Anda di halaman 1dari 14

Analisis Jurnal Terapi Komplementer

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Home Care


Dosen Pengampu : Zulfikar Muhammad, S.Kep., Ners., M.Kep

LUSIANA AGUS SUSANTI


NIM. 2223022

PROGRAM STUDI KEPERAWATANPROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
MALANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan di rumah adalah pelayanan keperawatan yang


diberikan kepada pasien di rumahnya, yang merupakan sintesa dari pelayanan
keperawatan komunitas dan keterampian teknikal tertentu yang berasal dari
spesalisasi kesehatan tertentu, yang befokus pada asuhan keperawatan individu
dengan melibatkan keluarga, dengan tujuan menyembuhkan, mempertahankan
dan meningkatkan kesehatan fisik, mental/ emosi pasien.

Menurut Depkes RI (2002) mendefinisikan bahwa home care adalah


pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan
kepada individu, keluarga, di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan/memaksimalkan
kemandirian dan meminimalkan kecacatan akibat dari penyakit. Layanan
diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien/keluarga yang direncanakan,
dikoordinir, oleh pemberi layanan melalui staff yang diatur berdasarkan perjanjian
bersama. Rice. R, (2001) mengidentifikasi jenis kasus yang dapat dilayani pada
program home care yang meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di
rumah sakit dan kasus-kasus khusus klinik dan yang biasa dijumpai di komunitas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kualitas Pelayanan
1. Pengertian Kualitas Pelayanan
Kualitas merupakan suatu kondisi yang berhubungan dengan produk, jasa
manusia proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Kualitas
menurut Philip Kotler adalah keseluruhan diri serta sifat suatu produk atau
pelayanan yang berpengaruh terhadap kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
yang dinyatakan atau tersirat (Syafruddin, dkk, 2011).
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan. Sebaliknya, definisi kualitas yang bervariasi dari yang kontroversional
hingga kepada yang lebih strategik. Terdapat lima perspektif mengenai kualitas,
salah satunya yaitu bahwa kualitas dilihat tergantung pada orang yang menilainya,
sehingga produk yang paling memuaskan preferensi seseorang merupakan produk
yang berkualitas paling tinggi. (Tjiptono, F, 2012).
Menurut Anwar, kualitas pelayanan mengacu pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan yang disatu pihak menimbulkan kepuasan pasien. Selain itu,
tata cara penyelenggaraan sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang
ditentukan. Definisi kualiatas jasa diatas berpusat pada upaya pemenuhan
kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan memberikan pelayanan untuk
mengimbangi harapan pelanggan (Syafruddin, dkk, 2011).
Kualitas adalah totalitas dari karakteristik suatu produk (barang atau jasa)
yang menunjang kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dispesifikasikan,
kualitas sering sekali diartikan sebagai segala sesuatu yang memuaskan pelanggan
atau kesesuaian terhadap persyaratan atau kebutuhan (Hasibuan, M.S.P, 2012).
Kualitas pelayanan adalah suatu pelayanan yang diharapkan untuk
memaksimalkan suatu ukuran yang inklusif dari kesejahteraan klien sesudah itu
dihitung keseimbangan antara keuntungan yang diraih dan kerugian yang semua
itu merupakan penyelesaian proses atau hasil dari pelayanan seluruh bagian
(Herlambang, S, 2016).
Kualitas pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara efisien
dan efektif sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan yang dilaksanakan
secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi
tepat guna dan hasil penelitian dalam pengembangan pelayanan kesehatan atau
keperawatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal (Nursalam, 2011).

2. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan


Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan ialah (Syafruddin, dkk,
2011)
a. Adanya komitmen petugas kesehatan.
b. Terpenuhinya kebutuhan petugas kesehatan akan supervisi yang
memfasilitasinya.
c. Manajemen, informasi, dan pelatihan.
d. Terpenuhinya akan bahan, peralatan dan infrastruktur.
e. Terpenuhinya hak pasien untuk memperoleh informasi agar pasien pelayanan
yang diharapkan diantaranya yaitu :
1) Pelayanan aman dan nyaman.
2) Pelayanan yang mengutamakan privasi dan menjaga kerahasiaan.
3) Pelayanan yang sopan, ramah dan nyaman.
4) Dapat mengemukakan pendapat atau masalah secara bebas.
5) Hak untuk kelangsungan pelayanan.
Kualitas pelayanan perawat dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni (Nursalam,
2011)
a. Faktor pengetahuan, pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia.
b. Faktor beban kerja, beban kerja perawat yang tinggi serta beragam dengan
tuntutan institusi kerja dalam pencapaian kualitas bermutu, jumlah tenaga
yang tidak memadai berpengaruh besar pada pencapaian mutu.
c. Faktor komunikasi, komunikasi adalah sesuatu untuk dapat menyusun dan
menghantarkan suatu pesan dengan cara yang gampang sehingga orang lain
dapat mengerti dan menerima. Komunikasi dalam praktik perawat
merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan pelayanan
keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal.

