pembengkakan pada daerah femoralis kiri. Kurang lebih 2 bulan yang lalu pasien
mengeluhkan nyeri hebat di daerah yang sama. Tiga minggu terakhir mulai membengkak
dan membesar sehingga sulit berjalan. Menurut sang ibu, anaknya lebih tinggi dibanding
anak seusianya. Belakangan ini anak itu juga terlihat pucat dan lemah. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan: bengkak di daerah femoralis kiri disertai nyeri. Pemeriksaan sinar-X
menunjukkan segitiga codman, penampakan sinar matahari, lesi osteosklerotik &
osteoblas.
Tugas:
Jelaskan fenomena dalam skenario di atas?
SUMBER
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/49b1741799542304b46483789695d3e9.pdf
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKOsteosarkoma.pdf
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/download/6334/5854
http://repository.unair.ac.id/85586/1/Pendekatan%20Sistematis%20Diagnosis.pdf
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/25483/177041157.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
https://id.scribd.com/doc/228219545/MODUL-5-blok-18-ya
2. Apa hubungannya nyeri 2 bulan lalu dengan keluhan bengkaknya yang sekarang?
3. Kenapa 3 minggu terakhir menjadi semakin bengkak dan jadi sulit berjalan?
5. Mengapa anaknya juga bisa lebih tinggi dibanding anak seusianya 14th?
⁃ Rentan menyerang remaja dan anak-anak, osteosarcoma adalah salah satu jenis
kanker tulang yang menyerang tulang-tulang berukuran besar, pada bagian yang memiliki
tingkat pertumbuhan tercepat. Lalu, mengapa remaja rentan terkena osteosarcoma?
Sebab, osteosarcoma cenderung menyerang tulang dengan pertumbuhan cepat saja,
sedangkan pada masa remaja dan anak-anak, pertumbuhan tulang berada dalam fase yang
paling cepat. Itulah sebabnya risiko seseorang untuk mengidap osteosarcoma dapat
meningkat pada masa pertumbuhan tulang, yaitu masa remaja. Selain rentan menyerang
remaja dan anak-anak, osteosarcoma juga lebih tinggi risikonya pada pria ketimbang
wanita, terutama pada usia 0-24 tahun. Meski begitu, kanker ini tetap bisa terjadi pada
siapa saja.
⁃ Kanker tulang jenis osteosarkoma lebih sering menyerang kelompok usia 15–25
tahun (pada usia pertumbuhan). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun.
Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir
masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang
penyebab pasti belum diketahui.
11. Bagaimana anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapat pada pasiesn
osteosarkoma?
⁃ Anamnesis dan pemeriksaan fisik Pada tahap anamnesis, dokter akan menanyakan
berbagai hal untuk mengetahui lebih lanjut tentang gejala yang dialami. Hal yang
ditanyakan meliputi gejala, riwayat cedera, riwayat kesehatan sebelumnya, proses
perjalanan penyakit, riwayat kanker pada keluarga, dan lain sebagainya. Sementara itu,
pada pemeriksaan fisik dokter akan memeriksa keadaan pasien secara keseluruhan dan
massa pada tulang.
⁃ Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat ditemukan tanda dan gejala seperti:
• Nyeri tulang yang semakin berat
• Pembengkakan yang membesar dengan cepat dan terasa nyeri jika ditekan
• Patah tulang di area sekitar kanker
• Keterbatasan gerak, tidak mampu menahan beban, atau pincang
• Penurunan berat badan
• Sulit makan
• Demam
• Anemia (kekurangan sel darah merah)
⁃ Pemeriksaan fisik mungkin terbatas pada massa nyeri, keras, pergerakan
terganggu, fungsi normal menurun, edema, panas setempat, teleangiektasi, kulit diatas
tumor hiperemi, hangat, edema, dan pelebaran vena. Pembesaran tumor secara tiba-tiba
umumnya akibat sekunder dari perdarahan dalam lesi. Fraktur patologik terjadi pada 5-
10% kasus.
