Anda di halaman 1dari 13

KEGIATAN BELAJAR 4:

PENDIDIKAN ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Menguasai pola pikir dan struktur keilmuan serta materi ajar sebagai guru kelas
Raudhatul Athfal (RA) yang berkategori advance materials secara bermakna yang
dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), “bagaimana”
(penerapan) dan “untuk apa” (manfaat atau makna) dalam kehidupan sehari-hari.

Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Mampu menganalisis konsep dasar anak berkebutuhan khusus di RA.

Pokok-Pokok Materi
1. Pengertian pendidikan anak berkebutuhan khusus
2. Karakteristik pendidikan anak berkebutuhan khusus
3. Ciri-ciri anak berkebutuhan khusus
4. Jenis-jenis disabilitas [gangguan]
5. Cara/metode menangani anak berkebutuhan khusus
6. Pembelajaran anak berkebutuhan khusus

Uraian Materi
A. Pengertian Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan
atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang
berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau

1
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya.
Adapula pengertian lain ABK adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan
pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada
umumnya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang
atau bahkan lebih dalam diri anak tersebut
Klasifikasi anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan fisik
mencakup anak-anak yang mengalami kelainan penglihatan (tunanetra), kelainan
fungsi pendengaran (tunarungu), dan anak-anak yang mengalami kelainan tubuh
(tunadaksa).
Menurut Foreman dalam Mulyono (1994: 126 ) terdapat 3 (tiga) alasan
penting perlunya pelaksanaan pendidikan inklusif, Pertama, hasil-hasil penelitian
tidak menunjukkan bahwa sekolah khusus atau sekolah luar biasa memberikan
kemampuan sosial dan akademik yang lebih baik bagi siswa yang menyandang
ketunaan bila dibandingkan dengan sekolah regular, terutama bagi siswa yang
tergolong cacat ringan. Kedua, hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-
anak dapat memperoleh keuntungan dari sekolah inklusif, meskipun mereka
tergolong cacat berat dan cacat ganda. Ketiga, telah diterima secara luas tentang
hak semua orang untuk berpartisipasi penuh dalam arus utama kehidupan
masyarakat (the mainstreaming community).
Untuk itu, di banyak negara di dunia ini, terdapat suatu konsep yang sering
digunakan untuk mendeskripsikan suatu sistem layanan pendidikan yang optimal
“least restrictive environment”, yaitu suatu lingkungan yang paling tidak membatasi
anak dengan kebutuhan pendidikan khusus untuk bergaul, belajar, dan bekerja
bersama anak-anak lain pada umumnya. Terdapat 6 (enam) jenis sistem
persekolahan yang sesuai dengan konsep tersebut, yaitu: (1) residential school,
(2) separate day school, (3) separate school on regularcampus, (4) special unit in
regular school, (5) special class in regular school, dan (6) regular school. Jenis
pertamadan kedua sudah jarang digunakan, saat ini lebih banyak sekolah yang
menggunakan 3 jenis yang disebut terakhir.

2
B. Karakteristik Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Secara lebih khusus anak berkebutuhan
khusus menunjukkan karakteristik fisik, intelektual, dan emosional yang lebih
rendah atau lebih tinggi dari anak normal sebayanya atau berada di luar standar
normal yang berlaku di masyarakat. Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 157 Tahun 2014 Tentang Kurikulum
Pendidikan Khusus Pasal 4 anak berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan
menjadi: tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,
berkesulitan belajar, lamban belajar, autis, memiliki gangguan motorik, menjadi
korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain, memiliki
kelainan lain.
Anak-anak berkelainan fisik terdiri dari tunanetra, tunarungu dan
tunadaksa. Adapun karakteristik kelainan fisik meliputi:
1. Tunanetra
• Fisik, adanya kelainan pada indera penglihatan
• Kemampuan akademik, tidak berbeda dengan anak normal pada
umumnya.
• Motorik, kurang dapat melakukan mobilitas secara umum
• Sosial-emosional, mudah tersinggung dan bersifat verbalism yaitu
dapat bicara tetapi tidak tahu nyatanya.
2. Tunarungu
• Fisik, kesan lahiriah tidak menampakan adanya kelainan pada anak
• Kemampuan akademik, tidak berbeda dengan keadaan anak-anak
normal pada umumnya.
• Motorik, sering anak tunarungu kurang memiliki keseimbangan motorik
dengan baik.
• Sosial-emosional, sering memperlihatkan rasa curiga yang berlebihan,
mudah tersinggung.
3. Tunadaksa
• Fisik, jelas menampakkan adanya kelainan baik fisik, maupun motorik.

