Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR TULANG

PADA Ny.T DI RUANG MAWAR 2


RSUD DR. MOEWARDI

I. Definisi Tumor Tulang


Tumor tulang adalah pertumbuhan abnormal pada sel-sel
(neoplasma) di dalam tulang yang kemungkinannya benigna (non kanker)
atau maligna (kanker). Neoplasma adalah masa abnormal dari jaringan,
yang pertumbuhannya pesat dan tidak terkoordinasi dari pada jaringan
normal dan berlangsung lama serta berlebihan setelah perhentian stimulus
yang menimbulkan perubahan tersebut (Robin 1999, 261, basic of
pathology disease).
Tumor tulang adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif,
dimana sel-sel tersebut tidak pernah menjadi dewasa. Dengan istilah lain
yang sering digunakan “Tumor Tulang”, yaitu pertumbuhan abnormal pada
tulang yang bisa jinak atau ganas.

II. Klasifikasi Tumor Tulang


Tumor tulang ini dapat di bedakan menjadi dua yaitu:
1. Tumor tulang primer
Tumor tulang primer merupakan tumor tulang yang berasal dari dalam
tulang itu sendiri (osteogenik).
Jinak : osteoid osteoma
Ganas : oesteosarkoma
a. Tumor yang membentuk tulang rawan (kondrogenik)
Jinak : Kondroblastoma
Ganas : Kondrosarkoma
b. Tumor jaringan ikat (fibrogenik)
Jinak : Non Ossifying Fibroma
Ganas : Fibrosarkoma

c. Tumor sumsum tulang (myelogenik)


Ganas : multiple myeloma
2. Tumor tulang sekunder / metastasik
Tumor tulang sekunder merupakan tumor tulang yang berasal dari
metastase tumor yang berasal dari organ/bagian tubuh yang lain,
misalnya pada tumor tulang yang terjadi dari tumor payudara,
prostase, paru-paru. Terutama sekali tumor yang berada pada akses
utama sistem vaskuler.

III. Etiologi Tumor Tulang


1. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
2. Keturunan, Contoh faktor genetika yang dapat
meningkatkan resiko kanker tulang adalah:
a. Multiple exostoses
b. Rothmund-Thomson sindrom
c. Retinoblastoma genetik
d. Li-Fraumeni sindrom
3. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya, seperti :
penyakit paget (akibat pajanan radiasi ).

IV. Faktor Risiko Tumor Tulang


Beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya tumor tulang yaitu:
1. Kecepatan pertumbuhan tulang yang memacu timbulnya tumor
tulang ganas selama masa kanak-kanak terutama daerah metafise
tulang panjang.
2. Beberapa kasus pada tumor tulang ganas disebabkan oleh kelainan
DNA pada tulang faktor genetik contohnya:
a. Retinoblastoma kelainan pada gen 13q14
b. Displasi tulang, penyakit paget, fibrous displasia,
enchondromatosis, eksostosis
c. herediter multiple
d. L1-Fraumenisyndrome (mutasi TP 53)
e. Rothmund-thomson sindrom yaitu kelainan pada resesif
autosomal yang berkaitan dengan kelainan tulang kongenitaaaal,
displasia rambut dan kulit, hipogonadism, dan katarak
f. Gaya hidup yang tak sehat misalnya merokok, makanan
dan minuman yang mengandung karbon.
V. Patofisiologi Tumor Tulang Benigna dan Maligna
Tumor ganas merupakan proses yang biasanya makan waktu lama
sekali, bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA
seluler. Sel abnormal ini membentuk klon dan mulai berfoliferasi secara
abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan
sekitar sel tersebut kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan
ciri-ciri invasif. Dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya sel-sel
tersebut menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan memperoleh akses ke limfe
dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluih darah tersebut sel-sel
dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase.
Penyebaran limfogen terjadi karena sel kanker menyusup ke
saluran limfe kemudian ikut aliran limfe menyebar dan menimbulkan
metastasis di kelenjar limfe regional. Pada umumnya kanker mula-mula
menyebar dengan cara ini baru kemudian menyebar hematogen, pada
permulaan penyebaran hanya terjadi pada satu kelenjar limfe saja tetapi
selanjutnya terjadi pada kelenjar limfe regional lainnya. Setelah
menginfiltrasi kelenjar limfe sel kanker dapat menembus dinding struktur
sekitar menimbulkan perlekatan. Kelenjar limfe satu dengan yang lain
sehingga membentuk paket kelenjar limfe. Penyebaran hematogen terjadi
akibat sel kanker menyusup ke kapiler darah kemudian masuk ke
pembuluh darah dan menyebar mengikuti aliran darah vena sampai organ
lain.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis
sel: osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang
dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang
atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika
sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas, mensekresikan
sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan dalam
mengendapkan kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang. Sebagian dari
fosfotase alkali akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka
keadaan fosfotase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik
tentang pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada
kasus metastasis kanker ke tulang. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa
yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi untuk
tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang
memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti
osteoblas dan osteosit, osteoklas adalah proses pengikisan tulang.
Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon yaitu hormon
kalsitonin, hormon paratiroid dan vit D. Suatu peningkatan kadar hormone
kalsitonin mempunyai efek terjadinya peningkatan absorbsi ke dalam
tulang sehingga mengakibatkan terjadinya pengapuran tulang yang
menjadikan tulang-tulang rawan menjadi keras. Jika terjadi peningkatan
hormon paratiroid (PTH) mempunyai efek langsung menyebabkan kalsium
dan fosfat diabsorbsi dan bergerak memasuki serum. Di samping itu
peningkatan kadar PTH secara perlahan-lahan menyebabkan peningkatan
jumlah dan aktivitas osteoklas, sehingga terjadi demineralisasi.
Peningkatan kadar kalsium serum pada hiperparatiroidisme dapat pula
menimbulkan pembentukan batu ginjal. Vitamin D mempengaruhi deposisi
dan absorbsi tulang seperti yang terlihat pada kadar PTH yang tinggi.

PATHWAY

Radiasi Genetika Kelainan tulang

Tumor tulang

Kerusakan gen

Penekanan saraf Poliferasi sel tulang

Nyeri Kerusakan Mendesak jaringan


struktur tulang sekitar
Peningkatan
Tulang lebih
konsistensi tulang
rapuh
Aktivitas Benjolan pada tulang
menurun Resiko cidera

Benjolan Gangguan
Hambatan pada tulang body image
mobilitas
fisik Cemas

VI. Manifestasi Klinis Tumor Tulang


1. Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya
menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan
progresivitas penyakit)
2. Fraktur patologik
3. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas (Gale, 1999)
4. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta
adanya pelebaran vena
5. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk,
demam, berat badan menurun dan malaise (Smeltzer., 2001)

VII. Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan
penunjang diagnosis seperti CT, mielogram, asteriografi, MRI, biopsi, dan
pemeriksaan biokimia darah dan urine. Pemeriksaan foto toraks dilakukan
sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up adanya stasis pada paru-paru.
Fosfatase alkali biasanya meningkat pada sarkoma osteogenik.
Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru,
dan ginjal. Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan,
anoreksia, mual, muntah, poliuria, kejang dan koma. Hiperkalsemia harus
diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi bedah dilakukan untuk
identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah eksesi tumor., (Rasjad,
2003).

VIII. Penatalaksanaan Medis Tumor Tulang Benigna dan Maligna


1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor
tersebut saat didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum
meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika
memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari
anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi
pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi.
Pasien dengan tumor tulang maligna memerlukan terapi
kombinasi pembedahan (surgery), kemoterapi dan radioterapi;
a. Surgery
Langkah utama penatalaksanaan tumor tulang maligna
pembedahan karena tumor tulang ini kurang berespon terhadap
terapi radiasi dan kemoterapi. Variasi penatalaksanaan bedah
dapat dilakukan dengan kuret intralesi untuk lesi grade rendah,
eksisi radikal, bedah beku hingga amputasi radikal untuk lesi
agresif grade tinggi. Lesi besar yang rekuren penatalaksanaan
paling tepat adalah amputasi.
b. Kemoterapi
Kemoterapi, meskipun bukan yang paling utama, namun ini
diperlukan jika kanker telah menyebar ke area tubuh lainnya.
Terapi ini menggunakan obat anti kanker (cytotoxic) untuk
menghancurkan sel-sel kanker. Namun kemoterapi dapat
memberikan efek samping yang tidak menyenangkan bagi tubuh.
Efek samping ini dapat dikontrol dengan pemberian obat.
c. Radioterapi
Prinsip radioterapi adalah membunuh sel kanker
menggunakan sinar berenergi tinggi. Radioterapi diberikan
apabila masih ada residu tumor, baik makro maupun mikroskopik.
Radiasi diberikan dengan dosis per fraksi 2,5 Gy per hari dan total
50-55 Gy memberikan hasil bebas tumor.

2. Tindakan keperawatan
a. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas
dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi
( pemberian analgetika ).
b. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan
mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan
keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
c. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai
efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan
nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat
mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral
dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
d. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang
kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik
perawatan luka di rumah (Smeltzer. 2001)
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Observasi adanya manifestasi tumor tulang:
a. Nyeri lokal pada sisi yang sakit
b. Nyeri mungkin hebat atau dangkal
c. Sering hilang dengan posisi fleksi
d. Seringkali menimbulkan perhatian bila anak pincang,
membatasi aktivitas fisik sendiri dan tidak mampu menahan objek
berat
3. Periksa area yang sakit untuk status fungsional, tanda-tanda
inflamasi, ukuran massa, keterlibatan nodus limfe regional, dan adanya
bukti keterlibatan sistemik.
4. Dapatkan riwayat kesehatan, terutama mengenal nyeri ( petunjuk
untuk durasi dan kecepatan pertumbuhan tumor )
5. Bantu dengan prosedur diagnostic dan tes misalnya : radiografi,
tomografi, pemindaian tulang radioisotop, atau biopsy tulang bedah,
tomografi paru, tes lain untuk diagnose banding, aspirasi sumsum tulang
(sarcoma Ewing).

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau
inflamasi.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
dan kerusakan muskuloskeletal .
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik dan
penanganan
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan
status kesehatan
5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan
jaringa

C. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau
inflamasi.
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Pasien akan : 1. Catat dan kaji lokasi dan
a. Meningkatkan intensitas nyeri (skala 0-10).
kenyamanan Selidiki perubahan karakteristik
b. Dapat mengendalikan
nyeri
nyeri 2. Berikan tindakan
c. Dapat melaporkan
kenyamanan (contoh ubah
karakteristik nyeri.
posisi sering, pijatan lembut).
3. Berikan sokongan (support)
pada ektremitas yang luka.
4. Berikan lingkungan yang
tenang.
5. Kolaborasi dengan dokter
tentang pemberian
analgetik, kaji efektifitas dari
tindakan penurunan rasa nyeri.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
dan kerusakan muskuloskeletal
Tujuan & kriteria hasil Intervensi
Pasien akan : 1. Berikan terapi latihan fisik :
a. Menunjukkan mobilitas ambulasi, keseimbangan,
b. Melakukan aktivitas
mobilitas sendi.
kehidupan sehari-hari 2. Bantu dan dorong perawatan
secara mandiri. diri

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik dan


penanganan
tujuan & kriteria hasil Intervensi
Pasien akan : 1. Bimbinngan antisipasi :
a. Menunjukkan adaptasi persiapkan pasien terhadap kritis
dengan ketunadayaan
perkembangan atau kritis
fisik, penyesuaian
psikososial. situasional
b. Menunjukkan citra 2. Peningkatan citra tubuh :
tubuh positif dan harga tingkatkan persepsi sadar dan tak
diri positif.
c. Menunjukkan kepuasan sadar pasien serta sikap terhadap
terhadap penampilan dan tubuh pasien
fungsi tubuh. 3. Peningkatan koping : bantu
d. Menunjukkan pasien beradaptasi dengan
keinginan untuk
persepsi stresor, perubahan atau
menyentuh bagian tubuh
yang mengalami gangguan ancaman

4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan


status kesehatan
Tujuan & kriteria hasil Intervensi
Pasien akan : 1. Penurunan ansietas
2. Teknik menenangkan diri
Menunjukkan rasa aman yang
optimal
5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor
Tujuan & kriteria hasil Intervensi
Pasien akan : 1. Menejemen lingkungan:
a. Pasien dan keluarga pantau lingkungan fisik
dapat mempersiapkan memfasilitasi keamanan.
2. Berikan bimbingan dan
lingkungan yang aman.
b. Pasien dan keluarga pengalaman belajar tentang
dapat menghindari cidera kesehatan individu yang kondusif.
3. Identifikasi faktor resiko
fisik.
c. Dapat memodofikasi potensial terjadinya cidera.
gaya hidup untuk
mengurangi resiko

6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan


jaringan
Tujuan & kriteria hasil Intervensi
Pasien akan : 1. Pengendalian infeksi :
Terbebas dari tanda dan gejala
minimalkan penyebaran dan
infeksi
penularan agens infeksius
Memperlihatkan higiene
2. Perlindungan infeksi : cegah
personal yang adekuat
dan deteksi dini infeksi pada
pasien yang beresiko
3. Ajarkan klien dan keluarga
cara menghindar infeksi.

DAFTAR PUSTAKA
Morison, Moya J. 2004, Manajemen Luka,EGC:Jakarta

Potter, P.A. and Perry, A.G. (2005). Fundamental of nursing. 6th ed. Philadelphia:
Mosby.

Smeltzer, C Suzanne. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, EGC: Jakarta

Sjamsuhidajat, R. dan Jong, W.D. (1998). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC.

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA NY. T DENGAN TUMOR TULANG

DI RUANG MAWAR 2 RSUD DR. MOEWARDI

DISUSUN OLEH :

DEBBY SEPTIANA PERTIWI

SN14010

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014-2015

Anda mungkin juga menyukai