⁃ Pada pemeriksaan fisik didapatkan suatu massa, ger aka n send i ya ng terbat as,
nyer i s aat me nump u bera t badan. Diperkirakan ada sekitar 5-10% pasien akan
mengalami fraktur patologis sebagai salah satu tanda dari pertumbuhan tumor dan
biasanya didahului dengan adanya suatu trauma.
⁃ Anamnesis dapat ditemukan tanda dan gejala, antar lain nyeri local yang semakin
progresif (yang awalnya ringan dan intermiten namun lama kelamaan menjadi semakin
hebat dan menetap. Sementara pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan edema,
keterbatasan gerak, penurunan berat badan, anemia, dan fraktur.
12. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat kita anjurkan pada pasien?
⁃ Pemeriksaan Penunjang. Bila dokter mencurigai diagnosis mengarah ke
osteosarkoma, dokter akan menyarankan pemeriksaan lain untuk menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
• Pemeriksaan roentgen/sinar-X Pemeriksaan roentgen merupakan pemeriksaan
radiologi pertama yang dilakukan. Selain untuk menegakkan diagnosis, pemeriksaan ini
juga dilakukan untuk evaluasi setelah kemoterapi. Tak hanya dilakukan pada daerah yang
terkena kanker, roentgen juga dapat dilakukan pada dada untuk mengetahui kemungkinan
penyebaran kanker ke paru.
• Computed Tomography Scan (CT-scan)
CT-scan berguna untuk memperlihatkan secara detail kelainan pada tulang. Selain itu,
pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan penyebaran ke
paru atau bagian tubuh lainnya.
• Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI merupakan pemeriksaan terbaik untuk
menentukan stadium osteosarkoma karena dapat mengetahui distribusi kanker pada
tulang dan penyebaran kanker pada jaringan lunak sekitarnya. MRI juga dapat
memperlihatkan kondisi pembuluh darah secara lebih detail. Pemeriksaan ini dapat
membantu menentukan manajemen bedah yang paling sesuai.
• Bone Scan Bone scan menggunakan sejumlah kecil bahan radioaktif yang
disuntikkan ke pembuluh darah. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran
kanker ke tulang yang lain.
• Positron Emission Tomography Scan (PET-scan)PET-scan memiliki keuntungan
dapat memindai seluruh tubuh, untuk mengecek kemungkinan penyebaran kanker.
Sayangnya, pemeriksaan ini tidak terlalu mendetail. Sehingga PET-scan hanya digunakan
untuk skrining (Hanya pendapat saya saja, tapi menurut saya istilah ‘skrining’ kurang
cocok pada konteks ini, mungkin bisa digunakan seperti ‘membantu mengetahui’ saja?
Terima kasih) kemungkinan penyebaran kanker.
• Bone Scintigraphy Bone scintigraphy digunakan untuk menunjukkan penyebaran
kanker.
• Biopsi Seperti pada kanker yang lain, biopsi merupakan pemeriksaan penting
untuk menegakkan diagnosis osteosarkoma. Pada pemeriksaan ini, akan diambil sampel
jaringan atau tulang dari bagian tubuh yang terasa nyeri atau membengkak. Biopsi
merupakan cara terbaik untuk membedakan osteosarkoma dari jenis kanker tulang
lainnya.
• Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium dilakukan bukan untuk
menegakkan diagnosis, melainkan untuk mengetahui fungsi organ tubuh sebelum
melakukan pengobatan. Khususnya untuk kemoterapi yang efek berefek samping pada
organ tubuh yang lain. Pemeriksaan fungsi organ yang dimaksud meliputi paru-paru,
jantung, liver/hati, ginjal, dan lain sebagainya.
13. Apa tatalakasana yang dapat kita lakukan pada pasien osteosarcoma?
• Untuk pengobatan osteosarkoma, terdapat beberapa terapi yang dapat dilakukan,
yaitu pembedahan, kemoterapi, radiasi maupun kombinasi dari ketiga jenis pengobatan
tersebut. Pemilihan terapi bergantung pada beberapa hal, seperti lokasi, kecepatan
pertumbuhan, dan penyebaran kanker. Usia dan kondisi tubuh pasien juga
dipertimbangkan dalam pemilihan terapi. Namun saat ini, standar terapi yang disarankan
adalah kemoterapi preoperasi yang diikuti dengan pembedahan dan diakhiri dengan
kemoterapi pascaoperasi.
