Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Osteosarkoma adalah kanker tulang maligna yang paling umum terjadi
pada anak, terjadi paling sering pada remaja pada puncak growh spurt
(lonjakan pertumbuhan) (Maloney,2011). Osteosarkoma terjadi sedikit
lebih sering pada pria.(Hendersot,2010). Kanker ini diperkirakan berasal
dari jaringan mesenkim embrio yang membentuk tulang. Area yang paling
umum adalah ditulang panjang, terutama humerus, proksimal, dan femur
distal. Kompilikasi mencakup metastasis, terutama ke paru tulang lain, dan
kejadian berulang penyakit dalam 3 tahun, terutama mengenai paru.
Pengangkatan bedah tumor diperlukan. Kemoterapi sering kali diberikan
sebelum pembedahan untuk mengurangi ukuran tumor: biasanya diberikan
setelah pembedahan untuk menangani atau mencegah metastasis.
B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti terhadap kanker belum diketahui secara jelas tetapi
faktor-faktor etilogi yang membantu terbentuknya kanker sudah banyak
diketahui yaitu
a. Radiasi
Insiden osteosarkoma juga lebih tinggi pada tulang yang teradiasi.
b. Keturunan
Osteosarkoma merupakan salah satu tumor yang teridentifikasi
dalam keluarga kanker Li-Fraumeni. Pada kanker Li-Fraumeni,
terdapat dini kanker payudara pada ibu dan kerabat dekat akibat
mutasi garis induk (Porter et,al,1992)
C. PATOFISIOLOGI
Osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas.
Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang. tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.
Penyebab osteosarkoma belum jelas diketahui, adanya hubungan
kekeluargaan menjadi suatu predisposisi. Lokasi tumor dan usia penderita
pada pertumbuhan pesat dari tulang memunculkan perkiraan adanya
pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma. Mulai tumbuh bisa didalam
tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut sampai pada jaringan
lunak sekitar tulang epifisis dan tulang rawan sendi bertindak sebagai
barier pertumbuhan tumor kedalam sendi. Osteosarkoma mengadakan
metastase secara hematogen paling sering keparu atau pada tulang lainnya
dan didapatkan sekitar 15%-20% telah mengalami metastase pada saat
diagnosis ditegakkan (Salter, robert: 2006).
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan
respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik
(pembentukan tulang).
beberapa tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat
berbahaya dan mengancam jiwa.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan
pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara
histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang
berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak seperti
jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling
dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui
dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis
epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu
proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau
proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses
osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan
periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
D. PENATALAKSANAAN
Penanganan osteosarkoma yang optimun adalah kombinasi kemoterapi
dan pembedahan radikal,baik mempertahankan ekstermitas atau amputasi.
Pendekatan ini telah meningkatkan penatalaksanaan osteosarkoma dalam
30 tahun terahir ini, dengan angka individu yang sintas sekitar 55% untuk
tumor tanpa metastasis pada saat muncul. Respons yang baik terhadap
kemoterapi merupakan faktor prognosis. Protokol kemoterapi percobaan
dengan menggunakan kombinasi obat lalu ditinjau,baik secara nasional
maupun internasional untuk mencari penanganan yang optimun.
Kekambuhan lokal osteosarkoma cenderung meningkat setelah
pembedahan yang memperetahankan ekstermitas jika respon pasien
terhadap kemoterapi buruk. Efek kemoterapi lebih signifikan mencegah
kekambuhan daripada tingkat pembedahan yang dibatasi. Osteosarkoma
tidak terlalu sensitif terhadap radioterapi. Oleh sebab itu, penggunaan
radioterapi dibatasi, tetapi diindikasikan pada ahir penanganan untuk
meradiasi jaringan lunak tempat tumor hanya direseksi secara marginal.
Jika tindakan ini dilakukan disekitar sendi implan endroprostetik, dapat
terjadi adhesi yang akan membatasi fungsi.
E. MANIFESTASI KLINIS
a) Rasa sakit(nyeri), atau pembengkakan ekstermitas yang terkena
(biasanya menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat
sesuai dengan progresivitas penyaakit).
b) Pembengkakan diatas tulang dan pergerakan yang terbatas
c) Keterbatasan gerak
d) Fraktur patologik
e) Menurunnya berat badan
f) Kenaikan suhu tubuh disertai distensi pembuluh darah maupun
pelebaran vena
g) Gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam,
berat badan menurun dan malaise
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang bisa dilakukan:
a. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan
destruksi tulang.
b. CT scan dada melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
c. Biopsi terbuka menentukan jenis malignasi tumor tulang, meliputi
tindakan insisi,eksisi,jarum, dan lesi.
d. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
e. Pemeriksaan darah biasanya menunjukan adanya peningkatan
alkalin fosfatase.
f. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang
dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.
g. Scnitigrafi untuk dapat mendeteksi adanya”skip les”.

G. KOMPLIKASI
Risiko- risiko utama yang berhubungan dengan operasi termasuk infeksi,
kekambuhan dari kanker, dan luka pada jaringan- jaringan yang
mengelilinginya. Dalam rangka untuk mengakat seluruh kanker dan
mengurangi risiko kekambuhan, beberapa jaringan normal yang
mengelilinginya harus juga diangkat. Tergantung pada lokasi dari
kanker,dan Ini dapat menyebabkan kelemahan atau penurunan kekebalan
tubuh dan sebagainya.
a. Efek proses kemoterapi
Kemoterapi menggunakan obat-obat yang sangat kuat untuk
mencoba membunuh sel-sel kanker. Tetapi sebagai akibatnya
beberapa sel-sel normal juga terbunuh dalam prosesnya. Obat- obat
dirancang untuk membunuh sel-sel yang membelah atau tumbuh
secara cepat. Sel-sel normal yang terpengaruh seringkali termasuk
rambut, yang bisa mengakibatkan kebotakan,kelelahan biasanya
efek-efek sampingan ini biasanya hilang setelah kemoterapi
selesai. Nutrisi yang baik adalah penting untuk tubuh untuk
melawan kanker.
b. Kecacatan
Apabila dilakukan proses pengangkatan kanker melalui
penghilangan organ, maka kecacatan pasien tidak akan
bisa dihindari. Kanker tulang bisanya juga dapat menimbulkan
patah tulang yang disebut fraktur patologis.
c. Kematian
Fakta yang penyebab kematiaan akibat kanker:
a. Kesulitan diagnosis oleh dokter patologi tulang, minimnya
peralatan diagnosis yag tersedia dan sulitnya mendeteksi sel-
sel kanker yang diderita pasien apakah tergoong jinak atau
ganas.
b. Umumnya pasien datang ketika penyakit sudah berada pada
stadium akhir. Pengobatanya akan menjadi sulit, dan angka
harapan hidup semakin kecil.
c. Masalah sosial ekonomi. Penyakit kanker memang tergolong
masih sulit diobati, belum lagi biaya pengobatan sangat
mahal. Masalahnya biaya sering menjadi alasan pasien untuk
tidak berobat. Bahkan, banyak pasien yang menolak diopersi
karena tidak memiliki biaya.
d. Pengobatan dengan kemoterapi memiliki efek samping yang
menyakitkan, sehingga membuat pasien menyerah dan
menghentikan terapi
e. Kurangnya pengetahuan tentang kanker dan pengobatanya,
membuat banyak orang memutuskan untuk memilih
pengobatan alternatif yang biayanya relatif lebih murah,
meskipun kenyataaanyaiyu mahal membahayakankehidupan
pasien ( Saferi Wijaya, Meriza Putri 2013)

F. ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOSARKOMA

A. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
Nama,umur,jenis kelamin,pendidikan,pekerjaan,alamat,dll)
b. Riwayat kesehatan
1. Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena.
2. Pasien menhgatakan susah untuk beraktivitas.
3. Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya.
c. Pengkajian fisik
1. Palpasi: teraba pada daerah yang terkena.
2. Pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkan oleh tumor.
3. Pengkajian status neovaskular, nyeri tekan.
4. Keterbatasan rentang gerak.
d. Hasil laboratorium/radiologi
1. Terdapat gambaran adanya kerusakan tulang dan pembentukan
tulang baru.
2. Adanya gambaran sun ray spicules atau benang-benang tulang dari
kortek tulang
3. Teejadinya peningkatan kadar alkali posfatase.
G. DIAGNOSA

1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit dan pembedahan.


2. Nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berhubungan dengan kanker.
3. Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan
kinerja peran.
H. ASKEP OSTEORASKOMA
A. Pengkajian

1. Riwayat kesehatan
Dapatan riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga dan
pasien mengatasi masalahnya dan bagaimana psien mengatasi nyeri yang
dideritanya. Beikan perhatian khusus pada keluhan misalnya :
Keletihan, nyeri pada ekstermitas, berkeringat pada malam hari, kurang
nafsu makan, sakit kepala, dan malaise.
2. Pemeriksaan fisik
a Teraba masssa tulang dan peningkatan suhu kulit diatas massa serta
adanya pelebaran vena
b Pembengkakan pada atau diatas tulang atau persendian serta pergerakan
yang terbatas.
c Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit.
1) Mungkin hebat atau dangkal
2) Sering hilang degan posisi fleksi
3) Anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktivitas
d. Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus
limfe regional.
e. Pemeriksaan diagnostic
Radiografi, tomografi, pemindaian tulang, radisotop, atau biopsi tulang
bedah, tomografi paru, tes lain untuk diagnosis banding, aspirasi sumsum
tulang ( sarcoma ewing )

B. Diagnose Keperawatan

4. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit dan pembedahan.


5. Nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berhubungan dengan kanker.
6. Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan
kinerja peran.
H. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Rencana Tindakan Rasional


Hasil
1. . Nyeri b/d proses Tujuan : Nyeri 1. Kaji status nyeri 1. Memberikan
penyakit dan berkurang. (lokasi, frekuensi, data dasar
pembedahan KH : durasi, dan untuk
1. Skala nyeri intensitas nyeri) menentukan
berkurang , 2. Ajarkan teknik dan
2. Klien tidak relaksasi mengevaluaas
merasa kesakitan 3. Kolaborasi i instervensi
lagi. pemberian yang
3. Klien mampu analgesic sesuai diberikan.
beraktivitas yang dianjurkan 2. Meningkatka
dokter n rlaksasi
yang
dibutuhkan
untuk
menurunkan
nyeri klien.
3. Mengurangi
nyeri dan
spasme otot
2. Gangguan kebutuhan Tujuan : klien dappat 1. Catat asupan 1. Mengidentifi
nutrisi kurang dari keb. meningkatkan nutrisi makanan setiap kasi kekuatan
Tubuh b/d yang adekuat. hari. atau defisinsi
hipermetabolik pada KH : 2. Berikan diet TKTP nutrisi
kanker 1. Penambahan dan asupan cairan 2. Memenuhi
berat badan. yang adekuat. kebutuhan
2. Porsi makan 3. Kolaborasi : pantau metabolik
dihabiskan hsil pemeriksaan jaringan.
3. Tidak ada laboratorium sesuai 3. Membantu
tanda-tanda indikasi. mengidentifi
malnutrisi kasi derajat
malnutrisi.
3. Gangguan harga diri b/d Tujuan : klien dapat 1. Diskusi dengan 1. Membantu
hilangnya bagian tubuh mengungkapkan orang terdekat dan
atau perubahan kinerja pemahan dalam gaya pengaruh diagnosa memastikan
peran. hidup tentang tubuh, dan pengobatan masalah
perasaan tidak terhadap untuk
berdaya, putus asa kehidupan pasien memulai
dan tidak mampu. dan keluarga. proses
KH : 2. Motivasi pasien pemecahan
1. Klien mampu dengan keluarga masalah.
mengembangkan untuk 2. Membantu
mekanisme mengungkapkan dalam
koping untuk perasaan tentang pemecahan
menghadapi efek kanker dan masalah.
masalah secara pengobatan. 3. Menunjukka
efektif. 3. Pertahankan n rasa
2. Klien mampu kontak mata simpati dan
berdaptasi selama interaksi menjaga
dengan dengan pasien dan hubungan
lingkungan. keluarga. saling
percaya
dengan
pasien dan
keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2000.Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8


Volume 2. Jakarta : EGC
Syamsuhidayat,R dan Wim de Jong.2004.Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai