Anda di halaman 1dari 4

Nama: allya suarnihati winata

Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Anak berkebutuhan khusus (ABK) dibandingkan dengan anak normal pada umumnya mereka
memerlukan pelayanan pendidikan khusus (Jannah & Darmawanti, 2004 :15). ABK (anak berkebutuhan
Khusus) adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum lainnya.

Dalam ABK dikenal istilah-istilah sebagai berikut:

1.      Awas (low vision)

Yaitu seseorang dikatakan kurang awas bila ia masih memiliki sisa penglihatan sedemikian rupa sehingga
masih dapat sedikit melihat atau masih bisa membedakan gelap dan terang

2.      Lemah pendengaran (hard of hearing)

Jika mereka kehilangan kemampuan mendengar berkisar antara 35-69 dB, sehingga mereka mengalami
kesulitan untuk mendengar tetapi tidak terhalang baginya untuk mengerti pembicaraan orang lain
walaupun dengan menggunakan atau tidak menggunakan alat bantu dengar (Moores, 1987:5)

3.      Terbelakang mental (retardasi mental)

Yaitu suatu keadaan dengan intelegensia yang kurang (sub normal) sejak masa perkembangan (sejak
lahir atau sejak masa anak-anak), yang ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada di bawah
rata-rata dan disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri atau berperilaku
adaptif.

Anak berkebutuhan khusus, anak yang membutuhkan layanan khusus karena perbedaan atau yang
sekarang sedang trend di sebut dengan inklusi. Anak berkebutuhan khusus ini merupakan anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya, tampak menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk ke dalam ABK secara umum dapat dibedakan
menjadi beberapa klasifikasi yaitu :

1. Tunanetra

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan
kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman &
Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60
setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan.

2. Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak
permanen.

3. Tunagrahita

Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan
disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan.

5. Tunadaksa

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-
muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral
palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki
keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu
memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki
keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.

6. Tunalaras

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.
individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan
aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor
eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.

7. Autisme

Dari pengertiannya Autisme berasal dari kata auto yang artinya sendiri. Penyandang autisme seperti
hidup di dunianya sendiri.

8. ADHD (Attention Deficit Diperatif Desorder)

Attention Deficit Diperatif Desorder atau yang dikenal disingkat dengan ADHD adalah kondisi anak yang
memperlihatkan ciri atau gejala kurang konsentrasi, hiperaktif dan impulsive yang dapat menyebabkan
ketidak seimbangan pada sebagian besar aktifitas hidupnya.

9. Lamban Belajar (Slow Learner)

Ini adalah contoh anak-anak yang berkebutuhan khusus dengan keterbatasan anak learning disabilitas
atau difabilitas. Beberapa ciri yang menonjol antara lain: prestasi belajar selalu rendah, terlambat
menyelesaikan tugas akademik, daya tangkap pembelajaran dan kemampuan belajar lambat.
10. Anak Berbakat

Anak berbakat menunjuk pada anak-anak yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul, mampu
memberikan prestasi yang tinggi baik disekolah maupun ekskul dan kegiatan minat bakatnya. Anak
berbakat dengan kemampuan dan bakat luar biasa ini memerlukan pelayanan pendidikan khusus untuk
membantu mereka mencapai prestasi sesuai dengan bakat-bakat mereka yang unggul.

11. Anak Kesulitan Belajar Spesifik

Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang
mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi
kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain
injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ
rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi
gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.

Dalam perkembangannya, penggunaan istilah learning disability menjadi tidak populer dan tidak pernah
digunakan lagi. Kini lebih sering digunakan istilah yang dianggap lebih manusiawi, yaitu learning
differences bagi penyandang difabilitas, yang diartikan dalam bahasa Indonesianya "Perbedaan cara
belajar". Istilah lain yang sering digunakan adalah anak dengan kebutuhan khusus (Children with Special
Needs).m

Faktor penyebab anak berkebutuhan khusus penting untuk diketahui meskipun yang lebih penting ialah
penanganannya. Anak berkebutuhan khusus bermacam-macam jenisnya. Ada yang masuk kelompok
autisme, ADD (Attention Deficit Disorder), Impulsif, dan ada juga anak penderita ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder). Namun di Indonesia sendiri yang masuk kategori ABK atau Anak Berkebutuhan
Khusus biasanya mereka yang didiagnosa dengan gangguan autisme.

Belum diketahui pasti apa penyebab sebenarnya dari kondisi autisme atau anak berkebutuhan khusus.
Namun diduga kuat hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor berikut:

• Genetik - Faktor genetik ini disebabkan karena terjadi kelebihan kromosom yang disebabkan oleh
persamaan gen pada orangtua anak (suami dan istri). Faktor genetik juga bisa disebabkan karena usia
sang ibu saat hamil yang kurang ideal misalnya ibu hamil diusia diatas 35 tahun. Semakin tua usia ibu
saat hamil maka semakin tinggi resiko melahirkan anak berkebutuhan khusus.

• Infeksi - Kondisi anak berkebutuhan khusus juga bisa disebabkan karena terjadi infeksi pada janin saat
ibu mengandung. Misalnya saja terjadi infeksi disebabkan karena rubella, toksoplasma, herpes, dll.

• Trauma - Kondisi anak berkebutuhan khusus juga bisa disebabkan karena adanya trauma yang dialami
anak misalnya saat proses dilahirkan. Misalnya anak sulit untuk dilahirkan dan membuatnya harus
dibantu menggunakan metode atau alat tertentu yang menyebabkan anak kekurangan oksigen pada
otak dan akhirnya mengalami gangguan pada otak khususnya dibagian perkembangan. Bahkan bencana
alam diduga bisa menyebabkan kelainan pada anak.
• Racun - Faktor penyebab anak berkebutuhan khusus lainnya ialah racun. Misalnya saja sang ibu
mengalami keracunan saat sedang mengandung. Keracunan bisa disebabkan apa saja misalnya alkohol,
atau obat-obatan tertentu. Pencemaran udara atau polusi juga bisa memicu keracunan pada bayi dan
mengganggu perkembangan otaknya. 

• Kurang gizi - Faktor kekurangan gizi juga disinyalir berkontribusi menyebabkan anak berkebutuhan
khusus. Asupan dengan gizi dan nutrisi yang baik dapat membantu mengoptimalkan perkembangan otak
anak. Dan sebaliknya, jika anak kekurangan gizi, maka perkembangannya akan terganggu. Diusia 2 tahun
pertama, penting untuk memberi asupan terbaik untuk mendukung perkembangan otak anak sehingga
terhindar dari resiko anak menderita gangguan autis atau berkebutuhan khusus. 

Meskipun secara ilmiah belum diketahui 100% penyebab pasti mengapa anak mengalami kondisi
berkebutuhan khusus, namun beberapa faktor penyebab diatas adalah diduga kuat sebagai cikal bakal
terjadinya kondisi gangguan perkembangan pada anak. Untuk itu, maksimalkan tumbuh kembang anak
sejak dalam kandungan dengan menjaga pola makan dan pola hidup. Dengan begitu, setidaknya bisa
meminimalisir terjadinya kondisi anak berkebutuhan khusus.

Anda mungkin juga menyukai