Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN PSIKIATRI

“Asuhan Keperawatan Anak Kebutuhan Khusus”

Dosen Pengajar:
Faizatur Rohmi, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusu Oleh Kelompok 2:

1. Agnes Dwi Ningtyas S. (2223002)


2. Avan Mulyo (2223006)
3. Dian Kusumawati (2223007)
4. Fenty Yuliasari (2223013)
5. Hide Sampurna (2223016)
6. Lella Isma (2223021)
7. Lusiana Agus S. (2223022)
8. Rizky Aditya Pratama (2223029)
9. Tutik Ningsih (2223032)
10. Yeni Purwaningtyas (2223034)

PROGRAM STUDI AHLI JENJANG KEPERAWATAN DIII-S1


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KEPANJEN
KABUPATEN MALANG
2022
A. Definisi Anak Kebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami kelainan dan keterlambatan
dalam belajar yang berbeda dengan teman seusianya. Anak dengan kebutuhan khusus
membutuhkan perhatian yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan anak normal
seusianya. Perbedaan anak berkebutuhan khusu dengan anak yang normal tidak hanya dilihat
dari kelainan fisik dan psikis. Anak berkebutuhan khusus memiliki dua kategori yaitu anak
yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen yang disebabkan akibat kelainan
tertentu, dan anak dengan kebutuhan khusus yang bersifat temporer atau anak yang
mengalami hambatan belajar maupun keterlambatan dalam perkembangan yang disebabkan
oleh kondisi tertentu, misal anak yang mengalami kesulitan beradaptasi dengan lingkungan
yang baru, tidak bisa membaca akibat kekeliruan guru dalam mengajar, dan anak yang
terlambat dalam pembelajaran akibat isolasi budaya. Anak dengan kebutuhan khusus
temporer yang tidak mendapatkan intervensi yang tepat dan sesuai dengan hambatan akan
menjadikan kebutuhan khusus permanen ( Hasanah, 2019).

B. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus


Penyebab anak berkebutuhan khusus, yaitu:
1. Sebelum kelahiran
Gangguan yang tidak di sadari ibu hamil pada saat anak dalam kandungan
diantaranya:
a. Gangguan genetik: Kelainan kromosom, transformasi
Kelainan kromosom pada anak yang terlahir dengan sindrom down ini terjadi
pada saat pembuahan terjadi. Hal ini tidak bisa diprediksi oleh kasat mata,
karena membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk uji laboratorium.
b. Infeksi Kehamilan
Infeksi kehamilan dapat menyebabkan cacat pada janin, hal ini dapat
disebabkan oleh parasit protozoa yang terdpat pada binatang kucing, anjing,
burung, dan tikus.

c. Keracunan Saat Hamil (Pre eklamsia)


Gangguan kehamilan yang muncul pada usia kehamilan di atas 20 minggu.
Gejala yang sering muncul adalah tekanan darah yang tinggi, kandungan urin
yang tinggi protein.
d. Kelahiran Prematur
Bayi yang lahir prematur adalah kelahiran sebelum masa gestasi si ibu
mencapai 38 minggu, bayi yang ada dalam kandungan masih belum sempurna.
2. Selama Proses Kelahiran
Beberapa Proses kelahiran yang dapat menyebabkan anak berkebutuhan khusus:
a. Kelahiran dengan alat bantu: Vacum
Vacum berisiko dapat membuat kepala bayi terjepit sehingga akan terjadi
kecelakaan otak sehingga menyebabkan gangguan pada otak.
b. Kehamilan terlalu lama > 40 minggu
Kehamilan yang terlalu lama ditakutkan akan membuat bayi mengalami
kelainan dan keracunan air ketuban.
3. Setelah Kelahiran
Setelah kelahiran tidak menutup kemungkinan anak mengalami berkebutuhan khusus
a. Penyakit infksi bakteri (TBC)
Bayi dikhawatirkan terserang bakteri yang dapat menganggu kesehatan dan
dapat menyebabkan kelainan pada anak secara fisik maupun mental.
b. Kekurangan zat makanan (gizi, nutrisi)
Kekurangan gizi dapat menyebabkan kelainan fisik, mental, bahkan perilaku,
oleh karena itu gizi merupakah unsur yang sangat penting didalam tubuh.

C. Jenis-jenis Anak kebutuhan Khusus


Ada beberapa jenis berkebutuhan khusus pada anak diantaranya:
a. Anak dengan gangguan Penglihatan (Tuna Netra)
Kondisi penglihatan mengalami penurunan dimulai dari derajat yang ringan
hingga yang paling berat.
Ada dua kategori yaitu:
a) Low vision yaitu orang yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan tugas yang berkaitan dengan penglihatan, tapi masih
dapat diselesaikan dengan menggunakan alat bantuan, melihat dari
dekat, danmemodifikasi lingkungan sekitar.
b) Kebutaan yaitu orang yang kehilangan kemampuan dalam melihat atau
hanya bisa mengetahui ada cahaya atau tidak.
b. Anak dengan gangguan pendengaran (Tuna Rungu)
Gangguan penghambat proses penyampaian informasi bahasa melalui
pendengaran yang dapat menggangu proses pembelajaran pada anak.
Penyebab gangguan pendengaran terbagi dua kategori, yaitu :
a) Faktor genetik.
Pengaruh genetik dapat menyebabkan cacat tulang telinga bagian
tengah, sehingga mengakibatkan berkurangnya pendengaran.
b) Faktor lingkungan/pengalaman.
Lingkungan yang mempengaruhi pendengaran biasanya berupa
serangan penyakit, misalnya campak, radang telinga, pemakaian obat-
obatan, trauma suara terlalu keras.
Klasifikasi keberfungsian telinga dalam mendengar bunyi:
a) Ketunarunguan ringan
Kondisi masih bisa mendengar bunyi dengan intensitas 20-40 decibel
(tidak bisa menyadari bahwa sedang diajak bicara, kesulitan dalam
percakapan).
b) Ketunarunguan sedang
Kondisi masih mendengar bunyi dengan intensitas 40-65 decibel (tanpa
memperhatikan wajah pembicara mereka mengalami kesulitan
percakapan, sulit mendengar dari kejauan atau dalam kondisis yang
gaduh, tetapi dapat dibantu dengan alat bantu).
c) Ketunarunguan berat
Kondisi dapat mendengar bunyi dengan intensitas 65-95 decibel
(sedikit dapat memahami percakapan pembicara bila memperhatikan
wajah pembicara dengan suara yang keras)
d) Ketunarunguan parah
Kondisi dapat mendengar bunyi dengan intensitas 95 decibel atau lebih.
(Tidak bisa melakukan percakapan normal, bisa dibantu dengan alat
bantu dengar tertentu).
c. Anak retardasi mental ( Tuna Garhita)
Kondisi keterbelakangan mental yang diakiatkan oleh kecerdasan yang
terganggu yang disebabkan oleh fungsi kognitif yang sangat lemah. Tuna
garhita merupakan fungsi intelektual yang dibawah rata-rata dan memiliki
intelegensi di bawah intelegensi normal dengan skor IQ lebih rendah dari 70.
Penyebab keterbelakangan mental bisa karena abnormalitas dari kromosom
yang disebabkan dari infeksi oleh virus toxoplasmosis, bisa karena kelahiran
premature dengan BBLR, dan gangguan setelah anak terkena radang otak.
d. Anak dengan kelainan Fisik ( Tuna Daksa)
Gangguan fisik yang berhubungan dengan tulang, sendi, otot, dan system
persarafan. Gangguan ini dipengaruhi pada Gerakan kasar dan Gerakan halus.
Hal ini disebabkan oleh kelainan bawaan, TBC tulang, dan gangguan
neurologi.
e. Anak berkesulitas belajar
Kesulitan belajar yang dialami anak ini karena adanya gangguan persepsi,
kesulitan belajar anak dibedakan menjadi tiga yaitukesulitas menghitung
(diskalkulia), kesulitan mambaca ( disleksia), kesulitas berbahasa ( disphasia),
dan kesulitan menulis ( disgraphia).
f. Anak dengan gangguan spektrum autis
Autis adalah kelainan yang berpusat pada otak sehingga penderitanya kesulitan
dalam mengolah suatu perintah yang diterima. Seorang yang mengalami
gangguan autis ini cenderung suka menyendiri dan terlalu asyik dengan
dunianya. Gangguan perkembangan yang dimanifestasikan didalam hambatan
komunikasi verbal non verbal.
Asuhan Keperawatan Anak Kebutuhan Khusus: Tuna Netra

