Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok I
TAHUN 2020
HASIL LAPORAN KASUS SOFT TISUE TUMOR
A. Learning Objektif.
1. Etiologi Dari Tumor Pada Sistem Muskuloskeletal
1) Tumor Muskoloskeletal
Tumor muskoloskeletal adalah gumpalan daging yang berkembang atau
menyebar ke sistem muskuloskeletal, termasuk tulang, persendian, ligamen, otot,
dan saraf. Adanya tumor pada sistem muskuloskeletal dapat menyebabkan rasa
sakit yang luar biasa. Tumor jenis ini biasanya dibagi menjadi dua kategori: tumor
otot dan tulang, yang dapat dianggap tumor jinak, yang berarti tumor ini tetap
memberi rasa sakit, tetapi tidak menyebar ke bagian tubuh yang lain, yang dapat
menjadi kanker. Jika tumor ini bersifat ganas, dokter akan menentukan apakah
tumor tersebut merupakan kanker primer yang merupakan pusat sel kanker berasal
dalam satu sistem tubuh, atau merupakan kanker sekunder, yang berarti kanker
tersebut muncul di bagian tubuh lain tetapi sudah menyebar ke sistem
muskuloskeletal.
2) Penyebab Tumor Muskoloskeletal
Meskipun teknologi dan penemuan keilmuan pada masalah tumor berkembang
sangat cepat, penyebab aktual dari tumor masih belum dipahami sepenuhnya.
Namun, tumor tumbuh karena berkembangnya sel muskuloskeletal. Tubuh terdiri
dari jutaan sel yang menjalani berbagai perubahan di berbagai tingkat. Sel tubuh
seharusnya akan menjadi dewasa dan akhirnya mati sebagai tempat untuk
munculnya sel baru. Ini penting bagi tubuh untuk mempertahankan kebugarannya.
Sel diprogram untuk mati dalam sebuah proses yang dikenal sebagai apoptosis.
Namun, timbulnya masalah tumor adalah, karena suatu alasan tertentu, proses
apoptosis ini tidak bekerja sebagaimana mestinya. Dalam prosesnya, sel yang ada
terus berkembang biak dan tumbuh sedangkan sel yang baru juga tetap diproduksi.
Sel-sel ini akhirnya bergabung membentuk tumor dan dapat berpindah melalui
pembuluh darah (seperti halnya pada sel kanker), bercokol di bagian tubuh lain,
dan tumbuh di sana. Tumor muskuloskeletal dapat terjadi pada semua orang,
terutama bagi mereka yang memiliki faktor resiko sebagai berikut:
1. Umur – Anak-anak rentan terkena jenis kanker ini, dan bisanya masalah ini
dipicu oleh mutasi genetik yang dimulai selama masa pembuahan. Mutasi ini
juga dapat menyebabkan sindrom yagn diwariskan, yang dapat meningkatkan
resiko kemungkinan berkembangnya sel kanker. Contohnya, anak-anak dengan
mutasi gen p53, yang merupakan peredam tumor, dapat didiagnosis memiliki
sindorm Li-Fraumeni yang meningkatkan resiko osteosarkoma, serta jenis
kanker lain seperti kanker payudara.
2. Di sisi lain, oran berusia lanjut, terutama yang berusia enam puluh tahun ke atas,
memiliki resiko menjangkit penyakit Paget, dengan ciri-ciri adanya gangguan
proses pembaruan sel. Sehingga, menyebabkan kelainan tulang dan berbagai
masalah lainnya. Pasien yang didiagnosis menderita Penyakit Paget memiliki
kemungkinan besar terserang osteosarkoma.
Sakit adalah gejala paling umum dari tumor muskuloskeletal. Dalam kasus
tumor tulang, rasa sakit terjadi karena adanya pelemahan struktur tulang, yang dapat
menyebabkan patah tulang kecil. Bagi pasien yang memiliki tumor di tulang
belakang, sakit yang dirasakan dapat berasal dari kompresi dari saraf karena terhalang
tumor yang berkembang dan menghabiskan ruang yang tadinya tersedia bagi sumsum
tulang belakang. Gejala lainnya yang mungkin terjadi adalah:
1. Lokasi tumor
1. Tumor primer:
a. Lokasi tumor
b. Ukuran tumor
c. Batas tumor, tegas atau tidak
d. Konsistensi dan mobilitas
e. Tanda-tanda infiltrasi, sehingga perlu diperiksa fungsi motorik/sensorik
dan tanda-tanda bendungan pembuluh darah, obstruksi usus, dan lain-
lain sesuai dengan lokasi lesi.
Sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler. Membentuk klon dan
mulai berfoliferasi secara abnormal. Terjadi perubahan pada jarigan sekitarnya, sel –sel
tersebut menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan memperoleh akses ke limfe dan
pembuluh darah, melalui pembuluh darah tersebut sel – sel dapat terbawa ke area lain
dalam tubuh untuk membentuk metastase. Penyearan limfogen terjadi karena sel tumor
menyusup ke saluran limfe kemudian ikut aliran limfe menyebar dan menimbulkan
metastasis di kelenjar limfe regional kemudian menyebar hematogen. Terjadi akibat sel
tumor menyusup ke kapiler darah kemudian masuk ke pembuluh darah dan menyebar
mengikuti aliran darah vena sampai organ lain. Setelah menginfiltrasi kelenjar limfe sel
tumor dapat menembus dinding struktur sekitar menimbulkan perlekatan antara
kelenjar limfe satu dengan yang lain sehingga membentuk paket kelenjar limfe.