3
• Kemampuan akademik, untuk tunadaksa ringan tidak berbeda dengan
anak-anak normal pada umumnya.
Sedangkan untuk tunadaksa berat terutama bagai anak yang
mengalami gangguan neuro-muscular sering disertai dengan
keterbelakangan mental. • Motorik, banyak tunadaksa yang mengalami
gangguan motorik baik motorik kasar maupun motorik halus.
• Sosial-emosional, anak tunadaksa memiliki kecenderungan rasa
rendah diri (minder) dalam pergaulan dengan orang lain.

C. Ciri-ciri Anak Berkebutuhan Khusus


Secara fisik ciri-ciri anak berkebutuhan khusus bisa dilihat sebagai berikut :
1. Anak memiliki bentuk wajah tidak lazim
2. Mata miring, lidah tebal, dan leher pendek
3. Mata mendekat ke hidung atau sebaliknya dari sudut normal
4. Anak sulit menghisap melalui botol susu atau puting ibu

Dalam berkomunikasi dan interaksi sosial, ciri-cirinya bisa dilihat sebagai berikut:
1. Tidak merespon saat namanya dipanggil, meskipun pendengarannya
normal
2. Tidak pernah mengungkapkan emosi
3. Tidak peka terhadap perasaan orang lain
4. Tidak bisa memulai atau meneruskan percakapan
5. Tidak bisa meminta sesuatu
6. Sering mengulang kata namun penggunaannya kurang tepat
7. Sering menghindari kontak mata
8. Kurang berekspresi
9. Tidak pernah melihat ke arah benda yang ditunjuk
10. Tidak memiliki ketertarikan kepada anak-anak lain

4
D. Jenis-jenis Disabilitas (Gangguan)
Anak berkebutuhan khusus ada beberapa jenis dan cara penanganannya
juga berbeda. Penting untuk mengetahui jenis dari kebutuhan khusus untuk
menentukan cara menanganinya. Berikut adalah beberapa jenis klasifikasi anak
berkebutuhan khusus :
1. Gangguan Autis. Ciri utama yaitu gangguan pada perkembangan
kemampuan interaksi sosial, komunikasi, dan munculnya perilaku berulang
yang tak bertujuan. Perlu diketahui, gangguan autis bisa saja muncul
mengikuti retardasi mental tapi bisa juga tidak. Artinya, gangguan autis bisa
tetap tumbuh kembang layaknya anak normal apabila dikelola secara baik.
2. Gangguan Asperger. Penderita gangguan asperger memiliki ciri-ciri yang
mirip dengan autisme. Asperger merupakan gangguan neurologis atau saraf
yang tergolong ke dalam spektrum autisme ringan. Pada sindrom asperger,
penderita cerdas dan mahir dalam kemampuan verbal, namun canggung saat
berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Selain itu,
penderita asperger cenderung tidak berekspresi, kurang peka, obsesif,
repetitif, tidak menyukai perubahan, dan memiliki gangguan motorik.
3. Gangguan Attention Deficit/Hyperactive Disorder (AD/HD). Ciri utama dari
AD/HD adalah kurangnya kemampuan memperhatikan dan kontrol perilaku
yang ditandai munculnya hiperaktivitas dan perilaku impulsif yang sulit
ditahan. Anak dengan perhatian mudah teralihkan, tidak sabar, atau impulsif
belum tentu menderita AD/HD. Perlu diagnosa spesifik dari dokter spesialis
mengenai status anak.
4. Gangguan Perilaku/Tingkah Laku. Gangguan perilaku atau conduct
disorder merupakan gangguan yang meliputi agresi terhadap orang lain dan
binatang, menghancurkan barang kepemilikan, berbohong atau mencuri, dan
pelanggaran aturan yang serius. Gangguan perilaku disebabkan banyak hal
dan umumnya tidak terdeteksi saat bayi. Namun pada saat anak mulai
beranjak dewasa, perilakunya bisa mulai terlihat, misalnya senang menyiksa
binatang atau memukul anak lain. Gangguan perilaku yang tidak ditangani
dapat berujung kepada aksi kriminal di usia dewasa.

