Anda di halaman 1dari 9

KONSEP DASAR OSTEOSARKOMA

A. PENGERTIAN
Osteosarcoma adalah tumor ganas pada tulang yang memproduksi matriks osteoid
dan tulang mineral. Osteosarcoma merupakan tumor yang besar, dan rapuh berwarna
kelabu putih dan sering mengandung daerah perdarahan.(Kumar et al., 2019)
Osteosarcoma adalah kanker tulang yang paling ganas yang berasal sel
mesinkimal primitif yang memproduksi tulang dan matriks osteoid.(Melti Suriya &
Zuriati, 2019)
Osteosarcoma adalah tumor ganas primer yang sering terjadi dengan prognosis
buruk dimana keganasan yang berasal dari sel primitif pada bagian metafise dari tulang
panjang pada orang muda.(Kalim et al., 2019)
Osteosarkoma adalah suatu neoplasma dimana jaringan osteoid disintesis oleh
sel-sel ganas.(Tomáš et al., 2017)
Osteosarkoma adalah tumor ganas yang sering terjadi pada orang muda yag
cenderung tumbuh di tulang paha (ujung bawah), tulang lengan atas (ujung atas) dan
tulang kering (ujung atas).(Ide, 2013)

B. ETIOLOGI
Osteosarkoma dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Senyawa kimia : Senyawa antrasiklin dan senyawa pengalkil, beryllium dan
methylcholanthrene merupakan senyawa yang dapat menyebabkan perubahan genetik
2. Virus : Rous sarcoma virus yang mengandung gen V-Src yang merupakan proto-
onkogen, virus FBJ yang mengandung proto- onkogen c-Fos yang menyebabkan kurang
responsif terhadap kemoterapi.
3. Radiasi, dihubungkan dengan osteosarkoma sekunder pada orang yang pernah
mendapatkan radiasi untuk terapi kanker.
4. Penyakit lain : Paget’s disease, osteomielitis kronis, osteochondroma, poliostotik
displasia fibrosis, eksostosis herediter multipel dll.
5. Genetik : Sindroma Li-Fraumeni, retinoblastoma, sindrom Werner, Rothmund-
Thomson, bloom.
6. Aspek molekuler / genetik
a. Keturunan juga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan
osteosarcoma
b. Mutasi P53 (gen tumor supresor) merupakan aspek molekuler juga dihubungkan
dengan osteosarkoma.
c. P-Glycoprotein sebagai mediator multi-drug resistance pada sel tumor dan VEGF
dilaporkan berhubungan dengan prognosis osteosarkoma.(Serdar, 2019)

C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya kanker disebut karsinogenesis. Mekanisme karsinogenesis dibagi
menjadi tiga tahap yaitu sebagai berikut :
1) Tahap inisiasi
Adalah tahap kerusakan atau mutasi pada DNA yang terpapar zat karsinogenik
(seperti zat kimia, virus, radiasi) pada saat replikasi DNA. Terdapat enzim-enzim
yang mendeteksi kekeliruan dalam proses replikasi DNA, jika protein pengatur
dapat mengenali dan menghalangi pembelahan sel lebih lanjut maka sel tersebut
dapat dimusnahkan sehingga tidak terjadi pembentukan sel baru yang dapat
diturunkan pada generasi sel berikutnya, begitu juga sebaliknya jika protein
pengatur tidak dapat mengenali maka akan terjadi pembentukan sel lebih lanjut
secara permanen dan dapat diturunkan pada generasi sel berikutnya.
2) Tahap promosi
Pada tahap ini akan meliputi keterpaparan sel dengan zat karsinogenik yang dapat
meningkatkan pertumbuhan sel. Paparan ini dapat terjadi segera setelah tahap
inisiasi atau beberapa tahun kemudian.
3) Tahap progresivitas
Pada tahap ini gen-gen pertumbuhan diativasi oleh kerusakan DNA
mengakibatkan mitosis dipercepat dan pertumbuhan sel ganas dengan cepat. Pada
proses ini timbul perubahan benigna menjadi pra-malignan dan malignan. Pada
awalnya kanker primer memiliki akses ke sirkulasi baik melalui pembuluh darah,
maupun sistem limfatik, setelah sel kanker menembus saluran tersebut, sel kanker
harus mampu bertahan hidup dan pada akhirnya sel kanker tersebut menyebar ke
organ dan membentuk jaringan. Selanjutnya sel kanker harus bisa memulai
pertumbuhan jaringan baru dengan membentuk vaskularisasi baru untuk suplay
oksigen dan nutrisi. Inflamasi merupakan reaksi protektif jaringan terhadap iritasi
atau infeksi dan inflamasi aku merupakan respon dari pertahanan tubuh, namun
jika proses ini terus berlanjut sampai kronik dapat menyabbakan berbagai
patologik termasuk kanker. Inflamasi kronis yang dihubungkan dengan infeksi
dan autoimun dapat mendahului peerkembangan tumor dan berkontribusi melalui
induksi mutasi, instabilitas genomic, promosi awal tumorigenesis dan
angiogenesis. Sel-sel sistem imun yang menginfiltrasi tumor berinteraksi dan
melakukan cross-talk dengan sel kanker melalui berbagai proses moleselular.
Produksi faktor pertumbuhan oleh sel-sel inflamatorik yang dapat mengubah
fenotip sel berupa sistem sel dan sel progenitor, akan merangsang ekspansi sel-
sel tersebut dan memperbanyak pool sel yang merupakan sasaran mutagen
lingkungan. Hubungan inflamasi dengan sel-sel kanker bukan hubungan satu
arah. Kerusakan DNA pada sel kanker dapat berakibat inflamasi semakin parah
dan mempromosikan tumorigenesis. Salah satu factor predisposisi terjadinya
osteosarcoma adalah inflamasi kronik akibat trauma fisik (Ns. Fiora Ladesvita et
al., 2021)
PATHWAY

Faktor pencetus
Infeksi Virus Genetik Lingkungan
lainnya

Tahap inisiasi Tahap promosi Tahap


Progresivitas

Adanya
Kerusakan atau mutasi pada DNA
Pertumbuhan sel Gen-gen pertumbuhan diativasi
yang terpapar zat karsinogenik
asing oleh kerusakan DNA, Pembelahan
membuat kemungkinan protein mitosis dan pertumbuhan sel ganas
pengatur tulang tidak mengenali dipercepat.
adanya sel baru.

Inflamasi semakin
Tulang abnormal (lunak, parah berpotensi
membesar, rapuh tumorgenesis.

Gangguan citra Deformitas Risiko tinggi Nyeri


tubuh cidera

Intoleransi
Risiko HDR
aktivitas
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Fraktur patologik.
2. Pembengkakan di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas.
3. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran
vena.
4. Gejala-gejala penyakit metastatik seperti nyeri dada, batuk, demam, berat badan
menurun dan malaise.
5. Nyeri dan terdapat benjolan.
Gejala biasanya telah ada selama beberapa minggu atau bulan sebelum pasien
didiagnosa. Gejala yang paling sering terdapat adalah nyeri, terutama pada saat
aktivitas. (Kalim et al., 2019)

E. KOMPLIKASI
Komplikasi dari Osteosarkoma yaitu :
1. Akibat langsung : Patah tulang
2. Akibat tidak langsung : Penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh
dan metastase paru.
3. Akibat pengobatan : Gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel
darah, perubahan jenis kulit dan kebotakan pada kemoterapi.(Cristea & Schulz, 2016)

F. PENATALAKSANAAN
a) Medikamentosa
Penggunaan adjuvant kemoterapi sangat penting pada penanganan pasien dengan
osteosarcoma karena kefektifannya mencegah rekurensi pada pasien dengan tumor
primer lokal yang dapat dirediksi. Penggunaan terapi ini juga mempermudah
pengangkatan tumor yang sudah mengecil.
b). Pembedahan

Semua pasien dengan osteosarkoma harus menjalani pembedahan jika memungkinan


reseksi (Keselamatan pasien) dari tumor primer. Saat ini Limb Salvage tujuan yang
diharapkan dalam operasi osteosarcoma, melakukan reseksi tumor dan melakukan
rekonstruksinya kembali dan mendapatkan fungsi yang memuaskan dari ekstremitas
merupakan salah satu keberhasilan dalam melakukan operasi. Dengan demikian, 90-
95% pada pasien osteosarcoma tidak di perlukan ampuatasi. Rekonstruksi Limb
Savage dipilih berdasarkan konsiderasi individual sebagai berikut:

1. Autologus bone graft : dilakukan tanpa adanya vaskularisasi, dan kemungkinan


terjadinya infeksi rendah
2. Allograft : penyembuhan graft dan infeksi dapat menjadi permasalahan terutama
selama kemoterapi.
3. Prosthesis : rekonstruksi dengan menggunakan protesis dapat soliter atau
expandable, namun hal ini membutuhkan biaya yang besar.
4. Rotationplasty : teknik ini biasanya disesuaikan untuk pasien dengan tumor yang
berada pada distal femur dan proksimal tibia terutama bila ukuran tumor yang
besar sehingga alternatif pembedahan hanya amputasi
5. Resection of pulmonary nodul : reseksi lobar atau pneumonectomy biasanya untuk
mendapatkan batas bebas dari tumor, prosedur ini biasanya dilakukan secara
bersamaan pada tumor primer.(Kalim et al., 2019)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiografi konvensional
a) Osteosarcoma konvensional : menunjukan lesi litik motheaten atau permeatif,
lesi blastik, destruksi korteks, reaksi periosteal tipe agresif, masa jaringan
lunak.
b) Osteosarcoma parosteal : menunjukan masa eksofitik, berlobulasi dengan
kalsifikasi sentral, berdensitas tinggi, berlokasi di dekat tulang.
c) High grade surface : menunjukan osifikasi berdensitas tinggi, reaksi
periosteal, erosi dan penebalan korteks.
d) Osteosarcoma telangi ektaktik : menunjukan lesi litik geografik ekspansila
simetrik, tepi sklerotik minimal dan dekstruksi korteks yang menunjukan pola
pertumbuhan agresif.
e) Small cell : memperlihatkan lesi litik permeatif.
f) Low grade central : menunjukan lesi litik destruksi ekspansil.
2. CT scan
berguna untuk memperlihatkan detil lesi pada tulang kompleks dan mendeteksi
matrik sossifikasi minimal.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat menilai perluasan massa keintramedular (ekstensi longitudinal,
keterlibatan epifisis, skiplesion), perluasan massa kejaringan lunak sekitarnya dan
intra-artikular, serta keterlibatan struktur neurovaskular.
4. Kedokteran Nuklir
Bone scintigraphy digunakan untuk menunjukkan suatu skip metastasis atau suatu
osteosarkoma multi-sentrik dan penyakit sistemik.
5. Biopsi
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan menggunakan biopsi jarum halus (fine
needle aspiration biopsy - FNAB) atau dengan core biopsy bila hasil FNAB
inkonklusif.
6. Pemeriksaan lainnya
Pemeriksaan lainya sebagai penunjang, adalah fungsi organ-organ sebagai persiapan
operasi, radiasi maupun kemoterapi. (Serdar, 2019)
7. Laboratorium
Beberapa pemeriksaan yang dilakukan : LDH, ALP, hitung darah lengkap, tes fungsi
hati,, elektrolit, tes fungsi ginjal.
8. Radiografi
Pemeriksaan X-ray merupakan modalitas utama yang digunakan untuk investigasi.
9. X-ray
Pemeriksaan X-ray didapat bermacam-macam gambaran, yaitu daerah berawan
osteolitik yang disertai dengan daerah osteoblastik.(Kalim et al., 2019)

DAFTAR PUSTAKA

Cristea, A., & Schulz, N. D. (2016). Asuhan Keperawatan Pada ANAK F YANG MENGALAMI
Osteosarkoma di RUANG Melati RSUD ABDUL WAHAB SYAHRANIE Samarinda. In
Revista Brasileira de Ergonomia (Vol. 9, Issue August).
https://www.infodesign.org.br/infodesign/article/view/355%0Ahttp://www.abergo.org.br/re
vista/index.php/ae/article/view/731%0Ahttp://www.abergo.org.br/revista/index.php/ae/artic
le/view/269%0Ahttp://www.abergo.org.br/revista/index.php/ae/article/view/106
Ide, P. (2013). Agar Tulang Sehat. Elex Media Komputindo. https://books.google.co.id/books?
id=MtpMDwAAQBAJ
Kalim, D., Andriandi, & Shahri Putra Ketaren, A. (2019). Epidemiologi Osteosarkoma di RSUP
Haji Adam Malik Tahun 2012-2017. Universitas Sumatera Utara.
Kumar, V., Abbas, A. K., Aster, J. C., Ham, M. F., & Saraswati, M. (2019). Buku Ajar Patologi
Robbins - E-Book. Elsevier Health Sciences. https://books.google.co.id/books?
id=Yvn2DwAAQBAJ
Melti Suriya, S. K. N. M. K., & Zuriati, S. K. N. M. K. (2019). BUKU AJAR ASUHAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH GANGGUAN PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL
APLIKASI NANDA NIC \& NOC. Pustaka Galeri Mandiri.
https://books.google.co.id/books?id=GYH1DwAAQBAJ
Ns. Fiora Ladesvita, M. K. S. K. M. B., Ns. Ucip Sucipto, M. K. S. K. M. B., Ns. Ketut
Lisnawati, M. K. S. K. M. B., Ns. Retno Dwi Santi, M. K. S. K. M. B., & Ns. Chaterina
Janes Pratiwi, M. K. S. K. M. B. (2021). Asuhan Keperawatan Onkologi Berdasarkan Teori
Virginia Henderson. Nas Media Pustaka. https://books.google.co.id/books?
id=6noeEAAAQBAJ
Serdar, D. (2019). KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/88/2019 TENTANG PEDOMAN NASIONAL
PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA OSTEOSARKOMA. Sustainability
(Switzerland), 11(1), 1–14.
http://scioteca.caf.com/bitstream/handle/123456789/1091/RED2017-Eng-8ene.pdf?
sequence=12&isAllowed=y
%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.regsciurbeco.2008.06.005%0Ahttps://www.researchgate.net
/publication/305320484_SISTEM_PEMBETUNGAN_TERPUSAT_STRATEGI_MELEST
ARI
Tomáš, T., Janícek, P., Pazourek, L., & Mahdal, M. (2017). Osteosarkom. Onkologie (Czech
Republic), 11(6), 294–298. https://doi.org/10.35790/jbm.6.3.2014.6334

Anda mungkin juga menyukai