Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

KASUS SOFT TISUE TUMOR

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II

Dosen Pengampu :

Puji Nurfauziatul Hasanah, S.Kep., Ners.

Disusun oleh :

Kelompok I

1. Anisa Musliyanti 5. Siti Romlah Sutisna


2. Ika Sulastri 6. Venizia Nursahidah
3. Julia Gustina Sari 7. Yoga Wibawa
4. Rican Nurakbar Hicanggi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SEBELAS APRIL SUMEDANG

TAHUN 2020
HASIL LAPORAN KASUS SOFT TISUE TUMOR

A. Learning Objektif.
1. Etiologi Dari Tumor Pada Sistem Muskuloskeletal
1) Tumor Muskoloskeletal
Tumor muskoloskeletal adalah gumpalan daging yang berkembang atau
menyebar ke sistem muskuloskeletal, termasuk tulang, persendian, ligamen, otot,
dan saraf. Adanya tumor pada sistem muskuloskeletal dapat menyebabkan rasa
sakit yang luar biasa. Tumor jenis ini biasanya dibagi menjadi dua kategori: tumor
otot dan tulang, yang dapat dianggap tumor jinak, yang berarti tumor ini tetap
memberi rasa sakit, tetapi tidak menyebar ke bagian tubuh yang lain, yang dapat
menjadi kanker. Jika tumor ini bersifat ganas, dokter akan menentukan apakah
tumor tersebut merupakan kanker primer yang merupakan pusat sel kanker berasal
dalam satu sistem tubuh, atau merupakan kanker sekunder, yang berarti kanker
tersebut muncul di bagian tubuh lain tetapi sudah menyebar ke sistem
muskuloskeletal.
2) Penyebab Tumor Muskoloskeletal
Meskipun teknologi dan penemuan keilmuan pada masalah tumor berkembang
sangat cepat, penyebab aktual dari tumor masih belum dipahami sepenuhnya.
Namun, tumor tumbuh karena berkembangnya sel muskuloskeletal. Tubuh terdiri
dari jutaan sel yang menjalani berbagai perubahan di berbagai tingkat. Sel tubuh
seharusnya akan menjadi dewasa dan akhirnya mati sebagai tempat untuk
munculnya sel baru. Ini penting bagi tubuh untuk mempertahankan kebugarannya.
Sel diprogram untuk mati dalam sebuah proses yang dikenal sebagai apoptosis.
Namun, timbulnya masalah tumor adalah, karena suatu alasan tertentu, proses
apoptosis ini tidak bekerja sebagaimana mestinya. Dalam prosesnya, sel yang ada
terus berkembang biak dan tumbuh sedangkan sel yang baru juga tetap diproduksi.
Sel-sel ini akhirnya bergabung membentuk tumor dan dapat berpindah melalui
pembuluh darah (seperti halnya pada sel kanker), bercokol di bagian tubuh lain,
dan tumbuh di sana. Tumor muskuloskeletal dapat terjadi pada semua orang,
terutama bagi mereka yang memiliki faktor resiko sebagai berikut:
1. Umur – Anak-anak rentan terkena jenis kanker ini, dan bisanya masalah ini
dipicu oleh mutasi genetik yang dimulai selama masa pembuahan. Mutasi ini
juga dapat menyebabkan sindrom yagn diwariskan, yang dapat meningkatkan
resiko kemungkinan berkembangnya sel kanker. Contohnya, anak-anak dengan
mutasi gen p53, yang merupakan peredam tumor, dapat didiagnosis memiliki
sindorm Li-Fraumeni yang meningkatkan resiko osteosarkoma, serta jenis
kanker lain seperti kanker payudara.
2. Di sisi lain, oran berusia lanjut, terutama yang berusia enam puluh tahun ke atas,
memiliki resiko menjangkit penyakit Paget, dengan ciri-ciri adanya gangguan
proses pembaruan sel. Sehingga, menyebabkan kelainan tulang dan berbagai
masalah lainnya. Pasien yang didiagnosis menderita Penyakit Paget memiliki
kemungkinan besar terserang osteosarkoma.

