Anda di halaman 1dari 9

Seorang anak laki-laki berusia 14 tahun dibawa ke Poliklinik Bedah dengan keluhan

pembengkakan pada daerah femoralis kiri. Kurang lebih 2 bulan yang lalu pasien
mengeluhkan nyeri hebat di daerah yang sama. Tiga minggu terakhir mulai membengkak
dan membesar sehingga sulit berjalan. Menurut sang ibu, anaknya lebih tinggi dibanding
anak seusianya. Belakangan ini anak itu juga terlihat pucat dan lemah. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan: bengkak di daerah femoralis kiri disertai nyeri. Pemeriksaan sinar-X
menunjukkan segitiga codman, penampakan sinar matahari, lesi osteosklerotik &
osteoblas.

Tugas:
Jelaskan fenomena dalam skenario di atas?

SUMBER
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/49b1741799542304b46483789695d3e9.pdf
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKOsteosarkoma.pdf
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/download/6334/5854
http://repository.unair.ac.id/85586/1/Pendekatan%20Sistematis%20Diagnosis.pdf
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/25483/177041157.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
https://id.scribd.com/doc/228219545/MODUL-5-blok-18-ya

1. Mengapa kakinya bisa bengkak dibagian paha?


⁃ Radiasi sinar radioaktif yang berdosis tinggi, faktor genetik maupun virus
onkogenik dapat menyebabkan kerusakan gen dan terjadilah poliferasi sel tulang secara
abnormal dan terbentuklah neoplasma yang merupakan sel-sel yang membelah tidak
beraturan dan tidak seharusnya tumbuh. Hal ini yang menyebabkan osteosarcoma atau
yang sering disebut dengan bone cancer. Pada daerah yang mengalami kanker akan
timbul pembengkakan pada daerah kanker dan rasa nyeri karena adanya kerusakan dari
struktur tulang yang menyebabkan resiko terjadinya fraktur sangat tinggi. Apabila
osteosarcoma terjadi di tulang vertebrae dapat menimbulkan kompresi pada korda
spinalis yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada syaraf. Osteosarcoma dapat
terjadi di dalam tulang maupun di permukaan tulang serta dapat berlanjut sampai ke
jaringan lunak sekitar tulang epifisis dan tulang rawan sendi yang bertindak sebagai
barier pertumbuhan tumor kedalam sendi. Adanya tumor pada tulang menyebabkan
reaksi tulang normal dengan respon osteolitik/destruksi tulang atau respon
osteoblastik/pembentukan tulang. Tumor pada tulang dapat menyebabkan jaringan lunak
terinvasi oleh sel tumor dan timbulnya respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang fan respon osteblastik yaitu proses pembentukan tulang. Pada
proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang
yang baru dekat tempat lesi terjadi pertumbuhan tulang yang abortif atau abnormal
⁃ Tanda terjadinya suatu inflamasi ialah :
• a) Rubor (kemerahan), terjadi pada tahap pertama dari inflamasi. Darah
berkumpul pada daerah cedera jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh (kimia,
prostaglandin, histamin).
• b) Tumor (pembengkakan), merupakan tahap kedua dari inflamasi, plasma
merembes ke dalam jaringan intestinal pada tempat cidera. Kinin mendilatasi asteriol,
meningkatna permeabilitas kapiler.
• c) Kolor (panas), dapat disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan darah atau
mungkin karena pirogen yaitu substansi yang menimbulkan demam, yang mengganggu
pusat pengaturan panas pada hipotalamus
• d) Dolor (nyeri), disebabkan pembengkakan pada pelepasan mediator-mediatir
kimia
• e) Functio Laesa (hilangya fungsi), disebabkan oleh penumpukan cairan pada
cidera jaringan dan karena rasa nyeri. Keduanya mengurangi mobilitas pada daerah yang
terkena.