5
5. Gangguan Menentang (Oppositional Defiant Behaviour).
Gejala menonjol dari perilaku gangguan menentang adalah suka mendebat
atau menentang norma atau nasihat orang dewasa. Walaupun tidak diikuti
agresivitas fisik, melukai orang, atau merusak benda. Penyebab dari
gangguan menentang lebih ke permasalahan psikologis yang dialami anak
seperti pola asuh, modelling, atau pengaruh teman sebaya.
6. Gangguan Komunikasi. Gangguan komunikasi merupakan gangguan
perkembangan bicara dan bahasa yang ditandai kesulitan dalam
menghasilkan bunyi/suara, menggunakan bahasa lisan untuk berkomunikasi,
atau memahami apa yang disampaikan orang lain.
7. Gangguan Keterampilan Motorik. Gangguan keterampilan motorik
merupakan gangguan yang terjadi saat anak tidak bisa melakukan koordinasi
motorik atau aktivitas-aktivitas motorik yang penting dan lazimnya sudah
dikuasai anak sesuai umurnya.
8. Gangguan Belajar. Gangguan belajar dikategorikan menjadi gangguan
membaca (disleksia), gangguan menulis (disgrafia), dan gangguan
matematika (diskalkulia). Pada gangguan belajar, anak-anak memiliki
kemampuan intelegensi rata-rata dan tidak ada hambatan dalam kesempatan
belajar namun mereka memiliki kesulitan dalam belajar.

E. Cara/Metode Menangani Anak Berkebutuhan Khusus


Yang paling pertama, rang tua haruslah lebih terbuka pemikirannya
mengenai anak-anak berkebutuhan khusus ini. Sikap keterbukaan ini tentunya
harus anda tunjukkan dari rasa menerima segala kondisi anak anda saat ini. Dari
sikap keterbukaan ini lah anda bisa mencari usaha dan cara yang tepat untuk
mendidik anak anda. Tanamkan ke dalam diri orangtua jika anak berkebutuhan
khusus bukanlah aib yang harus ditutupi. Jika hal ini anda lakukan hanya akan
memperparah kondisi anak anda ketika sudah dewasa.

6
1. Lakukan Pengawasan Sedari Dini
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, anak-anak kebutuhan khusus
tentunya membutuhkan pengawasan yang lebih dibandingkan anak-anak pada
umumnya, Untuk itu pentingnya pengawasan sedari dini terkait tumbuh kembang
anak. Cara ini dilakukan agar orang tua dapat mengetahui setiap tahap
perkembangan anak. Sehingga nantinya bis asedikit waspada bila terjadi
pertumbuhan fisik dan mental yang tidak mengalami perubahan dalam waktu yang
lama.

2. Berikan Motivasi, Perhatian, dan Bimbingan


Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus tentunya membutuhkan
motivasi, perhatian, serta bimbingan yang lebih dibandingkan dengan anak-anak
lainnya. Dengan perhatian dan motivasi yang besar dan intens tentunya
membantu anak bisa berkembang menjadi lebih baik lagi. Tentu butuh kesabaran
yang ekstra bagi orang tua yang menangani anak-anak berkebutuhan khusus
namun semua ini demi perkembangan anak yang lebih maksimal.