A. Definisi
Tuna Netra adalah kondisi indra penglihatan yang yang tidak bisa berfungsi
seperti halnya orang normal pada umumnya. Orang dengan tuna netra memiliki
keterbatasan untuk melakukan aktivitas dan membutuhkan bantuan. Anak dengan
gangguan penglihatan adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatan, sehingga
membutuhkan layanan khusus dalam pendidikan maupun kehidupannya. Tuna Netra
adalah gangguan penglihatan atau tidak berfungsinya indra penglihatan.

B. Etiologi
Tuna Netra dapat disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal, adalah sebagai
berikut:
1. Faktor internal
Faktor yang biasanya disebabkan oleh keturunan atau genetik dan faktor lain yang
menjadi penyebabkan kebutaan pada bayi biasanya pada saat bayi dalam
kandungan, seperti : kekurang gizi pada saat kehamilan, terkena infeksi, atau bisa
juga karena aborsi yang gagal.
2. Faktor eksternal
Faktor yang disebabkan pada saat ketika bayi lahir atau maupun faktor
setelah lahir. Misalnya saja pada saat terjadi kecelakaan, terkena penyakit syphilis
yang mengenai matanya pada saat bayi dilahirkan, proses kelahiran yang lama
sehingga menyebabkan kehabisan cairan, kelahiran yang dibantu oleh alat yang
mengenai syaraf, atau bisa juga karena proses peradangan mata yang disebabkan
karena penyakit bakter ataupun virus yang menyerang organ tubuh khususnya
pada mata.
C. Klasifikasi Tuna Netra
Diklasifikasikan menjadi 3 golongan yaitu:
1. Tuna netra golongan buta atau total blind, yang termasuk pada golongan ini
adalah mereka yang sama sekali tidak memiliki persepsi visual, mereka yang
hanya memiliki persepsi cahaya, dan mereka yang memiliki persepsi sumber
cahaya dan memerlukan system brailler sebagai alat bantu.
2. Tuna netra golongan kurang lihat atau lov vision yang dibagi Kembali menjadi
tiga kelompok yaitu Mereka yang memiliki persepsi benda-benda yang berukuran
besar sehingga mereka masih membutuhkan sistem Braille, mereka yang memiliki
persepsi benda berukuran kecil dan masih mampu menggunakan huruf dan tanda
visual, mereka yang memiliki persepsi benda berukuran kecil dan masih mampu
menggunakan huruf dan tanda visual sebagai media baca dalam pengajaran.
3. Tuna netra golongan gangguan persepsi cahaya atau light perception diamana
mereka hanya dapat membedakan mana yang terang dan manayang gelap, dan
tidak bisa melihat benda didepannya.

D. Dampak kondisi Tuna Netra


1. Secara kognitif
a. Pengenalan terhadap dunia luar tidak diperoleh secara menyeluruh, sehingga
perkembangan secara kognitif cenderung terhambat dibandingkan orang
normal pada umumnya.
b. Perkembangan kognitif tidak ada hubungannya dengan kecerdasan atau
kemampuan inteligensi, tetapi kemampuan pada indera penglihatan
2. Secara Motorik
a. Fungsi sistem neuromuskularnya tidak bermasalah tetapi fungsi psikis tidak
mendukung sehingga menjadi hambatan dalam perkembangan motorik.
b. Secara fisik, tuna netra biasanya berjalan dengan posisi tegak, kaku, lamban,
dan penuh kehati-hatian dimana tangan mereka selalu berada di depan
dan sedikit tersendat pada saa berjalan
c. Segi intelegensi, anak tuna netra hampir sama dengan anak normal pada
umumnya, dimana ada anak yang cerdas, ada yang rata-rata dan ada yang
rendah.
d. Segi perkembangan emosi, anak tuna netra sedikit mengalami hambatan
dibandingkan dengan anak yang normal.
e. Segi perkembangan sosial, tunanetra memiliki lebih banyak hambatan.
f. Kurangnya motivasi, ketakutan menghadapi lingkungan sosialyang lebih luas
atau baru, perasaan-perasaan rendah diri, hal ini disebabkan karena sikap
masyarakat yang selalu tidak menguntungkan seperti penolakan, penghinaan,
sikap takacuh, serta terbatasnya kesempatan bagi anak untuk belajar tentang
pola-pola tingkah laku yang diterima merupakan kecenderungan tunanetra
yang dapat mengakibatkan perkembangan sosia menjadi terhambat.
g. Perkembangan sosial, penderita tuna netra sangat tergantung pada bagaimana
perlakuan dan penerimaan lingkungan terutama lingkungan keluarga terhadap
penderita tuna netra

E. Kebutuhan Tuna Netra


Kebutuhan penderita tuna netra tidak berbeda dengan kebutuhan orang normal pada
umumnya. Setiap prilaku manusia tertuju pada motif pemenuhan kebutuhan, dimana
kebutuhan mempengaruhi prilaku manusia. Beberapa kebutuhan yang biasanya
dibutuhkan penyandang tuna netra diantaranya:
1. Kebutuhan secara fisiologis
Kepuasan fisiologis harus terpenuhi lebih dahuli agar apabila menginginkan
kebutuhan berikutnya dapat terpenuhi.
2. Kebutuhan anakn rasa aman
Rasa aman sulit dirasakan oleh penderita tuna netra, hal ini disebabkan karena
selalu ada raa curiga yang diakibatkan karena perasaan selalu bertanya-tanya apa
yang saat ini ada dihadapannya.
3. Kebutuhan akan kasih sayang
Rasa kasih sayang akan didapatkan apabila apabila kebutuhan fisiologis dan rasa
aman sudagh terpenuhi. Tidak ada orang tua atau lingkungan yang mengharapkan
anak menderita tuna netra, kekecewaan yang dirasaka akan akan dimunculkan
dalam bentuk sikap tidak adanya kasih sayang.
4. Kebutuhan untuk dihargai
Penghargaan tidak berupa materi tetapi juga berupa penghargaan psikologis,
Orang akan dihargai pada saat orang tersebut telah melakukan sesuatu untuk
dirinya maupun untuk lingkungan sekitarnya.
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Penderita tuna netra yang mampu mewujudkan dan merealisasikan aktualisasi
dirinya, maka orang tersebut sudah memperoleh kebebasan dan kemandirian yang
selalu diharapkan oleh setiap orang termasuk pederita tuna netra.

F. Kebutuhan Khusus Tuna Netra


Penderita tuna netra membutuhakan kebutuhan khusus, diantaranya:
1. Fisiologis
Penderita tuna netra membutuhkan perawatan dan pemeriksaan medis, serta
pengobatan dan evaluasi medis secara umum. Sebagai kegiatan diperlukan latihan
gerak dan ekspresi tubuh.
2. Personal
Kebutuhan yang bersifat personal diantaranya keterampilan aktivitas dalam
kehidupan sehari-hari seperti menolong diri sendiri, serta kebutuhan akan
pendidikan dan bimbingan khusus.
3. Sosial
Harapan adanya hubungan yang bai kantar personal, adanya interaksi yang bai
kantar anggota keluarga maupun dengan teman , dan keikut sertaan dalam
berpartisipasi berbagai kegiatan yang ada di lingkungan.

