Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang


Kanker tulang adalah sel tubuh yang mengalami perubahan dari tubuh secara
autonom, sel ini tumbu dan lepas kendali dari pertumbuhan sel normal sehingga
bentuk dan strukturnya berbeda dengan sel normal. Perbedaan karakter sel tumor
nantinya bergantung pada seberapa besar penyimpangan bentuk dan fungsi autonomi
dalam sifat perkembangan dalam bermetastasis (Sjamsuhidajat, 2010). Tumor tulang
relatif jarang terjadi, insidennya hanya 0, 2% dari seluruh neoplasma yang di derita
manusia. Bila dibandingkan dengan tumor jaringan lunak, insidens tumor tulang 10
kali lebih rendah, insidens tumor tulang jinak dan ganas sangat erat hubungannya
dengan usia penderita. Sarkoma tulang mempunyai 2 puncak insidens yaitu puncak
pertama pada usia 20-an dan puncak kedua pada usia di atas 60 tahun (Sjamsuhidajat,
2018). Menurut WHO insiden tumor primer pada tulang ialah 0, 2% dari seluruh
tumor yang terjadi pada manusia. Menurut American Society of Clinikal Oncologi
(2019), diperkirakan terdapat 3.020 orang dari berbagai usia dengan jumlah 1.680
laki-laki 1.340 perempuan di Amerika serikat terdiagnosis menderita tumor tulang.
Diperkirakan 1.460 diantaranya yang terdiri dari 830 laki-laki dan 630 perempuan
meninggal karena kasus ini. Di Indonesia menurut data Riskesdas 2015-2017
didapatkan data 257 kasus tumor ganas tulang dan 196 di antaranya adalah tumor
primer. Dan tumor ganas di Indonesia adalah 1, 6% dari seluruh jenis tumor ganas di
tubuh manusia. Hasil ini menunjukkan angka kejadian lebih tinggi dari data WHO.
Setiap tahun tidak kurang 240.000 kasus kanker tulang terjadi di Indonesia, terdiri
dari tumor jinak dan tumor ganas (Profil Kesehatan Indonesia, 2018).

2.1. Tujuan
1.1. Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker tulang.
1.2. Tujuan Khusus
1) Memaparkan pengkajian keperawatan pada Tn. A 
2) Memaparkan diagnosa keperawatan pada Tn. A
3) Memaparkan intervensi keperawatan pada Tn. A
4) Memaparkan implementasi keperawatan pada Tn. A
5) Memaparkan evaluasi keperawatan pada Tn. A
2.1. Manfaat Penulisan
1.1. Bagi Institusi
Dapat dijadikan sebagai tambahan literatur untuk asuhan keperawatan pada
pasien dengan kanker tulang.
1.2. Bagi Keperawatan
Dapat mengetahui dan menerapkan pemberian asuhan keperawatan pada pasien
kanker tulang di Rumah Sakit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Penjakit


2.1.1. Pengertian
Kanker tulang adalah jenis kanker yang menyerang tulang. Penyakit ini
dapat terjadi pada anak-anak hingga orang dewasa. Kanker tulang terbagi
menjadi dua, yaitu kanker tulang primer dan sekunder. Kanker tulang primer
ini muncul dan berkembang langsung di dalam tulang. Sedangkan kanker
tulang sekunder adalah kanker yang berasal dari bagian tubuh lain yang
menjalar ke tulang. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang, tulang yang
paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang dan yang
oaling utama adalah lutut (Seratum, 2018).

2.1.4. Klasifikasi
a. Tumor tulang benigna
Tumor tulang benigna biasanya tumbuh lambat dan berbatas tegas,
gejalanya sedikit dan tidak menyebabkan kematian. Tumor tulang
benigna terdiri atas :
a) Osteoma, berasal dari jaringan tulang sejati yang relative jarang
terjadi, biasanya timbul pada tulang membranosa tengkorak.
b) Chondroma, sering terjadi pada tulang panjang, misalnya pada
lengan kadang-kadang terdapat pada tulang datar seperti tulang
ileum.
c) Osteochondroma, bukan neoplasma sejati, berasal dari sel-sel
yang tertinggal pada permukaan tulang, lapisan kartilago pada
osteochondroma dapat mengalami transformasi maligna setelah
trauma dan dapat terjadi chondrosarkoma.
b. Tumor tulang maligna
Tumor tulang maligna terdiri dari :
a) Osteosarkoma, berasal dari osteoblas pada metafisis tulang karena
itu tumor terlihat pada daerah pertumbuhan yang aktif terutama
dibagian distal femur bagian proksimal tibia dan hemerus.
b) Ewings sarkoma, adalah tumor ganas yang timbul dalam sumsum
tulang, pada tulang panjang umumnya femur, tibia, fibula,
humerus, ulna, vertebra, skapula.
c) Multiple myeloma, secara patologi tedapat focus distrakdi tulang
yang multiple.
d) Fibrosarkoma, yaitu tulang yang biasanya menuju kearah ujung
korpus tulang panjang terutama tulang femur dan tibia.
e) Chondro sarcoma, timbul dari ujung tulang panjang yang besar
atau dari tulang pipih seperti pelvis dan skapula.

c. Kanker tulang metastatic


Tumor tulang metastatik (tumor tulang sekunder) lebih sering dari tumor
tulang maligna primer. Tumor yang muncul dari jaringan tubuh mana
saja bisa menginflasi tulang dan menyebabkan destruksi tulang lokal,
dengan gejala yang mirip dengan yang terjadi pada tumor tulang primer.
Tumor yang bermetastasis ke tulang paling sering adalah karsinoma
ginjal, prostat, paru-paru, payudara, ovarium dan tiroid. Tumor
metastatik paling sering menyerang kranium, vertebra, pelvis femur dan
humerus.

