Di Susun Oleh :
KELOMPOK 2
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Health Belief Models Theory dari Rosenstock
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi banyak orang khususnya
pembaca dan segala urusan kami senantiasa diridhai Allah SWT. Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
3.1 kesimpulan...................................................................................................13
3.2 Saran.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Apa itu Teori Health Belief Models?
2. Sebutkan Tokoh-Tokoh yang berperan dalam teori Health Belief
Models?
3. Menguraikan Skematis dari teori Health Belief Models serta
penjelasannya?
4. Menguraikan Aplikasi teori Health Belief Models dalam beberapa
kasus?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Tokoh-Tokoh Yang Berperan Dalam Teori Health Belief Models
1. Menurut Rosenstock (1974-1977)
model ini dekat dengan Pendidikan KesehatanKonsep : Perilaku
kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap.
Secarakhusus bahwa persepsi seseorang tentang kerentanan dan
kemujaraban pengobatan dapatmempengaruhi keputusan seseorang
dalam perilaku kesehatannya.
Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Rosenstock :
a) Ancaman
Persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit (atau
kesediaanmenerimadiagnosa penyakit).
Persepsi tentang keparahan penyakit/kondisi
kesehatannya.
b) Harapan
Persepsi tentang keuntungan suatu tindakan.
Persepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan
tindakan itu.
c) Pencetus tindakan
Media,
Pengaruh orang lain,
Hal-hal yang mengingatkan reminders.
d) Faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis
kelamin/gender, sukubangsa).
e) Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk
melakukan tindakan itu).
Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap
individu.
4
4) Tidak mahal.
5) Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan.
5
sederhana dalam menjelaskan perilaku sehat, health belief model
ini memiliki manfaat mampu dalam mengidentifikasi sebab perilaku
sehat dan tidak sehat antar individu, health belief model juga dapat
dijadikan dasar menyusun intervensi perilaku sehat yang berlaku
untuk perorangan.
6
individu(Anies, 2006). Sehingga perceived seriousness juga
memilikihubungan dengan perilaku sehat, jika presepsi keparahan
individutinggi maka ia akan berperilaku sehat (Conner, dkk, 2003).
Perceived seriousness ini juga mengacu padatingkat keparahankondisi
(konsekuensi medis yang meliputi kecacatan, rasa sakit, ataukematian)
dan dampaknya terhadap gaya hidup (konsekuensi socialyang meliputi
kemampuan kerja, hubungan social, dan lain-lain)(Hochbaum, 1958).
Contohnya individu percaya bahwa merokok dapatmenyebabkan kanker
(Subagiyo, 2014).
2. Perceived susceptibility
Perceived susceptibility disebut juga sebagai kerentanan
yangdirasakan atau sebagai presepsi subyektif seseorang tentang
risikoterkena penyakit (Anies, 2006). Perceived susceptibility ini
jugamengacu pada keyakinan tentang kemungkinan mendapatkan suatu
penyakit, misalnya, seorang wanita pasti percaya ada
kemungkinanmendapatkan penyakit kanker payudara sebelum dia
mendapatkanmammogram (Hayden, 2009)
3. Perceived benefits
Perceived benefits disebut juga sebagai manfaat yang
dirasakan.Ini mengacu pada persepsi seseorang tentang efektivitas
berbagai tindakan yang tersedia untuk mengurangi ancaman penyakit
atau penyakit (atau untuk menyembuhkan penyakit) (Lamorte,
2016).Jalannya tindakan yang dilakukan seseorang untuk mencegah
(ataumenyembuhkan) penyakit atau penyakit bergantung pada
pertimbangan dan evaluasi dari yang dirasakan dan manfaat
yangdirasakan, sehingga orang tersebut akan menerima tindakan
kesehatanyang disarankan jika dianggap bermanfaat (Hochbaum,
1958).Ketikaseseorang yakin bahwa ia rentan terhadap sesuatu
penyakitdan juga sudah mengetahui bahaya penyakit tersebut, ia tidak
akan begitu saja menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan
kepadanya,kecuali bila ia yakin bahwa tindakan tersebut dapat
mengurangiancaman penyakit dan ia sanggup melakukannya (Anies,
2006).Contohnya individu yang sadar akan keuntungan
deteksidinipenyakit akan terus melakukan perilaku sehat seperti
7
medicalcheck up rutin. Contoh lain adalah kalau terdapat seseorang
tidakmerokok, maka dia tidak akan terkena kanker (Subagiyo, 2014).
4. Perceived barriers
Perceived barriers disebut juga sebagai rintangan yang
dirasakan.Ini mengacu pada perasaan seseorang terhadap hambatan
untukmelakukan tindakan kesehatan yang disarankan (Lamorte, 2016).
Adavariasi yang luas dalam perasaan penghalang, atau hambatan,
yangmenghasilkan analisis biaya/manfaat. Orang
tersebutmempertimbangkan keefektifan tindakan terhadap persepsi
bahwa halitu mungkin mahal, berbahaya (misalnya, efek samping),
tidakmenyenangkan (misalnya menyakitkan), menyita waktu,
ataumerepotkan (Glanz, 2008).Contoh dari komponen ini adalah jika
terdapat seseorang yangterbiasa merokok, kemudian tidak merokok,
maka pasti merasakanmulut terasa masam. Contoh lain yakni SADARI
(periksa payudarasendiri) untuk permpuan dirasa susah dalam
menghitung masa subur,sehingga membuat perempuan enggan untuk
melakukan SADARI(Subagiyo, 2014).
5. Cues to action
Cues to action disebut juga sebagai strategi untuk mengaktifkan
kesiapan. Inilah rangsangan yang dibutuhkan untuk memicu proses
pengambilan keputusan untuk menerima tindakan kesehatan
yangdirekomendasikan (Lamorte, 2016). Isyarat ini bisa bersifat
internal(misalnya nyeri dada, mengi, dan lain-lain) atau eksternal
(misalnya pesan-pesan kesehatan melalui media massa, nasihat atau
anjuranteman atau konsultasi dengan petugas kesehatan) (Anies,
2006).Bila seseorang termotivasi dan dapat merasakan tindakan
yangmenguntungkan untuk diambil, perubahan aktual sering terjadi bila
adaisyarat eksternal atau internal untuk memicu tindakan.
Besarnyaisyarat yang dibutuhkan untuk memicu tindakan akan
bergantung padamotivasi untuk berubah dan keuntungan yang dirasakan
(Hochbaum,1958). Contoh dari komponen ini salah satunya, saat ini,
banyakdokter atau media massa merekomendasikan bertindak dalam
konteks berhenti merokok(Subagiyo, 2014).
6. Self-efficacy
8
Self-efficacy disebut sebagai keyakinan dalam kemampuan
seseorang untuk mengambil tindakan (Anies, 2006). Ini mengacu pada
tingkat kepercayaan seseorang terhadap kemampuannya untuk berhasil
melakukan perilaku. Self-efficacy adalah konstruksi dalam banyak teori
perilaku karena berhubungan langsung dengan apakah seseorang
melakukan perilaku yang diinginkan (Lamorte, 2016).
9
itu, tidak sedikit dari mereka yang menganggap enteng penyakit dan
beranggapan apabila gizi anak telah tercukupi maka seorang anak
tidak akan mudah terserang suatu penyakit.
2) Susceptibility (Kerentanan)
Seorang bayi tentunya akan lebih rentan terkena penyakit
dibandingkan orang dewasa karena daya tahan tubuh yang masih
belum cukup kuat. Kerentanan ini yang membuat para ibu merasa
perlu untuk memberikan imunisasi lengkap pada bayinya agar bayi
tersebut mendapat kekebalan tubuh yang cukup dan tidak mudah
terserang suatu penyakit baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.
3) Severity (Keseriusan)
Ketika merasakan bahwa PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi) seperti TBC, difteri, tetanus, pertusis, polio,
hepatitis, dan campak adalah membahayakan bahkan dapat
menyebabkan kematian, maka seorang ibu merasa perlu untuk
memberi imunisasi lengkap pada bayinya untuk menghindari risiko
tersebut.
4) Benefits (Keuntungan)
Imunisasi diperlukan untuk mencegah meluasnya penyakit-penyakit
tertentu dan menghindari risiko kematian yang diakibatkannya.
Sehingga keuntungannya apabila seorang bayi mendapat imunisasi
lengkap adalah bayi tersebut akan mendapat kekebalan tubuh untuk
menghindarkannya risiko penyakit bahkan kematian.
5) Costs (Sesuatu yang harus dikorbankan)
Rasa khawatir ketika mendapati efek yang ditimbulkan setelah
pemberian imunisasi pada bayi seperti, kemerahan, demam, ruam
pada kulit selama 1-3 hari (khususnya pada ibu yang baru mendapat
putra pertama). Selain itu, pengorbanan waktu orang tua si bayi yang
secara rutin harus memperhatikan dan mematuhi jadwal imunisasi
bayinya.
6) Cues to action
Factor pendorong dari luar seperti Posyandu, Puskesmas, Polindes,
atau bahkan Rumah sakit yang memberi anjuran para ibu untuk
10
secara rutin memberi imunisasi lengkap pada bayinya. Dapat juga
melalui iklan di raio dan televisi mengenai pentingnya imunisasi
lengkap untuk bayi (5L). Atau dari lingkungan terdekat, misalnya
nenek si bayi, tetangga, atau orang-orang yang lebih berpengalaman
untuk dapat memberikan dorongan pada ibu si bayi untuk mau
memberi imunisasi lengkap pada bayinya.
