Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOSARKOMA

I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi/deskripsi penyakit
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas yang biasanya
berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja.

Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang


paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru.
Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar
ke paru ketika pasien pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347 )

Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang biasanya


berhubungan dengan periode kecepatan pertumbhan pada masa remaja.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-
anak. Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian
pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetepi pada akhir masa
remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki. (Saferi Wijaya,
Meriza Putri 2013).

1.2 Etiologi
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat
meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi,
keturunan, beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget
(akibat pajanan radiasi ).

Meskipun tidak ada penyebab tumor tulang yang pasti, ada beberapa factor yang
berhubungan dan memungkinkan menjadi faktor penyebab terjadinya tumor
tulang yang meliputi:

1. Genetik
Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang,
misalnya sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS). Dari data
penelitian diduga mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat
menimbulkan sarcoma. Ada beberapa gen yang sudah diketahui ,mempunyai
peranan dalam kejadian sarcoma, antara lain gen RB-1 dan p53. Mutasi p53
mempunyai peranan yang jelas dalam terjadinya STS. Gen lain yang juga
diketahui mempunyai peranan adalah gen MDM-2 (Murine Double Minute 2).
Gen ini dapat menghasilkan suatu protein yang dapat mengikat pada gen p53
yang telah mutasi dan menginaktivitas gen tersebut.

2. Radiasi.
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar radiasi
seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang mendapat
radioterapi. Halperin dkk. Memperkirakan resiko terjadinya sarcoma pada klien
penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9 %. Terjadinya keganasan jaringan
lunak dan bone sarcoma akibat pemaparan radiasi sudah diketahui sejak 1922.
Walaupun jarang ditemukan, prognosisnya buruk dan umumnya high grade.

Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous


histiocytoma (MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu
antara radiasi dan terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.

3. Bahan Kimia.
Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat menimbulkan
sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap torium dioksida
(Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat menimbulkan angiosarkoma, pada
hepar, selain itu, abses juga diduga dapat menimbulkan
mosotelioma, sedangkan polivilin klorida dapat menyebabkan angiosarkoma
hepatik.

4. Trauma
Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat trauma.
Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks lama, luka
bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.

5. Limfedema kronis.
Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan limfangiosarkoma
dan kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior ditemukan pada klien
karsinoma mammae yang mendapat radioterapi pasca-mastektomi.
6. Infeksi.
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh infeksi
parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi, filariasis
dapat menimbulkan limfangiosrakoma.

1.3 Tanda gejala


1. Rasa sakit (nyeri),
Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi
semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas
penyakit).
2. Pembengkakan
Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas.
3. Keterbatasan gerak
4. Fraktur patologik.
5. Menurunnya berat badan
6. Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa
serta distensi pembuluh darah maupun pelebaran vena.
7. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat
badan menurun dan malaise.

1.4 Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi
atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang.
Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor
maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi,
sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.

Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia, rangsangan fisik


berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi)
dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat
bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).

Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada
umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya
secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang
memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada
umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi.

Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada
umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan
sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya
mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat
anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya
melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di
tempat lain. Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat
merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.

Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak
teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan
migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini
menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol
pembagian sel, dan fungsi lainnya.

Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA,
berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel,
duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini
sel tidak melakukan pembelahan).

1.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
1. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi
tulang.
2. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
3. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan
insisi, eksisi,biopsi jarum, dan lesi- lesi yang dicurigai.
4. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
5. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin
fosfatase.
6. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan
penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.
7. Scntigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”,
1.6 Komplikasi
Risiko- risiko utama yang berhubungan dengan operasi termasuk infeksi,
kekambuhan dari kanker, dan luka pada jaringan- jaringan yang mengelilinginya.
Dalam rangka untuk mengakat seluruh kanker dan mengurangi risiko kekambuhan,
beberapa jaringan normal yang mengelilinginya harus juga diangkat. Tergantung
pada lokasi dari kanker, ini mungkin memerlukan pengangkatan dari porsi-porsi
dari tulang , otot, syaraf- syaraf, atau pembuluh- pembuluh darah. Ini dapat
menyebabkan kelemahan, kehilangan sensasi , dan risiko dari patah tulang atau
patah tulang dari tulang yang tersisa.
1. Efek proses kemoterapi
Kemoterapi menggunakan obat-obat yang sangat kuat untuk mencoba
membunuh sel-sel kanker. Tetapi sebagai akibatnya beberapa sel-sel normal
juga terbunuh dalam prosesnya. Obat- obat dirancang untuk membunuh sel-sel
yang membelah atau tumbuh secara cepat. Sel-sel normal yang terpengaruh
seringkali termasuk rambut, sel-sel sampingan termasuk mual dan muntah,
kehilangan rambut, infeksi, dan kelelahan. Untungnya efek-efek sampingan ini
biasanya hilang setelah kemoterapi selesai. Nutrisi yang baik adalah penting
untuk tubuh untuk melawan kanker. Mungkin dirujuk pada ahli nutrisi untuk
membantu dengan ini, terutama jika mengalami mual dan kehilangan nafsu
makan.

