Anda di halaman 1dari 6

C.

Keberagaman Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus

Jika ditinjau dari sifatnya, anak berkebutuhan khusus ada yang sifatnya
permanen dan ada yang temporer (Kustawan, 2013:13). Dalam undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional selaras dengan Pasal
32 ayat 1 yang mengatur Pendidikan Khusus (PK) dan Pasal 32 ayat 2 yang
mengatur mengenai Pendidikan Layanan Khusus (PLK). Karakteristik anak
berkebutuhan tersebut adalah:

1. Anak berkebutuhan khusus permanen yang memiliki kelainan

a. Anak yang memiliki hambatan penglihatan (tunanetra)


Anak tunanetra adalah anak yang memiliki hambatan dalam penglihatan
yang sedemikian rupa. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua
golongan yaitu buta total (blind) dan kurag awas (low vision).
b. Anak yang memiliki hambatan pendengaran (tunarungu)
Anak dengan gangguan pendegaran atau tunarungu mengalami kehilangan
pedengaran meliputi seluruh gradasi atau tingkatan baik ringan, sedang,
berat dan sangat berat yang akan mengakibatkan pada gangguan
komunikasi dan bahasa. Ketunarunguan dikelompokkan atau digolongkan
kedalam kurang dengar (hard of hearing) dan tuli (deaf).
c. Anak yang memiliki hambatan bicara (tunawicara)
Anak tunawicara yaitu anak yang mengalami kesulitan bicara, yang bisa
diakibatkan tidak/kurang berfungsinyan alat-alat bicara seperti rongga
mulut, bibir, lidah, langit-langit, pita suara, dan lainnya, bisa juga
diakibatkan pada kerusakan lain seperti tidak/kurang berfungsinya indera
pendengaran, keterlambatan perkembangan bahasa, kerusakan pada sistem
saraf dan struktur otot, juga ketidakmampuan dalam kontrol gerak dapat
mengakibatkan gangguan bicara.
d. Anak yang memiliki hambatan kecerdasan/akademik yang sedemikia rupa
(tunagrahita)
Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki intelligensi yang signifikan
berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam
adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. Klasifikasi
tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ sebagai berikut:
1) Tunagrahita ringan (IQ: 51-70)
2) Tunagrahita sedang (IQ: 36-51)
3) Tunagrahita berat (IQ: 20-35)
4) Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).
e. Anak yang memiliki hambatan fisik dan fungsi gerak (tunadaksa)
Anak tunadaksa adalah anak yang memiliki gangguan gerak yang
disebabkan oleh kelainan neuromuskular dan struktur tulang yang bersifat
bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk cerebral paisy, amputasi
(amputi) polio dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah
ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktifitas fisik tetapi
masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedamg yaitu memiliki
keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik berat
yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu
mengontrol gerakan fisik.
f. Anak yang memiliki hambatan emosi dan perilaku atau kontrol sosial
(tunalaras)
Anak berkebutuhan khusus tunalaras adalah anak yang mengalami
gangguan dalam mengendalikan emosi dan perilaku atau kontrol sosial.
Anak tunalaras biasanya menunjukkan perilaku menyimpang yang tidak
sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Anak tunalaras
mudah marah, mudah terangsang emosinya (emosional), sering menentang
perintah atau tugas, sering melanggar tata tertib, agresif, sering merusak,
suka mencuru, mengganggu lingkungan dan tidak suka dengan kegiatan
yang rutin.
g. Anak berkesulitan belajar spesifik ( Learning Disability)
Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang memiliki gangguan
pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup
pemahaman dan gangguan bahasa, bicara dan menulis yang dapat
mempengaruhi kemampuan berpikir, membaca, berhitung, berbicara, yang
disebabkan karena gangguan persepsi, braininjury, disfungsi minimal
otak, dislexia, dan afasia perkembangan. Anak berkesulitan belajar
memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik
persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan
ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.
h. Anak lamban belajar
Anak lamba belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi
intelektual sedikit dibawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita.
Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir,
merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik
dibanding dengan tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan anak pada
umumnya, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk
dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik,
sehingga memerlukan pelayanan pedidikan khusus.
i. Anak autis
Kata autis berasal dari bahasa Yunani auto berarti sendiri yang ditujukan
pada seseorang yang menunjukkan gejala hidup dalam dunianya sendiri.
Pada umumnya anak autis mengacuhkan suara, pengliahatan ataupun
kejadian yang melibatkan mereka. Peserta didik autis memiliki hambatan
dalam interaksi sosial, komunikasi, pola bermain, gangguan sensoris,
perkembangan lambat atau tidak normal, penampakan gejala, perilaku, dan
emosi.
j. Anak yang memiliki gangguan motorik
Anak yang memiliki gangguan motorik mempunyai hambatan yang berat
dalam perkembangan koordinasi motorik, yang tidak disebabkan oleh
retardasi mental, gangguan neurologis yang didapat maupun kongenital.
Anak yang memiliki gangguan motorik lambat belajar berlari, melompat,
dan naik turun tangga. Anak tersebut kesulitan mengikat sepatu, kesulitan
memasang dan melepas kancing, kesulitan menangkap dan melempar bola.
Anak tampak lamban dalam gerak halus dan kasar.
k. Anak tunganda (kelainan majemuk)
Anak tunaganda atau kelainan majemuk adalah anak yang memiliki dua
kelaina atau lebih. Misalnya anak yang mempunyai hambatan
pendengaran, kecerdasan dan autis, dan sebagainya.
l. Anak yang memiliki kelainan lainnya
1) Anak dengan gangguan konsentrasi (Attention Deficit Disorder/ADD)
Anak dengan gangguan konsentrasi memiliki kesulitan untuk
beradaptasi dan tingkat perkembangannya tidak konsisten. Gejala-
gejala yang nampak antara lain sering gagal ketika memperhatikan
secara detail, serig membuat kesalahan dalam kegiatan atau dalam
pekerjaan sekolah.
2) Anak dengan gangguan hiperaktif (Attention Deficit Hiperativy
Disorder)
Anak dengan gangguan hiperaktif tidak mampu untuk memberi
perhatian pada suatu objek dengan waktu yang cukup lama. Anak ini
cenderung hiperaktivitas. Gerakan motorik tinggi, perhatiannya mudah
buyar, tidak bisa diam, canggung, tidak fleksibel, sering berbuat tanpa
dipikir akibatnya dan mudah frustasi.

2. Anak berkebutuhan khusus permanen yang memiliki potensi kecerdasan


dan/atau bakat istimewa.

Anak yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah


anak yang secara significant memiliki pitensi di atas rata-rata dalam bidang
kemampuan umum, akademik khusus, kretivitas, kepemimpinan, senin dan/atau
olahraga.

Konsepsi tiga cincin dari Renzuli banyak digunakan dalam meyusun


pendidikan untuk peserta didik cerdas istimewa dan merupakan teori yang
mendasari pengembangan pendidikan peserta didik cerdas istimewa dan berbakat
istimewa (Giftidand Talented Children). Tiga komponen yang penting yaitu:

a) Kemampuan umum (kapasitas intelektual) dan atau kemampuan khusus di


atas rata-rata
b) Kreativitas yang tinggi, dan
c) Komitmen terhadap tugas yang tinggi

3. Anak Berkebutuhan Khusus Temporer

Anak berkebutuhan khusus temporer adalah anak yang memiliki hambatan


belajar dan perkembangan yang peyebabnya berasal dari luar dirinya yang
sifatnya temporer atau sementara sehingga memerlukan pendidika layanan
khhusus.

Penyebab anak berkebutuhan khusus temporer, antara lain:

a. Anak di daerah terpencil atau terbelakang yaitu anak yang bertempat


tinggal di daerah yang secara geografis terletak dari jangkauan pendidikan
formal maupun nonformal.
b. Anak pada masyarakat adat yang terpencil yaitu anak yang bertempat
tinggal di dalam lingkungan masyarakat yang secara geografis, sosial, dan
kultural terpisah dari komunitas masyarakat pada umumnya karena ikatan
adat tertentu.
c. Anak yang terkena bencana alam yang tidak dapat mengikuti dan/atau
menyelesaikan pendidikan akibat terkena bencana alam dalam kurun
waktu tertentu.
d. Anak yang mengalami bencana sosial, yaitu anak yang tidak dapat
mengikuti dan/atau menyelesaikan pedidikan akibat terkena bencana sosial
dalam kuru waktu tertentu.
e. Anak dari keluarga/masyarakat yang tidak mampu dari segi ekonomi yaitu
anak dari lingkungan keluarga yang memiliki pendapatan diawah rata-rata
secara ekonomi sehingga berpengaruh terhadap kelangsungan belajarnya.
Referensi

Kustawan, Dedy. 2013. Penilaian Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus.


Jakarta Timur: PT Luxima Metro Media.

Anda mungkin juga menyukai