3. Adaptasi dengan Anak


Dibutuhkan adaptasi antara pengasuh, orang tua, serta anak-anak
kebutuhan khusus sendiri. Jika adaptasi tersebut tidak berjalan dengan lancar,
tentu segala cara yang dilakukan tidak akan membantu perkembangan anak.
Ketika proses adaptasi bisa berjalan dengan baik, tentu membuat segala proses
selanjunya berjalan dengan mudah. Adaptasi yang baik tentu akan membantu
anda memahami kondisi serta potensi anak.

4. Meningkatkan Kedekatan Emosional dengan Anak


Kedekatan emosional menjadi salah satu bagian penting yang harus ada
ketika anda menangani anak-anak berkebutuhan khusus. Kedekatan emosional
ini dibutuhkan agar anak anak bisa percaya serta menjadi dekat dengan anda.
Ketika sudah terjalin kedekatan emosional yang tinggi tentunya anak akan merasa
aman dan terbuka dengan anda.

7
5. Ajari Anak untuk Mengeksplor Ketrampilannya.
Orang tua dengan anak-anak berkebutuhan khusus tentunya
membutuhkan energi ekstraketika mendidik anak-anaknya. Meskipun anak-anak
anda memiliki kebutuhan khusus namun sudha emnjadi sebuah kewajiban bagi
orang tua untuk mendampingi dan mendidiknya. Anda bisa mengisi waktu
luangnya untuk rekreasi atau membuat ketrampilan yang dapat membantu fokus
serta kosentrasi anak. Dari hal-hal semacam ini, anda bisa mengetahui potensi
yang dimiliki anak sehingga membuat anak menjadi lebih produktif.

6. Tanamkan Kemandirian Sedari Dini


Pada dasarnnya anak-anak kebutuhan khusus sama saja seperti anak-
anak umum lainnya. Sehingga anda tak perlu memanjakan anak terlalu
berlebihan. Tanamkan kemandirian pada anak sedari dini sehingga anak bisa
bertahan di lingkungannya. Ajari anak-anak kebutuhan khusus ketrampilan-
ketrampilan dasat seperti makan, mandi, berangkat sekolah, dan lainnya. Jika hal-
hal seperti ini terus anda ajarkan kepada anak-anak anda tentunya bukan tidak
mungkin jika anak kebutuhan khusus dapat hidup selayaknya anak lainnya.

7. Lakukan Kerjasama Dengan Sekolah


Menjalin kerja sama dengan pihak sekolah menjadi hal penting yang harus
anda perhatikan. Sehingga sangat disarankan bagi pihak orang tua untuk bersikap
proaktif serta bisa menjalin kerja sama yang baik dengan pihak sekolah. Hal ini
dilakukan agar membantu anda untuk mengetahui perkembangan mental, sikap,
serta karakter anak. Sehingga nantinya anda bisa lebih mudah mengetahui cara
yang tepat menangani anak-anak dengan kebutuhan yang khusus.

8. Lakukan Pembiasaan Mengenai Sanksi dan Hukuman


Anak-anak kebutuhan khusus juga perlu diajarkan tentang aturan dan
norma yang berlaku serta kesalahan yang dilakukannya. Sehingga ketika anak
melakukan sebuah kesalahan tentu anda harus memberitahu anak jika hal

8
tersebut merupakan perbuatan yang salah. Namun sebisa mungkin hindari hal-hal
yang bersifat kekerasan dan usahakan untuk memberikan pengertian kepada
anak anda. Jika hal ini bisa anda lakukan dengan baik, maka tentunya
memudahkan anak untuk memahami hal mana yang salah dan benar.

