Oleh:
Viola Stevy S (021611133049)
Ni Wayan Eka (021611133050)
Dalila Ridhatillah (021611133051)
Lela Rizky Azkiya (021611133052)
Aisyah Ekasari R (021611133053)
Jeveline Amelia (021611133054)
Service quality atau kualitas pelayanan merupakan sesuatu hal yang perlu diperhatikan dalam
usaha untuk meningkatkan sebuah perusahaan dengan cara memberikan kepuasan kepada para
konsumennya, misalnya dengan memberikan produk mutu yang lebih baik, harga lebih murah,
pelayanan yang lebih baik dibandingkan pesaingnya yang akan menyebabkan konsumen menjadi
lebih puas (Apriyani, 2017). Service quality atau kualitas pelayanan adalah sebuah kinerja yang
ditawarkan oleh seseorang kepada orang lain. Kinerja ini dapat berupa tindakan yang tidak berwujud
serta tidak berakibat pada kepemilikan barang apapun dan terhadap siapapun (Lubis dan Andayani,
2017).
Beberapa pengertian lain dari kualitas pelayanan adalah sebagai berikut (Edastama, 2014;
Lubis dan Andayani, 2017):
a. Parasuraman et al (1998) menyatakan bahwa secara umum, kualitas pelayanan adalah suatu
penilaian dari seorang konsumen mengenai keseluruhan dari suatu proses penyampaian
pelayanan tertentu. Penilaian ini berdasarkan pada kondisi pelayanan yang seharusnya
diberikan oleh pelayanan provider (harapan dari konsumen) dengan kondisi aktual dari proses
penyampaian pelayanan tersebut.
b. Dedeke (2003) menyatakan bahwa kualitas pelayanan merupakan kemampuan untuk dapat
memenuhi dan melebihi apa yang diharapkan oleh konsumen.
c. Sum & Hui (2009) mengungkapkan bahwa kualitas pelayanan adalah proses jasa yang
disampaikan sesuai dengan harapan konsumen namun dalam langkah yang konsisten.
d. Supranto (2006) menyatakan bahwa kualitas pelayanan adalah sesuatu yang harus dikerjakan
olah penyedia jasa dengan baik. Kualitas pelayanan yang dirasakan oleh pelanggan atau
konsumen berasal dari suatu perbandingan antara apa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan
pelayanan dengan harapan serta persepsi konsumen tentang kinerja pemberi jasa.
e. Kotler (2008) menyatakan bahwa kualitas pelayanan merupakan sebuah kinerja yang dapat
ditawarkan oleh seseorang kepada orang lain. Kinerja ini dapat berupa tindakan yang tidak
berwujud atau tidak berakibat pada kepemilikan barang apapun dan terhadap siapapun.
Service quality dilakukan untuk meningkatkan kepuasan yang dirasakan oleh pasien. Menurut
Kotler dan Keller dalam Apriyani (2017), menyatakan bahwa kepuasan merupakan perasaan senang
atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dipikirkan atau
diharapkan dengan kinerja atau hasil yang didapatkan. Sedangkan menurut Tjiptono, kepuasan
konsumen merupakan situasi yang ditunjukkan oleh pelanggan atau pasien ketika mereka menyadari
bahwa kebutuhan dan keinginannya sesuai dengan apa yang diharapkan serta telah terpenuhi dengan
baik. Sedangkan menurut Bachtiar, kepuasan konsumen merupakan perasaan positif yang dirasakan
oleh pelanggan atau pasien yang berhubungan dengan produk atau jasa yang didapatkan selama
menggunakan atau setelah menggunakan produk atau jasa (Apriyani, 2017).
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa kepuasan pasien adalah indikator kualitas
pelayanan yang sangat penting untuk dilakukan evaluasi karena berkaitan dengan kesejahteraan
pasien berupa sebuah situasi yang ditunjukkan oleh konsumen atau pasien ketika mereka menyadari
bahwa kebutuhan dan keinginannya telah terpenuhi dengan baik dan sesuai dengan apa yang
diharapkannya (Albedhafez et al, 2012; Apriyani, 2017). Kualitas pelayanan yang baik akan
memberikan dampak yang baik untuk penyedia jasa maupun untuk konsumen.
Kualitas pelayanan kesehatan gigi terdiri dari pemeriksaan kesehatan rongga mulut,
memenuhi keinginan pasien, memenuhi kebutuhan pasien, dan memberikan solusi optimal mengenai
fungsi, estetika, dan pemeliharaan dalam prosedur yang paling dapat diterima dengan
mempertimbangkan segala resiko yang mungkin dapat terjadi pada pasien (Karydis et.al, 2001).
Pada tahun 1980, para ahli banyak menyampaikan bahwa service quality terdiri dari dua
dimensi yaitu technical quality dan functional quality. Menurut Lethinen dimensi service quality
terbagi menjadi tiga, yaitu physical quality, interactive quality, dan corporate quality. Sedangkan
menurut Berry, dimensi service quality terbagi menjadi dua dimensi yaitu outcome quality dan
process quality. Namun, pada tahun 1985, Parasurman dan Zeithmal menyatakan bahwa service
quality bergantung pada prosedur service delivery, bukan pada outcome service. Seiring
perkembangan ilmu, para ahli kemudian membagi dimensi service quality menjadi 10 yaitu,
tangibles, reliability, responsiveness, competency, courtesy, assurance, credibility, security, access,
dan understanding. Pada akhir 1998, Parasuraman mempersingkat sepuluh dimensi tersebut menjadi
lima dimensi (Damen, 2017).
Menurut Tjiptono dan Chandra dalam buku Service Quality and The Satisfaction, konsep
kualitas pelayanan yang merupakan fokus penilaian yang merefleksikan persepsi pelanggan atau
pasien dibagi menjadi lima dimensi fisik dan kinerja layanan dari kualitas pelayanan jasa, yaitu
Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance dan Empathy, dimensi tersebut sangat
berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Kelima dimensi ini yang akan digunakan untuk
mengukur tingkat kualitas suatu pelayanan (Apriyani, 2017; Damen, 2017; Lubis dan Andayani,
2017).
a. Tangibles
Tangibles atau bukti langsung atau aset berwujud yang didalamnya termasuk penampilan
fasilitas fisik berupa peralatan, staf atau personel, alat komunikasi dan material yang
dipasang. Tangible menggambarkan wujud secara fisik yang dapat dilihat, dapat dicium,
dapat diraba dari layanan yang diterima oleh pasien. Penampilan dan kemampuan sarana dan
prasarana fisik serta keadaan lingkungan sekitarnya dari sebuah rumah sakit atau klinik
merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan.
1) Peralatan yang dimiliki oleh rumah sakit atau klinik merupakan teknologi modern
terbaru
2) Fasilitas ruang tunggu yang disediakan untuk pasien oleh rumah sakit atau klinik
memenuhi kriteria baik dan nyaman
3) Lingkungan tempat rumah sakit atau klinik dapat terjaga kebersihannya
4) Kamar mandi dari rumah sakit atau klinik tetap terjaga bersih.
b. Reliability
Reliability atau kehandalan merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu jasa
berdasarkan apa yang telah dijanjikan sebelumnya secara tepat waktu, handal, akurat, dan
tepat sasaran. Reliability menggambarkan pemberian layanan sesuai dengan yang dijanjikan
atau prosedur dan membantu penyelesaian masalah yang dirasakan oleh pasien dengan cepat.
Pentingnya dimensi ini adalah kepuasan pelanggan atau pasien akan menurun bila jasa yang
diberikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan.