2.1.3. Etiologi
Menurut Smeltze (2016), penyebab kanker tulang adalah:
a. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi.
b. Keturunan
c. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget
(akibat pajanan radiasi).
d. Virus onkogenik

2.1.4. Patofisiologi
Keganasan sel pada mulanya berlokasi pada sumsum tulang (myeloma)
dari jaringan sel tulang (sarkoma) atau tumor tulang (carsinomas). Pada tahap
selanjutnya sel-sel tulang akan berada pada nodul-nodul limpa, hati limfe dan
ginjal. Akibat adanya pengaruh aktivitas hematopoetik sumsum tulang yang
cepat pada tulang, sel-sel plasma yang belum matang / tidak matang akan terus
membelah. Akhirnya terjadi penambahan jumlah sel yang tidak terkontrol lagi.
Sering terdapat pada pria usia 10-25 tahun, terutama pada pasien yang
menderita penyakit paget's. hal ini dimanifestasikan dengan nyeri bengkak,
terbatasnya pergerakan serta menurunnya berat badan. Gejala nyeri pada
punggung bawah merupakan gejala yang khas, hal ini disebabkan karena
adanya penekanan pada vertebra oleh fraktur tulang patologik. Anemia dapat
terjadi akibat adanya penempatan sel-sel neoplasma. Pada sumsum tulang hal
ini menyebabkan terjadinya hiperkalsemia, hiperkalsuria dan hiperurisemia
selama adanya kerusakan tulang. Sel-sel plasma ganas akan membentuk
sejumlah immunoglobulin / bence jones protein abnormal. Hal ini dapat
dideteksi dalam serum urin dengan teknik immunoelektrophoesis. Gejala
gagal ginjal dapat terjadi selama presitipasi immunoglobulin dalam tubulus
(pada pyelonephritis), hiperkalsemia, peningkatan asam urat, infiltrasi ginjal
oleh plasma sel (myeloma ginjal) dan thrombosis pada pena ginjal.
Kecederungan patologik perdarahan merupakan ciri-ciri myeloma
dengan dua alasan utama, yaitu :
a. Penurunan platelet (thrombositopenia) selama adanya kerusakan
megakaryosit, yang merupakan sel-sel induk dalam sel-sel tulang.
b. Tidak berfungsinya platelets, microglobin menghalangi elemen-elemen
dan turut serta dalam fungsi hemostatik

2.1.5. Pathway

keturunan Radiasi sinar Virus Karsinogen


radio aktif onkogenik

Kerusakan gen

Proliferasi sel tulang secara abnormal

Jaringan lunak diinvasi sel tumor

Neoplasma

Kanker Tulang

Respon osteolitik dan osteoblastik

Penimbunan periosteum di sekitar lesi Menekan sel saraf

Pertumbukan tulang menjadi tidak normal Inflamasi lokal Nyeri

Kerusakan struktur tulang

Tindakan medis Tulang lebih rapuh

Cacat, Botak

Perubahan status Resiko fraktur Hambatan


Gangguan Citra Kesehatan
Mobilitas fisik
Tubuh
Ancietas Resiko cidera
(Suratun, 2018).
2.1.6. Manifestasi Klinis
a. Nyeri tulang
Nyeri tulang adalah gejala yang paling sering didapati pada prosesmetast
asis ke tulang dan biasanya merupakan gejala awal yang disadarioleh
pasien. Nyeri timbul akibat peregangan periosteum dan stimulasisaraf
pada endosteum oleh tumor. Nyeri dapat hilang-timbul dan lebihterasa
pada malam hari atau waktu beristirahat.
b. Fraktur 
Metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang menjadi lebih
rapuh dan beresiko untuk mengalami fraktur. Kadang-kadang fraktur
timbul sebelum gejala-gejala lainnya. Daerah yang sering mengalami
fraktur yaitu tulang-tulang panjang di ekstremitas atas dan bawah serta
vertebra.
c. Penekanan medula spinalis
Ketika terjadi proses metastasis ke vertebra, maka medulla
spinalismenjadi terdesak. Pendesakan medulla spinalis tidak hanya
menimbulkannyeri tetapi juga parese atau mati rasa pada ekstremitas,
gangguan miksi,atau mati rasa disekitar abdomen.
d. Peninggian kadar kalsium dalam darah
Hal ini disebabkan karena tingginya pelepasan cadangan kalsium
daritulang. Peninggian kalsium dapat menyebabkan kurang nafsu
makan,mual, haus, konstipasi, kelelahan, dan bahkan gangguan
kesadaran.
e. Gejala lainnya
Apabila metastasis sampai ke sum-sum tulang, gejala yang timbul sesuai
dengan tipe sel darah yang terkena. Anemia dapat terjadi apabila
mengenai sel darah merah. Apabila sel darah putih yang terkena,
maka pasien dapt dengan mudah terjangkit infeksi dan gangguan pada
platelet dapat menyebabkan perdarahan (Suratun, 2018).