9. Pelajari Kebiasaan dan Kebutuhan Anak


Tentunya karena kondisinya yang berbeda, anak-anak kebutuhan khusus
memiliki kebutuhan dan kebiasaan yang berbeda. Sehingga sebagai orang tua
penting untuk mengetahui kedua hal tersebut. Dengan memahami kebutuhan dan
kebiasaan anak tentunya membuat anda semakin terbiasa menghadapi anak-
anak dengan kebutuhan khusus.
10. Ikuti Saran-Saran Pakar
Bagi anda yang tidak terlalu memahami dengan baik cara tepat untuk
menangani anak-anak kebutuhan khusus. Anda bisa mencoba untuk meminta
saran dari pakar, entah dari guru, ahli psikologi, ataupun ahli-ahli lainnya di bidang
tersebut. Sehingga nantinya anda bisa mendapatkan cara yang tepat untuk
menangani anak-anak anda.

11. Pilihlah Sekolah Yang Tepat


Anak-anak kebutuhan khusus tentunya bisa mengalami
resiko bullying karena kondisi nya yang berbeda dari anak-anak umumnya.
Sehingga pemilihan sekolah merupakan hal penting yang harus anda perhatikan.
Hal ini karena sekolah menjadi pendukung dari perkembangan anak agar dapat
lebih berkembang.

12. Ikutkan Anak Pada Terapi-Terapi Yang Ada


Banyak sekali terapi-terapi penyembuhan yang memang ditujukan untuk
anak-anak kebutuhan khusus. Untuk itu sebisa mungkin bawalah anak-anak anda
untuk rutin mengikuti terapi-terapi yang ada. Bisa jadi terapi yang rutin tersebut
dapat membantu anak untuk hidup selayaknya anak-anak lainnya.

9
F. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus
Untuk menangani anak berkebutuhan khusus, dalam setting pendidikan
inklusif di Indonesia, tentu memerlukan strategi khusus. Pendidikan inklusi adalah
termasuk hal yang baru di Indonesia umumnya. Ada beberapa pengertian
mengenai pendidikan inklusi, diantaranya adalah pendidikan inklusi merupakan
sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan
meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap peserta didik
untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Hambatan yang ada bisa terkait
dengan masalah etnik, gender, status sosial, kemiskinan dan lain-lain. Dengan
kata lain pendidikan inklusi adalah pelayanan pendidikan anak berkebutuhan
khusus yang dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya.
Stainback dan Stainback (1990) mengemukakan tentang pengertian
pendidikan inklusi bahwa: “sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung
semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan
yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap
siswa, maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar
anak-anak berhasil. Lebih dari itu, sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap
anak dapat diterima, menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu
dengan guru dan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar
kebutuhan individualnya dapat terpenuhi.”
Selanjutnya, Sapon-Shevin (O’Neil, 1995) menyatakan tentang pengertian
pendidikan inklusi bahwa: “pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan
yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah
terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Oleh karena itu,
ditekankan adanya perombakan sekolah, sehingga menjadi komunitas yang
mendukung pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak, sehingga sumber belajar
menjadi memadai dan mendapat dukungan dari semua pihak, yaitu para siswa,
guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya.”
Strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusu pada dasarnya
adalah pendayagunaan secara tepat dan optimal dari semua komponen yang

10
terlibat dalam proses pembelajaran yang meliputi tujuan, materi pelajaran, media,
metode, siswa, guru, lingkungan belajar dan evaluasi sehingga proses
pembelajaran berjalan dengan efektif dan efesien.
Strategi pembelajaran antara lain:
1. Berdasarkan pengolahan pesan Copyright © Author(s). This is an open-access
article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution License
(CC BY). 6/8 Proceeding of The ICECRS Vol 8 (2020): Educational and
Psychological Conference in the 4.0 era Articles terdapat dua strategi yaitu
strategi pembelajaran deduktif dan induktf;
2. Berdasarkan pihak pengolah pesan yaitu strategi pembelajaran ekspositorik
dan heuristic;
3. Berdasarkan pengaturan guru yaitu strategi pembelajaran dengan seorang
guru dan beregu;
4. Berdasarkan jumlah siswa yaitu strategi klasikal, kelompok kecil dan
individual;
5. Beradsarkan interaksi guru dan siswa yaitu strategi tatap muka, dan melalui
media.
Selain strategi yang telah disebutkan di atas, ada strategi lain yang dapat
diterapkan yaitu strategi individualisasi, kooperatif dan modifikasi perilaku.
1. Strategi yang biasa digunakan untuk anak tunarungu antara lain: strategi
deduktif, induktif, heuristic, ekspositorik, klasikal, kelompok, individual,
kooperatif dan modifikasi perilaku.
2. Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita Strategi pembelajaran anak
tunagrahita ringan yang belajar di sekolah umum akan berbeda dengan strategi
anak tunagrahita yang belajar di sekolah luar biasa.
3. Strategi yang dapat digunakan dalam mengajar anak tunagrahita antara lain:
Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan, Strategi kooperatif, Strategi
modifikasi tingkah laku.
4. Strategi pembelajaran bagi anak tunadaksa yaitu melalui pengorganisasian
tempat pendidikan, sebagai berikut: 1) Pendidikan integrasi; 2) Pendidikan
segresi; 3) Penataan lingkungan belajar.

11
Kauffman (1985) mengemukakan model-model pendekatan sebagai
berikut; 1) Model biogenetic; 2) Model behavioral/tingkah laku; 3) Model
psikodinamika; 4) Model ekologis; 5) Anak berkesulitan belajar membaca yaitu
melalui program delivery dan remedial teaching; 6) Anak berkesulitan belajar
menulis yaitu melalui remedial sesuai dengan tingkat kesalahan; 7) Anak
berkesulitan belajar berhitung yaitu melalui program remidi yang sistematis sesuai
dengan urutan dari tingkat konkret, semi konkret dan tingkat abstrak.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan strategi pembelajaran
adalah: 1) Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat
kompleksitas; 2) Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata
tetapi juga mengembangkan kecerdasan emosional; 3) Berorientasi pada
modifikasi proses, content dan produk.
Model-model layanan yang biasa diberikan pada anak berbakat yaitu model
layanan perkembangan kognitifafektif, nilai, moral, kreativitas dan bidang khusus.
Strategi pembelajaran yang sesuai denagan kebutuhan anak berbakat akan
mendorong anak tersebut untuk berprestasi.
Selain menggubah bentuk fisik ruangan didalam kelas, guru juga perlu
mengadaptasi metode pengajaran disesuaikan dengan anak berkebutuhan
khusus yang ada didalam kelasnya. Contoh yang dapat dilakukan adalah dengan
cara memberikan penjelasaan terlebih dahulu terhadap kata kata yang sulit pada
saat memberikan pelajaran membaca.
Anak yang mempunyai berbagai macam kekurangan membutuhkan
adaptasi dalam menggerjakan tugas dikelas dan dirumah. Strategi pendidikan
inklusif yang memungkinkan untuk dilakukan adalah dengan cara bekerja sama
didalam kelompok dengan menggabungkan murid yang normal dengan yang
berkebutuhan khusus. Juga dapat memberikan tambahan waktu ketika mereka
mengerjakan tugas tugas mereka.
Jika ada anak yang lemah dalam membaca dan menulis karena
kekurangan dapat diatasi dengan cara memberikan kuis atau ujian dengan teknik
audio. Guru juga dapat membacakan soal soal ke murid yang berkebutuhan
khusus, serta pertimbangkan untuk memberikan tambahan waktu.

12
Strategi pendidikan inklusif dapat berjalan dengan baik ketika semua
lapisan didalam sekolah dan masyarakat mengerti arti dari keberagaman.

13

Anda mungkin juga menyukai