2. Apa hubungannya nyeri 2 bulan lalu dengan keluhan bengkaknya yang sekarang?

3. Kenapa 3 minggu terakhir menjadi semakin bengkak dan jadi sulit berjalan?

4. Mengapa si anak bisa terlihat pucat dan lemah?


Lemas pada penderita kanker dapat diakibatkan oleh beberapa kondisi, diantaranya
adalah :
1. terdapatnya proses inflamasi (peradangan) pada kanker
2. kurang darah (anemia)
3. asupan gizi yang kurang
4.penurunan berat badan
5. kurang asupan cairan (dehidrasi)

5. Mengapa anaknya juga bisa lebih tinggi dibanding anak seusianya 14th?
⁃ Rentan menyerang remaja dan anak-anak, osteosarcoma adalah salah satu jenis
kanker tulang yang menyerang tulang-tulang berukuran besar, pada bagian yang memiliki
tingkat pertumbuhan tercepat. Lalu, mengapa remaja rentan terkena osteosarcoma?
Sebab, osteosarcoma cenderung menyerang tulang dengan pertumbuhan cepat saja,
sedangkan pada masa remaja dan anak-anak, pertumbuhan tulang berada dalam fase yang
paling cepat. Itulah sebabnya risiko seseorang untuk mengidap osteosarcoma dapat
meningkat pada masa pertumbuhan tulang, yaitu masa remaja. Selain rentan menyerang
remaja dan anak-anak, osteosarcoma juga lebih tinggi risikonya pada pria ketimbang
wanita, terutama pada usia 0-24 tahun. Meski begitu, kanker ini tetap bisa terjadi pada
siapa saja.
⁃ Kanker tulang jenis osteosarkoma lebih sering menyerang kelompok usia 15–25
tahun (pada usia pertumbuhan). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun.
Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir
masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang
penyebab pasti belum diketahui.

6. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisiknya?


⁃ bengkak di daerah femoralis kiri — predileksi osteosarkoma
⁃ nyeri — Penderita kanker tulang akan merasakan nyeri pada area tulang yang
terkena. Awalnya, nyeri hanya terasa sesekali, namun akan menjadi makin sering seiring
pertumbuhan kanker. Nyeri akan makin terasa saat bergerak, dan biasanya memburuk di
malam hari. Sebagian besar nyeri kanker disebabkan oleh tumor yang menekan tulang,
saraf, atau organ lain di dalam tubuh. Terkadang rasa sakit juga disebabkan oleh
perawatan kanker yang diderita. Misalnya, beberapa obat kemoterapi bisa menyebabkan
mati rasa hingga kesemutan di tangan dan kaki pengidap kanker.
• 1) Nyeri yang disebabkan langsung oleh tumor yang menyebabkan kompresi saraf
sentral maupun perifer
• 2) Nyeri akibat pengobatan kanker seperti kemoterapi menyebabkan neuropati
dan nekrosis jaringan menimbulkan nyeri.
• 3) Nyeri yang tidak berhubungan dengan tumor biasanya tergantung kondisi
pasien yang mengalami distensi lambung, infeksi, nyeri musculoskeletal
⁃ pucat — pucat bisa menandakan adanya Kondisi anemia , yang merupakan
kondisi yang banyak ditemui pada penderita kanker dan tumor. Penyebab kondisi anemia
pada penderita kanker adalah multifaktorial seperti akibat kondisi defisiensi besi,
defisiensi asam folat, defisiensi vitamin B12, gangguan ginjal, keterlibatan sumsum
tulang, perdarahan, efek dari terapi kanker baik kemoterapi maupun radioterapi, kondisi
inflamasi atau aktivasi dari sistem imun dan akibat terjadinya hemolisis. Jenis anemia ini
pada waktu yang lalu selalu dihubungkan dengan anemia karena penyakit kronik. Namun
sekarang disebut sebagai anemia yang berhubungan dengan kanker atau cancer related
anemia. Anemia pada pasien kanker terjadi karena adanya aktivasi sistem imun dan
inflamasi oleh keganasan tersebut. Beberapa sitokin yang dihasilkan oleh sistem imun
dan inflamasi seperti interferon (INF), tumor necrosing factor (TNF) dan interleukin-1
(IL-1) merupakan bahan-bahan yang merangsang untuk terjadinya anemia. Di samping
itu, kanker tersebut juga dapat mempunyai efek langsung untuk terjadinya anemia (LeeP
dkk., 2005; Janis M, 2012; Jeffrey A dkk., 2014). IL-1, seperti juga TNF, adalah sitokin
yang mempunyai kerja yang luas di dalam proses respon imun dan inflamasi yang
berhubungan dengan anemia karena penyakit kronik.
⁃ lemah

7. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan xray nya?


⁃ Gambaran radiologi osteosarcoma. Pemeriksaan radiologik berperan penting
dalam diagnosis awal suatu osteosarkoma. Pemeriksaan CT scan dilakukan untuk melihat
derajat ekspansi intrameduler dan keterlibatan korteks serta jaringan lunak. Osteosarkoma
mempunyai gambaran radiologik yang sangat bervariasi. Tumor konvensional yang khas
berupa tumor besar, destruktif, batas tidak jelas, serta campuran massa litik dan blastik
yang melampaui korteks dan membentuk tumor jaringan lunak besar. Pada sebagian
tumor seluruhnya litik seperti sering terlihat pada varian teleangiektasi, sedangkan
lainnya dengan mineralisasi difus membentuk massa sklerotik padat. Bagian perifer dari
lesi biasanya paling sedikit mengalami mineralisasi dan komponen jaringan lunak
mempunyai corak radiodensitas halus cloud like. Massa tumor merusak dan menembus
korteks, serta secara mekanik mengangkat periosteum dan membentuk tulang reaktif
disebut segitiga Codman (Gambar 2). Pemeriksaan radiologik memberikan informasi
penting untuk rencana bedah reseksi tumor.
⁃ codman triangle — Segitiga Codman adalah jenis reaksi periosteal yang terlihat
dengan lesi tulang yang agresif. Periosteum tidak memiliki waktu untuk mengeras dengan
cangkang tulang baru (misalnya seperti yang terlihat pada satu lapisan dan reaksi
periosteal berlapis-lapis) pada lesi agresif, sehingga hanya tepi periosteum yang terangkat
yang akan mengeras. Segitiga Codman dapat dilihat dengan lesi agresif berikut:
osteosarcoma, Sarkoma Ewing , osteomielitis, kista tulang aneurisma aktif , tumor sel
raksasa, metastasis, chondrosarcoma (terutama chondrosarcoma juxtacortical) ,
histiositoma fibrosa ganas, abses subperiosteal, dll. gambaran segitiga Codman pd
gambaran radiologi yg merupakan sisa dari destruksi tulang dan reaksi periosteum akibat
pertumbuhan neoplasma terbentuk oleh sudut segitiga antara periosteum yg terangkat
akibat tumor dengan permukaan tulang yg terkena. Codman triangle : daerah berbentuk
segitiga yang terlihat secara radiologi; periosteum terangkat oleh suatu tumor tulang,
menyambungkan kembali korteks tulang yang normal
⁃ sun rays appearance — gambaran radiologi seperti ledakan matahari. merupakan
Bagian korteks yang terputus dan tumor menembus jaringan di sekitarnya dan
membentuk garis-garis pembentukan tulang yang radier kearah luar yang berasal dari
korteks.
⁃ Sun burst appearance : gambaran dari reaksi periosteal, hasil dari ekstensi tumor.
Tumor yang menghasilkan suatu pertumbuhan tulang yang bersifat abortif dan pada
radiogram akan terlihat sebagai suatu pancaran sinar matahari
⁃ lesi osteosklerotik
⁃ Lesi osteoblastik — respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Pada
proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang
yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.

8. Jelaskan fenomena yang ada diatas? Diagnosis?


OSTEOSARCOMA
DD : EWING SARCOMA — Onion skin appearance

9. Apa saja gejala klinis dan manifestasi osteosarkoma?


⁃ Osteosarkoma lebih sering ditemukan pada laki- laki, timbul pada dekade kedua,
yaitu antara umur 5 sampai 30 tahun, terbanyak pada umur 10 – 20 tahun.7 Akan tetapi
bisa juga pada akhir usia dewasa yang berhubungan dengan penyakit Paget (Paget’s
disease). Secara umum osteosarkoma timbul pada metafisis tulang panjang yang
pertumbuhannya pesat, yaitu lokasi tersering pada distal femur, proksimal tibia dan
fibula, dan proksimal humerus. Osteosarkoma jarang pada tulang pipih. Di Massachusetts
General Hospital (MGH) di Amerika didapatkan osteosarkoma terbanyak di daerah lutut
(distal femur 32% dan proksimal tibia 16%).
⁃ Gejala awal yang biasa dikeluhkan adalah nyeri tulang hebat di daerah ujung
tulang. Namun, gejala ini sering diabaikan karena banyak penyakit lain yang juga dapat
menyebabkan nyeri tulang hebat. Sebagian besar pasien baru menyadari setelah nyeri tak
kunjung hilang atau muncul pembengkakan alias massa kanker pada ujung tulang.
Pembengkakan ini akan semakin membesar dan terasa hangat jika diraba. Pada awalnya,
nyeri yang dirasakan masih ringan dan hilang timbul. Biasanya nyeri akan memberat
pada malam hari. Seiring berjalannya waktu, nyeri akan semakin berat. Rasa nyeri juga
meningkat jika pasien beraktivitas atau bergerak. Gejala berikutnya yang dapat terjadi
adalah kelemahan sehingga pasien kesulitan bergerak. Patah tulang juga dapat terjadi di
daerah tumbuhnya osteosarkoma. Gejala ini dialami pada 15% pasien anak-anak yang
mengalami osteosarkoma. Pada stadium lanjut, dapat terjadi penurunan berat badan,
pucat, sulit makan, dan demam.
⁃ Umumnya gejala klinik terjadi beberapa minggu sampai bulan setelah timbulnya
penyakit ini. Gejala awal relatif tidak spesifik seperti nyeri dengan atau tanpa teraba
massa. Nyeri biasanya dilukiskan sebagai nyeri yang dalam dan hebat, yang dapat
dikelirukan sebagai peradangan.
⁃ Pasien-pasien dengan osteosarkoma seringkali datang dengan keluhan yang tidak
spesifik, termasuk rasa nyeri pada daerah yang terkena. Nyeri malam hari, massa yang
membesar, dan nyeri yang me mb ur uk ta npa ta nd a- tand a infeks i atau awal cedera
yang jelas adalah salah satu tanda-tanda yang mengkhawatirkan

10. Apa saja etiologi dan faktor resiko osteosarkoma?


⁃ Seperti kanker lainnya, osteosarkoma muncul akibat mutasi alias perubahan pada
gen. Meskipun demikian, belum diketahui secara pasti penyebab mutasi tersebut.
Mengingat bahwa osteosarkoma lebih sering terjadi di ujung-ujung tulang yang selnya
aktif membelah, para ilmuwan menduga bahwa mutasi terjadi pada sel tulang yang cepat
membelah. Tingginya kejadian pada anak-anak dan remaja, terutama laki-laki juga turut
mendukung dugaan tersebut.
⁃ Adanya anggota keluarga yang mengalami osteosarkoma juga meningkatkan
kecenderungan seseorang untuk terkena osteosarkoma. Selain itu, pada pasien dengan
retinoblastoma (jenis kanker pada mata), osteosarkoma terjadi 500 kali lebih sering
daripada pada orang sehat. Penyakit gangguan gen lainnya, juga dapat meningkatkan
risiko osteosarkoma.
⁃ Paparan radiasi atau zat kimia juga dapat meningkatkan risiko terjadinya
osteosarkoma. Radiasi diperkirakan menyebabkan sekitar 3% osteosarkoma. Faktor lain
yang juga diduga memicu kanker ini adalah trauma dan infeksi virus onkogenik (jenis
virus yang dapat menyebabkan kanker). Trauma sering dilaporkan menjadi pemicu
osteosarkoma. Namun, hingga saat ini belum ditemukan bukti ilmiah yang mendukung
hubungan antara trauma dan osteosarkoma.
⁃ Faktor predisposisi. Meskipun perkembangan osteosarkoma terkait dengan
beberapa kondisi predisposisi, sebagian besar tumor bersifat sporadik tanpa pola familial.
Pemahaman kita tentang etiologi osteosarkoma masih sangat terbatas. Paparan terhadap
bahan kimia beryllium oksida, protesa orthopedi, dan virus FBJ menyebabkan
osteosarkoma pada model binatang namun peran pada manusia masih belum diketahui.
Simian Vacuolating (SV40) viral DNA ditemukan pada 50% osteosarkoma, namun masih
belum jelas apakah virus SV40 berperan dalam tumorigenesis osteosarkoma. Paparan
radiasi merupakan faktor resiko terjadinya osteosarkoma, tetapi interval antara paparan
radiasi dan munculnya tumor sangat lama, dan menjadi tidak relevan terhadap
osteosarkoma konvensional. Akan tetapi, radiasi mungkin bertanggung jawab terhadap
berkembangnya osteosarkoma sekunder post radiasi tumor primer tertentu (Bakhshi S
dan Radhakrishnan V, 2010).

11. Bagaimana anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapat pada pasiesn
osteosarkoma?
⁃ Anamnesis dan pemeriksaan fisik Pada tahap anamnesis, dokter akan menanyakan
berbagai hal untuk mengetahui lebih lanjut tentang gejala yang dialami. Hal yang
ditanyakan meliputi gejala, riwayat cedera, riwayat kesehatan sebelumnya, proses
perjalanan penyakit, riwayat kanker pada keluarga, dan lain sebagainya. Sementara itu,
pada pemeriksaan fisik dokter akan memeriksa keadaan pasien secara keseluruhan dan
massa pada tulang.
⁃ Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat ditemukan tanda dan gejala seperti:
• Nyeri tulang yang semakin berat
• Pembengkakan yang membesar dengan cepat dan terasa nyeri jika ditekan
• Patah tulang di area sekitar kanker
• Keterbatasan gerak, tidak mampu menahan beban, atau pincang
• Penurunan berat badan
• Sulit makan
• Demam
• Anemia (kekurangan sel darah merah)
⁃ Pemeriksaan fisik mungkin terbatas pada massa nyeri, keras, pergerakan
terganggu, fungsi normal menurun, edema, panas setempat, teleangiektasi, kulit diatas
tumor hiperemi, hangat, edema, dan pelebaran vena. Pembesaran tumor secara tiba-tiba
umumnya akibat sekunder dari perdarahan dalam lesi. Fraktur patologik terjadi pada 5-
10% kasus.
⁃ Pada pemeriksaan fisik didapatkan suatu massa, ger aka n send i ya ng terbat as,
nyer i s aat me nump u bera t badan. Diperkirakan ada sekitar 5-10% pasien akan
mengalami fraktur patologis sebagai salah satu tanda dari pertumbuhan tumor dan
biasanya didahului dengan adanya suatu trauma.
⁃ Anamnesis dapat ditemukan tanda dan gejala, antar lain nyeri local yang semakin
progresif (yang awalnya ringan dan intermiten namun lama kelamaan menjadi semakin
hebat dan menetap. Sementara pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan edema,
keterbatasan gerak, penurunan berat badan, anemia, dan fraktur.

12. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat kita anjurkan pada pasien?
⁃ Pemeriksaan Penunjang. Bila dokter mencurigai diagnosis mengarah ke
osteosarkoma, dokter akan menyarankan pemeriksaan lain untuk menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
• Pemeriksaan roentgen/sinar-X Pemeriksaan roentgen merupakan pemeriksaan
radiologi pertama yang dilakukan. Selain untuk menegakkan diagnosis, pemeriksaan ini
juga dilakukan untuk evaluasi setelah kemoterapi. Tak hanya dilakukan pada daerah yang
terkena kanker, roentgen juga dapat dilakukan pada dada untuk mengetahui kemungkinan
penyebaran kanker ke paru.
• Computed Tomography Scan (CT-scan)
CT-scan berguna untuk memperlihatkan secara detail kelainan pada tulang. Selain itu,
pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan penyebaran ke
paru atau bagian tubuh lainnya.
• Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI merupakan pemeriksaan terbaik untuk
menentukan stadium osteosarkoma karena dapat mengetahui distribusi kanker pada
tulang dan penyebaran kanker pada jaringan lunak sekitarnya. MRI juga dapat
memperlihatkan kondisi pembuluh darah secara lebih detail. Pemeriksaan ini dapat
membantu menentukan manajemen bedah yang paling sesuai.
• Bone Scan Bone scan menggunakan sejumlah kecil bahan radioaktif yang
disuntikkan ke pembuluh darah. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran
kanker ke tulang yang lain.
• Positron Emission Tomography Scan (PET-scan)PET-scan memiliki keuntungan
dapat memindai seluruh tubuh, untuk mengecek kemungkinan penyebaran kanker.
Sayangnya, pemeriksaan ini tidak terlalu mendetail. Sehingga PET-scan hanya digunakan
untuk skrining (Hanya pendapat saya saja, tapi menurut saya istilah ‘skrining’ kurang
cocok pada konteks ini, mungkin bisa digunakan seperti ‘membantu mengetahui’ saja?
Terima kasih) kemungkinan penyebaran kanker.
• Bone Scintigraphy Bone scintigraphy digunakan untuk menunjukkan penyebaran
kanker.
• Biopsi Seperti pada kanker yang lain, biopsi merupakan pemeriksaan penting
untuk menegakkan diagnosis osteosarkoma. Pada pemeriksaan ini, akan diambil sampel
jaringan atau tulang dari bagian tubuh yang terasa nyeri atau membengkak. Biopsi
merupakan cara terbaik untuk membedakan osteosarkoma dari jenis kanker tulang
lainnya.
• Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium dilakukan bukan untuk
menegakkan diagnosis, melainkan untuk mengetahui fungsi organ tubuh sebelum
melakukan pengobatan. Khususnya untuk kemoterapi yang efek berefek samping pada
organ tubuh yang lain. Pemeriksaan fungsi organ yang dimaksud meliputi paru-paru,
jantung, liver/hati, ginjal, dan lain sebagainya.