3. Komponen Kualitas Pelayanan


Kualitas total suatu pelayanan terdiri atas tiga komponen utama yaitu (Syafruddin,
dkk, 2011):
a. Technical quality yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output
(keluaran) pelayanan yang diterima pelanggan. Etal technical quality dapat
diperinci sebagai berikut :
1) Search quality yaitu kualitas yang dapat dievaluasi pelanggan sebelum
membeli, misalnya harga.
2) Experience quality yaitu kualitas yang bisa dievaluasi pelanggan setelah
membeli atau meng-konsumsi suatu jasa pelayanan, misalnya ketepatan
waktu dan kecepatan pelayanan.
3) Credence quality yaitu kualitas yang sukar dievaluasi pelanggan
meskipun telah mengkonsumsi suatu jasa, misalnya kualitas pembedahan.
b. Fungsional quality yaitu komponen dengan kualitas cara menyampaikan
suatu jasa.
c. Corporate image yaitu profil, reputasi, citra umum, daya tarik khusus suatu
perusahaan.

4. Pengukuran Kualitas Pelayanan


Pengukuran kualitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut (Herlambang, S.
2016) :
a. Reliabilitas, kualitas pelayanan diukur dari konsistensi dari performance atau
penampilan secara yang meyakinkan dan dipercaya. Reliabilitas dibuktikan
dengan penampilan dan cara berpakaian yang bersih dan rapi, lengkap dengan
identitas, dan penampilan percaya diri petugas serta keramatamahan,
kesopanan dan menghormati pasein.
b. Tanggap, kualitas pelayanan diukur dengan ketanggapan, kemauan, kesiapan,
dan kecepatan petugas dalam memberikan pelayanan. Hal hal ini menyangkut
ketepatan dari pelayanan. Ketanggapan petugas atau karyawan dibuktikan
dengan waktu pelayanan efektif dan kepuasan pasien dalam pemenuhan
kebutuhan.
c. Kompetensi, kualitas pelayanan diukur dari kompetensi tenaga kesehatan
yang bermakna memiliki keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk
memberikan pelayanan, pelatihan yang pernah diikuti, pengakuan dari suatu
profesi, asosiasi atau institusi yang berwenang dan memiliki kredibilitas.
d. Accessibility, kualitas pelayanan yang diukur dari kemudahan pasien untuk
mendapatkan pelayanan dan dapat menghubungi petugas dengan mudah,
accessibility dapat diukur dengan menghitung waktu dalam mendapatkan
pelayanan dan kemudahan dalam mendapatkannya.
e. Etika petugas seperti kesopanan, rasa hormat, kesungguhan, keramatamahan
dari penyedia jasa.
f. Komunikasi berarti menjaga agar tiap pelanggan mendapat informasi sesuai
dengan bahasa yang mereka pahami dan mendengarkan keinginan mereka.
Hal ini berarti organisasi pelayanan kesehatan harus sesuai dengan bahasa
konsumen yang berbeda-beda.
g. Kredibilitas menyangkut hal yang dapat dipercaya, kejujuran penyedia
pelayanan kesehatan.
h. Keamanan adalah bebas dari bahaya, resiko ataupun keraguan.
i. Kelengkapan fasilitas pelayanan dan penampilan lingkungan fisik dari suatu
jasa.
5. Aspek-Aspek Kualitas Pelayanan Perawat
Menurut Parasuraman kualitas pelayanan perawat memiliki beberapa aspek, yaitu
(Nursalam, 2011) :
a. Keandalan (reliability), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang
tepat dan terpercaya. Pelayanan yang terpercaya artinya adalah konsisten.
Sehingga reliability mempunyai dua aspek penting yaitu kemampuan
memberikan pelayanan seperti yang dijanjikan dan seberapa jauh mampu
memberikan pelayanan yang tepat atau akurat.
b. Daya tanggap (responsiveness), yaitu kesediaan atau kemauan untuk
membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat.
c. Jaminan kepastian (Assurance), yaitu mencakup pengetahuan, kompetensi,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki staf (bebas dari bahaya,
risiko atau keragu-raguan).
d. Empati (Emphaty), yaitu membina hubungan yang baik, pemahaman atas
kebutuhan individual para pelanggan, dan memberikan pelayanan serta
perhatian secara individual pada pelanggannya.

B. Kualitas Perawatan Pasien Home Care


Pelaksanaan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah dapat mencapai
sasaran dan sesuai dengan tujuan, maka diperlukan pemantauan, pembinaan, dan
penilaian terhadap pengelolaan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah. Proses
pembinaan, pemantauan, dan penilaian dilakukan oleh Dinas kesehatan provinsi dan
Kabupaten/Kota serta organisasi profesi (PPNI).
1. Pemantauan
Pemantauan bertujuan untuk mengetahui gambaran legiatan layanan home
care. Dalam pemantauan juga dilakukan pengawasan baik dijadwalkan atau
dilakukan sewaaktu-waktu. Pemantauan meliputi aspek manajerial, sumber daya,
pelayanan dan pembiayaan dalm hal input, proses maupun output.
2. Pembinaan
Pembinaan bertujuan untuk meningkatkan mutu kegiatan pelayanan
keperawatan kesehatan di rumah, dilakukan secara periodik yang ditetapkan atas
kesepakatan bersama antara pembina dengan sasaran yang dibina. Pembinaan
meliputi aspek fisik, manajerial, sumber daya, pelayanan dan pembiayaan
baik dalam hal input, proses, maupun output.
3. Penilaian
Penilaian dilakukan secara periodik baik di tingkat kabupaten/ kota, dengan
membandingkan kesesuaian perencanaan ataupun pelaksanaan dengan hasil yang
dicapai dalam periode tertentu. Penilaian ini dilaksanakan untuk mengkaji,
mengembangkan, atau mengganti cara/metode pelayanan keperawatan kesehatan
di rumah sesuai dengan yang dicapai. Penilaian dapat dilakukan dengan observasi
dan wawancara. Penilaian meliputi:
a. Kelengkapan dokumen
b. Kesesuaian pelayanan keperawatan kesehatan di rumah yang diberikan
dari berbagai profesi.
c. Kepuasan pelanggan terhadap pelayanan keperawatan kesehatan
dirumah
d. Kemandirian pasien dan keluarga
4. Monitoring
Monitoring praktik keperawatan mandiri dilakukan melalui 2 (dua) jenjang
yaitu yang sifatnya langsung dan tidak langsung dimana tanggung jawab dan
kewenangannya mendekatisama. Adapun jenjang monitoring yang dilakukan
meliputi:
a. PPNI Pusat
PPNI pusat sebagai pusat organisasi profesi tertinggi mengatur dan
menentukan arah kebijakan monitoring. Memiliki tanggung jawab
terhadap pengaturan dan pengendalian model praktik keperawatan
mandiri yang didirikan oleh perawat. Bertanggung jawab membuat
panduan penilaian monitoring dan evaluasi praktik keperawatan mandiri.
PPNI pusat juga yang memberikan pengesahan (rekomendasi) terhadap
praktik keperawatan mandiri yang sudah memenuhi kelayakan pendirian
dan keberlangsungan. Sistem monitoring PPNI pusat,
melakukan monitoring setiap satu tahun sekali tentang jumlah pelayanan
praktik mandiri keperawatan melalui PPNI Propinsi. Sistem monitoring
yang dilakukan berjenjang dari pusat ke provinsi/ kabupaten. Monitoring
yang dilakukan menggunakan format evaluasi guna menilai keobjektifan
pelaksanaan dan kesinambungan praktik keperawatan mandiri.
Adapun alur mekanisme monitoring yaitu dengan cara pimpinan
praktik keperawatan mandiri mengajukan permohonan rekomendasi
pendirian kepada PPNI kabupaten. PPNI Kabupaten/Kota menelaah
masukan dari PPNI provinsi/ kabupaten kemudian dilanjutkan melakukan
supervisi I ke tempat yang mengajukan pendirian guna mendapatkan data
dan melihat kelayakan pendirian. PPNI Kabupaten/Kota memberikan
pengarahan dan masukan tentang hal - hal yang perlu ditambahkan dan
diperhatikan untuk pendirian tersebut. Jika sudah melalui penilaian studi
kelayakan maka praktik keperawatan mandiri akan mendapatkan
pengesahan (rekomendasi) dari PPNI Kabupaten/Kota.
b. PPNI Provinsi/Kabupaten
PPNI provinsi/ kabupaten bertanggung jawab melaksanakan kebijakan
monitoring dan evaluasi yang didelegasikan dari PPNI pusat. PPNI
provinsi/ kabupaten bertanggung jawab terhadap pengendalian praktik
keperawatan mandiri di provinsi dengan pendelegasian dari PPNI pusat.
Selain itu juga bertanggung jawab melakukan pengarahan, monitoring
dan evaluasi. PPNI provinsi/ kabupaten bertanggung jawab melaporkan
hasil monitoring dan evaluasi kepada PPNI pusatsesuai dengan
kesepakatan waktu yang telah ditentukan PPNI pusat.
Sistem monitoring yang dilakukan PPNI kabupaten dengan melakukan
monitoring dan evaluasi pada awal pendirian, triwulan (3 bulan sekali),
semester (6 bulan sekali) dan setahun sekali. PPNI kabupaten akan
melakukan kegiatan monitoring yang meliputi: a) persiapan pendirian
(kelayakan pendirian), b) pelaksanaan, dan c) keberlangsungan praktik
mandiri (evaluasi keberlangsungan praktik mandiri). Monitoring yang
dilakukan menggunakan format evaluasi guna menilai keobjektifan
pelaksanaan dan kesinambungan praktik.
Adapun alur mekanisme monitoring yaitu PPNI kabupaten melakukan
penilaian studi kelayakan (Supervisi I) terhadap permohonan pendirian
praktik keperawatan mandiri. Kemudian PPNI kabupaten memberikan
pengarahan dan masukan tentang hal-hal yang perlu ditambahkan dan
diperhatikan terkait dengan pendirian praktik keperawatan mandiri. PPNI
provinsi/ kabupaten juga melakukan monitoring terhadap pengarahan
yang sudah diberikan kepada pendiri praktik keperawatan mandiri
(Supervisi II setiap 3 bulan sekali) serta melaporkan kepada dalam bentuk
catatan perkembangan keberlangsungan praktik. Keperawatan mandiri
(format 11.1) kepada PPNI pusat. Setelah 6 bulan PPNI provinsi/
kabupaten juga memberikan laporan tentang pelaksanaan praktik
keperawatan mandiri kepada PPNI pusat guna monitoring
keberlangsungan pelaksanaan praktik keperawatan mandiri. PPNI
provinsi/ kabupaten memberikan pengarahan dan masukan tentang hal-hal
yang perlu ditambahkan dan diperhatikan terkait dengan keberlangsungan
pelaksanaan praktik keperawatan mandiri.