Efek-efek sampingan utama dari terapi radiasi termasuk kelelehan, kehilangan


nafsu makan, dan kerusakan pada kulit dan jaringan-jaringan lunak
sekelilingnya. Terapi operasi pada area yang sama

2. Kecacatan
Apabila dilakukan proses pengangkatan kanker melalui penghilangan organ,
maka kecacatan pasien tidak akan bisa dihindari. Kanker tulang bisanya juga
dapat menimbulkan patah tulang yang disebut fraktur patologis.

3. Kematian
Fakta yang penyebab kematiaan akibat kanker:
a. Kesulitan diagnosis oleh dokter patologi tulang, minimnya peralatan
diagnosis yag tersedia dan sulitnya mendeteksi sel-sel kanker yang diderita
pasien apakah tergoong jinak atau ganas.
b. Umumnya pasien datang ketika penyakit sudah berada pada stadium akhir.
Pengobatanya akan menjadi sulit, dan angka harapan hidup semakin kecil.
c. Masalah sosial ekonomi. Penyakit kanker memang tergolong masih sulit
diobati, belum lagi biaya pengobatan sangat mahal. Masalahnya biaya
sering menjadi alasan pasien untuk tidak berobat. Bahkan, banyak pasien
yang menolak diopersi karena tidak memiliki biaya.
d. Pengobatan dengan kemoterapi memiliki efek samping yang menyakitkan,
sehingga membuat pasien menyerah dan menghentikan terapi
e. Kurangnya pengetahuan tentang kanker dan pengobatanya, membuat
banyak orang memutuskan untuk memilih pengobatan alternatif yang
biayanya relatif lebih murah, meskipun kenyataaanyaiyu mahal
membahayakankehidupan pasien ( Saferi Wijaya, Meriza Putri 2013).

1.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan
tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi
secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit.
Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi
kombinasi.

Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan


kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin
(doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis
tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara
tersendiri atau dalam kombinasi.

Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian


cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat,
mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid.

2. Tindakan keperawatan
1. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian
analgetika ).
2. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan
berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi
ke ahli psikologi atau rohaniawan.
3. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek
samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang
adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi
gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan
indikasi dokter.
4. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan
terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.