Strategi Pendidikan penyadaran akan pentingnya pemberian imunisasi
lengkap pada bayi. Sasaran dalam permasalahan tersebut adalah ibu yang
memiliki bayi, khususnya ibu yang belum sadar akan pentingnya pemberian
imunisasi lengkap untuk bayinya. Karena latar belakang dalam masalah ini ada
beberapa macam seperti pengalaman sebelumnya dari orang-orang terdekat
mengenai efek demam setelah imunisasi membuat seorang ibu enggan memberi
imunisasi untuk bayinya, kurangnya informasi mengenai imunisasi dikarenakan
terbatasnya akses pelayanan kesehatan, kematangan usia dalam pernikahan
yang mempengaruhi kematangan pola pikir seseorang dalam mengambil
keputusan. Sedangkan untuk masyarakat perkotaan yang dapat dikatakan cukup
mudah menjangkau akses pelayanan kesehatan, masalahnya mungkin pada
waktu, karena itu salah satu cara yang dilakukan adalah rumah sakit atau rumah
bersalin pada waktu melahirkan, dapat secara berkala mengingatkan sang ibu
untuk mengimuisasikan bayinya sesuai jadwal misalnya melalui telepon.
Metode yang digunakan :
1. Penjelasan langsung
a. Polindes atau Puskesmas memberikan informasi mengenai
imunisasi secara “Door to door” pada ibu yang baru melahirkan di
lingkungan tersebut (cakupan wilayah kerja Puskemas atau
Polindes tersebut dan sekitarnya).
b. Sedangkan pada masyarakat perkotaan, Rumah sakit atau rumah
bersalin pada waktu melahirkan mengingatkan (menelepon) jadwal
imunisasi bayi dari ibu tersebut.
c. Penyadaran melalui kegiatan Posyandu rutin.
2. Siaran berprogram, Film
Fim yang berisi informasi pentingnya pemberian imunisasi lengkap
pada bayi, disertai fakta-fakta akibat tidak diberikannya imunisasi lengkap
pada bayi. Karena melalui film, seseorang akan lebih efektif untuk tertarik
11
dan terangsang pola pikirnya (dalam pengambilan keputusan). Misalnya
fakta penyakit polio yang menjangkit seorang anak karena tidak diberi
imunisasi lengkap yang dapat mengakibatkan risiko-risiko pertumbuhan
anak yang terhambat, kelumpuhan, atau bahkan risiko kematian.
Sehingga dalam film tersebut menginformasikan bahwa seorang anak tiak
akan terjangkit polio bila diberikan imunisasi lengkap secara rutin.
Media yang digunakan
1. Film
2. Leafleat
3. Spanduk
4. Iklan di radio dan televise
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Pengertian health belief model menurut Becker & Rosenstock (dalam
Sarafino, 2006) adalah individu mau melakukan perilaku pencegahan
yaitu dalam bentuk perilaku sehat tergantung pada dua penilaian
yaitu perceived threat (perceived seriousness, perceived
susceptibility, cues to action) dan perceived benefits and barriers.
2. -Menurut Rosenstock (1974-1977)
model ini dekat dengan Pendidikan KesehatanKonsep : Perilaku
kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap.
Secarakhusus bahwa persepsi seseorang tentang kerentanan dan
kemujaraban pengobatan dapatmempengaruhi keputusan seseorang
dalam perilaku kesehatannya.
-Menurut Becker (1979)
Health Belief Model menurut Becker (1979) ditentukan oleh :
1) Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan.
2) Menganggap serius masalah.
3) Yakin terhadap efektivitas pengobatan.
4) Tidak mahal.
5) Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan.
3. Kecenderungan yang dilihat (preceived) mengenai gejala/penyakit.
Syaratnya yang dilihat mengenai gejala dan penyakit. Ancaman yang
dilihat mengenai gejala dan penyakit. Manfaat yang dilihat dari
pengambilan tindakan dikurangi biaya (rintangan) yang dilihat dari
pengambilan. Pendorong (cues) untuk bertindak (kampanye media
massa, peringatan dari dokter/dokter gigi, tulisan dalam surat kabar,
majalah). Kemungkinan mengambil tindakan tepat untuk perilaku
sehat/sakit.
4. Variabel Demografi, variabel sosial psikologi, dan variabel struktur
Pernikahan di usia muda dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
tentang imunisasi untuk bayi (pengetahuan terbatas) apabila
dibanding dengan seseorang yang menikah pada usia yang lebih
matang, mereka lebih mempunyai kesiapan untuk berumah tangga
13
dan merawat seorang anak termasuk dalam hal ini pengetahuan yang
lebih terhadap pemberian imunisasi pada bayinya.
3.2 SARAN
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan
makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik
yang bisa membangun dari para pembaca.
1.
14
DAFTAR PUSTAKA
15