G. Kebutuhan Pengembangan Motorik Tuna Netra


Keterbatasan yang dimiliki tuna netra yaitu:
1. Keterbatasan untuk melakukan interaksi dengan lingkungan
2. Keterbatasan dalam mealukan mobilisasi
3. Tuna netra membutuhkan pengalaman untuk melakukan interaksi terhadap
lingkungannya.
4. Adanya hubungan timbal balik antara tuna netra dengan lingkungan sehingga
diharapkan adanya interaksi
5. Hubungan timbal balik akan berjalan aktif apabila tunanetra memiliki sumber
informasi didalam mentalnya yang berbentuk konsep-konsep.
6. Konsep akan dikuasai sesuai dengan realita apabila strategi pengajaran dilakukan
dengan baik.

H. Cara Membantu Anak dengan Tuna netra


Cara yang dapat dilakukan untuk membantu anak dengan penderita tuna netra:
1. Keterbatasan menangkap informasi dengan penglihatan, guru harus menggunakan
indra pendengar, pengecap, peraba, dan bau pada saat menyampaikan informasi
dalam pembelajaran.
2. Intonasi suara menjadi hal yang penting pada saat mengajar anak dengan
kelemahan penglihatan.
3. Penjelasan secara verbal harus jelas dan tidak berbelit-belit, dan penyediaan
pembelajarandlam bentuk brailer.
4. Menggunakan music yang dapat memberikan rasa aman, yang diharapkan dapat
merangsang pikiran untuk membangun konsep pembelajaran.
5. Bantu alam mengekspresikan emosi dengan menggunakan seni dan ketrampilan,
seperti krayon, kertas, tanah liat, dan cat air.
6. Bermain peran dapat membantu anak dalam mengingat peristiwa atau situasi yang
pernah mereka alami.

I. Alat Bantu Baca dan Tulis pada Anak Tuna Netra


Anak dengan kekurangan tuna netra memiliki kelebihan berupa sensasi taktil dan
pendengaran yang tajam. System braille digunakan untuk untuk membaca dan menulis
sehingga penderita tuna netra tetap mendapatkan informasi terbaru. Huruf braille dibaca
dari kiri ke kanan dan dapat melambangkan abjad, tanda baca, angka, tanda music, dan
simbil matematika.
J. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat kesehatan
2. Keadaan umum
3. Riwayat sosial
4. Kemampuan kemandirian
5. Pada pemeriksaan difokuskan pada mata

K. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan (Persepsi sensori) penglihatan total berhubungan dengan cacat sejak
lahir
2. Defisit kemandirian berhubungan dengan keterbatasan aktivitas fisik.
Daftar Kepustakaan
Ariani, Pratiwi N. (2016). Gambaran kemampuan perawatan diri (self care agency) pada anak disabilitas
(tuna grahita dan tuna netra) di sekolah luar biasa negeri 1 bantul. Publikasi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Al-Omari, Omar. (2016). Experience of Menarche Among Jordanian Adolescent Girls: An Interpretiv
Phenomenological Analysis. Journal Pediatric Adolescent Gynecology Elsevier, 29, 246-251.
Hallahan, DP., Kauffman, J.M. (2015). Exceptional Children: Introduction to Special Education.
Fifth Edition. New Prentice Hall International. Inc.
Irham Hosni. (2017). Buku Ajar Orientasi Mobilitas. Ditjen Dikti, Depdikbud.: Jakarta
Kemis, dan Ati Rosmawati. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita. Jakarta: PT
Lixima Metro Media.
Ishartiwi. (2015). Keefektifan Penggunaan Media Audio (Tolking Book) dalam Knededler
Quint, Elisabeth. (2016). Management for Adolescent With Disabilites. Pediatrics Journal, 138, e1-e9.
Ramawati, D. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan perawatan diri anak
tuna netra di Kabupaten Banyumas JawaTengah
Sunardi (2000). Pengembangan PLB di Indonesia: Makalah Seminar Nasional. Disampaikan
dalam rangka Konaspi di Hotel Indonesia Jakarta.
Sutjihati, T., Somantri (2016). Psikologi Anak luar Biasa. Refika Aditama:Bandung.
Widiastuti, SH.(2010). Pengaruh terapi kelompok suportif terhadap kemampuan keluarga dalam
melatih “self care” anak tunanetra ganda di SLB G Rawinala di Jakarta. Tesis.
Depok:UI.

Anda mungkin juga menyukai