2.1.7. Komplikasi
a. Gangguan produksi antibody
b. Infeksi yang biasa disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang yang luas
dan merupakan efek kemoterapi, radioterapi, maupun steroid
c. Leucopenia
d. Fraktur patologis
e. Gangguan ginjal
f. Gangguan system hematologi
g. Hilangnya ekstremitas (Price, 2017).

2.1.8. Pemeriksaan Penunjang


a. Laboratorium.
Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan kadar alkalifosfatase
serum meningkat.
a) Tes darah rutin
Tes darah rutin disarankan. Jika ada penderitaan dari sumsum
tulang karena penyebaran kanker mungkin ada anemia, rendah sel
darah putih atau hitungan trombosit.
b) Tes darah biokimia
Darah biokimia tes mungkin menunjukkan peningkatan enzim
yangdisebut basa phosphatise pada pasien dengan osteosarcoma.
b. Radiologi 
a) Sinar x tulang
Pemeriksaan Ini adalah yang paling umum dan paling efektif
biaya penyelidikan diberitahukan bila kondisi tulang yang
dicurigai. Pasienyang menyajikan ke dokter dengan fraktur
mungkin memiliki kankertulang yang mendasari yang dapat
diduga pada x ray. Jika sinar xsugestif dari kanker tulang pasien
disebut spesialis untuk lebih lanjutevaluasi dan manajemen.
b) MRI scan
MRI scan adalah studi pencitraan lain yang menggunakan
medanmagnet yang kuat dan gelombang radio untuk melihat
tulang dan organ tubuh. Ini mungkin disarankan untuk
mendeteksi ukuran dan penyebaran setiap kanker tumor dalam
tulang.
c) CT scan
CT scan juga melibatkan mengambil serangkaian sinar-X
yangmelihat ukuran dan tingkat penyebaran kanker. CT scan
dada dapatmengungkapkan penyebaran kanker tulang ke paru-
paru.

d) Biopsi
Biopsi melibatkan mengambil sampel kecil dari daerah yang
terserang dan pemeriksaan sel sampel di bawah mikroskop di
laboratorium. Biopsi digunakan untuk mendeteksi jenis kanker,
tahap atau kelas kanker dan bagaimana agresif kanker. Hal ini
membantu dalam perencanaan manajemen kanker dan juga
membantu dalam meramalkan hasil dari kanker. Biopsi jarum inti
dilakukan setelah menerapkan local setelah itu jarum dimasukkan
ke dalam tulang dan sampel jaringan akan dihapus. Biopsi
terbuka biasanya dilakukan di bawah anestesi umum (Price, 2017).

2.1.9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis adalah sebagai berikut:
Tujuan penatalaksanaan menghancurkan atau mengangkat jaringan ganas
dengan metode seefektif mungkin :
a) Tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan mengamputasi
b) Alloperinol untuk mengontrol hiperurisemia. Outputurin harus
baik (2500-3000ml/hari) unutuk mengukur tingkat serum kalsium
dan mencegah hiperkalsium dan hiperurisemia
c) Bifosfonat berfungsi untuk menekan laju destruksi
dan pembentukan tulang yang berlebihan akibat metastasis.
d) Kemoterapi dan terapi hormonal
Obat-obat kemoterapi digunakan untuk membunuh sel-sel kanker
didalam tubuh. Kemoterapi dapat diberikan per-oral maupun
intravena. Terapi hormon digunakan untuk menghambat aktivitas
hormon dalam mendukung pertumbuhan kanker.
e) Radioterapi
Berguna untuk menghilangkan nyeri dan mengontrol
pertumbuhan tumor di area metastasis.
f)  Pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk mencegah atau untuk terapi fraktur.
Biasanya pembedahan juga dilakukan untuk mengangkat tumor.
Dalam pembedahan mungkin ditambahkan beberapa ornament
untuk mendukung struktur tulang yang telah rusak oleh
metastasis.
b. Penatalaksanaan keperawatana.
a) Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi
napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan
farmakologi.
b) Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan
mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan
keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
c) Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai
efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan
nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat
mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral
dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
d) Pendidikan Kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang
kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan
teknik perawatan luka di rumah (Smeltzer, 2017).

2.2. Asuhan Keperawatan Teoritis Kanker Tulang


2.2.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Identitas klien : Identits klien (nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, status marietal, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS,
diagnose medis). Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang
kelompok usia 15-25 tahun (pada usia pertumbuhan). Status ekonomi yang
rendah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
osteosarkoma ditinjau dari pola makan,kebersihan dan perawatan. Gaya
hidup yang tidak sehat misalnya merokok, makanan dan minuman yang
mengandung karbon. Pekerjaan yang memicuter jadinya osteosarkoma
adalah yang sering terkena radiasi seperti tenaga kesehatan bagian O.K,
tenaga kerja pengembangan senjata nuklir, tenaga IT.