• Pembedahan Limb salvage surgery (LSS) adalah prosedur pembedahan yang
dilakukan untuk menghilangkan tumor dengan tujuan untuk menyelamatkan anggota
gerak dan mengoptimalkan fungsi. Saat ini, 80–90% pasien osteosarkoma ditatalaksana
dengan metode ini. LSS dapat dilakukan selama kanker belum menyerang pembuluh
darah atau saraf dan belum menyebar ke jaringan lain. Selain itu, tidak terdapat infeksi
maupun patah tulang. Pembedahan LSS melibatkan pengangkatan tulang yang terkena
dan menggantikannya dengan cangkok tulang atau tulang prostetik. Setelah itu,
dilanjutkan dengan terapi rehabilitasi. Jika persyaratan LSS tidak terpenuhi, langkah
dapat dilakukan pembedahan amputasi. Pada osteosarkoma berat yang tidak
memungkinkan pemberian kemoterapi, maka kemungkinan akan langsung dilakukan
pembedahan amputasi.
• KemoterapiKemoterapi menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker
atau menghentikan pertumbuhannya. Kemoterapi dapat diberikan sebelum pembedahan
(preoperatif) dengan tujuan untuk mengecilkan tumor sehingga mempermudah
pembedahan. Kemoterapi juga diharapkan dapat membunuh sel kanker yang telah
menyebar ke bagian tubuh yang lain. Setelah pembedahan pun, kemoterapi dapat kembali
diberikan (pascaoperatif) untuk membunuh sel kanker yang tersisa. Dengan pemberian
kemoterapi sebelum operasi, setelah operasi, atau kombinasi keduanya, angka
kelangsungan hidup jangka panjang pasien dapat mencapai 75–80%.
• Terapi radiasi Terapi radiasi bertujuan untuk membunuh atau mengecilkan sel
kanker yang berada pada bagian tubuh tertentu. Namun, peran radioterapi pada
osteosarkoma relatif kecil. Hal ini disebabkan karena osteosarkoma termasuk dalam
golongan radioresisten (kanker yang tidak peka dengan radioterapi). Selain itu,
penyebaran osteosarkoma biasanya melalui aliran darah, bukan jalur limfatik. Meski
demikian, peran radioterapi saat ini sudah menjadi lebih besar berkat kemajuan teknologi.
Radioterapi biasanya diberikan sebagai terapi tambahan setelah pembedahan, pada
osteosarkoma derajat ringan, dan sebagai terapi paliatif di area penyebaran kanker.
Radioterapi juga dilakukan pada osteosarkoma di lokasi tertentu, seperti tulang wajah
(karena keterbatasan tindakan bedah dan masalah kosmetik). Radioterapi juga dapat
diberikan pada osteosarkoma di tulang belakang, panggul, tengkorak, dan rusuk yang
lebih sulit diangkat sepenuhnya dengan operasi. Pada pasien yang menolak dilakukan
tindakan pembedahan, dapat dilakukan pemberian kemoterapi dan radioterapi sebagai
terapi utama.
⁃ Pemantauan Pemantauan pasien dilakukan setiap dua bulan pada tahun pertama
dan kedua terapi. Kemudian dilakukan setiap tiga bulan pada tahun ketiga dan setiap
enam bulan pada tahun keempat dan kelima. Setelah lima tahun, pemantauan dilakukan
sekali dalam setahun. Jika kanker kembali kambuh, dapat dilakukan kemoterapi, LSS
atau amputasi, atau radiasi.
⁃ Deteksi Dini Waktu rata-rata dari awal munculnya gejala hingga diagnosis
osteosarkoma adalah empat bulan. Sekitar 10–20% osteosarkoma yang terdiagnosis telah
mengalami penyebaran. Padahal, kemungkinan sembuh tentu akan semakin besar bila
pasien datang pada stadium yang lebih awal. Hingga saat ini, belum ada deteksi dini
khusus untuk mendeteksi osteosarkoma. Sehingga deteksi dini hanya bergantung pada
kewaspadaan. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mempercepat diagnosis, adalah
sebagai berikut:
1. Menemui dokter secepatnya bila mengalami rasa sakit dan bengkak pada ujung-
ujung tulang yang tidak kunjung hilang atau penyebabnya tidak jelas.