1.8 Pathway
Pathway terlampir

II. Rencana asuhan keperawatan


2.1 Pengkajian
Tanggal pengkajian :
Ruangan :
1. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status perkawinan, alamat,
dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri di daerah kaki atau
tangan yang mengalami pembengkakan, terjadi pembengkakan biasanya di
daerah tulang panjang.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Untuk tumor metastatik dapat berupa menderita tumor primer diorgan lain
sebelumnya misalnya payudara, prostate, paru dan ginjal.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengalami adanya masa / pembengkakan pada tulang,
demam, nyeri progresif, kelemahan, parestesia, paraplegia, retensi urine,
anemia, tumor tungkai menyebabkan penderita berjalan timpang,
sedangkan tumor dilengan meninbulkan nyeri ketika lengan dipakai untuk
mengangkat sesuatu benda. Pembengkakan pada tumor mungkin teraba
hangat dan agak memerah, patah tulang(fraktur patologis), leukositosis,
malaise, anoreksia, vomiting, menderita penyakit infeksi tertentu( seperti
flu, streptococcus aureus, dll)
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya adanya keluarga ( keturunan sebelumnya) yang menderita kanker
tulang tumor lainnya.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum klien
 Timgkat kesadaran :
 Berat badan :
 Tinggi badan :
b. Kepala
Biasanya keadaan kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, rambutnya rontok,
tidak ada lesi,warna rambut hitam, tidak bau dan tidak ada edema
c. Wajah
Biasanya tidak ada edema/hematome, tidak ada bekas luka dan tidak ada
lesi
d. Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan, reflek cahaya normal yaitu pupil
mengecil, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik
e. Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan cupping hidung, tidak
ada polip, dan tidak ada lesi
f. Telinga
Biasanya simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik.
g. Mulut
Biasanya berwarna pucat dengan sianosis bibir, tidak terjadi stomatitis,
tidak terdapat pembesaran tongsil, lidah putih.
h. Leher
Biasanya tidak ada pembesaran pada kelenjer tiroid, tidak ada gangguan
fungsi menelan, tidak ada pembesaran JVP
i. Dada dan Thorax:
Inspeksi : Biasanya dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dada simetris,
Palpasi : Biasanya getaran dada kiri dan kanan sama (vocal premitus).
Perkusi : Biasanya bunyi suaranya sonor.
Auskultasi : Bunyi pernapasnya vesikuler.
j. Kardiovaskuler
Inspeksi : ictus cordis terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari
Perkusi : di intercosta V media klavikularis sinistra bunyinya pekak
Auskultasi : irama denyut jantung normal tidak ada bunyi tambahan
k. Abdomen
Inspeksi : Biasanya bentuk perut tidak membuncit dan dinding perut
sirkulasi kolateral.
Auskultasi : Biasanya tidak ada bising usus.
Palpasi : Biasanya tidak ada pembesaran pada abdomen,tidak kram pada
abdomen.
Perkusi : Biasanya tympani
l. Genitaurinaria
Biasanya adanya terdapat lecet pada area sekitar anus. Feses berwarna
kehijauan karena bercampur dengan empedu dan bersifat banyak asam
laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diserat oleh usus.
m. Lengan-Lengan Tungkai
Ekstemitas atas dan bawah : Biasanya kekuatan otot berkurang. Rentang
gerak pada ekstremitas pasien menjadi terbatas karena adanya masa,nyeri,
atau fraktur patologis, biasanya terabanya benjolan atau masa pada daerah
sekitar tulang.
n. Sistem Persyarapan :
Biasanya kelemahan otot dan penurunan kekuatan

4. Pola kebiasaan sehari-hari


No Pola Sehat Sakit
A. Eliminasi :
-BAK Biasanya 7-8x/hari Biasanya 7-8x/hari lebih
-BAB Biasanya 1-2x/hari Biasanya 1-2x/hari lebih

B. Nutrisi :
-Pola Makan Biasanya 3x/sehari Biasanya 1-2x/hari dengan
porsi makan sedikit atau
Biasanya setengah
-Pola Minum Biasanya 8 gelas/hari 8 gelas/hari
C. Tidur/Istirahat :
-Waktu Tidur Biasanya 7-9 jam Biasanya kurang dari 7
jam
D. Aktivitas dan
Latihan :
-Kesulitan atau Biasanya aktivitas dan Biasanya aktivitas
Keluhan dalam hal : bergerak tidak ada terganggu, terasa nyeri
halangan dibagian ekstremitas atau
fraktur patologis

5. Pemeriksaan diagnostik
1. Rontgen tulang yang terkena
2. Pemeriksaan radiogram untuk melihat aktifitas osteoblas dan osteoklas
pada kanker tulang terjadi peningkatan osteoklas atau osteoblas
3. Ct scan tulang yang terkena
4. Ct scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru
5. Biopsi terbuka dilakukan untuk identifikasi histologik, biopsi harus
dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya penyebaran dan
kekambuhan yang terjadi setelah eksisi tumor
6. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor
7. Labor pemeriksaan darah (termasuk kimia serum)

2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Nyeri
2. Resiko terhadap cedera
3. Intoleransi aktifitas
4. Ketidakefektifan koping
5. Gangguan harga diri