1) Rumah sakit atau klinik memberikan pelayanan dan prosedur yang benar kepada
pasien pada awal pasien datang
2) Rumah sakit atau klinik menunjukkan sikap khusus kepada pasien yang memerlukan
penanganan khusus
3) Pasien merasa nyaman ketika mendapatkan medical treatment
4) Rumah sakit atau klinik melakukan pencatatan dokumnetasi pasien atau rekam medis
dengan baik.
c. Responsiveness
Responsiveness atau daya tanggap adalah kemampuan serta kemauan dalam mengindikasikan
kesediaan untuk membantu pelanggan yaitu pasien dengan memberikan jasa pelayanan yang
sesuai dengan keinginan pasien dan dilakukan dengan cepat. Daya tanggap dapat
menumbuhkan persepsi yang positif terhadap kualitas jasa yang diberikan. Bila terdapat
kegagalan atau keterlambatan dari pelaksanaan jasa, maka pihak penyedia jasa yaitu staff dan
dokter berusaha untuk memperbaiki atau meminimalkan kerugian konsumen dengan segera.
Dimensi ini menekankan pada perhatian dan kecepatan dari staf atau dokter yang terlibat
untuk memberikan tanggapan permintaan, pertanyaan dan keluhan dari pasien.
1) Staf yang berada di rumah sakit atau klinik memberikan pelayanan yang baik terhadap
apa yang diinginkan oleh pasien
2) Dokter gigi dan staf merespon dengan baik keinginan khusus dari pasien.
3) Waktu yang diperlukan dalam memberikan pelayanan kepada pasien cepat, sehingga
tidak membuat pasien selanjutnya merasa kurang nyaman.
d. Assurance
Assurance atau jaminan merupakan kemampuan operator yaitu dokter gigi dalam
menampilkan pengetahuan, sopan santun, dan kemampuan yang dimiliki dalam bentuk
memberikan pelayanan kepada pasien sehingga pasien merasa percaya dan nyaman atas apa
yang dilakukan oleh dokter gigi. Assurance menggambarkan kemampuan rumah sakit atau
klinik dan staf rumah sakit atau klinik tersebut untuk memberikan kepastian, jaminan
keamanan dan keselamatan dalam pemberian pelayanan dan kerahasiaan pasien yang
terjamin berkaitan dengan kepercayaan pasien terhadap rumah sakit atau klinik seperti
reputasi rumah sakit, prestasi yang diraih rumah sakit dan lain-lain.
Menurut Hasnih et al. (2016) dimensi kepastian atau jaminan ini merupakan gabungan dari
dimensi:
1) Pasien mempercayai keahlian dan kemampuan yang dimiliki oleh dokter gigi yang
merawat
2) Pasien mempercayai keahlian dan kemampuan yang dimiliki oleh perawat gigi
3) Pasien merasa aman mendapatkan pelayanan di rumah sakit atau klinik tersebut
4) Staf yang bekerja di rumah sakit atau klinik menunjukkan sikap yang baik, sopan dan
ramah kepada pasien.
e. Empathy
Empathy atau kepedulian adalah kemampuan untuk memahami, peduli dan memberikan
perhatian secara individual pada pelanggan yaitu pasien. Layanan yang diberikan oleh staf
dan dokter yang bekerja harus menunjukkan kepedulian mereka terhadap pasien. Selain itu
dimensi ini juga melingkupi kemudahan untuk memanfaatkan atau menerima layanan jasa
yang diberikan oleh rumah sakit atau klinik.
Menurut Lupioadi dalam Hasnih et al. (2016) menerangkan bahwa empati merupakan
pemberian perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada
para pasien dengan upaya untuk memahami keinginan dari pasien. Usahakan untuk
melakukan komunikasi individu agar hubungan yang terjadi antara staf atau dokter dengan
pasien lebih akrab. Staf dan dokter juga diharuskan untuk memahami pasien, dengan
memahami pasien bukan berarti staf atau dokter merasa kalah dan harus mengiyakan semua
pendapat dan keinginan pasien. Tetapi paling tidak mencoba untuk melakukan kompromi,
bukan melakukan perlawanan.
1) Staf dan dokter yang berada di rumah sakit atau klinik, secara personal ataupun tim
dapat memberikan perhatian dan rasa simpati kepada pasien
2) Rumah sakit atau klinik beroperasi pada jam operasional yang sesuai untuk pasien
3) Rumah sakit atau klinik memperhitungkan norma-norma yang berlaku pada daerah
lingkungan sekitarnya
4) Rumah sakit atau klinik dapat memberikan prioritas lebih terhadap sesuatu yang
disesuaikan dengan urusan pasien
5) Staf medis yang berada pada rumah sakit atau klinik dapat memberikan respon yang
baik terhadap komplain yang disampaikan oleh pasien.