2. Bagi orang tua, harus lebih waspada dan segera memeriksakan anaknya bila
mendapati gejala-gejala osteosarkoma. Meskipun gejala osteosarkoma sering kali
terabaikan, kewaspadaan yang berlebih pun tidak baik. Mengingat kanker ini jarang
terjadi dibandingkan penyakit tulang lainnya.
⁃ Sebagian besar penyakit ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, di mana
remaja termasuk kelompok usia yang paling sering terkena. Lebih dari 60% dari
osteosarkoma ditemukan pada pasien usia kurang dari 25 tahun. Kejadian osteosarkoma
dapat meningkat kembali pada usia di atas 60 tahun, oleh karena itu, penyakit ini
dikatakan memiliki distribusi yang bersifat bimodal. Osteosarkoma lebih sering terjadi
pada pria daripada wanita dengan perbandingan 3:2.
⁃ Menurut WHO, kejadian osteosarkoma pada semua populasi adalah sekitar 4-5
per 1.000.000 penduduk. Perkiraan kejadian osteosarkoma meningkat menjadi 8-11 per
1.000.000 penduduk per tahun pada usia 15-19 tahun. Di Amerika, diperkirakan terdapat
sejumlah 800-900 orang dari semua usia akan didiagnosis osteosarkoma, dengan sekitar
separuhnya adalah pada anak-anak dan remaja. Di Indonesia, didapatkan bahwa kejadian
kanker tulang sebesar 1,6% dari seluruh jenis kanker pada manusia dengan
kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Di RSCM, terdapat 219 kasus osteosarkoma
(16,8 kasus/tahun) dalam kurun waktu 13 tahun (1995-2007) yang merupakan jumlah
terbanyak dari seluruh keganasan tulang (70,59%) dengan distribusi terbanyak pada
dekade ke-2.
⁃ Sebagian besar osteosarkoma terjadi secara sporadik. Adapun faktor risiko
terjadinya osteosarkoma adalah:
• Usia: risiko paling tinggi adalah pada usia antara 10 dan 30 tahun, terutama
selama masa pertumbuhan pada remaja. Risiko menurun pada usia pertengahan tetapi
meningkat lagi pada usia di atas 60 tahun.
• Tinggi badan: anak-anak dengan osteosarkoma biasanya lebih tinggi untuk
usianya.
• Jenis kelamin: osteosarkoma lebih sering dijumpai pada pria dibandingkan
wanita.
• Ras: osteosarkoma sedikit lebih sering pada ras Afrika Amerika dan
Hispanic/Latino dibandingkan orang kulit putih.
• Radiasi pada tulang: seseorang yang diberikan terapi radiasi untuk kanker lain
lebih berisiko mengalami osteosarkoma pada daerah yang pernah diberikan terapi radiasi.
Terapi radiasi pada usia lebih muda dan dengan dosis tinggi meningkatkan risikonya.
• Penyakit tulang tertentu: contohnya adalah penyakit Paget, suatu kondisi di mana
terbentuk jaringan tulang abnormal pada satu atau lebih tulang (paling sering pada usia di
atas 50 tahun). Tulang yang terkena sifatnya keras dan tebal tetapi lebih rapuh
dibandingkan tulang yang normal.
• Kelainan yang diturunkan: contohnya retinoblastoma (kanker mata pada anak
yang sangat jarang dijumpai), sindrom Li-Fraumeni (kelainan yang disebabkan mutasi
gen penekan tumor), sindrom Werner (kelainan yang sangat jarang dijumpai yang
melibatkan gen WRN untuk perbaikan materi genetik yang rusak), sindrom Rothmund-
Thomson (ditandai dengan tubuh pendek, ruam, rambut rontok, dan kelainan rangka).