(Disusun guna untuk memenuhi tugas dari mata kuliah pendidikan anak
berbakat)
DISUSUN
OLEH KELOMPOK 2:
ARNITA (200405501044)
ASTRI (200405501028)
ATHIRA (200405500016)
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa.
Atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
penulisan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah
Pendidikan Anak Berbakat yang berjudul “Berbagai Model Layanan dan
Pengembangan Program Pendidikan Anak Berbakat”.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perhatian terhadap pendidikan anak berbakat sebenarnya sudah
dikenal sejak 2000 tahun yang lalu. Pengembangan sumber daya
manusia berkualitas yang mampu mengantar Indonesia ke posisi
terkemuka, atau paling tidak sejajar dengan negara-negara lain
pada hakikatnya menuntut komitmen akan dua hal, yaitu: 1)
Penemukenalan dan pengembangan bakat-bakat unggul dalam
berbagai bidang, dan 2) penumpukan dan pengembangan
kreativitas -yang pada dasarnya dimiliki setiap orang- tapi perlu
ditemukenali dan dirangsang sejak usia dini.
B. Rumusan Masalah
Maka dari itu, adapun rumusan masalah yang ingin diketehui ialah:
1. Bagaimana model layanan pendidikan Anak Berbakat?
2. Apa saja prinsip-prinsip dalam pengembangan program
pendidikan Anak Berbakat?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah atas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini ialah agar pembaca dapat mengetahui:
1. Mengetahui model layanan pendidikan Anak Berbakat
2. Mengetahui prinsip-prinsip dalam pengembangan program
pendidikan Anak Berbakat
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
konsultan adalah guru yang terlatih dalam bidang keberbakatan.
c) Ruangan sumber belajar, siswa berbakat meninggalkan
ruang kelas biasa ke ruangan sumber untuk menerima
pengajaran dari guru yang terlatih. Contohnya, anak berbakat
belajar di kelas biasa bersama temannya yang normal dan
mengunjungi ruang sumber kira-kira 1-2 jam sehari untuk
mempelajari pelajaran khusus yang menjadi keunggulannya
dengan guru yang sudah dilatih secara khusus. Di ruang
sumber tersedia alat-alat khusus yang sesuai dengan
kebutuhan anak berbakat. d) Studi mandiri, siswa memilih
proyek-proyek dan mengerjakannya di bawah pengawasan
seorang guru yang berwewenang. Contohnya, anak berbakat
dapat mempelajari topik yang disenanginya di masyarakat dan
mendapat pengawasan/bimbingan dari ahli dalam bidang itu.
Misalnya, mengadakan percobaan mengenai pengaruh kimia
terhadap benda dan dalam jangka beberapa bulan mereka
wajib melaporkan hasil percobaannya. e) Kelas khusus, siswa
berbakat dikelompokkan bersama-sama di sekolah dan diajar
oleh guru yang dilatih khusus. Contohnya, anak berbakat
ditempatkan dalam satu ruangan khusus dengan menggunakan
kurikulum khusus yang telah dimodifikasi (berdiferensiasi,
akselerasi, pengayaan). Mereka tetap berada dalam lingkungan
sekolah yang sama dengan anak normal. Ia bergaul dengan
anak normal pada jam istirahat, upacara, dan pada
pelajaranpelajaran yang tidak merupakan keunggulan anak
berbakat. Di kelas khusus ia mendapat layanan dari guru yang
telah terlatih dalam bidang keberbakatan. f) Sekolah khusus,
siswa berbakat menerima pengajaran di sekolah khusus dengan
staf guru yang dilatih secara khusus. Contohnya, anak berbakat
ditempatkan di sekolah khusus tanpa ada teman sebaya yang
normal. Anak berbakat disediakan kurikulum khusus, alat,
4
metode khusus dan guru khusus yang sesuai dengan
keunggulannya. Model ini memisahkan anak berbakat dari
pergaulan dengan anak normal sebayanya sehingga sosialisasi
mereka kurang berkembang.
b. Adaptasi program, dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya:
- Melalui percepatan/akselerasi
- Pengayaan
- Pencanggihan materi belajar
- Pembaruan isi pelajaran
- Modifikasi kurikulum
5
makhluk sosial ia harus dapat meletakkan kepentingannya
dalam kepentingan masyarakat. Pendidikan moral anak
berbakat seyogianya harus jauh lebih luas dari yang diperoleh di
kelas. Usaha mengimplementasikan model ini adalah sekolah
harus menciptakan suasana dengan mengacu pada
kemampuan berpikir, yang dilakukan sesuai dengan prinsip-
prinsip dan kepedulian terhadap yang lain. Oleh karena itu, Vare
dalam Khatana, 1992 mengusulkan strategi untuk
mengembangkan moral adalah: mengadakan diskusi dengan
teman sebaya mengenai dilema atau klarifikasi nilai, membaca
hasil penelitian tentang moral, bermain peran, simulasi, drama
kreatif dan permainan, penelitian kelompok atau kelas
mengenai ketentuan hukum (strategi yuridisprudensial), dan
diskusi dengan lingkungan masyarakat tentang isu sekolah.
c) Model perkembangan nilai
Model ini memperhatikan peranan kehidupan afektif (emosional)
sehari-hari, seperti rasa senang, sedih, takut, bangga, malu,
rasa bersalah, dan bosan. Perasaan-perasaan ini membentuk
sikap seseorang dan sebaliknya perkembangan nilai erat
hubungannya dengan perkembangan sikap dan merupakan
kerangka pembentukan moral seseorang.
d) Layanan berbagai bidang khusus, seperti:
(1) Kepemimpinan, munurut Stogdill (1977) ialah (a)
kemampuan kepemipinan yang terkai dengan intelegensi,
kepekaan, dan penilaian. Sifat-sifat ini dapat diamati dalam
kegiatan ekstrakurikuler (bagi anak remaja), sedangkan
pada anak Taman Kanak-kanak dibangun melalui bidang
keterampilan sosial, seperti saling membagi, kerja sama dan
tanggung jawab dalam berbagai kegiatan kelompok, (b) hasil
belajar terkait dengan pengetahuan, kemajuan persekolahan
atau data authentic. Hal ini dapat dilatih di bangku sekolah
6
melalui berbagai pengalaman belajar dan dapat dilihat dari
kinerja pesertanya, (c) Tanggung jawab; terkait dengan
prakarsa, percaya diri dan keinginan melebihi teman-
temannya. Ini dapat dilatih melalui tugas kelompok, dan
tugas konstruksi tertentu yang dapat menampilkan keinginan
untuk melebihi, dan mudah dapat diciptakan, (d) Partisipasi,
menunjuk pada keaktifan, keluwesan, bergaul, kerja sama,
kemampuan menyesuaikan diri dan humor. Kemampuan itu
dapat dilatihkan melalui berbagai permainan, seperti
penugasan membuat karangan tentang diri sendiri yang
dapat menampilkan sifat kepemimpinan tersebut, (e) Status;
terkait dengan potensi sosial ekonomis dan popularitas. Hal
ini dapat diamati dalam pergaulan seharihari, dan (f) Situasi;
terkait dengan tingkat mental, keterampilan, kebutuhan, dan
interest. Biasanya informasi tentang kualitas situasi ini
diperoleh melalui analisis sosiometrik.
(2) Kelompok seni dan pertunjukan adalah sifat-sifat pribadi
khusus dan produktivitas. Pendekatan biasanya dilakukan
melalui pengamatan dan layanan bersifat khusus melalui
kinerja atau pertunjukan. Misalnya, layanan perilaku musik
dapat diadakan dengan menyelesaikan melodi musik
menurut fantasinya sendiri, meniru langsung tanpa tanda
baca not balok di alat musik tertentu, latihan irama,
mengingat lagu atau melodi tertentu tersebut.
7
Istilah akselerasi dapat ditujukan pada model layanan
pembelajaran maupun kurikulum atau program. Yang pertama
menunjuk pada “lompat” kelas atau umpamanya, memasuki TK
pada usia yang lebih muda, ataupun percepatan pembelajaran
untuk pelajaran tertentu di kelas, di tempat kursus, ataupun
tempat latihan. Misalnya, jika di sekolah, anak yang masih
duduk di kelas IV SD boleh mengikuti pembelajaran
matematika di kelas V SD. Jadi, anak yang memperoleh
layanan seperti ini biasanya lebih muda dari teman sekelasnya.
Sedangkan akselerasi dalam cakupan kurikulum ataupun
program berarti meningkatkan kecepatan waktu dalam
menguasai materi yang dimiliki seseorang, baik itu dilakukan di
dalam sekolah khusus, kelompok khusus ataupun sekolah
khusus dalam waktu tertentu. Telescoping curruculum content
(model kurikulum/program) menunjuk pada peluang siswa atau
peserta latihan tertentu untuk belajar atau menguasai materi
sesuai dengan kecepatannya pada waktu tertentu.
Akselarasi tidak hanya diartikan sebagai cara untuk
mempercepat penyelesaian studi agar lulus lebih awal, tetapi
lebih menekankan kepada kebutuhan belajar siswa berbakat
agar meningkatkan produktivitas, efisiensi dan evektivitas
belajar mereka, percepatan yang terjadi dalam belajar tanpa
intervensi pendidikan dan mengurangi kebosanan atau
kejenuhan dalam belajar.
Dave Meier (2003:25-26) mengemukakan beberapa
prinsip pokok akselerasi pembelajaran, yaitu:
1) Adanya keterlibatan total pembelajar dalam meningkatkan
pembelajaran.
2) Belajar bukanlah mengumpulkan informasi secara pasif,
melainkan menciptakan pengetahuan secara aktif.
8
3) kerjasama diantara pembelajar sangat membantu
meningkatkan hasil belajar.
4) Belajar berpusat aktivitas sering lebih berhasil daripada
belajar berpusat pada prestasi.
5) Belajar berpusat pada aktivitas dapat dirancang dalam
waktu yang jauh lebih singkat daripada waktu yang
di[erlukan untuk merancang pengajaran dengan prestasi.
9
maupun emosional karena terbatasnya hubungan-hubungan
sosial dengan teman-teman sebaya.
2) Eskalasi
Istilah eskalasi menunjuk pada penanjakan kehidupan mental
melalyi berbagai program pengayaan materi. Eskalasi dapat
terdiri dari 2 bentuk, yaitu pengayaan kurikulum dalam arti
memperoleh pengalaman belajar yang lebih berarti dan
mendalam dalam mata pelajaran atau latihan tertentu, serta
pengayaan pembelajaran berupa pertambahan dalam berbagai
layanan program tertentu. Pengayaan dapat dijalankan secara
horizontal dan vertikal. Pengayaan horizontal menunjuk pada
pengalaman belajar ditingkat pendidikan yang sama tetapi
bersifat lebih luas, sedangkan yang vertikal makin meningkat
dalam kompleksitas atau memperdalam salah sati atau
sekolompok mata pelajaran tertentu. Dengan anak diberi
kesempatan untuk aktif memperdalam ilmu pengetahuan yang
disenanginya, sehingga menguasai materi perlajaran secara
luas dan mendalam.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak dengan keberbakatan (Gifted Children) adalah anak
yang memiliki kemampuan istimewah atau luar biasa diatas anak
pada umumnya, sehingga dalam pengembangan keberbakatannya
tersebut diperlukan berbagai layanan pendidikan yang harus
didesain atau dimodifikasi sedemikian rupa agar dapat selaras atau
sesuai dengan bakat dan potensinya yang luar biasa, diamana
model layanan pendidikannya ini berdiferensiasi (berbeda) dengan
model layanan pendidikan anak pada umunnya, terutama
pendidikan Anak Berbakat di sekolah khusus.
Dalam upaya pengembangan program pendidikan untuk
Anak Berbakat, diperlukan memperhatikan dan mengaplikasikan
prinsip-prinsip pengembangan program pendidikan dengan model
layanan pendidikan untuk anak berbakat.
B. Saran
Setelah membaca makalah “Model Layanan Pendidikan dan
Prinsip-Prinsip Pengembangan Program Pendidikan Anak
Berbakat”, kami penulis dari kelompok 2 (dua), berharap pembaca
dapat memahami isinya, serta mencari lebih banyak lagi referensi
bacaan yang terkai dengan judul makalh kami, sehingga wawasan
anda lebih banyak.
Untuk memotivasi dan membantu kami untuk menulis lebih
baik lagi makalh selanjutnya, saran dan kritik para pembaca sangat
kami harapkan.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://keterampilanbicara.wordpress.com/2009/08/21/presentasi-
ilmiah/amp/#referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%
20%251%24s
http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/pendidikan-anak-berbakat.html
http://bantuguru.blogspot.com/2015/09/contoh-program-pengayaan.html
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/197007111994032-
SITI_NURBAYANI_K/Karya/Inovasi_dalam_pelaksanaan_pendidikan.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195905251984
031-NANDI_WARNANDI/Anak_Berbakat.pdf
12