2.3 Perencanaan
No Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri  Pain level 1. Tentukan riwayat nyeri,
 Pain kontrol misal: lokasi nyeri, frekuensi,
Definisi :
 Compor level durasi, dan intensita (skala 0-
Pengalaman sensori dan
Kriteria hasil 10), dan tindakan
emosional yang tidak
1. Mampu mengontrol penghilangan yang
menyenangkan yang
nyeri (tahu penyebab digunakan.
muncul akibat kerusakan nyeri, 2. Evaluasi/ sadari terapi
jaringan yang aktual atau 2. Mampu menggunakan tertentu misal: radiasi,
potensial atau teknik non- pembedahan, kemoterapi,
digambarkan dalam hal farmakologi untuk bioterapi, ajarkan pasien atau
kerusakan sedekimikian mengurangi nyeri. orang terdekat apa yang
rupa (international) 3. Melaporkan bahwa diharapkan
Association for the studay nyeri berkurang 3. Berikan tindakan
of pain: awitan yang tiba- dengan menggunakan kenyamanan dasar, misal:
tiba atau lambat dari manajemen nyeri resposisi, gosokan punggung
intensits ringan hingga 4. Mampu mengennali dan aktifitas hiburan misal:
berat dengan akhir yang nyeri ( skala musik dan televise
dapat diantisipasi atau intensitas, frekuensi, 4. Dorong penggunaan
diprediksi > 6 bln dan tanda nyeri) keterampilan manejemen
Batasan karakteristik : 5. Menyatakan rasa nyeri(misal: teknik relaksasi,
1. Perubahan selera nyaman setelah nyeri visualisasi, bimbingan
makan berkurang imajinasi), tertawa, musik
2. Perubahan tekanan dan sentuhan teraupetik.
darah 5. Evaluasi penghilangan
3. Perubahan frekuensi nyeri/kontrol nilai aturan
jantung pengobatan bila perlu
4. Perubahan frekuensi
pernafasan
5. Laporan isyarat
6. Diaforesis
7. Prilaku distraksi (mis,
berjalan mondar-
mandir mencari orang
lain atau aktivitas lain,
aktivitas yang
berulang)
8. Mengekskresikan
prilaku (mis, gelisah,
merengek, menangis)
9. Masker wajah (mis,
mata kurang
bercahaya, tampak
kacau, gerakan mata
berpencar atau tetap
pada satu fokus
meringis)
10. Sikap melindungi area
nyeri
11. Fokus menyempit
(mis, gangguan
persepsi nyeri,
hambatan proses
berpikir, penurunan
interaksi dengan orang
dan lingkungan
12. Indikasi nyri yang
dapat diamati
13. Perubahan posisi
untuk menghindari
nyeri
14. Sikp tubuh melindungi
15. Dilatasi pupil
16. Melaporkan nyeri
secara verbal
17. Gangguan tidur
Faktor yang
berhubungan:
Agen cedera (mis,
biologis, zat kimia, fisik,
psikologis)
2. Resiko terhadap cedera  Risk kontrol 1. Sediakan lingkungan yang
Kriteria hasil aman untuk pasien
Defenisi :
1. Klien terbebas dari 2. Identifikasi kebutuhan
berisiko mengalami
cedera keamanan pasien, sesuai
cedera sebagai akibat
2. Klien mampu dengan kondisi fisik dan
kondisi lingkungan yang
menjelaskan cara/ fungsi kognitif pasien dan
berinteraksi dengan
metode untuk riwayat penyakit terdahulu
sumber adaftif dan sumber
mencegah pasien
defensif individu
Faktor resiko : injury/cedera 3. Menghindarkan lingkungan
 Eksternal 3. Klien mampu yang berbahaya (misalnya
1. Biologis (mis, tingkat menjelaskan faktor memindahkan perabotan)
imunisasi komunitas, risiko dari 4. Memasang side rali tempat
mikroorganisme) lingkungan/perilaku tidur
2. Zat kimia (mis, racun, personal 5. Menyediakan tempat tidur
polutan, obat, agenes 4. Klien mampu yang nyaman dan bersih
farmasi, alkohol, memodifikasi gaya 6. Menempatkan saklar lampu
nikotin, pengawat, hidup untuk mencegah ditempat yang mudah
kosmetik, pewarna) njuri dijangkau pasien
3. Manusia (mis, agen 5. Menggunakan fasilitas 7. Membatasi pengunjung
nosokomial, pola kesehatan yang ada 8. Menganjurkan keluarga
ketegangan, atau fakror 6. Mampu mengenali untuk menemani pasien
kognitif, afektif, dan perubahan status 9. Mengontrol lingkungan dari
psikomotor ) kesehatan kebisingan
4. Cara pemindahan / 10. Memindahkan barang-
transport. barang yang dapat
5. Nutrisi ( mis, desain, membahayakan
struktur, dan 11. berikan penjelasan pada
pengaturan komunitas, pasien dan keluarga atau
bangunan,dan pengunjung adanya
peralatan perubahan status kesehatan
 Internal dan menyebabkan penyakit.
1. Profil darah yang
abnormal (mis,
leukositosis /
leukopenia, gangguan
faktor koagulasi,
trombositopenia, sel
sabit, talasemia,
penurunan
hemoglobin)
2. Disfungsi biokimia
3. Usia perkembangan
(fisiologis, psikososial)
4. Disfungsi efektor
5. Disfungsi imun-auto
imun
6. Disfungsi integrative
7. Malnutrisi
8. Fisik (mis, integritas
kulit tidak utuh,
gangguan mobilitas)
9. Psikologis(orientasi
efektif)
10. Disfungsi sensorik
11. Hipoksia jaringan
3 Intoleransi aktifitas :  Energy conservion 1. Diskusikan dengan pasien/
 Aktivity tolerance orang terdekat bagaimana
Definisi : ketidakcukupan
 Self care : adls diagnosis dan pengobatan
energi psikologis atau
Kriteri hasil: yang mempengaruhi
fisiologis untuk
1. Berpartisipasi dalam kehidupan pribadi
melanjutkan atau
aktifitas fisik tanpa pasien/rumah dan aktifitas
menyelesaikan aktifitas
disertai peningkatan kerja
kehidupan sehari-hari
tekanan darah, nadi, 2. Tinjau ulang efek samping
yang harus atau yang
dan RR yang diantisipasi berkenaan
ingin dilakukan.
2. Mampu melakukan dengan pengobatan tertentu,
Batasan karakteristik: aktifitas sehari-hari termasuk kemungkinan efek
1. Respon tekanan darah (ADLS) secara aktifitas seksual dan rasa
abnormal terhadap mandiri ketertarikan / keinginan misal
aktifitas 3. Tanda-tanda vitas alopesia, kecatatan bedah,
2. Respon frekwensi normal beri tau pasien bahwa tidak
jantung abnormal 4. Energy psikomotor semua efek samping terjadi
terhadap aktivitas 5. Level kelemahan 3. Dorong diskusi tentang/
3. Perubahan EKG yang 6. Mampu perpindah: pecahkan masalah
mencerminkan aritmia dengan atau tanpa tentang efek kanker /
4. Perubahan EKG yang bantuan alat pengobatan pada peran
mencerminkan iskimia 7. Status sebagai ibu rumah tangga,
5. Ketidaknyamanan kardiopulmunari orang tua, dan sebagainya.
setelah beraktifitas adekuat 4. Akui kesulitan pasien yang
6. Dipsnea setelah 8. Sirkulasi status baik mungkin dialami. Berikan
beraktifitas 9. Status respirasi: informasi bahwa konseling
7. Menyatakan merasa pertukaran gas dan sering perlu dan penting
letih ventilasi adekuat dalam proses adaptif
8. Menyatakan merasa 5. Evaluasi struktur pendukung
lemah yang ada dan digunakan oleh
Faktor yang pasien / orang terdekat
berhubungan: 6. Berikan dukungan emosi
1. Tirah baring atau untuk pasien / orang terdekat
imobilitas selama tes diagnostik dan
2. kelemahan umum fase pengobatan
3. ketidakseimbangan 7. Gunakan sentuhan selama
antara suplai dan interksi, bila diterima pada
kebutuhan oksigen pasien dan dapat
4. imobilitas mempertahankan kontak
5. gaya hidup monoton mata.

4 Ketidakefektifan koping  Decision making 1. Menginformasikan pasien


 Role inhasmet alternatif atau solusi lain
Definisi:
 Sosial support penanganan
Ketidakmampuan untuk
Kriteri hasil 2. Memfasilitasi pasien untuk
membentuk penilaian valid
1. Mengidentifikasi pola membuat keputusan
tentang stessor, ketidak
koping yang efektif 3. Bantu pasien
adekuatan pilihan respon
2. Mengungkapkan secra mengidentifikasi
yang dilakukan dan atau
verbal tentang koping keuntungan, kerugian dari
ketidakmampuan untuk
yang efektif keadaan role inhancemet
menggunakan sumber daya
3. Mengatakan 4. Bantu pasien untuk
yang tersedia
penurunan stres identifikasi bermacam-
Batasan karakteristik: 4. Klien mengatakan macam nilai kehidupan
1. Perubahan dalam pola telah menerima 5. Bantu pasien identifikasi
komunikasi yang biasa tentang keadaanya strategi positif untuk
2. Penurunan penggunaan 5. Mampu mengatur pola nilai yang
dukungan sosial mengidentifikasi dimiliki
3. Perilaku destruktif strategi tentang koping Coping enhancement
terhadap orang lain 1. Anjurkan pasien untuk
4. Perilaku destruktif mengidentifikasi gambaran
terhadap diri sendiri perubahan peran yang
5. Letih, angka penyakit realities
yang tinggi 2. Gunakan pendekatan tenang
6. Ketidakmampuan dan menyakitkan
memerhatikan 3. Hindari pengambilan
informasi keputusan pada saat pasien
7. Ketidakmampuan berada dalam stess berat
memerhatikan 4. Berikan informasi actual
informasi yang tekait dengan diagnosis,
8. Ketidakmampuan terapi dan prognosis
memenuhi harapan
peran
9. Pemecahan masalah
yang tidak adekuat
10. Kurangnya perilaku
yang berfokus pada
pencapaian tujuan
11. Kurangnya resolusi
masalah
12. Konsentrasi buruk
13. Mengungkapkan
ketidak mampuan
meminta bantuan
14. Mengungkapkan
ketidakmampuan untuk
mengatasi masalah
15. Pengambilan resiko,
gangguan tidur,
penyalahgunaan zat.
Faktor yang
berhubungan
 Gangguan dalam pola
penilaian ancaman,
melepaskan tekanan
 Ganguan dalam pola
melepaskan tekanan /
ketegangan
 Derajat ancaman tinggi
 Keetidakmampuan untuk
mengubah energi adaptif
 Sumber yang tersedia
tidak adekuat
 Tidak percaya diri yang
tidak adekuat dalam
kemampuan mengatasi
masalah
 Tidak persepsi kontrol
yang tidak adekuat
5 Gangguan harga diri  Body image, 1. Tunjukan rasa percaya diri
disiturbed terhadap kemampuan pasien
Definisi :
 Coping, ineffective untuk mengatasi situasi
Perkembangan persepsi
 Personal identy, 2. Dorong pasien
negative tentang harga diri
disturbed mengidentifikasi kekuatan
sebagai respon terhadap
 Healty behavior, risk dirinya
situasi saat ini
 Self esteem 3. Ajarkan keterampilan perilku

situasional, low yang positif mlalui bermain


Batasan karakteristik:
Kriteria hasil : pern, moden peran, diskusi
1. Evaluasi diri bahwa
1. Adaptif terhadap 4. Dukung peningkatan
individu tidak mampu
ketunandayan fisik: tangguang jawab diri, jika
menghadapi peristiwa
respon adaptif klien diperlukan
2. Evaluasi diri bahwa
terhadap tantangan 5. Buat statement positif
individu tidak mampu
fungsional penting terhadap pasien
menghadapi situasi
akibat ketunandayan 6. Monitor frekuensi komuniksi
3. Perilaku bimbang
fisik verbal pasien yang negative
4. Perilaku tidak asertif
2. Resolusi berduka: 7. Dukung pasien untuk
5. Secara verbal
penyesuaian dengan menerima tantangan bar
melaporkan tantangan
kehilangan aktual atau 8. Kaji alasan alasan untuk
situsional saat ini
kehilangan yang akan mengkritik atau
terhadap harga diri
terjadi menyalahkan diri sendiri
6. Ekspresi
3. Penyesuaia 9. Kolaborasi dengan sumber-
ketidakberdayaan
psikososial: perubahan sumber lain
7. Ekspresi
hidup, respon Body image enhancement
ketidakbergunaan
psikososial adaptif counseling
8. Verbalisasi meniadakan
diri individu terhadap 1. Menggunakan proses
Faktor yang perubahan bermakna pertolongan interaktif yang
berhubungan : dalam hidup berfokus pada kebutuhan,
1. Perilaku tidak selaras 4. Menunjukan penilaian masalah, atau perasaanpasien
dengan nilai pribadi tentang harga dan orang terdekat ntuk
2. Perubahan diri meningkatkan atau
perkembangan 5. Mengungkapkan mendukung koping,
3. Gangguan citra tubuh penerimaan diri pemecahan masalah
4. Kegagalan 6. Komunikasi terbuka
5. Gangguan fungsional 7. Mengatakan
6. Kurang penghargaan optimisme tentang
7. Kehilangan masan depan
8. Penolakan 8. Meggunakan strategi
9. Perubahan peran sosial koping efektif

III. DAFTAR PUSTAKA


Nurarif Amin Huda, Kusuma Hardhi,2013. Panduan penyusunan asuhan keperawatan
profesional. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2.
Jakarta : EGC
Wijaya Andra Saferi, Putri Yessie Mariza, 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2
(Keperawatan Dewasa). Yokyakarta: Nuha Medika
Wilkinson Judith M, 2007. Buku saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai