leafleat
3. Spanduk
4. Iklan di radio dan televise

12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Pengertian health belief model menurut Becker & Rosenstock (dalam
Sarafino, 2006) adalah individu mau melakukan perilaku pencegahan
yaitu dalam bentuk perilaku sehat tergantung pada dua penilaian
yaitu perceived threat (perceived seriousness, perceived
susceptibility, cues to action) dan perceived benefits and barriers.
2. -Menurut Rosenstock (1974-1977)
model ini dekat dengan Pendidikan KesehatanKonsep : Perilaku
kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap.
Secarakhusus bahwa persepsi seseorang tentang kerentanan dan
kemujaraban pengobatan dapatmempengaruhi keputusan seseorang
dalam perilaku kesehatannya.
-Menurut Becker (1979)
Health Belief Model menurut Becker (1979) ditentukan oleh :
1) Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan.
2) Menganggap serius masalah.
3) Yakin terhadap efektivitas pengobatan.
4) Tidak mahal.
5) Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan.
3. Kecenderungan yang dilihat (preceived) mengenai gejala/penyakit.
Syaratnya yang dilihat mengenai gejala dan penyakit. Ancaman yang
dilihat mengenai gejala dan penyakit. Manfaat yang dilihat dari
pengambilan tindakan dikurangi biaya (rintangan) yang dilihat dari
pengambilan. Pendorong (cues) untuk bertindak (kampanye media
massa, peringatan dari dokter/dokter gigi, tulisan dalam surat kabar,
majalah). Kemungkinan mengambil tindakan tepat untuk perilaku
sehat/sakit.
4. Variabel Demografi, variabel sosial psikologi, dan variabel struktur
Pernikahan di usia muda dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
tentang imunisasi untuk bayi (pengetahuan terbatas) apabila
dibanding dengan seseorang yang menikah pada usia yang lebih
matang, mereka lebih mempunyai kesiapan untuk berumah tangga

13
dan merawat seorang anak termasuk dalam hal ini pengetahuan yang
lebih terhadap pemberian imunisasi pada bayinya.
3.2 SARAN
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan
makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik
yang bisa membangun dari para pembaca.
1.

14
DAFTAR PUSTAKA

Artikel. 2019. "Pengertian Health Belief Model" .


https://www.psychologymania.com/2013/01/pengertian-health-
belief-model.html, (diakses pada 17 April pukul 23.43)
Artikel Kesehatan. 2009. "APLIKASI Teori HBM".
https://datasekripsi.blogspot.com/2009/06/aplikasi-teori-
hbm.htm (diakses pada tanggal 18 April pukul 16.23)
Clayton F. Ronald. 2022 "The Health Belief Models".
https://pdfcoffee.com/the-health-belief-model-pdf-free.html
(diakses pada 18 April pukul 14.53)
Muharrom Mei Risna Fadilah. Tanpa Tahun. " teori health belief
models".https://www.academia.edu/34711807/teori_health_beli
ef_model (diakses pada 18 April pukul 14.38)
Rachmawati, Windi Chusniah. (2019). Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Malang : Wineka Media
Universitas Psikologi. 2018. "Pengertian Health Belief Model dan
Dimensi-dimensi HBM Menurut Para Ahli".
https://www.universitaspsikologi.com/2020/03/pengertian-
health-belief-model-HBM.html (diakses pada 17 April 2022
pukul 23.04)

15

Anda mungkin juga menyukai