2) Pengobatan.
a. Intervensi Keperawatan.
a) Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri.
b) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.
c) Latihan fisik ambulansi, keseimbangan, mobilitas sendi.
d) Bantu dan dorong perawatan diri.
e) Kaji tingkat imobilisasi dn persepsi pasien tentang imobilisasi.
f) Ajurkan pasien untuk latihan pasif atau aktif.
b. Pengobatan medis.
a) Terapi medis, contohnya eksisi endoskopik tumor.
b) Terapi pembedahan ( surgical therapy ), pembedahan dengan
kapsul untuk mencegah kekambuhan setempat, terapi tergantung
jenis tumor.
1) Komplikasi
Komplikasinya timbul benjolan dibawah lutut setelah di operasi benjolan semakin
besar sebesar bola takraw dan perdarahan.
2) Prognosis
Prognosis nya bisa jadi tidak dapat berjalan atau kemungkinan muncul penyakit
baru seperti kista baker.
1) Kasus
Menurut jenis luka yang dialami Tuan C, berdasarkan tingkat kontaminasinya yaitu
luka kotor yang menyebabkan timbulnya luka keganasan, maka untuk perawatan
lukanya menggunakan Perawatan Luka Kotor.
2) Perawatan Luka
Perawatan luka untuk pasien Tuan C menggunakan Perawatan Luka Kotor
1. Persiapan
a. Mencuci tangan
b. Menyiapkan alat-alat dalam baki/trolley
- Pincet anatomi 1
- Pinchet chirurgie 2
- Gunting Luka (Lurus dan bengkok)
- Kapas Lidi
- Kasa Steril
- Kasa Penekan (deppers)
- Sarung Tangan
- Mangkok / kom Kecil 2
- Gunting pembalut
- Plaster
- Bengkok/ kantong plastic
- Pembalut
- Alkohol 70 %
- Betadine 2 %
- H2O2, savlon
- Bensin/ Aseton
- Obat antiseptic/ desinfektan
- NaCl 0,9 %
2. Prosedur Perawatan Luka
a. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (mengurangi transmisi pathogen
yang berasal dari darah). Sarung tangan digunakan saat memegang bahan
berair dari cairan tubuh.
b. Buka pembalut lama dan buang pada tempatnya serta kajilah luka becubitus
yang ada.
c. Bersihkan bekas plester dengan bensin/aseton (bila tidak kontra indikasi),
arah dari dalam ke luar.
d. Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%.
e. Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada
bengkok dengan larutan desinfektan.
f. Bersihkan luka dengan H2O2 / savlon.
g. Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.
h. Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter) dan tutup luka
dengan kasa steril.
i. Plesterilah verban atau kasa.
j. Rapikan pasien.
k. Alat bereskan dan cuci tangan.
l. Catat kondisi dan perkembangan luka
7. Kemoterapi pada tumors
1) Pengertian Kemoterapi
2) Indikasi kemoterapi
3) Sebelum kemoterapi
4) Prosedur Kemoterapi
Untuk pasien dengan tumor kaki di bagian lutut, terapi K3 adalah metode baru
untuk mengobati tumor dan kanker dan telah diterima oleh banyak pasien kanker
dan masyarakat.
5) Sesudah kemoterapi
a. Mual.
b. Muntah.
c. Badan terasa lelah atau lemah.
d. Rambut rontok.
e. Infeksi.
f. Anemia.
g. Selera makan berkurang.
h. Perubahan pada kulit dan kuku.
i. Demam.
j. Sariawan atau luka dalam mulut.
k. Sembelit.
l. Diare.
m. Gangguan konsentrasi dan ingatan.
LAMPIRAN
Tuan C 40 Tahun dirawat di rumah karena mengeluh nyeri pada bagian tungkai kanak
bawah (dibawah lutut) dengan skala nyeri 8 (0 -10). Dari hasil wawancara dengan klien, klien
mengtakan sejak 6 bulan yang lalu lutut klien terbentur besi ketika bekerja dan mengalami
perdarahan kemudian diobati secara tradisional tetapi bukannya sembuh bahkan timbul
benjolan pada luka dibawah lutut kemudian benjolan tersebut dioperasi secara tradisional
secara perlahan benjolan semakin besar sampai sebesar bola takraw dan mudah sekali
perdarahan. Klien mengatakan di keluarga tidak ada yang menderita seperti itu dan sejak 3
bulan klien sudah tidak bisa berjalan sendiri. Saat dilakukan ganti balutan bejolan
mengeluarkan darah yang masiv sehingga sukar dihentikan. Hasil pemeriksaan Lab : Hb. 7.1
dan klien sudah mendapat transfuse darah 2 labu PRC. Klien sudah mendapatkan terapi
analgetik dan klien direncanakan akan di radioterapi.