Strategi adalah cara-cara untuk mencapai tujuan yang ditargetkan, sedangkan holistik berarti
secara terpadu seluruh kegiataan yang bisa dilakukan. Dengan demikian strategi holistik pendidikan
karakter adalah upaya-upaya terpadu dari berbagai faktor yang terkait dalam pendidikan karakter.
Adapun faktor yang terkait dengan pendidikan karakter mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi yang terpadu dengan memperhatikan aspek individual maupun aspek sosial comunal.
Dalam konteks makro, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pelaksanaan pendidikan
karakter merupakan komitmen dan tanggung jawab seluruh sektor kehidupan. Secara makro
pengembangan pendidikan karakter dapat dibagi dalam tiga tahap, yakni:
Adapun strategi pendidikan karakter menurut Kartadinata harus melalui program-program sebagai
berikut:
Secara makro Kemendiknas menerapkan tiga strategi, yaitu: Pertama melalui intervensi melalui
kebijakan (top-down) berupa sosialisasi, regulasi, pengembangan kapasitas, implementasi dan
kerjasama, monitoring dan evaluasi; Kedua menggali pengalaman praktis di lapangan (bottom-up);
Ketiga revitalisasi program. Dari ketiga strategi tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1 Strategi Kebijakan Pendidikan Karakter
Pokok-pokok pikiran tentang pendidikan karakter peserta didik di sekolah menurut Sholehudin
adalah sebagai berikut: Pendidikan karakter siswa pada esensinya merupakan upaya
pengembangan prilaku (moral) siswa yang melibatkan pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor;
Proses pendidikan karakter harus melalui proses intervensi dan habituasi. Intervensi adalah proses
pendidikan karakter yang dilakukan secara formal, dikemas dalam interaksi belajar dan
pembelajaran (learning and intruction) yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan pembentukan
karakter dengan menerapkan berbagai kegiatan yang terstruktur (structured learning experiences).
Proses intervensi dapat dilakukan oleh semua subjek pembelajaran dengan penekanan yang
berbeda. Dalam interaksi pembelajaran pendidik harus mencerdaskan, mendewasakan dan
sekaligus sebagai sosok anutan (role model). Ada dua tipe proses intervensi, pertama interaksi
pembelajaran PKn dan Pendidikan Agama harus melahirkan dua dampak sekaligus, yakni dampak
instruksional (intructional effect), maupun dampak pengiring (nurturant effect), kedua mata pelajaran
lain cukup melahirkan dampak pengiring.
Menurut Lickona sebagaimana dikutif Nucci dan Narvaez dua belas prinsip dasar dalam strategi
pendidikan karakter di sekolah, dimana sebelas prinsip-prinsip Itu telah diadopsi oleh Character
Education Partnership (CEP) di AS sebagai kriteria untuk merencanakan program pendidikan
karakter dan untuk mengakui prestasi sekolah melalui penganugerahan penghargaan nasional .
Prinsip- prisnsip dasar pendidikan karakter menurut Lickona adalah sebagai berikut:
Karakter seseorang tidak terbentuk secara otomatis, tetapi perlu dikembangkan melalui pengajaran,
memberi contoh dan parktek (Character is not considered to be formed automatically, but is
developed through teaching, example, and practice.) Berdasarkan hasil penelitian oleh para ahli
pendidikan karakter terkemuka di AS, Ada sebelas Prinsip CEP Pendidikan Karakter Efektif
memberikan pedoman untuk unsur yang membutuhkan dalam pendidikan karakter yang
komprehensif yang efektif . Adapun sebelah prinsip pendidikan menurut Character Education
Partnership (CEP) di AS sebagai berikut:
Namun pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah tidak akan berhasil maksimal seperti yang
diharapkan apabila lingkungan keluarga dan masyarakat disekitar siswa tidak mendukung. Oleh
karena itu pihak sekolah harus meningkatkan kerjasama dengan para orang tua siswa dan warga
masyarakat sekitarnya melalui komite sekolah. Ketiga pusat pendidikan tersebut haruslah
berkolaborasi dalam pelaksanaan pendidikan karakter jika menginginkan hasil yang baik. Kegiatan
pendidikan karakter bangsa ini akan berhasil dengan baik atau sesuai harapan tentunya juga harus
didukung oleh pihak pemerintah, bahkan media cetak maupun elektronik yang memiliki pengaruh
besar terhadap pembentukan karakter seorang anak saat ini. Dalam hal ini pemerintah sesuai
porsinya dituntut mendukung gerakan pendidikan karakter tersebut dengan mengeluarkan
kebijakan-kebijakan yang mendukung tumbuhnya sikap dan prilaku siswa yang mencerminkan nilai-
nilai karakteristik bangsa tersebut.