Banyak orang berasumsi bahwa cedera tulang dapat menyebabkan munculnya


tumor ganas, tetapi penelitan tidak mendukung teori ini. Sebaliknya, beberapa peneliti
berpendapat bahwa berat badan dan tinggi badan saat lahir lebih berpengaruh – yang
berarti bayi yang lahir lebih berat dari rata-rata populasi umum atau bayi yang lahir
lebih tinggi dari rata-rata populasi umuim lebih rentan terkena kanker tulang.

3) Gejala Utama Tumor Muskuloskeletal

Sakit adalah gejala paling umum dari tumor muskuloskeletal. Dalam kasus
tumor tulang, rasa sakit terjadi karena adanya pelemahan struktur tulang, yang dapat
menyebabkan patah tulang kecil. Bagi pasien yang memiliki tumor di tulang
belakang, sakit yang dirasakan dapat berasal dari kompresi dari saraf karena terhalang
tumor yang berkembang dan menghabiskan ruang yang tadinya tersedia bagi sumsum
tulang belakang. Gejala lainnya yang mungkin terjadi adalah:

1. Pandangan yang buram


2. Jarak pergerakan yang berkurang
3. Pembengkakan di bagian tubuh yang diserang
4. Tingginya jumlah sel darah putih dalam darah
5. Kehilangan selera makan
6. Penurunan berat badan yang tiba-tiba.
7. Demam dan berkeringat
2. Stage Dan Pemeriksaan Fisik Pada Klien Dengan Tumor
1) Stadium II
Pada stadium II sel kanker sudah berkembang dan tumbuh lebih besar
dibandingkan dengan stadium I. Sel kanker pada stadium ini masih bertahan di
tempat awal muncul dan belum menyebar ke bagian tubuh lainnya.
2) Stadium III
Pada stadium III kondisi sel kanker hampir sama dengan sel kanker stadium II.
Namun, sel-sel tersebut sudah tumbuh lebih dalam ke jaringan tubuh. Ada yang
sudah mulai menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya. Meskipun demikian,
sel kanker belum sampai menyebar ke bagian tubuh lain.
3) Stadium IV
Pada stadium ini, sel kanker yang semula berada di satu tempat sudah
menyebar, setidaknya sampai ke 1 jaringan organ tubuh lain. Penyebaran sel
kanker ini dikenal dengan istilah metastasis sel kanker. Ketika kanker sudah
menyebar, maka akan semakin sulit untuk mengendalikannya. Tujuan utama
penatalaksanaan bagi kanker stadium IV, umumnya adalah untuk menghentikan,
setidaknya menghambat pertumbuhan sel kanker, dan mengurangi keluhan yang
diderita.
4) Tingkatan Sel Kanker
1. Tingkat 1: Sel kanker belum tampak seperti sel abnormal. Di sini sel kanker
masih terlihat seperti sel normal dan pertumbuhannya juga masih normal.
2. Tingkat 2: Sel kanker mulai menampakkan tanda-tanda yang berbeda.
Pertumbuhan sel kanker tampak lebih cepat dibandingkan dengan sel normal.
3. Tingkat 3: Sel kanker sudah tampak jelas sebagai sel abnormal. Sel ini sangat
aktif, sehingga memungkinkan untuk bertumbuh dan menyebar secara agresif.
5) Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Fisik Penunjang
1. Tes urine atau tes darah, untuk mengidentifikasi kondisi yang tidak
normal. Contohnya adalah pemeriksaan darah lengkap untuk melihat jumlah
dan jenis sel darah yang mengalami gangguan pada penderita leukemia.
2. USG, CT scan, MRI, atau PET scan, untuk mengetahui lokasi, ukuran, dan
penyebaran tumor.
3. Biopsi, yaitu pengambilan sampel jaringan tumor untuk diperiksa di
laboratorium. Dari pemeriksaan ini, dapat diketahui jenis tumor dan apakah
tumor bersifat ganas atau jinak.
2. Pemeriksaan fisik

1. Pada pemeriksaan fisik yang perlu dicari adalah:

1. Lokasi tumor

2. Deskripsi tumor, meliputi:

a. Batas tegas atau tidak


b. Ukurannya
c. Permukaannya
d. Konsistensinya
e. Nyeri tekan atau tidak
f. Kelejar getah bening regional apakah teraba atau tidak
g. Pemeriksaan status generalis untuk menilai keadaan umum penderita
dan tanda-tanda metastasis pada paru, hati dan tulang.

2. Pemeriksaan status lokalis meliputi:

1. Tumor primer:

a. Lokasi tumor
b. Ukuran tumor
c. Batas tumor, tegas atau tidak
d. Konsistensi dan mobilitas
e. Tanda-tanda infiltrasi, sehingga perlu diperiksa fungsi motorik/sensorik
dan tanda-tanda bendungan pembuluh darah, obstruksi usus, dan lain-
lain sesuai dengan lokasi lesi.

2. Metastasis regional: Perlu diperiksa ada atau tidaknya pembesaran


kelenjar getah bening regional.

3. Patofisiologi Keganasan Pada Sistem Muskuloskeletal.

Sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler. Membentuk klon dan
mulai berfoliferasi secara abnormal. Terjadi perubahan pada jarigan sekitarnya, sel –sel
tersebut menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan memperoleh akses ke limfe dan
pembuluh darah, melalui pembuluh darah tersebut sel – sel dapat terbawa ke area lain
dalam tubuh untuk membentuk metastase. Penyearan limfogen terjadi karena sel tumor
menyusup ke saluran limfe kemudian ikut aliran limfe menyebar dan menimbulkan
metastasis di kelenjar limfe regional kemudian menyebar hematogen. Terjadi akibat sel
tumor menyusup ke kapiler darah kemudian masuk ke pembuluh darah dan menyebar
mengikuti aliran darah vena sampai organ lain. Setelah menginfiltrasi kelenjar limfe sel
tumor dapat menembus dinding struktur sekitar menimbulkan perlekatan antara
kelenjar limfe satu dengan yang lain sehingga membentuk paket kelenjar limfe.

4. Diagnosis Dan Pengobatan Tumor


1) Tumor Jinak Tulang
1) Diagnosa keperawata yang mungkin muncul.
a. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan
kerusakan muskuloskeletal .
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik dan penanganan.
d. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status
kesehatan.
e. Resiko cedera berhubungan dengan tumor.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan jaringan.
2) Pengobatan.
a. Intervensi Keperawatan
a) Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri.
b) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.
c) Latihan fisik ambulansi, keseimbangan, mobilitas sendi.
d) Bantu dan dorong perawatan diri.
e) Bimbingan antisipasi : persiapkan pasien terhadap kritis situasional.
f) Peningkatan citra tubuh : tingkatkan persepsi sadar dan tak sadar pasien
serta sikap terhadap tubuh pasien.
g) Penurunan ansietas.
h) Identifikasi factor resiko potensial terjadinya cidera.
i) Pengendalian infeksi , perlindungan infeksi,
b. Pengobatan Medis
a) Operasi, pembedahan dilakukan dengan teknik khususuntuk mengangkat
tumor dalam satu bagian.
b) Kemoterapi, menggunakan obat antikanker yang kuat.
c) Terapi radiasi,menggunakan sinar X untuk membunuh sel tumor.
2) Tumor Ganas Tulang.
1) Diagnosa keperawata yang mungkin muncul.
a. Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan fisik psikososial akut.
b. Ansietas berhubungan dengan ancaman perubahan dalam fungsi peran.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penanganan (efek kemoterapi,
radiasi, pembedahan)
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhanmetabolic dari tumor
e. Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit kronis.
f. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan penekanan pada
daerah tertentu dalam waktu yang lama.
2) Pengobatan.
a. Intervensi Keperawatan
a) Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri.
b) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.
c) Latihan fisik ambulansi, keseimbangan, mobilitas sendi.
d) Bantu dan dorong perawatan diri.
e) Bimbingan antisipasi : persiapkan pasien terhadap kritis situasional.
f) Peningkatan citra tubuh : tingkatkan persepsi sadar dan tak sadar pasien
serta sikap terhadap tubuh pasien.
g) Penurunan ansietas.
h) Identifikasi factor resiko potensial terjadinya cidera.
i) Pengendalian infeksi , perlindungan infeksi.
j) Kaji adanya perubahan warna kulit.
k) Beri posisi yang nyaman kepada pasien.
l) Kolaborasi pemberian antibiotic.
b. Pengobatan medis
a. Operasi, tindakan operasi untuk melakukan pengangkatan tulang pada
bagian yang terserang tumor dapat dilakukan jika tumor belum
menyebar ke luar tulang.
b. Amputasi, tindakan amputasi dilakukan ketika tumor tulang telah
menyebar ke luar tulang, hal yang akan dilakukan adalah memotong atau
mengangkat bagian tubuh termasuk oto, pembuluh darah dan saraf.
c. Kemoterapi, kemoterapi dilakukan setelah pasien tumor tulang menjalani
operasi, yang mana tindakan ini berfungsi untuk mengembalikan fungsi
organ tubuh yang diangkat.
d. Radiasi atau radioterapi, prosedur pengobatan tumor tulang
menggunakan terapi radiasi menggunakan sinar x dilakukan sebelum
pasien menjalani operasi dengan tujuan untuk menyusutkan seltumor.
radioterapi menggunakan sinar radiasi tinggi ini akan dilakukan
sebanyak 5 kali dalam seminggu, setiap sesi akan memakan waktu hanya
beberapa menit.
e. Cryosurgery, tindakan untuk mengobati tumor tulang dengan teknik
cryosurgery tanpa perlu melakukan tindakan operasi.
3) Tumor Jinak Jaringan Lunak.
1) Diagnosa keperawata yang mungkin muncul.
a. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal.
b. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan
penekanan pada daerah tertentu.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan
jaringan lunak.

2) Pengobatan.

a. Intervensi Keperawatan.
a) Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri.
b) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.
c) Latihan fisik ambulansi, keseimbangan, mobilitas sendi.
d) Bantu dan dorong perawatan diri.
e) Kaji tingkat imobilisasi dn persepsi pasien tentang imobilisasi.
f) Ajurkan pasien untuk latihan pasif atau aktif.
b. Pengobatan medis.
a) Terapi medis, contohnya eksisi endoskopik tumor.
b) Terapi pembedahan ( surgical therapy ), pembedahan dengan
kapsul untuk mencegah kekambuhan setempat, terapi tergantung
jenis tumor.

4) Tumor Ganas Jaringan Lunak.


1) Diagnosa keperawata yang mungkin muncul.
a. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal.
b. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan
penekanan pada daerah tertentu.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan
jaringan lunak.
d. Gangguan penampilan peran berhubungan dengan
ketidakmampuan menerima peran yang baru.
e. Gangguan fungsi peran berhubungan dengan proses penyakit
yang diderita.
2) Pengobatan
a. Intervensi Keperawatan.
a) Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri.
b) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.
c) Latihan fisik ambulansi, keseimbangan, mobilitas sendi.
d) Bantu dan dorong perawatan diri.
e) Kaji tingkat imobilisasi dn persepsi pasien
f) Tindakan konseling
g) Pendidikan kesehatan.
h) Perawatan mandiri, terapi modalitas, perawatan kelanjutan.
b. Pengobatan medis
a) Bedah, penting untuk mendapatkan margin bebas tumor
untuk mengurangi kemungkinan kambuh.
b) Terapi radiasi, digunakan untuk beberapa kasus tumor yang
tidak dapat dilakukan pembedahan untuk memperbaiki
tingkat local.
c) Kemoterapi, untuk mencegah penyebaran tumor, mengurangi
rasa sakit, tetapi tidak untuk membasmi penyakit.

5. Mengidentifikasi komplikasi dan prognosis

1) Komplikasi
Komplikasinya timbul benjolan dibawah lutut setelah di operasi benjolan semakin
besar sebesar bola takraw dan perdarahan.

2) Prognosis
Prognosis nya bisa jadi tidak dapat berjalan atau kemungkinan muncul penyakit
baru seperti kista baker.

6. Menjelaskan perawatan luka keganasan

1) Kasus

Menurut jenis luka yang dialami Tuan C, berdasarkan tingkat kontaminasinya yaitu
luka kotor yang menyebabkan timbulnya luka keganasan, maka untuk perawatan
lukanya menggunakan Perawatan Luka Kotor.

2) Perawatan Luka
Perawatan luka untuk pasien Tuan C menggunakan Perawatan Luka Kotor
1. Persiapan
a. Mencuci tangan
b. Menyiapkan alat-alat dalam baki/trolley
- Pincet anatomi 1
- Pinchet chirurgie 2
- Gunting Luka (Lurus dan bengkok)
- Kapas Lidi
- Kasa Steril
- Kasa Penekan (deppers)
- Sarung Tangan
- Mangkok / kom Kecil 2
- Gunting pembalut
- Plaster
- Bengkok/ kantong plastic
- Pembalut
- Alkohol 70 %
- Betadine 2 %
- H2O2, savlon
- Bensin/ Aseton
- Obat antiseptic/ desinfektan
- NaCl 0,9 %
2. Prosedur Perawatan Luka
a. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (mengurangi transmisi pathogen
yang berasal dari darah). Sarung tangan digunakan saat memegang bahan
berair dari cairan tubuh.
b. Buka pembalut lama dan buang pada tempatnya serta kajilah luka becubitus
yang ada.
c. Bersihkan bekas plester dengan bensin/aseton (bila tidak kontra indikasi),
arah dari dalam ke luar.
d. Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%.
e. Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada
bengkok dengan larutan desinfektan.
f. Bersihkan luka dengan H2O2 / savlon.
g. Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.
h. Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter)  dan tutup luka
dengan kasa steril.
i. Plesterilah verban atau kasa.
j. Rapikan pasien.
k. Alat bereskan dan cuci tangan.
l. Catat kondisi dan perkembangan luka
7. Kemoterapi pada tumors

1) Pengertian Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses memasukkan obat melalui pembuluh darah ke


dalam tubuh, melalui darah mengalir ke ke seluruh tubuh, metode ini membuat
tingkat konsentrasi obat pada pusat tumor dan jaringan lainnya sama. Dengan
demikian, kemoterapi dapat merusak berbagai organ tubuh, dapat menyebabkan
beberapa efek samping

2) Indikasi kemoterapi

a. Menghambat penyebaran kanker

b. Menyembuhkan kanker secara keseluruhan. Kemoterapi ini juga digunakan


pasca prosedur operasi guna membunuh sel kanker yang masih tersisa dalam
tubuh.
c. Meningkatkan keberhasilan metode pengobatan lain, praoperasi atau kemoterapi
yang dikombinasikan dengan radioterapi.
d. Meringankan gejala yang di derita

3) Sebelum kemoterapi

Persiapan sebelum kemoterapi dilakukan untuk mengantisipasi efek yang


ditimbulkan pasca terapi. Sebagian orang merasa lemas dan lelah setelah
kemoterapi, oleh karena itu, sebaiknya minta bantuan orang lain untuk mengantar
dan menemani saat pelaksaaan kemoterapi. Selain itu, pasien membutuhkan
membutuhkan waktu istirahat yang cukup pasca kemoterapi.

4) Prosedur Kemoterapi

Umumnya kemoterapi di rumah sakit diberikan intravena yaitu melalui infus,


kendati terkadang kemoterapi juga bisa dilakukan melalui oral dalam bentuk tablet.
Pada prosedur kemoterapi intravena, obat disalurkan dari sekantong cairan obat
yang disambungkan dengan selang menuju salah satu pembuluh vena. Penyaluran
cairan obat tersebut dapat dilakukan melalui selang PICC (peripherally inserted
central catheter) yang terpasang di dalam vena lengan pasien selama beberapa
minggu atau bulan. Selang tersebut disambungkan pada sebuah pompa untuk
mengatur jumlah obat dan kecepatan penyaluran obat. Serupa dengan kinerja
selang PICC, penyaluran obat kemoterapi juga bisa dilakukan dengan sebuah
selang yang dimasukkan ke dalam dada dan disambungkan ke salah satu vena
dekat jantung (central line). Selain itu, penyaluran obat juga dapat
dilakukan melalui selang cannula yang dipasang sementara untuk jangka pendek di
dalam vena pada punggung tangan atau lengan bawah. Bisa juga melalui implanted
port, yaitu sebuah alat kecil yang ditanam di bawah kulit selama periode terapi.
Untuk menyalurkan cairan obat, digunakan jarum yang ditusukkan ke alat tersebut
dengan menembus kulit.

Kemoterapi bisa dilakukan melalui arteri di sekitar lokasi kanker (intra-


arterial) Kemoterapi juga dapat dilaksanakan melalui penyuntikan obat, meskipun
ini jarang dilakukan. Beberapa di antaranya adalah melalui penyuntikan ke bawah
permukaan kulit 

Untuk pasien dengan tumor kaki di bagian lutut, terapi K3 adalah metode baru
untuk mengobati tumor dan kanker dan telah diterima oleh banyak pasien kanker
dan masyarakat.

Untuk kemoterapi bisa di lakukan dengan

a. Pengobatan pada bagian khusus, mendetosifikasi racun/toksin dari dalam


tubuh, tumor secara bertahap akan menyusut/mengecil.
b. Menggunakan Instrumen khusus untuk memasukan obat langsung ke posisi
tumor untuk menghilangkan tumor
c. Memperbaiki imunitas, memperbaiki kerusakan sel – sel, mencegah
mentastasis sel kanker dan tumbuh kembali

5) Sesudah kemoterapi

Usai pelaksanaan kemoterapi, kondisi fisik pasien akan senantiasa dipantau


oleh tim dokter untuk mengetahui tingkat keberhasilannya. Pemantauan
atau monitoringtersebut bisa berupa pemeriksaan darah dan pemindaian tubuh
secara teratur. Selain itu, dokter juga akan memantau bagaimana efek samping
yang ditimbulkan pasca prosedur kemoterapi. Dengan demikian, tim dokter dapat
melakukan penyesuaian terhadap pelaksanaan kemoterapi.

6) Efek samping kempoterapi

Kemoterapi dapat menimbulkan efek yang tidak menyenangkan bagi tubuh.


Selain membunuh sel kanker, kemoterapi juga dapat merusak sel lain dalam tubuh,
seperti sel rambut, kulit, serta lapisan dalam saluran pencernaan. Namun tidak
semua pasien akan mengalami efek samping kemoterapi. Beberapa efek samping
yang biasanya dialami pasca prosedur adalah:

a. Mual.
b. Muntah.
c. Badan terasa lelah atau lemah.
d. Rambut rontok.
e. Infeksi.
f. Anemia.
g. Selera makan berkurang.
h. Perubahan pada kulit dan kuku.
i. Demam.
j. Sariawan atau luka dalam mulut.
k. Sembelit.
l. Diare.
m. Gangguan konsentrasi dan ingatan.
LAMPIRAN

KASUS 1 (SOFT TISUE TUMORS )

Tuan C 40 Tahun dirawat di rumah karena mengeluh nyeri pada bagian tungkai kanak
bawah (dibawah lutut) dengan skala nyeri 8 (0 -10). Dari hasil wawancara dengan klien, klien
mengtakan sejak 6 bulan yang lalu lutut klien terbentur besi ketika bekerja dan mengalami
perdarahan kemudian diobati secara tradisional tetapi bukannya sembuh bahkan timbul
benjolan pada luka dibawah lutut kemudian benjolan tersebut dioperasi secara tradisional
secara perlahan benjolan semakin besar sampai sebesar bola takraw dan mudah sekali
perdarahan. Klien mengatakan di keluarga tidak ada yang menderita seperti itu dan sejak 3
bulan klien sudah tidak bisa berjalan sendiri. Saat dilakukan ganti balutan bejolan
mengeluarkan darah yang masiv sehingga sukar dihentikan. Hasil pemeriksaan Lab : Hb. 7.1
dan klien sudah mendapat transfuse darah 2 labu PRC. Klien sudah mendapatkan terapi
analgetik dan klien direncanakan akan di radioterapi.

Komponen Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1) Pengumpulan Data
a. Nama perawat, tanggal pengkajian, waktu pengkajian.
b. Identitas Klien.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
f. Data psikologis
g. Data Sosial
h. Data Spiritual
2) Pemeriksaan Fisik
2. Analisa Data
3. Diagnosa Keperawatan
4. Intervensi
5. Implementasi
6. Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai