Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BERBAGAI MODEL LAYANAN DAN & PRINSIP PENGEMBANGAN


PROGRAM PENDIDIKAN BAGI ANAK BERBAKAT

(Disusun guna untuk memenuhi tugas dari mata kuliah pendidikan anak
berbakat)

DOSEN PENGAMPU: Dr. Usman, M. Si,

DISUSUN

OLEH KELOMPOK 2:

ARNITA (200405501044)

ASTRI (200405501028)

ATHIRA (200405500016)

ROHANI NASARUDDIN (200405501031)

PUTRI AMELIA (200405500019)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa.
Atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
penulisan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah
Pendidikan Anak Berbakat yang berjudul “Berbagai Model Layanan dan
Pengembangan Program Pendidikan Anak Berbakat”.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua


pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Terlebih kepada
Bapak Dr. Usman, M. Si, selaku dosen mata kuliah yang telah
memberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak


kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk masukan ataupun kritikan yang
membangun demi perbaikan makalah ini dan kami juga berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.

Wassalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, 7 Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
A. Model Layanan Pendidikan Anak Berbakat................................. 3
B. Prinsip Pengembangan Program Pendidikan Anak Berbakat 7
BAB III PENUTUP.................................................................................... 11
A. Kesimpulan .......................................................................................... 11
B. Saran ..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perhatian terhadap pendidikan anak berbakat sebenarnya sudah
dikenal sejak 2000 tahun yang lalu. Pengembangan sumber daya
manusia berkualitas yang mampu mengantar Indonesia ke posisi
terkemuka, atau paling tidak sejajar dengan negara-negara lain
pada hakikatnya menuntut komitmen akan dua hal, yaitu: 1)
Penemukenalan dan pengembangan bakat-bakat unggul dalam
berbagai bidang, dan 2) penumpukan dan pengembangan
kreativitas -yang pada dasarnya dimiliki setiap orang- tapi perlu
ditemukenali dan dirangsang sejak usia dini.

Seorang anak dikatakan anak luar biasa karena ia berbeda dengan


anak-anak lainnya. Perbedaan terletak pada adanya ciri-ciri yang
khas yang menunjukkan pada keunggulan dirinya. Namun,
„keunggulan‟ tersebut selain menjadi sebuah kekuatan dalam
dirinya sekaligus menjadi „kelemahan‟. Yang dimaksud sebagai
kelemahan di sini adalah diabaikannya ia sebagai individu yang
memiliki hak sama dalam mendapatkan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan dirinya.

Banyak sekolah yang menerapkan sistem loncat kelas atau dapat


naik ke kelas berikutnya lebih cepat meskipun waktu kenaikan
kelas belum saatnya. Perhatian yang lebih serius dan formal
tersurat dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989 bahwa peserta didik
yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak
memperoleh pendidikan khusus untuk mengembangkan potensi
anak-anak tersebut secara optimal.
Agar anak berbakat yang mempunyai potensi unggul tersebut
dapat mengembangkan potensinya, maka dibutuhkan pendidikan
dengan program dan layanan pendidikan secara khusus.
Pendidikan dengan program dan layanan yang disesuaikan dengan
kebutuhan anak berbakat, dapat membantu anak dalam
perkembangan kecerdasan ataupun potensi keunggulan lainnya.

B. Rumusan Masalah
Maka dari itu, adapun rumusan masalah yang ingin diketehui ialah:
1. Bagaimana model layanan pendidikan Anak Berbakat?
2. Apa saja prinsip-prinsip dalam pengembangan program
pendidikan Anak Berbakat?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah atas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini ialah agar pembaca dapat mengetahui:
1. Mengetahui model layanan pendidikan Anak Berbakat
2. Mengetahui prinsip-prinsip dalam pengembangan program
pendidikan Anak Berbakat

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model Layanan Pendidikan Anak Berbakat


Layanan pendidikan untuk anak berbakat memiliki ciri khas,
diantaranya:
a. Adaptasi lingkungan belajar
Dilakukan untuk memberikan kesempatan anak berbakat
dalam berinteraksi dengan teman yang seusia, memudahkan
guru dalam mengajar karena berkurangnya keanekaragaman
siswa, dan untuk menempatkan siswa berbakat dengan
pengajaran yang mempunyai keahlian khusus dalam
menangani anak berbakat.
Menurut Gallagher, dkk. (1983) ada beberapa cara dalam
adaptasi ligkungan belajar sebagai berikut: a) Kelas pengayaan,
guru kelas melaksanakan suatu program tanpa bantuan
petugas dari luar. Contohnya, anak berbakat belajar di kelas
biasa bersama dengan anak normal. Anak berbakat dapat
belajar di kelas yang lebih tinggi sesuai dengan
keberbakatannya. Apabila anak berbakat dalam Matematika
duduk di kelas 3 SD misalnya, ia bisa mengikuti pelajaran
Matematika di kelas yang lebih tinggi. Untuk pelajaran yang lain
(tidak unggul) ia tetap belajar di kelasnya semula. b) Guru
konsultan, pelaksanaan program pengajaran dalam kelas biasa
dengan bantuan konsultan khusus yang terlatih. Contohnya,
anak ditempatkan di kelas biasa belajar bersama dengan anak
biasa di bawah bimbingan guru kelas biasa. Sekali-kali guru
konsultan datang membantu guru kelas dalam menangani dan
memberi petunjuk mengenai bahan atau metode sesuai dengan
kebutuhan atau bidang keunggulan anak berbakat. Guru

3
konsultan adalah guru yang terlatih dalam bidang keberbakatan.
c) Ruangan sumber belajar, siswa berbakat meninggalkan
ruang kelas biasa ke ruangan sumber untuk menerima
pengajaran dari guru yang terlatih. Contohnya, anak berbakat
belajar di kelas biasa bersama temannya yang normal dan
mengunjungi ruang sumber kira-kira 1-2 jam sehari untuk
mempelajari pelajaran khusus yang menjadi keunggulannya
dengan guru yang sudah dilatih secara khusus. Di ruang
sumber tersedia alat-alat khusus yang sesuai dengan
kebutuhan anak berbakat. d) Studi mandiri, siswa memilih
proyek-proyek dan mengerjakannya di bawah pengawasan
seorang guru yang berwewenang. Contohnya, anak berbakat
dapat mempelajari topik yang disenanginya di masyarakat dan
mendapat pengawasan/bimbingan dari ahli dalam bidang itu.
Misalnya, mengadakan percobaan mengenai pengaruh kimia
terhadap benda dan dalam jangka beberapa bulan mereka
wajib melaporkan hasil percobaannya. e) Kelas khusus, siswa
berbakat dikelompokkan bersama-sama di sekolah dan diajar
oleh guru yang dilatih khusus. Contohnya, anak berbakat
ditempatkan dalam satu ruangan khusus dengan menggunakan
kurikulum khusus yang telah dimodifikasi (berdiferensiasi,
akselerasi, pengayaan). Mereka tetap berada dalam lingkungan
sekolah yang sama dengan anak normal. Ia bergaul dengan
anak normal pada jam istirahat, upacara, dan pada
pelajaranpelajaran yang tidak merupakan keunggulan anak
berbakat. Di kelas khusus ia mendapat layanan dari guru yang
telah terlatih dalam bidang keberbakatan. f) Sekolah khusus,
siswa berbakat menerima pengajaran di sekolah khusus dengan
staf guru yang dilatih secara khusus. Contohnya, anak berbakat
ditempatkan di sekolah khusus tanpa ada teman sebaya yang
normal. Anak berbakat disediakan kurikulum khusus, alat,

4
metode khusus dan guru khusus yang sesuai dengan
keunggulannya. Model ini memisahkan anak berbakat dari
pergaulan dengan anak normal sebayanya sehingga sosialisasi
mereka kurang berkembang.
b. Adaptasi program, dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya:
- Melalui percepatan/akselerasi
- Pengayaan
- Pencanggihan materi belajar
- Pembaruan isi pelajaran
- Modifikasi kurikulum

 Model layanan pendidikan anak berbakat


Model layanan yang dimaksud ialah model layanan yang mengarah
pada perkembangan anak berbakat, diantaranya:
a) Model layanan kognitif-afektif
Sasaran akhir dari model ini adalah pengembangan bakat. Oleh
karena itu, dalam proses pembelajaran sangat
memperhitungkan kreativitas dan sisi kognitif-afektif yang
merupakan dinamika dari proses perkembangan bakat tersebut.
Metode yang dapat dilakukan untuk melaksanakan metode ini,
yaitu dengan memberikan stimulus langsung pada belahan otak
kanan dan metode tak langsung dengan menghayati
pengalaman belajar atau percakapan tertentu secara
mendalam.
b) Model layanan perkembangan moral
Sasaran model ini adalah tercapainya kemandirian moral atau
tanggung jawab moral yang diperoleh melalui sosialisasi dan
individualisasi dalam kaitan manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia berhak
mencipta, menyatakan diri secara mandiri, namun sebagai

5
makhluk sosial ia harus dapat meletakkan kepentingannya
dalam kepentingan masyarakat. Pendidikan moral anak
berbakat seyogianya harus jauh lebih luas dari yang diperoleh di
kelas. Usaha mengimplementasikan model ini adalah sekolah
harus menciptakan suasana dengan mengacu pada
kemampuan berpikir, yang dilakukan sesuai dengan prinsip-
prinsip dan kepedulian terhadap yang lain. Oleh karena itu, Vare
dalam Khatana, 1992 mengusulkan strategi untuk
mengembangkan moral adalah: mengadakan diskusi dengan
teman sebaya mengenai dilema atau klarifikasi nilai, membaca
hasil penelitian tentang moral, bermain peran, simulasi, drama
kreatif dan permainan, penelitian kelompok atau kelas
mengenai ketentuan hukum (strategi yuridisprudensial), dan
diskusi dengan lingkungan masyarakat tentang isu sekolah.
c) Model perkembangan nilai
Model ini memperhatikan peranan kehidupan afektif (emosional)
sehari-hari, seperti rasa senang, sedih, takut, bangga, malu,
rasa bersalah, dan bosan. Perasaan-perasaan ini membentuk
sikap seseorang dan sebaliknya perkembangan nilai erat
hubungannya dengan perkembangan sikap dan merupakan
kerangka pembentukan moral seseorang.
d) Layanan berbagai bidang khusus, seperti:
(1) Kepemimpinan, munurut Stogdill (1977) ialah (a)
kemampuan kepemipinan yang terkai dengan intelegensi,
kepekaan, dan penilaian. Sifat-sifat ini dapat diamati dalam
kegiatan ekstrakurikuler (bagi anak remaja), sedangkan
pada anak Taman Kanak-kanak dibangun melalui bidang
keterampilan sosial, seperti saling membagi, kerja sama dan
tanggung jawab dalam berbagai kegiatan kelompok, (b) hasil
belajar terkait dengan pengetahuan, kemajuan persekolahan
atau data authentic. Hal ini dapat dilatih di bangku sekolah

6
melalui berbagai pengalaman belajar dan dapat dilihat dari
kinerja pesertanya, (c) Tanggung jawab; terkait dengan
prakarsa, percaya diri dan keinginan melebihi teman-
temannya. Ini dapat dilatih melalui tugas kelompok, dan
tugas konstruksi tertentu yang dapat menampilkan keinginan
untuk melebihi, dan mudah dapat diciptakan, (d) Partisipasi,
menunjuk pada keaktifan, keluwesan, bergaul, kerja sama,
kemampuan menyesuaikan diri dan humor. Kemampuan itu
dapat dilatihkan melalui berbagai permainan, seperti
penugasan membuat karangan tentang diri sendiri yang
dapat menampilkan sifat kepemimpinan tersebut, (e) Status;
terkait dengan potensi sosial ekonomis dan popularitas. Hal
ini dapat diamati dalam pergaulan seharihari, dan (f) Situasi;
terkait dengan tingkat mental, keterampilan, kebutuhan, dan
interest. Biasanya informasi tentang kualitas situasi ini
diperoleh melalui analisis sosiometrik.
(2) Kelompok seni dan pertunjukan adalah sifat-sifat pribadi
khusus dan produktivitas. Pendekatan biasanya dilakukan
melalui pengamatan dan layanan bersifat khusus melalui
kinerja atau pertunjukan. Misalnya, layanan perilaku musik
dapat diadakan dengan menyelesaikan melodi musik
menurut fantasinya sendiri, meniru langsung tanpa tanda
baca not balok di alat musik tertentu, latihan irama,
mengingat lagu atau melodi tertentu tersebut.

B. Prinsip Pengembangan Program Pendidikan Anak Berbakat


Pengembangan program bagi siswa yang memiliki potensi dengan
kecerdasan dan bakat istimewa didasarkan pada 2 prinsip utama,
yaitu:
1) Akselerasi

7
Istilah akselerasi dapat ditujukan pada model layanan
pembelajaran maupun kurikulum atau program. Yang pertama
menunjuk pada “lompat” kelas atau umpamanya, memasuki TK
pada usia yang lebih muda, ataupun percepatan pembelajaran
untuk pelajaran tertentu di kelas, di tempat kursus, ataupun
tempat latihan. Misalnya, jika di sekolah, anak yang masih
duduk di kelas IV SD boleh mengikuti pembelajaran
matematika di kelas V SD. Jadi, anak yang memperoleh
layanan seperti ini biasanya lebih muda dari teman sekelasnya.
Sedangkan akselerasi dalam cakupan kurikulum ataupun
program berarti meningkatkan kecepatan waktu dalam
menguasai materi yang dimiliki seseorang, baik itu dilakukan di
dalam sekolah khusus, kelompok khusus ataupun sekolah
khusus dalam waktu tertentu. Telescoping curruculum content
(model kurikulum/program) menunjuk pada peluang siswa atau
peserta latihan tertentu untuk belajar atau menguasai materi
sesuai dengan kecepatannya pada waktu tertentu.
Akselarasi tidak hanya diartikan sebagai cara untuk
mempercepat penyelesaian studi agar lulus lebih awal, tetapi
lebih menekankan kepada kebutuhan belajar siswa berbakat
agar meningkatkan produktivitas, efisiensi dan evektivitas
belajar mereka, percepatan yang terjadi dalam belajar tanpa
intervensi pendidikan dan mengurangi kebosanan atau
kejenuhan dalam belajar.
Dave Meier (2003:25-26) mengemukakan beberapa
prinsip pokok akselerasi pembelajaran, yaitu:
1) Adanya keterlibatan total pembelajar dalam meningkatkan
pembelajaran.
2) Belajar bukanlah mengumpulkan informasi secara pasif,
melainkan menciptakan pengetahuan secara aktif.

8
3) kerjasama diantara pembelajar sangat membantu
meningkatkan hasil belajar.
4) Belajar berpusat aktivitas sering lebih berhasil daripada
belajar berpusat pada prestasi.
5) Belajar berpusat pada aktivitas dapat dirancang dalam
waktu yang jauh lebih singkat daripada waktu yang
di[erlukan untuk merancang pengajaran dengan prestasi.

Model akselarasi dapat dilaksanakan dalam berbagai


bentuk, meliputi:
1. Loncat kelas
Usia mental para anak berbakat lebih tinggi dari usia
sebenarnya, maka mudah timbul perasaan tidak puas
belajar bersama dengan anak-anak seumurnya. Meskipun
banyak aspek perkembangan lain pada anak ternyata
memang lebih maju daripada anak-anak seumurnya misal
aspek sosial. Akan tetapi cara percepatan dengan meloncat
anak pada kelas-kelas yang lebih tinggi dianggap kurang
baik, antara lain karena mempermudah timbulnya masalah-
masalah penyesuaian, baik di sekolah, dirumah maupun
dilingkungan sosialnya. Kecuali norma yang dipakai adalah
norma yang diikuti bukan norma dari anak berbakat itu
sendiri.
2. Percepatan melalui pelayanan individual
Cara ini tergolong cara yang baik karena diberikan
berdasarkan keadaan, kebutuhan dan kemampuan anak itu
sendiri. Kesulitannya ialah pengaturan andsminitrasi
sekolah yang meliputi pengaturan-pengaturan tenaga
pengajar karena hanya memberikan pelajaran secara
individual kepada anak. Pada anak sendiri dikhawatirkan
akan timbul kesulitan dalam penyesuai diri, baik sosial

9
maupun emosional karena terbatasnya hubungan-hubungan
sosial dengan teman-teman sebaya.

3. Mengikuti pembelajaran di kelas yang lebih tinggi


Siswa memiliki peluang untuk mengikuti mata pelajaran
tertentu yang diprogramkan di kelas yang lebih tinggi.
Pelung yang diberikan itu dapat mempercepat penyelesaian
studi siswa.

2) Eskalasi
Istilah eskalasi menunjuk pada penanjakan kehidupan mental
melalyi berbagai program pengayaan materi. Eskalasi dapat
terdiri dari 2 bentuk, yaitu pengayaan kurikulum dalam arti
memperoleh pengalaman belajar yang lebih berarti dan
mendalam dalam mata pelajaran atau latihan tertentu, serta
pengayaan pembelajaran berupa pertambahan dalam berbagai
layanan program tertentu. Pengayaan dapat dijalankan secara
horizontal dan vertikal. Pengayaan horizontal menunjuk pada
pengalaman belajar ditingkat pendidikan yang sama tetapi
bersifat lebih luas, sedangkan yang vertikal makin meningkat
dalam kompleksitas atau memperdalam salah sati atau
sekolompok mata pelajaran tertentu. Dengan anak diberi
kesempatan untuk aktif memperdalam ilmu pengetahuan yang
disenanginya, sehingga menguasai materi perlajaran secara
luas dan mendalam.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak dengan keberbakatan (Gifted Children) adalah anak
yang memiliki kemampuan istimewah atau luar biasa diatas anak
pada umumnya, sehingga dalam pengembangan keberbakatannya
tersebut diperlukan berbagai layanan pendidikan yang harus
didesain atau dimodifikasi sedemikian rupa agar dapat selaras atau
sesuai dengan bakat dan potensinya yang luar biasa, diamana
model layanan pendidikannya ini berdiferensiasi (berbeda) dengan
model layanan pendidikan anak pada umunnya, terutama
pendidikan Anak Berbakat di sekolah khusus.
Dalam upaya pengembangan program pendidikan untuk
Anak Berbakat, diperlukan memperhatikan dan mengaplikasikan
prinsip-prinsip pengembangan program pendidikan dengan model
layanan pendidikan untuk anak berbakat.

B. Saran
Setelah membaca makalah “Model Layanan Pendidikan dan
Prinsip-Prinsip Pengembangan Program Pendidikan Anak
Berbakat”, kami penulis dari kelompok 2 (dua), berharap pembaca
dapat memahami isinya, serta mencari lebih banyak lagi referensi
bacaan yang terkai dengan judul makalh kami, sehingga wawasan
anda lebih banyak.
Untuk memotivasi dan membantu kami untuk menulis lebih
baik lagi makalh selanjutnya, saran dan kritik para pembaca sangat
kami harapkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Conny. S.. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT.


Gramedia Widiasarana Indonesia.

Wardani, I.G.A.K, dkk. 2016. Pengantar pendidikan anak berkebutuhan


khusus. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

https://keterampilanbicara.wordpress.com/2009/08/21/presentasi-
ilmiah/amp/#referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%
20%251%24s

http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/pendidikan-anak-berbakat.html

http://bantuguru.blogspot.com/2015/09/contoh-program-pengayaan.html

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/197007111994032-
SITI_NURBAYANI_K/Karya/Inovasi_dalam_pelaksanaan_pendidikan.pdf

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195905251984
031-NANDI_WARNANDI/Anak_Berbakat.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai