NIM : K6423012
Mengutip dari Modul “Pengenalan Anak Berkebutuhan Khusus” yang diterbitkan oleh
Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Republik Indonesia Tahun 2020. Menjelaskan karakteristik anak berkebutuhan khusus,
yaitu1 :
1
Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia. (2020), Pengenalan Anak
Berkebutuhan Khusus. 11-26.
1
Menurut IDEA (Individuals with Disabilities Education Act) tahun 1997,
hambatan ini mengacu pada hambatan komunikasi seperti gagap, hambatan
artikulasi, hambatan bahasa, atau hambatan suara yang berdampak pada hasil
pembelajaran seorang anak.
Hambatan ini biasanya berpengaruh pada gerakan motorik kasar dan gerakan
motorik halus dari seseorang. Hambatan ini bisa bersifat ringan hingga berat.
Penyebab dari hambatan fisik ini dapat dibagi menjadi tiga yaitu: Kelainan
bawaan yang menyebabkan terjadinya telapak kaki rata, jumlah anggota
tubuh yang tidak lengkap atau berlebih. Penyebab lain seperti hambatan
neurologis dan lingkungan, yang menyebabkan cerebral palsy, spina bifida,
amputasi, retak atau terbakar.
Anak yang memiliki karakeristik berbeda kecerdasan nya dengan anak-anak lainnya,
digolongkan lagi menjadi :
1) Down Syndrome
Down syndrome adalah kondisi bayi lahir dengan ekstra kromosom, extra
nomer 21, sehingga mempunyai perubahan perkembangan otak yang tidak
normal, yang menyebabkan gangguan mental dan fisik. Dalam tubuh terjadi
abnormal struktur dan fungsi synap syaraf pusat yang menyebabkan cacat
pada kognitif. Terjadi abnormalitas pada satu atau lebih gene pada ekstra
2
kromosome. Kelainan organ dijumpai dengan volume otak mengecil dan
lobus frontal dan temporal kecil juga serebelum (otak kecil). Anak dengan
down syndrome memiliki beberapa persoalan yang menonjol. Masalah
tersebut antara lain:
Hambatan emosional banyak dialami oleh anak-anak. Jumlah kasus yang tergolong
dalam Hambatan tersebut terus meningkat. Hambatan ini tidak selalu berdiri sendiri,
namun hambatan ini seringkali terjadi Bersama-sama dengan hambatan lain pada diri
seseorang. Beberapa keadaan yang sering dialami anak dengan hambatan emosi
yaitu: Hambatan Pemuasatan Perhatian dan Hiperaktifitas atau Attention Deficit
Hyperactive Disorder (ADHD) dan Spektrum Autisma. Penyebab terjadinya masalah
emosional ini berupa faktor biologis, proses pengiriman informasi pada sistem saraf
3
dan faktor psikososial, seperti stres yang berkepanjangan, kejadian hidup yang
menekan, perlakuan salah pada masa kecil, faktor keluarga / pengasuhan.
Anak dengan ADHD yang secara umum dapat diidentifikasi dari tiga
karakteristik, yaitu tidak/ kurang perhatian (inattention), hiperaktif, dan
impulsif dan agresif. Tidak perhatian berarti anak mengalami kesulitan
memusatkan dan mempertahankan perhatian terhadap tugas yang diberikan
sehingga perhatiannya mudah teralihkan. Hiperaktif berarti anak tampak
memiliki energi yang besar sekali sehingga cenderung mudah gelisah dan
sulit untuk bersikap tenang dalam mengerjakan suatu aktivitas. Impulsif
berarti anak cenderung mengalami kesulitan mencegah perilaku yang tidak
sesuai seperti berbicara secara spontan tanpa dipikirkan terlebih dulu atau
terlibat dalam perilaku yang destruktif (Omrod, 2009).
4
Level 2 Kekurangan yang jelas Perilaku yang tidak
“memerlukan terlihat dari keterampilan fleksibel, kesulitan
dukungan komunikasi verbal dan non- menghadapi perubahan, atau
substansial” verbal; hambatan sosial perilakuperilaku berulang
yang nyata walaupun terbatas lainnya cukup
mendapat dukungan di sering terjadi sehingga
tempat; keterbatasan tampak jelas oleh pengamat
mengawali interaksi sosial; yang biasa dan mengganggu
respon yang sedikit atau keberfungsian pada konteks
tidak wajar terhadap ajakan yang beragam. Kesulitan
bersosialisasi dari pihak merubah perhatian dan
lain. tindakan.
Level 1 Tanpa dukungan di tempat, Perilaku yang tidak fleksibel
“memerlukan kekurangan dalam hal menyebabkan pengaruh
dukungan” komunikasi sosial yang signifikan dalam
menimbulkan hambatan keberfungsian pada satu
yang berarti. Kesulitan konteks atau lebih.
mengawali interaksi sosial, Kesulitan beralih diantara
dan contoh yang jelas dari beberapa aktifitas.
respon yang tidak normal Permasalahan dalam
atau tidak sukses terhadap mengorganisir dan
ajakan dari pihak lain. merencanakan sesuatu
Mungkin tampak penurunan menghalangi kemandirian.
minat dalam interaksi sosial.
Definisi menurut IDEA, anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa adalah anak
yang memiliki kemampuan yang melebihi dari kemampuan orang lain pada
umumnya dan mampu untuk menunjukkan hasil kerja yang sangat tinggi. Cerdas
istimewa berbakat istimewa ini dapat dilihat dari berbagai area seperti: kemampuan
intelektual secara umum, akademis yang khusus, berfikir kreatif, kepemimpinan,
seni, dan psikomotor. Seorang anak dapat dikatakan berbakat apabila ia memiliki
kemampuan yang di atas rata-rata, memiliki komitmen terhadap tugas yang tinggi
dan juga kreatif.
2
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN
2014 TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS. Pasal 4 Ayat (1).
5
a) tunanetra
b) tunarungu;
c) tunawicara
d) tunagrahita;
e) tunadaksa;
f) tunalaras;
g) berkesulitan belajar;
h) lamban belajar;
i) autis;
k) menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain
Mengutip dari Modul “Pengenalan Anak Berkebutuhan Khusus” yang diterbitkan oleh
Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Republik Indonesia Tahun 2020. Anak dengan Kebutuhan Khusus (ABK) adalah anak
dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukkan pada ketidaksesuaian perkembangan mental, emosi atau fisik dengan usia
kronologisnya. Anak dengan kebutuhan khusus memiliki hambatan dalam
perkembangan, pembelajaran dan berpartipasi, sehingga memerlukan dukungan secara
khusus dari berbagai pihak di luar diri anak untuk mengurangi hambatan-hambatan yang
ada, agar anak-anak dapat berpartisipasi dan beradaptasi dalam pembelajaran bersama
teman sebayanya.3
Mereka yang digolongkan pada anak dengan kebutuhan khusus dapat dikelompokkan
berdasarkan hambatan pada umumnya, yaitu:
3
Nuryati, N. (2022). Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Unisa press. 15-24
6
3) Hambatan daya pikir (Tunagrahita/Down Syndrome)
9) Tuna ganda
Hasil dari identifikasi dilanjutkan dengan asesmen, yang hasilnya akan dijadikan dasar
untuk penyusunan progam pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan
ketidakmampuannya (Maman et al., 2021). Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif,
kegiatan identifikasi anak berkebutuhan khusus dilakukan untuk lima keperluan, yaitu:
(1) Penjaringan (screening), (2) Pengalihtanganan (referal), (3) Klasifikasi, (4)
Perencanaan pembelajaran, dan (5) Pemantauan kemajuan belajar.
7
b) Menganalisis Data dan Mengklasifikasikan Anak
Pada tahap ini tujuannya adalah untuk menemukan anak-anak yang tergolong
anak berkebutuhan khusus (yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus).
Buatlah daftar nama anak yang diindikasikan berkelainan sesuai dengan ciri-ciri
Hasil analisis dan klasifikasi yang telah dibuat oleh guru dilaporkan kepada
kepala sekolah, orangtua siswa, dan dewan komite sekolah. Tujuannya untuk
mendapatkan saran-saran pemecahan atau tindak lanjutnya.
Pada tahap ini kegiatan dikoordinasikan oleh kepala sekolah setelah data anak
berkebutuhan khusus terhimpun dari seluruh kelas. Kepala sekolah dapat
melibatkan: (1) kepala sekolah sendiri; (2) dewan guru; (3) orang tua/wali siswa;
(4) tenaga profesional terkait, jika tersedia dan memungkinkan; (5) guru
pembimbing/pendidikan khusus guru (Guru PLB) jika tersedia dan
memungkinkan
Mengutip dari Ediyanto, E., Hastuti, W. D., & Rizqianti, N. A. (2021). Pelaksanaan
Penilaian (Asesmen) bisa di jabarkan sebagai berikut4 :
4
Ediyanto, E., Hastuti, W. D., & Rizqianti, N. A. (2021). Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan
Khusus: Program Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Inklusi. Yayasan Pusat Pendidikan
8
II. Tujuan Asesmen
9
b) Penilaian (asesmen) Matematika/ Aritmatika
b. memegang pensil
d. menulis huruf-huruf
g. posisi kertas
i. posisi duduk
10
Penilaian (asesmen) perkembangan adalah kegiatan penilaian (asesmen) yang
berkenaan dengan usaha mengetahui kemampuan yang sudah dimiliki, hambatan
perkembangan yang dialami, latar belakang mengapa hambatan perkembangan itu
muncul serta mengetahui bantuan/intervensi yang seharusnya dilakukan. Penilaian
(asesmen) perkembangan (non-akademik) meliputi :
11
5) penilaian (asesmen) perkembangan perkembangan Bahasa
12
Daftar Pustaka
Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
(2020). PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS. 11-26.
Nuryati, N. (2022). Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Unisa press. 15-24.
Ediyanto, E., Hastuti, W. D., & Rizqianti, N. A. (2021). Identifikasi dan Asesmen Anak
Berkebutuhan Khusus: Program Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Inklusi. Yayasan
Pusat Pendidikan Angstrom, 1(1), 28-49.
13