b. Riwayat Kesehatana.
a) Keluhan utama
Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri di daerah kaki atau
tangan yang mengalami pembengkakan, terjadi pembengkakan biasanya
di daerah tulang panjang.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengalami adanya masa / pembengkakan pada tulang,
demam, nyeri progresif, kelemahan, parestesia, paraplegia, retensi urine,
anemia. Tempat yang paling sering terserang tumor in iadalah bagian
ujung tulang panjang, terutama lutut. Sarkoma sering sudah menyebar ke
paru ketika pasien pertama kali berobat.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Pernah terpapar sering dengan radiasi sinar radio aktif dosis tinggi.
Kemungkinan sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti: makanan
dengan zat pengawet, merokok dan lain-lain.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya adanya keluarga ( keturunan sebelumnya) yang menderita
kanker tulang dan kanker lainnya.

c. Pola-Pola Fungsi Kesehatan


a) Pola persepsi terhadap Kesehatan
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi
perubahan persepsi kesehatan, Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan
merokok, minum alcoholdan penggunaan obat-obatan bisa menjadi faktor
predisposisi timbulnya penyakit.
b) Pola nutrisi dan metabolism
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlumelakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi
pasien. Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum
danselama MRS pasien dengan kanker tulang akan mengalami penurunan
nafsu makan akibat dari rasa nyeri yang berlebihan.
c) Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan
defekasi sebelum dan sesudah MRS.
Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan
lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain
akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan
peristaltik otot-otot tractus degestivus.
d) Pola aktivitas dan Latihan
Pasien aktivitasnya akan berkurang akibat adanya nyeri pada lokasi tumor
tulang. Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien
dibantu oleh perawat dan keluarganya.
e) Pola tidur dan istirahat
Adanya nyeri pada kanker tulang akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat.
Akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang
ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir,
berisik dan lain sebagainya.
f) Pola Neurosensori
Pola ini yang ditanyakan adalah keadaan mental, cara berbicara normal
atau tidak, kemampuan berkomunikasi, kemampuan memahami, ke
adekuatan dalam melakukan cvalat sensori,
penglihatan pendengaran, pengecapan, penghidu, persepsi nyeri, tingkat a
nsietas, kemampuan fungsional kognitif.
g) Peran hubungan
Klien akan mengalami kehilangan peran dalam keluarga danmasyarakat
karena klien harus menjalani rawat inap.
h) Pola Persepsi dan konsep diri
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
i) Seksualitas
Klien tidak dapat melakukan hubungan seksual karena harus menjalani
rawat inap, mengalami keterbatasan gerak, serta merasa nyeri. Selain itu
juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak dan lama
perkawinan.

j) Pola mekanisme koping


Masalah timbul jika pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah
kesehatannya, termasuk dalam memutuskan untuk menjalani pengobatan
yang intensif. Pola koping yang umum, perhatian utama tentang
perawatan dirumah sakit atau penyakit (finansial, perawatan diri), hal
yang dilakukan saat ada masalah, toleransi stress, sistem pendukung,
kemampuan yang dirasakan untuk mengendalikan dan menangani situasi,
penggunaan obat-obatan dalam menangani stress, dan keadaan emosi
sehari-hari. Masalah timbul jika pasien tidak efektif dalam mengatasi
kesehatannya, termasuk dalam memutuskan untuk menjalani pengobatan
yang intensif. 
k) Nilai kepercayaan/ spiritual
Klien kanker tulang tidak dapat melakukan ibadah dengan baik, hal ini
disebabkan oleh rasa nyeri dan keterbatasan gerak klien.

d. Pemeriksaan Fisik Kanker Tulang


a) Kepala : kesemitiras muka, warna dan distibusi rambut serta kondisikulit
kepala. Wajah tampak pucat.
b) Mata : Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah
icterus.Reflek mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis atau
midriasis.Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok hipovolumia
reflek pupil (-).
c) Hidung : dapat membedakan bau wangi,busuk.
d) Telinga : bisa mendengarkan suara dengan baik.
e) Paru
 Inspeksi: Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan,
adakah penumpukan sekresi. dipsnea (-), retraksi dada (-),
takipnea(+).
 Palpasi : kaji adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan.
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas
vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing
untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti
broncho pnemonia atau infeksi lainnya
f) Jantung
 Inspeksi : iktus kordis tak terlihat
 Palpasi : iktus kordis biasanya teraba serta adanya pelebaran vena,
nadi meningkat.
 Perkusi : batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7
dan10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis
ke 4,5 dan 8.
 Auskultasi : disritmia jantung.
g) Abdomen

  Inspeksi : Kontur permukaan kulit menurun, retraksi dan

kesemitrisan abdomen, ada tidaknya konstipasi atau diare.


 Auskultasi : Bising usus
 Perkusi : mendengar adanya gas, cairan atau massa, hepar dan lien
tidak membesar suara tymphani.
 Palpasi : adakah nyeri tekan, superfisial pemuluh darah. 
h) Ekstremitas
 Inspeksi : px tampak lemah, aktivitas menurun, rentang
gerak pada ekstremitas pasien menjadi terbatas karena adanya masa
,nyeri, pembengkakan ekstremitas yang terkenal.
 Palpasi : teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas
massa serta adanya pelebaran vena, terjadi kelemahan otot
pada pasien

2.2.2. Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri kronis b/d Agen cedera biologis.
b. Hambatan Mobilitas Fisik b/d gangguan musculoskeletal.
c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual,
muntah,anoreksia.
d. Kerusakan integritas kulit b/d efek samping terapi radiasi.
e. Ansietas b/d perubahan dalam status kesehatan
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Nama :Tn. A Tgl . Mrs : 26-09-2022 Jam :15.45 WIB

Usia :55 thn Tgl. Pengkajian:26-09-2022 Jam :18.30 WIB

No. Rek. Medis :20218015

1. Data Klinis

Kesadaran: √□ CM □ Apatis □ Delirium □ Somnolen □ Soporocoma □ Coma

TTV: TD: 130/70 mmHg, N 85 X/mnt, S 36,8◦C, Rr 20 X/mnt, Spo2 98% tanpa o2

Nyeri: □√ Ya □ Tidak TB : 165 cm BB : 60 kg (aktual/potensial)

Keluhan Utama : Pasien masuk dengan keluhan nyeri pada daerah paha dan menjalar
ke panggul. Paha kanan bengkak sejak 3 bulan yang lalu, bengkak pada paha kanan
semakin membesar belakangan ini.

Diagnosa Medis : Kanker Tulang (Osteosarkoma

2. Riwayat Kesehatana

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 26 September 2022, pukul18.30 WIB,
pasien mengeluh nyeri pada paha sebelah kanan, nyeri dirasa karena perjalanan dari
penyakit, nyeri yang dirasakan menjalar sampai ke panggul, nyeri hilang timbul, nyeri
yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri menyebabkan klien tidak bisa tidur, skala
nyeri 7 dalam kategori berat, nyeri semakin bertambah jika bengkak pada paha kanan
tertekan, atau digerakkan. Pasien mengeluh badan terasa lemah, terdapat bengkak
pada paha kanan sebesar bola, bengkak teraba keras, dan nyeri jika ditekan.
Pasien juga mengeluh tidak bisa berjalan karena nyeri dan bengkak pada paha kanan,
kaki kanan sulit untuk digerakkan, hanya bisa digeser-geser di atas tempat tidur. Klien
hanya berbaring di tempat tidur, Aktivitas sehari-hari pasien dibantu oleh perawat dan
keluarga. Pasien merasa cemas terhadap kondisinya saat ini, takut tidak bisa sembuh.
Pasien sering bertanya kapan akandilakukan tindakan medis. Pasien tampak cemas
dan gelisah.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien belum pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya, pasien memiliki kebiasaan
merokok, pasien biasanya menghabiskan 2 bungkus rokok sehari. Pasien mengatakan
juga pernah jatuh dari motor dan kakinya terkilir, pasien hanya berobat ke tukang
urut. Pasien juga terbiasa mengkonsumsi obat di warung jika kaki terasa sakit.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada dari anggota keluarga yang mengidap


riwayat penyakit kanker ataupun tumor, dan tidak ada dari keluarga yang memiliki
dan menderita penyakit yang seperti DM, hipertensi, dan jantung.

3. Pola Fungsi Pengkajian


a. Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Pasien mengatakan dulu saat nyeri yang dirasakan di paha, pasien menganggap hanya
nyeri biasa karena asam urat, dan pasien hanya minum obat yang dibeli sendiri dari
warung, karena kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan jarang mengunjungi
pelayanan kesehatan. Saat nyeri pada paha sudah berat, dan terdapat bengkak yang
semakin membesar di paha kanan, pasien baru kontrol ke pelayanan kesehatan. Pasien
mengatakan saat ini ia hanya ingin tahu tentang penyakitnya, dan cemas apakah
penyakitnya bisa disembuhkan atau tidak. Pasien mengatakan ia hanya berserah diri
kepada Tuhan dan berharap penyakitnya bisa disembuhkan. Pasien sebelumnya
adalah seorang perokok berat. Sehari biasanya pasien menghabiskan hingga 2
bungkus rokok. Sejak 3 bulan yang lalu paisen baru berhenti merokok setelah
didiagnosa keluarga mengatakan, terkadang pasien masih merokok. Biasanya pasien
meminum Obat-obatan dari warung/tanpa resep dokter yaitu obat penghilang nyeri.
b. Pola Nutrisi / Metabolisme
Pasien mengatakan nafsu makan klien sedikit menurun karena nyeriyang dirasakan,
pasien tidak memiliki alergi makanan. Pasien mengatakan tidak ada perubahan berat
badan 6 bulan terakhir, pasien tidak mengalami masalah dalam menelan. Gambaran
diet pasien dalam sehari :Di RS pasien mendapatkan diet makanan biasa 3 kali sehari.
Pasien hanya menghabiskan ¼ porsi dari porsi makan.
c. Pola eliminasi
Pasien mengatakan belum BAB sejak 2 hari yang lalu, BAB terasa keras. Kebiasaan
berkemih dalam batas normal.
d. Pola aktivitas
Pasien dalam melakukan perawatan diri dan aktivitas sepenuhnya dibantu oleh
keluarga, pasien tidak bisa menggerakkan kaki kanan hanya bisa menggeser di atas
tempat tidur. Pasien berjalan biasanya dibantu oleh tongkat

Kekuatan otot 5 5

2 5

e. Pola istirahat tidur

Sebelum Sakit : pasien mengatakan biasanya tidur kurang lebih selama7 jam perhari,
tidak ada gangguan selama tidur. Bangun tidur merasa segar.

Saat Sakit : pasien mengeluh tidak bisa tidur karena nyeri pada paha kanan, pasien
sering terbangun dimalam hari, tidur tidak nyenyak.

f. Pola kognitif – persepsi

Pasien dalam keadaan sadar, kesadaran komposmentis. Pasien dapat berbicara dan


berkomunikasi dengan baik, bahasa sehari-hari yang digunakan yaitu bahasa jawa.
Pasien mengatakan cemas terhadap kondisi yang dirasakan saat ini, tingkat
kecemasan ringan, keterampilan interaksi tepat. Pasien mengeluh nyeri, dan terlihat
kesakitan dan memegang area yang nyeri dan mengubah posisi untuk mengurangi
nyeri dan menggunakan teknik nafas dalam.

g. Pola Peran Hubungan

Pasien bekerja sebagai petani, pasien didukung oleh istri dan anak-anaknya. Keluarga
mengatakan tidak ada masalah antara keluarga dan yang berhubungan
dengan rumah sakit, pasien mematuhi seluruh perawatan yang telah ditetapkan.
Selama dirawat di rumah sakit, pasien ditemani oleh istridan anak-anaknya, terkadang
ada kunjungan dari keluarga dan teman-teman.
h. Pola Seksualitas /Reproduksi

Pasien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan
keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami. Pasien saat ini memiliki 3 orang
anak dan satu orang istri. Hubungan pasien dan keluarga selalu harmonis, terkadang
istri kesal pada pasien karena pasien tidak bisa dilarang untuk berhenti merokok.

i. Pola Koping

Toleransi Stres pasien mengatakan ia khawatir tentang ketidak mampuan untuk berjalan dan
melakukan aktivitas. Pasien khawatir ia tidak bisa bekerja seperti biasa. Pasien mengatakan
jika ada masalah ia selalu berdiskusi dan bermusyawarah dengan istri dan keluarga nya.
Pasien tidak menggunakan obat untuk menghilangkan stres. Keadaan emosi klien sehari-hari
santai.

j. Pola Keyakinan-Nilai

Pasien beragama Islam, pasien mengatakan penyakit yang dideritanya sekarang merupakan
cobaan dari Tuhan akibat dari kebiasaan hidup pasien sebelumnya yaitu merokok. Saat ini
pasien mencoba pasrah dan ikhlas akan kondisinya dan berharap dapat sembuh secepatnya.
Pasien tampak jarang beribadah selama dirawat di rumah sakit.

4. Pemeriksaan Penunjang

a) Diagnostik : Rontgen Femur

b) Laboratorium : DL

5. Pengobatan

Inf. RL 1500/ 24 Jam

Inj. Ranitidin 2x50mg

Inj. Ketorolac 3x30mg

Inj. Tramadol 3x100mg


6. Analisa Data

No. Data Etiologi Diagnose


Keperawatan

1. DS : - Pasien mengeluh nyeri pada Agen cidera Nyeri Akut


paha sebelah kanan biologis

- Pasien mengatakan nyeri terasa di


tusuk-tusuk dan hilang timbul, nyeri
menjalar ke panggul

- Pasien mengatakan skala nyeri 7

DO : - Pasien tampak merintih

- Pasien tampak menagis kesakitan

- Pasien tampak gelisah

- Pasien tampak memegang daerah


yang nyeri

- Tampak bengkak pada paha kanan,


bengkak teraba keras.

- Terdapat nyeri tekan pada paha


sebelah kanan - TD : 130/80 mmhg;
HR: 85 x/menit; RR: 21 x/menit

2. DS : - Pasien mengeluh kaki kanan Gangguan Hambatan mobilitas


sulit untuk digerakkan, hanya bisa muskuloskletal fisik
digeser-geser di atas tempat tidur

- Pasien mengatakan nyeri jika kaki


kanan diangkat/digerakkan

- Pasien mengatakan tidak bisa


berjalan

- Pasien mengatakan aktivitas sehari


hari dibantu oleh keluarga

DO : - Pasien tampak terbaring di


tempat tidur

- Paha kanan pasien tampak bengkak

- Terjadi penurunan kekuatan otot

5 5

2 5

- Pasien tampak sulit untuk merubah


posisi

- Kebutuhan ADLsdibantu perawat


dan keluarga

- TD : 130/80 mmHg, HR: 85


x/menit; RR: 21 x/menit

3. DS : - Pasien mengeluh cemas Perubahan status Ansietas


dengan kondisinya kesehatan

- Pasien mengatakan khawatir tidak


bisa berjalan lagi

DO : - tampak cemas

– wajah tampak tegang

- Sulit tidur

- sering bertanya tentang tindakan


medis yang akan dilakuka
B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status Kesehatan

C. Rencana Asuhan Keperawatan

No. Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan

1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)


keperawatan selama 3x24 Tindakan :
berhubungan
1. Observasi
dengan agen jam maka tingkat nyeri a. Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
cidera biologis
hasil:
frekuensi, kualitas
dan intenitas nyeri
1. Keluhan nyeri b. Identifikasi skala
nyeri
berkurang c. Identifikasi respon
nyeri non verbal
2. Meringis menurun 2. Terapeutik
a. Berikan teknik
3. Tekanan darah normal nonfarmakologis
untuk mengurangi
4. Skala nyeri normal rasa nyeri
b. Fasilitasi istirahat dan
tidur
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
b. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgesik jika perlu

2. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi (I.06171)


tindakan keperawatan
mobilitas fisik Observasi:
selama 2x24 jam
(D.0054) b/d diharapkan kemampuan 1. Identivikasi adanya nyeri atau
gerak fisik meningkat keluhan fisik lainnya
gangguan 2. Identifikasi toleransi fisik
muskulo dengan kriteria hasil : melakukan ambulasi
3. Monitor frekuensi jantung
1. Pergerakan dan tekanan darah sebelum
ekstermitas memulai ambulasi
meningkat 1.
2. Kekuatan otot melakukan ambulasi
meningkat Terapeutik
3. Rentang gerak 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi
(ROM) dengan alat bantu
meningkat 2. Fasilitasi melakukan
4. Gerakan terbatas mobilisasi fisik
menurun 3. Libatkan keluarga untuk
5. Kelemahan fisik membantu pasien dalam
menurun meningkatkan ambulasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
2. Anjurkan melakukan
ambulasi dini
Ajarkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan (misalnya :
berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda dll)

3. Ansietas
Setelah dilakukan Observasi
berhubungan
intervensi keperawatan
dengan  Identifikasi saat tingkat
selama 3 x 24 jam,
ansietas berubah
perubahan maka tingkat ansietas
(mis: kondisi,
menurun, dengan
dalam status waktu, stresor)
kriteria hasil:  Identifikasi
Kesehatan
kemampuan
1. Verbalisasi mengambil
kebingungan keputusan
menurun  Monitor tanda-tanda
2. Perilaku gelisah ansietas (verbal dan
menurun nonverbal)
3. Perilaku tegang
Terapeutik
menurun
4. Konsentrasi  Ciptakan suasana
membaik terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
 Temani pasien untuk
mengurangi
kecemasan, jika
memungkinkan
 Pahami situasi yang
membuat ansietas
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
 Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
 Tempatkan barang
pribadi yang
memberikan
kenyamanan
 Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
 Diskusikan
perencanaan realistis
tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi

 Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
 Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
 Anjurkan keluarga
untuk tetap Bersama
pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
 Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
 Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
 Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri yang
tepat
 Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
obat antiansietas,
jika perlu
D. IMPLEMENTASI

No Dx Tgl Jam Implementasi


1 Nyeri akut Senin, 18.40 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik dan intensitas nyeri
b.d agen 26/9/2022 2. Mengidentifikasi skala nyeri
cidera 3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
biologis 4. Memberikan teknik nonfarmakologis distraksi untuk mengurangi nyeri
5. Memfasilitasi istirahat dan tidur
6. Berkolaborasi memberikan injeksi ketorolac 30 mg IV
2 Gangguan Senin, 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
26/9/2022 18.45 lainnya
mobilitas 2. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
fisik 3. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai ambulasi
(D.0054) b/d 4. Memonitor kondisi umum selama melakukan
ambulasi
gangguan 5. Memfasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu
muskulo 6. Memfasilitasi melakukan mobilisasi fisik
7. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
8. Menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
9. Menganjurkan melakukan ambulasi dini
10. Mengajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi)
3 Ansietas Senin, 18. 1. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
berhubungan 26/9/2022 2. Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan Temani pasien untuk
dengan mengurangi kecemasan
perubahan 3. Memberikan informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
dalam status 4. Menganjurkan keluarga untuk tetap Bersama pasien, jika perlu
Kesehatan 5. Mengajarkan tehnik relaksasi

E. CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari I Hari II Hari III


Dx
1 S: S: S:
Pasien mengatakan masih nyeri pada klien mengatakan nyeri tapi sudah sedikit berkurang klien mengatakan nyeri berkurang
kaki kanan O: O:
O: - Klien tampak terbaring di tempat tidur - Pasien tampak lebih tenang dari
- Px tampak meringis - Paha kanan klien tampak bengkak sebelumnya
- Px bersikap protektif terhadap - TTV : TD: 110/60 mmH - Tampak bengkak pada paha kanan,
kaki kanannya N: 78 x/menit bengkak teraba keras.
- TTV : TD: 120/80 mmH - TTV : TD: 120/80 mmH
N: 84 x/menit S: 36,1ºC N: 84 x/menit
RR: 20 x/menit
S: 36ºC P : nyeri saat digunaan bergerak S: 36ºC
RR: 20 x/menit Q : terasa panas RR: 20 x/menit
P : nyeri saat digunaan bergerak R : pada paha kaki kanan A : Masalah teratasi sebagian
Q : terasa panas S:2 P : Intervensi di hentikan (Pasien di
R : pada paha kaki kanan T : hilang timbul rujuk ke rssa)
S:4 A : Maslah teratasi sebagian
T : hilang timbul P : Intervensi dilanjutkan
A : Masalah teratasi sebagian I:
P : Intervensi dilanjutkan 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik dan intensitas
I: nyeri
1. Mengidentifikasi lokasi, 2. Mengidentifikasi skala nyeri
karakteristik dan intensitas 3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
nyeri 4. Memberikan teknik nonfarmakologis distraksi untuk
2. Mengidentifikasi skala nyeri mengurangi nyeri
3. Mengidentifikasi respon nyeri 5. Berkolaborasi memberikan injeksi ketorolac 30 mg
non verbal IV
4. Memberikanteknik E : nyeri menurun, skala nyeri 4
nonfarmakologis distraksi
untuk mengurangi nyeri
5. Memfasilitasi istirahat dan
tidur
6. Berkolaborasi memberikan
injeksi ketorolac 30 mg IV dan
Injeksi Tramadol 100mg
E : nyeri menurun, skala nyeri 5
2 S : Klien mengeluh kaki kanan sulit S : Klien mengatakan kaki kanan masih sulit untuk digerakkan S : - Klien mengatakan aktivitas seharihari
untuk digerakkan, hanya bisa digeser- dan hanya bisa digeser-geser masih dibantu oleh keluarga dan belumbisa
geser di atas tempat tidur berjalan
O:
O: O:
Kekuatan otot menurun
Kekuatan otot menurun Kekuatan otot menurun
5 5
5 5 5 5
2 5
2 5 2 5
A : masalah teratasi sebagian
A : masalah teratasi sebagian A : masalah sebagian
P : lanjutkan intervensi
P : lanjutkan intervensi P : Intervensi di hentikan (Pasien di
I:
rujuk ke rssa)
I:
1. Mengajarkan dan berikan dorongan pada klien untuk
1. Mengajarkan dan berikan melakukan program latihan secara rutin
dorongan pada klien untuk
melakukan program latihan 2. Mengajarkan teknik Ambulasi & perpindahan yang
secara rutin aman kepada klien dan keluarga