C. Prinsip Pembiayaan
1. Pembiayaan
Penentuan tarip pelayanan keperawatan kesehatan di rumah ditetapkan
berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Pemerintah dan masyarakat bertanggungjawab dalam memeliharadan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
b. Tarif pelayanan keperawatan kesehatan di rumah sebaiknya memperhatikan
kemampuan keuangan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat.
c. Penetapan tarif meskipun dimungkinkan untuk mencari laba, namun harus
mempertimbangkan kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah dengan
asas gotong royong.
d. Tarif pelayanan keperawatan kesehatan di rumah untuk golongan yang
pembayarannya dijamin oleh pihak asuransi ditetapkan atas dasar saling
membantu.
e. Tarif pelayanan keperawatan kesehatan di rumah harus mencakup seluruh
unsur pelayanan secara proporcional.
2. Jenis Pelayanan yang dikenakan tarif meliputi:
a. Jasa pelayanan kesehatan dan non kesehatan meliputi:
 Pelayanan Medik
 Pelayanan Keperawatan
 Pelayanan Penunjang Medik
 Pelayanan Penunjang Non Medik
 Jasa pelayanan yang dikenakan tarif mencakup pemberian bantuan,
tindakan intervensi langsung maupun konsultasi.
b. Sarana prasarana
Imbalan atas pemakaian sarana, fasilitas, alat kesehatan, obat dan bahan
habis pakai yang digunakan langsung oleh pasien.
c. Transportasi
Dana transportasi untuk kunjungan rumah maupun rujukan, besar nominal
biaya untuk jasa tersebut di atas, ditetapkan oleh daerah masing-masing
disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan masyarakat setempat (Yuliati,
2020)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mengontrol kualiatas pelayanan home care berpusat pada upaya
pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan memberikan
pelayanan untuk mengimbangi harapan pelanggan. Seperti dikatakan Pasien
baru merasa puas apabila kerja layanan kesehatan yang diperolehnya sama
atau melebihi harapan sebaliknya, ketidak puasan atau perasaan kecewa akan
muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya tidak sesuai
dengan harapannya. Jadi kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien
yang timbul akibat dari kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya
setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkan.

B. Saran
Untuk memberikan pelayanan yang dapat mengimbangi harapan
pelanggan atau pasien hendaknya memberikan pelayanan yang efektif dan
efisen sesuai standar pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh sesuai
dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil
penelitian dalam pengembangan pelayanan kesehatan atau keperawatan
sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Hanson S.M. (2001).Family Health Care Nursing : Theory, Practise, and Research. Philladelphia
: F.A Davis.
Humphrey C.J. (1998).Homecare Nursing Handbook. Maryland : Aspen.
Nursalam. 2016. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional.
Salemba Medika : Yogyakarta.
Yuliati. (2020). Pelayanan Legalitas Care Home. Nsa 632, 0–18.

Anda mungkin juga menyukai