13. Apa tatalakasana yang dapat kita lakukan pada pasien osteosarcoma?
• Untuk pengobatan osteosarkoma, terdapat beberapa terapi yang dapat dilakukan,
yaitu pembedahan, kemoterapi, radiasi maupun kombinasi dari ketiga jenis pengobatan
tersebut. Pemilihan terapi bergantung pada beberapa hal, seperti lokasi, kecepatan
pertumbuhan, dan penyebaran kanker. Usia dan kondisi tubuh pasien juga
dipertimbangkan dalam pemilihan terapi. Namun saat ini, standar terapi yang disarankan
adalah kemoterapi preoperasi yang diikuti dengan pembedahan dan diakhiri dengan
kemoterapi pascaoperasi.
• Pembedahan Limb salvage surgery (LSS) adalah prosedur pembedahan yang
dilakukan untuk menghilangkan tumor dengan tujuan untuk menyelamatkan anggota
gerak dan mengoptimalkan fungsi. Saat ini, 80–90% pasien osteosarkoma ditatalaksana
dengan metode ini. LSS dapat dilakukan selama kanker belum menyerang pembuluh
darah atau saraf dan belum menyebar ke jaringan lain. Selain itu, tidak terdapat infeksi
maupun patah tulang. Pembedahan LSS melibatkan pengangkatan tulang yang terkena
dan menggantikannya dengan cangkok tulang atau tulang prostetik. Setelah itu,
dilanjutkan dengan terapi rehabilitasi. Jika persyaratan LSS tidak terpenuhi, langkah
dapat dilakukan pembedahan amputasi. Pada osteosarkoma berat yang tidak
memungkinkan pemberian kemoterapi, maka kemungkinan akan langsung dilakukan
pembedahan amputasi.
• KemoterapiKemoterapi menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker
atau menghentikan pertumbuhannya. Kemoterapi dapat diberikan sebelum pembedahan
(preoperatif) dengan tujuan untuk mengecilkan tumor sehingga mempermudah
pembedahan. Kemoterapi juga diharapkan dapat membunuh sel kanker yang telah
menyebar ke bagian tubuh yang lain. Setelah pembedahan pun, kemoterapi dapat kembali
diberikan (pascaoperatif) untuk membunuh sel kanker yang tersisa. Dengan pemberian
kemoterapi sebelum operasi, setelah operasi, atau kombinasi keduanya, angka
kelangsungan hidup jangka panjang pasien dapat mencapai 75–80%.
• Terapi radiasi Terapi radiasi bertujuan untuk membunuh atau mengecilkan sel
kanker yang berada pada bagian tubuh tertentu. Namun, peran radioterapi pada
osteosarkoma relatif kecil. Hal ini disebabkan karena osteosarkoma termasuk dalam
golongan radioresisten (kanker yang tidak peka dengan radioterapi). Selain itu,
penyebaran osteosarkoma biasanya melalui aliran darah, bukan jalur limfatik. Meski
demikian, peran radioterapi saat ini sudah menjadi lebih besar berkat kemajuan teknologi.
Radioterapi biasanya diberikan sebagai terapi tambahan setelah pembedahan, pada
osteosarkoma derajat ringan, dan sebagai terapi paliatif di area penyebaran kanker.
Radioterapi juga dilakukan pada osteosarkoma di lokasi tertentu, seperti tulang wajah
(karena keterbatasan tindakan bedah dan masalah kosmetik). Radioterapi juga dapat
diberikan pada osteosarkoma di tulang belakang, panggul, tengkorak, dan rusuk yang
lebih sulit diangkat sepenuhnya dengan operasi. Pada pasien yang menolak dilakukan
tindakan pembedahan, dapat dilakukan pemberian kemoterapi dan radioterapi sebagai
terapi utama.
⁃ Pemantauan Pemantauan pasien dilakukan setiap dua bulan pada tahun pertama
dan kedua terapi. Kemudian dilakukan setiap tiga bulan pada tahun ketiga dan setiap
enam bulan pada tahun keempat dan kelima. Setelah lima tahun, pemantauan dilakukan
sekali dalam setahun. Jika kanker kembali kambuh, dapat dilakukan kemoterapi, LSS
atau amputasi, atau radiasi.
⁃ Deteksi Dini Waktu rata-rata dari awal munculnya gejala hingga diagnosis
osteosarkoma adalah empat bulan. Sekitar 10–20% osteosarkoma yang terdiagnosis telah
mengalami penyebaran. Padahal, kemungkinan sembuh tentu akan semakin besar bila
pasien datang pada stadium yang lebih awal. Hingga saat ini, belum ada deteksi dini
khusus untuk mendeteksi osteosarkoma. Sehingga deteksi dini hanya bergantung pada
kewaspadaan. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mempercepat diagnosis, adalah
sebagai berikut:
1. Menemui dokter secepatnya bila mengalami rasa sakit dan bengkak pada ujung-
ujung tulang yang tidak kunjung hilang atau penyebabnya tidak jelas.
2. Bagi orang tua, harus lebih waspada dan segera memeriksakan anaknya bila
mendapati gejala-gejala osteosarkoma. Meskipun gejala osteosarkoma sering kali
terabaikan, kewaspadaan yang berlebih pun tidak baik. Mengingat kanker ini jarang
terjadi dibandingkan penyakit tulang lainnya.
⁃ Sebagian besar penyakit ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, di mana
remaja termasuk kelompok usia yang paling sering terkena. Lebih dari 60% dari
osteosarkoma ditemukan pada pasien usia kurang dari 25 tahun. Kejadian osteosarkoma
dapat meningkat kembali pada usia di atas 60 tahun, oleh karena itu, penyakit ini
dikatakan memiliki distribusi yang bersifat bimodal. Osteosarkoma lebih sering terjadi
pada pria daripada wanita dengan perbandingan 3:2.
⁃ Menurut WHO, kejadian osteosarkoma pada semua populasi adalah sekitar 4-5
per 1.000.000 penduduk. Perkiraan kejadian osteosarkoma meningkat menjadi 8-11 per
1.000.000 penduduk per tahun pada usia 15-19 tahun. Di Amerika, diperkirakan terdapat
sejumlah 800-900 orang dari semua usia akan didiagnosis osteosarkoma, dengan sekitar
separuhnya adalah pada anak-anak dan remaja. Di Indonesia, didapatkan bahwa kejadian
kanker tulang sebesar 1,6% dari seluruh jenis kanker pada manusia dengan
kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Di RSCM, terdapat 219 kasus osteosarkoma
(16,8 kasus/tahun) dalam kurun waktu 13 tahun (1995-2007) yang merupakan jumlah
terbanyak dari seluruh keganasan tulang (70,59%) dengan distribusi terbanyak pada
dekade ke-2.
⁃ Sebagian besar osteosarkoma terjadi secara sporadik. Adapun faktor risiko
terjadinya osteosarkoma adalah:
• Usia: risiko paling tinggi adalah pada usia antara 10 dan 30 tahun, terutama
selama masa pertumbuhan pada remaja. Risiko menurun pada usia pertengahan tetapi
meningkat lagi pada usia di atas 60 tahun.
• Tinggi badan: anak-anak dengan osteosarkoma biasanya lebih tinggi untuk
usianya.
• Jenis kelamin: osteosarkoma lebih sering dijumpai pada pria dibandingkan
wanita.
• Ras: osteosarkoma sedikit lebih sering pada ras Afrika Amerika dan
Hispanic/Latino dibandingkan orang kulit putih.
• Radiasi pada tulang: seseorang yang diberikan terapi radiasi untuk kanker lain
lebih berisiko mengalami osteosarkoma pada daerah yang pernah diberikan terapi radiasi.
Terapi radiasi pada usia lebih muda dan dengan dosis tinggi meningkatkan risikonya.
• Penyakit tulang tertentu: contohnya adalah penyakit Paget, suatu kondisi di mana
terbentuk jaringan tulang abnormal pada satu atau lebih tulang (paling sering pada usia di
atas 50 tahun). Tulang yang terkena sifatnya keras dan tebal tetapi lebih rapuh
dibandingkan tulang yang normal.
• Kelainan yang diturunkan: contohnya retinoblastoma (kanker mata pada anak
yang sangat jarang dijumpai), sindrom Li-Fraumeni (kelainan yang disebabkan mutasi
gen penekan tumor), sindrom Werner (kelainan yang sangat jarang dijumpai yang
melibatkan gen WRN untuk perbaikan materi genetik yang rusak), sindrom Rothmund-
Thomson (ditandai dengan tubuh pendek, ruam, rambut rontok, dan kelainan rangka).

Anda mungkin juga menyukai