2. Mengajarkan teknik Ambulasi 3. Menyediakan alat bantu untuk klien


& perpindahan yang aman
4. Memberikan penguatan positif untuk berlatih mandiri
kepada klien dan keluarga
dalam batasan yang aman
3. Menyediakan alat bantu untuk
5. Mengajarkan pada klien/ keluarga untuk
klien
memperhatikan postur tubuh yg benar untuk
4. Memberikan penguatan positif menghindari kelelahan, keram & cedera
untuk berlatih mandiri dalam
E: 5 5
batasan yang aman
2 5
5. Mengajarkan pada klien &
keluarga tentang cara
pemakaian kursi roda & cara
berpindah dari kursi roda
ketempat tidur atau sebaliknya.

6. Mengajarkan pada klien &


keluarga untuk dapat mengatur
posisi secara mandiri dan
menjaga keseimbangan selama
latihan ataupun dalam aktivitas
sehari hari.

7. Mengajarkan pada klien/


keluarga untuk memperhatikan
postur tubuh yg benar untuk
menghindari kelelahan, keram
& cedera

E : Kekuatan otot

5 5

2 5

3 S : Klien mengeluh cemas dengan S : Klien mengatakan sudah mulai mengerti dan khawatir S : Klien mengatakan khawatir berkurang
kondisinya dan khawatir tidak bisa berkurang
berjalan lagi O:
O : - Klien tampak cemas O : Klien tampak lebih tenang - Klien lebih tenang
- Klien tampak tegang - Klien masih sering bertanya tentang tindakan medis yang A : Masalah teratasi
- Sulit tidur karena merasa nyeri akan dilakukan
A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi di hentikan (Pasien di
A : Masalah teratasi sebagian rujuk ke rssa)
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
I:
I:
1. Mengunakan pendekatan yang menenangkan
1. Mengunakan pendekatan yang
menenangkan 2. Menjelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
selama prosedur
2. Menjelaskan semua prosedur
dan apa yang dirasakan selama 3. Mendorong keluarga untuk menemani klien
prosedur
3. Memahami perspektif klien 4. Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan,
terhadap situasi stress ketakutan, persepsi

4. Menemani klien untuk 5. Menginstruksikan pasien menggunakan teknik relaksas


memberikan keamanan dan
mengurangi takut E : Cemas berkurang

5. Mendorong keluarga untuk


menemani klien

6. Mendorong klien untuk


mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi

7. Menginstruksikan pasien
menggunakan teknik relaksas

E : Cemas berkurang
BAB IV

KESIMPULAN

Tumor tulang / incoplasma adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus
secara cepat dan pertimbangannya tidak terkendali. Tumor / incoplasma dapat berasal dari
dalam tulang juga timbul dari jaringan atau dari sel- sel kartilago yang berhubungan dengan
epiphipisis atau dari unsur-unsur pembentuk darah yang terdapat pada sumsum tulang.
Berdasarkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan Tumor Tulang
Pengkajian pada pasien mengeluh nyeri pada paha yang bengkak di sebelah kanan, pasien
juga mengeluh sulit untuk berjalan dan sulit untuk menggerakkan kaki yang bengkak, serta
pasien juag mengeluh cemas dengan kondisinya saat ini. Berdasarkan hasil pengkajian pada
pasien didapatkan 3 diagnosa yang ditemukan diantaranya yaitu nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskletal, dan Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. 2017. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses- proses


Penyakit. Jakarta : EGC.
Reeves, J. Charlene. Et al. 2017. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi I. Jakarta:Salemba
Medika.
Smeltzer & Brenda G, Bare, (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume III
Edisi 8. Jakarta:Salemba
Suratun, et al. 2018. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Suzanne, C. Smeltzer. (2018). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai