(HBM)
DI SUSUN OLEH :
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ataslimpahan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul .“Healt belief
model” Ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah di tentukan.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekuranganserta masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang besifat konstruktif dan membangun demi kesempurnaan penyusun ke
depannya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………….……………………………………ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………….10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan) berasal dari teori yang telah
mapan dalam bidang psikologi dan ilmu perilaku (terutama pendekatanvalue-
expectancy) dan sama dengan pengambilan keputusan (decision makingmodel)
yang dikemukakan Lewin, Tolman, Rotter, Edward, Atkinson, dll(Maiman dan
Beckers,1954). Focus asli dari HBM adalah perilaku pencegahanyang berkaitan
dengan dunia medis dan mencakup berbagai macam perilaku seperti check up
untuk pencegahan/pemeriksaan awal (screening) misalnya testuberculosis dan
vaksinasi / imunisasi seserti vaksinasi influenza, hepatitis B.
Model perilaku ini dikembangkan pada tahun 50-an dan didasarkan
atas partisipasi masyarakat pada program deteksi dini tuberkulosis. Analisis terhadap
berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada program
tersebutkemudian dikembangkan sebagai model perilaku.Dalam teori ini di percaya
bahwa perilaku individu ditentukan oleh motif dan kepercayaannya,
tanpamemperdulikan apakah motif kepercayaan tersebut sesuai atau tidak
dengan realitas atau dengan pandangan orang lain tentang apa yang baik untuk
individutersebut.
Sangatlah penting untuk membedakan antara kebutuhan kesehatan
yangobyektif dan yang subyektif. Kebutuhan kesehatan yangobyektif ialah
yang di identifikasi oleh petugas kesehatan berdasarkan penilaiannya secara
profesional,yaitu adanya gejala yang dapat mengganggu / membahayakan kesehatan
individu.Sebaliknya individu menentukan sendiri apakah dirinya mengandung
penyakitberdasarkan perasaan dan penilaiannya sendiri.
Pendapat / kepercayaan ini dapat sesuai dengan realitas, namun dapat pulaberbeda
dengan kenyataan yang dilihat oleh orang lain. Meskipun berbeda denganrealitas,
menurut Rosenstock , pendapat subyektif inilah yang justru merupakankunci dari
dilakukannya atau dihindarinya suatu tindakan kesehatan.
Artinya individu itu baru akan melakukan suatu tindakan
untukmenyembuhkan penyakitnya jika dia benar-benar merasa terancam oleh
penyakittersebut. Jika tidak, maka dia tidak akan melakukan tindakan apa-
apa.Padadasarnya model ini terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :
1. Kesiapan seseorang untuk melakukan suatu tindakan ditentukan
olehpandangan orang itu terhadap bahaya penyakit tertentu dan persepsi
merekaterhadap kemungkinan akibat (fisik dan social) bila terkena penyakittersebut
2. Penilaian seseorang terhadap perilaku kesehatan tertentu, dipandang darisudut
kebaikan dan kemanfaatan (misalnya perkiraan subyektif
mengenaikemungkinan manfaatdari suatu tindakan dalam mengurangi tingkat
bahayadan keparahan). Kemudian di bandingkan dengan persepsi
terhadappengorbanan (fisik, uang, dll) yang harus dikeluarkan untuk
melaksanakantindakan tersebut.
3. Suatu kunci untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat harus adabaik dari
sumber internal (misalnya gejala penyakit), maupun eksternal(misalnya
interaksi interpersonal, komunikasi massa).
Dalam HBM ini dapat dipahami bahwa perbedaan factor demografis,
personal,structural dan social mempengaruhi perilaku kesehatan, namun semua
variable itusebenarnya mempengaruhi persepsi dan motivasi individu, bukan
berfungsisebagai penyebab langsung dari suatu tindakan (Becker dkk, 1977).
Modifikasiutama yang dilakukan SV.Kasl dan S.Cobb (1966) menyangkut perilaku
tertentuyang dijalankan seseorang pada saat mengalami suatu gejala penyakit, seperti
rasasakit dan kurang enak badan, tekanan psikologis, tingkat toleransi terhadap
rasasakit, kurang daya dan tenaga, dan keadaan sosiodemografik, semuanya
inimemegang peranan penting
B. Tujuan
Tujuan umum :
1. Untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai apa itu HBM.
2. Memperoleh informasi atau gambaran pelaksanaan HBM.
Tujuan khusus :
1. Agar mahasiswa mampu malakukan promosi HBM.
2. Agar mahasiswa mampu merencanakan pelaksanaan HBM.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Pengertian HBM
Health Belief Model (HBM) seringkali dipertimbangakan sebagai kerangka utama
dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan manusia dan telah mendorong
penelitian perilaku kesehatan sejak tahun 1950-an (Kirscht, 1988;Schmidt dkk,
1990). Hal ini menjadikan HBM sebagai model yang menjelaskan pertimbangan
seseorang sebelum mereka berperilaku sehat. Oleh karena itu, HBMmemiliki fungsi
sebagai model pencegahan atau preventif (Stanley & Maddux:1986). Health Belief
Model (HBM) adalah teori yang paling umum digunakan pada pendidikan dan promosi
kesehatan (Glanz, Rinner, & Lewis, 2002; NationalCancer Institute, 2003).HBM ini
merupakan model kognitif yang artinya perilaku individu dipengaruhi proses
kognitif dalam dirinya. Proses kognitif ini di pengaruhi oleh beberapa faktor
seperti penelitian sebelumnya yaitu variable demografi, karakteristik
sosiopsikologis, dan variabel struktural. Variabeldemografi meliputi kelas, usia,
jenis kelamin. Karakteristik sosisopsikologismeliputi, kepribadian, teman sebaya
(peers), dan tekanan kelompok. Variabelstruktural yaitu pengetahuan dan
pengalaman tentang masalah.
Teori Health Belief Model merupakan salah satu teori yang digunakan untuk
memahami dan mengidentifikasi bagaimana dan kemana mengarahkan
strategiuntuk perubahan perilaku dan juga menjelaskan pada tiap aspek penting
beberapaperilaku manusia. Teori ini dapat digunakan untuk meramalkan atau
memodifikasiperilaku kesehatan karena kemungkinan individu akan melakukan
tindakanpencegahan, penanganan, dan dapat dikaitkan dengan perkembangan
penyakitkronis yang tergantung secara langsung pada hasil dari keyakinan atau
penilaiankesehatan (Kirscht, 1988 dalam Salhat, 2009; Machfoedz, 2006).
C. Komponen HBM
Health Belief Model memiliki empat konstruksi utama yaitu persepsi
kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility), keseriusan yang
dirasakan(perceived seriousness), manfaat yang didapatkan (perceived benefits),
danhambatan yang dihadapi (perceived barriers). Dalam perkembangannya
perilaku/tindakan seseorang untuk mencegah atau mengobati penyakit
jugadipengaruhi oleh self-efficacy dan petunjuk/pendorong untu bertindak (cues
toaction). Sementara itu persepsi yang dirasakan individu dipengaruhi
olehmodifying factors antara lain usia, jenis kelamin, ras/suku, motivasi,
kepribadian,sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan (Jones & Bartlett, 2010).
1. Persepsi terhadap kerentanan (perceived susceptibility)
Perceived Susceptibility adalah kepercayaan seseorang dengan menganggap
menderita penyakit adalah hasil melakukan perilaku terentu.
Perceivedsusceptibility juga diartikan miliki hubungan positif dengan perilaku sehat.
Jika persepsi kerentanan terhadap penyakit tinggi maka perilaku sehat yangdilakukan
seseorang juga tinggi. Contohnya seseorang percaya kalau semuaorang berpotensi
terkena kanker.
2. Persepsi terhadap keseriusan (perceived seriousness)
Perceived seriousness adalah kepercayaan subyektif individu
dalammenyebarnya penyakit disebabkan oleh perilaku atau percaya
seberapaberbahayanya penyakit sehingga menghindari perilaku tidak sehat agar
tidaksakit. Hal ini berarti perceived seriousness berprinsip pada
persepsikeparahan yang akan diterima individu. Perceived seriousness
jugamemiliki hubungan yang positif dengan perilaku sehat. Jika
persepsikeparahan individu tinggi maka ia akan berperilaku sehat.
Contohnyaindividu percaya kalau merokok dapat menyebabkan kanker.
Tindakanseseorang dalam mencari pengobatan dan pencegahan penyakit
dapatdisebabkan karena keseriusan dari suatu penyakit yang
dirasakanmisalnyakecacatan, kematian atau kelumpuhan, dan juga dampak
social seperti dampak terhadap pekerjaan,, kehidupan keluarga dan
hubungansosial.
3. Persepsi terhadap keuntungan (perceived benefits)
Perceived Benefits adalah kepercayaan terhadap keuntungan dari metodeyang
disarankan untuk mengurangi resiko penyakit. Perceived benefitssecara
ringkas berarti persepsi keuntungan yang memiliki hubungan positifdengan perilaku
sehat. Individu yang sadar akan keuntungan deteksi dinipenyakit akan terus
melakukan perilaku sehat seperti medical check uprutin. Contoh lain adalah
kalau tidak merokok, dia tidak akan terkenakanker.
4. Persepsi terhadap kerugian/hambatan (perceived barriers)
Perceived barriers adalah kepercayaan mengenai harga dari perilaku yangdilakukan.
Perceived barriers secara singkat berarti persepsi hambatan aataupersepsi
menurunnya kenyamanan saat meninggalkan perilaku tidak sehat.Hubungan
perceived barriers dengan perilaku sehat adalah negatif. Jikapersepsi hambatan
terhadap perilaku sehat tinggi maka perilaku sehat tidakakan dilakukan. Contohnya,
kalau tidak merokok tidak enak, mulut terasaasam. Contoh lain SADARI (periksa
payudara sendiri) untuk perempuanyang dirasa agak susah dalm menghitung masa
subur membuat perempuanenggan SADARI.
5. Isyarat atau tanda untuk bertindak (cues to action)
Cues to action adalah mempercepat tindakan yang membuat seseorangmerasa
butuh mengambil tindakan atau melakukan tindakan nyata untuk melakukan
perilaku sehat. Cues to action juga berarti dukungan ataudorongan dari
lingkungan terhadap individu yang melakukan perilaku sehat.Saran dokter atau
rekomendasi telah ditemukan untuk menjadi cues toaction untuk bertindak
dalam konteks berhenti merokok (Weinberger et al1981;. Stacy dan Llyod 1990) dan
vaksinasi flu (Clummings et al 1979).Adapun cues to actionantara lain meliputi
penyakit dari anggota keluarga(illness of a family member), laporan media
(media reports) (Graham,2002),kampanye media massa, saran dari orang
lain, dan nasehat daripetugas kesehatan (Ali, 2002).6.Faktor lainnya (modifying
factors)Perbedaan demografi, psikososial, dan struktur juga memberikan dampakpada
persepsi individu secara personal dan secara tidak langsungmempengaruhi
perilaku yang berkaitan dengan kesehatan. Contoh: budaya,tingkat pendidikan,
pengalaman masa lalu, kemampuan dan motivasi.7.Self-efficacyPada tahun 1988,
self-efficacy telah ditambahkan pada HBM (Rosenstock,Strecher, & Becker, 1998).
Self-efficacy adalah keyakinan pada kemampuandiri sendiri unuk melakukan sesuatu
(Bandura 1997 dalam Jones & Bartlett,2010). Seseorang umumnya tidak mencoba
melakukan sesuatu yang barukecuali mereka berpikir mereka mampu
melakukannya. Jika seseorangpercaya sebuah perilaku baru itu berguna (perceived
benefit), tetapi tidakberfikir dia mampu melakukannya (perceived barrier),
kemungkinan besarbahwa perilaku itu tidak akan dilakukan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Health Belief Model (HBM) seringkali dipertimbangakan sebagai kerangka utama
dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan manusia dan telah mendorong
penelitian perilaku kesehatan sejak tahun 1950-an (Kirscht, 1988; Schmidt dkk,1990).
Hal ini menjadikan HBM sebagai model yang menjelaskan pertimbangan
seseorang sebelum mereka berperilaku sehat. Oleh karena itu, HBM memiliki
fungsi sebagai model pencegahan atau preventif (Stanley & Maddux:1986). Health
Belief Model (HBM) adalah teori yang paling umum digunakan pada pendidikan dan
promosi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Edberg Mark. 2009. Buku Ajar Kesehatan Masyarakat: Teori Sosial dan Perilaku.
Jakarta: EGC
Komang Ayu Henny Achjar. 2011. Asuhan Keperawatan Komunitas: Teori dan
Praktik. Jakarta: EGC
https://www.scribd.com/doc/286894081/Konsep-Health-Belief-Model-doc
(diakses pada hari Selasa, tanggal 29 Maret 2016, jam 18.17 Wita)