Selain itu, Menurut Zeithaml, Parasuraman dan Berry yang dikutip dalam (Lovelock at el.
2004), dimensi kepuasan konsumen dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu:
Apabila kepuasan konsumen tercapai akan dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu
(Ruslim, 2015):
a. Hubungan antara rumah sakit dengan pasien menjadi harmonis sehingga pasien melakukan
kunjungan kembali apabila sedang sakit dan mendorong terciptanya loyalitas pasien.
b. Reputasi rumah sakit menjadi baik dalam pandangan pasien.
c. Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan rumah sakit.
Sedangkan, menurut Dewi et al. manfaat service quality adalah sebagai berikut:
Menurut Cunha dan Sucharita, 2015 manfaat dari service quality adalah:
a. Dapat memberikan peluang yang sangat baik untuk memenuhi atau melampaui harapan
pasien mengenai pengalaman layanan secara keseluruhan.
b. Dapat mengidentifikasi kesalahan dan untuk menindaklanjuti tindakan korektif dan fokus
pada bidang-bidang tertentu untuk perbaikan.
c. Untuk memuaskan pasien. Karena kepuasan pasien adalah standar sejati untuk menilai
kualitas layanan. Jadi hanya pelanggan yang dapat menilai kualitas layanan yang sebenarnya.
Kepuasan Pelanggan Dan Pasien
Pentingnya konsep pelanggan telah bergeser dari penerima layanan sederhana yang
disediakan oleh produsen, menjadi orang yang terlibat dalam menciptakan nilai pengalaman
layanan. Secara tradisional, pasien telah digambarkan sebagai orang yang lemah, terpapar dan
tergantung pada orang yang dianggap sebagai subjek medis. Namun, menurut penelitian
manajemen selama dekade abad kedua puluh ini, posisi pasien telah bergeser lebih dekat ke posisi
klien, Ini adalah proses transformasi, di mana pasien, yaitu mereka yang memperoleh informasi,
mencari alternatif, bergerak, membuat pilihan dan berpartisipasi dalam produksi nilai . Biasanya,
kualitas layanan dianggap sebagai struktur kognitif, sedangkan kepuasan adalah konsep yang
lebih kompleks yang melibatkan komponen kognitif dan emosional. Lebih khusus lagi, kepuasan
diyakini sebagai reaksi perilaku yang terkait dengan persepsi nilai-nilai yang ada dalam
hubungannya dengan penyedia layanan kesehatan. Kepuasan merupakan respons emosional dari
pelanggan. Meskipun kualitas layanan dan kepuasan konsumen memiliki fitur umum tertentu,
kepuasan umumnya dianggap sebagai konsep yang lebih luas, sementara penilaian kualitas
layanan berfokus pada dimensi layanan. Kepuasan pasien didefinisikan sebagai penilaian dimensi
perawatan kesehatan yang terpisah (Vasiliki dan Dimitrios, 2017)
Persepsi kualitas pelayanan kesehatan yang diterima merupakan sikap subjektif yang
berkaitan dengan pelayanan kesehatan, tapi tidak setara dengan makna kepuasan. Kepuasan lebih
luas daripada kualitas layanan yang penilaiannya berfokus pada dimensi kualitas pelayanan.
Dimensi kualitas pelayanan terdiri dari kualitas pelayanan sebagai bukti fisik, keandalannya daya
tanggap, jaminan, dan empati. Lima masalah yang mempengaruhi kepuasan pasien dengan
perawatan gigi adalah kompetensi teknis, faktor interpersonal, kenyamanan, biaya, dan fasilitas.
Dalam perawatan gigi, harapan pasien terutama sikap dan keterampilan komunikasi dokter gigi
penting untuk kepuasan pasien secara keseluruhan (Adebayo et.al, 2014).
Lupiyoadi dan Hamdani (2006:5), menyatakan bahwa salah satu cara untuk menciptakan
kepuasan pelanggan adalah dengan meningkatkan kualitas jasa, karena pelanggan adalah fokus
utama ketika berbicara mengenai kepuasan dan loyalitas. Dikatakan pula bahwa, konsistensi
kualitas produk/jasa dapat memberikan kontribusi keberhasilan suatu perusahaan ditinjau dari
sudut kepuasan pelanggan (Pereira et al., 2016).
Sviokla (Lupiyoadi dan Hamdani, 2006:176), juga mengatakan bahwa kualitas produk/jasa
yang diberikan oleh perusahaan dapat menciptakan suatu persepsi positif dari pelanggan terhadap
perusahaan, dan akan menghasilkan kepuasan pada pelanggan. Selanjutnya menurut Laksana
(2008: 96-97), bahwa kepuasan adalah merupakan perbandingan antara kualitas produk/jasa yang
dirasakan dengan kualitas yang diharapkan. Jika kualitas yang dirasakan melebihi apa yang
diharapkan sebelumnya, maka akan dirasakan suatu kepuasan. Sebaliknya jika kualitas yang
dirasakan lebih rendah dari apa yang diharapkan sebelumnya, maka konsumen akan kecewa
sebagai bentuk ungkapan tidak puas (Pereira et al., 2016).
Majid (2009:46), mengatakan bahwa pelayanan yang baik dan berkualitas akan mampu
memenuhi harapan pelanggan, dan pelanggan yang harapan-harapannya terpenuhi dapat
dipastikan pelanggan tersebut merasakan suatu kepuasan. Pernyataan dari Kotler dan Keller
(2009:50), juga menguatkan bahwa pelanggan akan sangat puas, jika mendapatkan pelayanan
yang melebihi harapannya. Jika apa yang didapatkan melebihi dari apa yang diharapkan
sebelumnya, maka pelanggan akan merasakan sangat puas, namun sebaliknya jika yang
didapatkan kurang dari harapan sebelumnya, maka pelanggan akan kecewa sebagai bentuk
ketidakpuasan (Pereira et al., 2016).
Dalam bentuk persamaan, kualitas layanan menurut SERVPERF dinyatakan sebagai berikut:
Tabel 1. Rumus kualitas layanan menurut SERVPERF (Vasiliki dan Dimitrios, 2017)
Industri jasa pelayanan masyarakat tidak terlepas dari persaingan antar pelakunya, salah
satunya adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi dengan tenaga medis
profesional yang terorganisir baik dari sarana prasarana kedokteran yang permanen, pelayanan
kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit
yang diderita oleh pasien (Supartiningsih, 2017).
Berbagai rumah sakit yang ada berupaya memperoleh kepercayaan masyarakat dengan
mengemukakan pelayanan yang efisien dan berkualitas. Namun, persepsi pasien berperan
dalam menggambarkan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit. Berdasarkan
persepsi ini akan timbul kesan pasien terhadap rumah sakit, yang selanjutnya dapat disebut
sebagai kualitas pelayanan rumah sakit. Kesan yang didapat dibangun atas persepsi masing-
masing individu yang berelasi. Kepuasan pasien merupakan cerminan kualitas pelayanan
kesehatan yang mereka terima. Mutu pelayanan kesehatan merujuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien (Supartingsih,
2017).
Penelitian oleh Rehaman dan Husnain (2018) dilakukan untuk mengetahui dampak
dimensi kualitas servis terhadap kepuasan pasien yang digambarkan dalam model kerangka
pada Gambar 1.
b. Karakteristik Individu sebagai Determinan dan Indikator Kualitas Pelayanan Kesehatan dan
Tingkat Kepuasan Pasien
Beberapa karakteristik individu yang diduga sebagai determinan dan indikator kualitas
pelayanan kesehatan dan mempengaruhi tingkat kepuasan pasien adalah sebagai berikut:
(Utama, 2005)
1) Umur
2) Jenis kelamin
3) Lama perawatan
4) Sumber biaya
5) Diagnosa penyakit
6) Pekerjaan adalah status pekerjaan pasien.
7) Pendapatan
8) Pendidikan
9) Suku bangsa
10) Tempat tinggal,
11) Kelas perawatan
12) Status perkawinan
13) Agama
14) Preferensi
c. Peran Kualitas Pelayanan Terhadap Reputasi Rumah Sakit
Selain kualitas pelayanan, faktor lain yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen
adalah reputasi perusahaan. Menurut Aaker dan Keller (dalam Rosidah, 2011) menyatakan
bahwa reputasi perusahaan (Corporate reputation) adalah persepsi pelanggan mengenai
kualitas yang dihubungkan dengan nama perusahaan. Ini berarti nama perusahaan memberi
pengaruh positif pada respon pelanggan terhadap produk atau jasa. Reputasi perusahaan
sebenarnya adalah nama baik setiap orang, organisasi dan perusahaan. Dari nama baik itulah
mereka dipercaya orang,organisasi maupun perusahaan. Itu sebabnya reputasi selalu terkait
dengan kepercayaan, dan kepercayaan secara perlahan akan mempengaruhi sikap konsumen.
Jika kepercayaan yang dimiliki oleh konsumen terhadap suatu perusahaan, mampu diimbangi
oleh kinerja perusahaan maka konsumen akan merasa puas terhadap kinerja perusaahaan dan
pasti akan meningkatkan reputasi baik dari perusahaan tersebut.
Berdasarkan pra survey lapangan yang ditemukan ditemukan beberapa fenomena yang
menunjukkan kurangnya tingkat kepuasan pasien RSIA Eria Bunda diantaranya:
1) Ada beberapa pasien mengatakan bahwa pelayanannya bagus dan lokasinya strategis
tetapi sering terjadi antrian dalam pengurusan administrasi.
2) Ada beberapa pasien mengatakan walaupun sudah lama berdiri tapi nyaman menginap
disana dan karyawaannya ramah. Namun, untuk mendapatkan balasan email sangat
sulit.
Menurut Zeithaml (1988) kualitas jasa yang dirasakan dari suatu produk atau jasa erat
hubungannya dengan reputasi yang diasosiasikan dengan nama merek. Artinya pelanggan
hanya akan mengasosiasikan suatu produk atau jasa dengan mereknya, dan karenanya
reputasi perusahaan juga dapat diukur pada tingkatan produk atau jasa. Selness (1993)
menyatakan bahwa dalam industri jasa dan bisnis, merek seringkali dikaitkan dengan reputasi
perusahaan daripada produk atau jasa itu sendiri. Berarti kualitas yang diterima dari sebuah
produk atau jasa adalah berhubungan dengan reputasi perusahaan yang digabungkan dengan
nama merek produk atau jasanya.
Kualitas lebih banyak ditentukan oleh para pemakai jasa tersebut. Oleh karena itu
evaluasi terhadap pelayanan jasa rumah sakit perlu dilakukan secara terus-menerus, salah satu
caranya dengan menggunakan user-based approach /pendekatan konsumen. Pendekatan ini
didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya,
sehingga produk yang paling memuaskan preferensi seseorang merupakan produk yang
berkualitas paling tinggi (Churiyah, 2007). Groroos (Tjiptono, 1996) mengemukakan kualitas
total suatu jasa terdiri dari tiga komponen utama yaitu:
1) Technical Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output jasa yang
diterima pelanggan. Parasuraman bahwa technical quality dapat diperinci lagi
menjadi:
a) Search quality
b) Experience quality
c) Credence quality,
2) Functional Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas penyampaian
jasa.
3) Corporate Image, yaitu profil, reputasi, citra umum, dan daya tarik khusus
perusahaan. Berdasarkan komponen-komponen di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa output jasa dan cara penyampaiannya merupakan faktor-faktor yang dapat
dipergunakan dalam menilai kualitas jasa.
1) Kualitas produk
2) Harga
3) Service quality
4) Biaya dan kemudahan
5) Emotional factor
Kualitas atau mutu pelayanan kesehatan tidak dapat lepas dari kepuasan pelanggan
atau pasien. Pelayanan kesehatan yang bermutu dapat meningkatkan kepuasan pasien
terhadap pelayanan yang diberikan. Selain itu, kepuasan pasien dapat dijadikan tolok ukur
keberhasilan mutu pelayanan sebuah fasilitas kesehatan. Kepuasan pasien akan tercipta ketika
apa yang didapat lebih besar dari yang diharapkan (Ulumiyah, 2018).
Salah satu dari prinsip pelayanan kesehatan adalah menyelamatkan pasien dengan
prosedur dan tindakan yang aman dan tidak membahayakan pasien maupun petugas pemberi
pelayanan kesehatan. Setiap fasilitas layanan kesehatan harus selalu menjaga keamanan
proses pelayanan kesehatannya guna menghindari terjadinya kesalahan medis (medical error)
yang bisa berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan.
Menurut Kotler dalam Cahyono (2008), kepuasan dan keselamatan pasien dengan
tatakelola klinis serta efisiensi merupakan hal penting dalam menjamin kualitas pelayanan
kesehatan. Jurnal lain juga menyebutkan bahwa sebuah pelayanan kesehatan dapat dinilai
mutunya berdasarkan pada efisiensi, efektifitas, ketepatan waktu, keadilan, berorientasi
pasien, dan keselamatan pasien. Hal tersebut menunjukkan bahwa keselamatan pasien
merupakan salah satu tolok ukur bagi penilaian kualitas sebuah pelayanan kesehatan.
Penerapan upaya keselamatan pasien tidak dapat dilakukan hanya oleh tim
keselamatan pasien atau petugas kesehatan dengan pasien yang bersangkutan dan teknologi
yang mendukung, melainkan harus melibatkan seluruh bagian dari organisasi yaitu dalam
bentuk dukungan manajemen dan kerjasama antar staf yang baik sehingga menghasilkan
sinergi yang positif dalam mencapai suatu tujuan organisasi (Sumarmi, 2017).
Terdapat 6 indikator keselamatan pasien yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi
dalam peningkatan mutu di unit fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu (Ulumiyah, 2018)
Pasien merupakan salah satu pengguna langsung atas layanan kesehatan yang diberikan
oleh rumah sakit. Pasien dapat menilai dengan puas atau tidak puas atas layanan tersebut.
Kepuasan pelanggan merupakan salah satu indikator standar minimal pelayanan rumah sakit.
Secara umum definisi operasional kepuasan pelanggan adalah pernyataan tentang persepsi
pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan (Vasiliki dan Dimitrios,2017), salah satu cara
untuk menciptakan kepuasan pelanggan adalah dengan meningkatkan kualitas jasa, karena
pelanggan adalah fokus utama ketika berbicara mengenai kepuasan dan loyalitas. Dikatakan
pula bahwa, konsistensi kualitas produk/jasa dapat memberikan kontribusi keberhasilan suatu
perusahaan ditinjau dari sudut kepuasan pelanggan (Pereira et al., 2016).
Dalam konsep quality assurance (QA), kepuasan pelanggan dipandang sebagai unsur
penentu penilaian baik buruknya sebuah rumah sakit. Unsur penentu lainnya dari empat
komponen yang mempengaruhi kepuasan adalah: aspek klinis, efisiensi dan efektivitas dan
keselamatan pelanggan. Aspek Klinis, merupakan komponen yang menyangkut pelayanan
dokter, perawat dan terkait dengan teknis medis. Efisiensi dan efektivitas, menunjuk pada
pelayanan yang murah, tepat guna, tidak ada diagnosa dan terapi yang berlebihan. Aspek
Keselamatan pelanggan, adalah upaya perlindungan pelanggan dari hal-hal yang dapat
membahayakan keselamatan pelanggan, seperti jatuh, kebakaran, dll. Kepuasan pelanggan,
sangat berhubungan dengan kenyaman, keramahan, dan kecepatan pelayanan. Jaminan mutu
pelayanan di Rumah Sakit (RS) merupakan salah satu faktor penting dan fundamental
khsususnya bagi manajemen RS itu sendiri dan para stakeholdernya, pasalnya dampak dari
QA menentukan hidup matinya sebuah rumah sakit. Bagi Rumah Sakit, adanya QA yang baik
tentu saja membuat RS mampu untuk bersaing dan tetap exist di masyarakat. Bagi pelanggan,
QA dapat dijadikan sebagai faktor untuk memilih RS yang bermutu dan baik. Bagi praktisi
medis, selain terikat dengan standar profesinya, dengan adanya QA para praktisi medis
dituntut untuk semakin teliti, telaten, dan hati2 dalam menjaga mutu pelayanannya. Dan bagi
pemerintah sendiri, adanya QA dapat menjadikan standar dalam memutuskan salah benarnya
suatu kasus yang terjadi di Rumah sakit (Heriandi, 2007).
Manfaat pengukuran kepuasan pasien menurut Soeparmanto dan Astuti (2006), yaitu:
Abdelhafez, AM., Qurashi, LA., Ziyadi, RA., Kuwair, A., Shobki, M., dan Mograbi, H. 2012.
Analysis of Factors Affecting the Satisfaction Levels of Patients Toward Food Services
at General Hospitals in Makkah, Saudia Arabia. American Journal of Medicine and
Medical Sciences; 2(6): 123-130
Adebayo ET, Adesina BA, Ahaji LE, Hussein NA. 2014. Patien assessment of the quality of dental
care service in a Nigerian hospital. Journal of Hospital Administration; 3(6); 20-28
Apriyani, DA. 2017. Pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen. J Administrasi
Bisnis; 51(2): 1-7.
Bitner, M. J. dan Zeithaml, V. A. 2003. Service Marketing (3rd). Tata McGraw Hill, New Delhi
Churiyah, M. 2007. Peranan Kualitas Pelayanan Terhadap Kinerja Rumah Sakit. Jurnal Ekonomi
Moderenisasi; 3(2):103-114.
Cunha, S. D dan Sucharita, S. 2015. The Measurement of Service Quality in Healthcare: A Study in
a Selected Hospital. International Journal of Health Sciences & Research; Vol.5; Issue: 7.
Damen, R. 2017. Health care service quality and its impact on patient satisfication “Case of al-Bashir
Hospital”. J Bussiness and Management; 12(9):136-152.
Dewi, S.K., Fadhilah, N.I., dan Baroto, T. 2017. Peningkatan Kualitas Pelayanan Terhadap
Kepuasan Pelanggan Dengan Menggunakan Integrasi Metode Service Quality Dan
Model Kano Ke Dalam Quality Function Deployment (Qfd). Jurnal Teknik Industri;
10(1):1-15.
Hasnih; Gunawan; Hasmin. 2016. Pengaruh Lima Dimensi Kualitas Pelayanan Publik Terhadap
Tingkat Kepuasan Masyarakat di Kelurahan Ompo, Kecamatan Labata, Kabupaten
Seppeng. J Mirai Management; -1(2): 426-445.
Imaninda, V. and Azwar, S. (2016). Modifikasi Patient Satisfaction Questionnaire Short Form (PSQ-
18) ke dalam Bahasa Indonesia. Gadjah Mada Journal Of Psychology, 1(1), pp.8-21.
Karydis A, Komboli-Kodovazeniti M, Hatzigeorgiou D, Panis V. 2001. Expectation and perception
of Greek patients regarding the quality of dental health care. International Journal for
Quality in Health Care. 13(5);409-416
Kotler Philip. 2005. Manajemen Pemasaran Analisis, Perecanaan dan pengendalian, jilid dua.
Erlangga, Jakarta.
Lena, F.E.M. 2018. Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Fasilitas Rumah Sakit Terhadap Kepuasan
Pasien. Jurnal Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Lubis, A dan Andayani, N. 2017. Pengaruh Kualitas Pelayanan (Service Quality) Terhadap Kepuasan
Pelanggan PT. Sucofindo Batam. Journal of Business Administration 1(2): 232-243.
Pereira, D., Giantari, N. G. K., dan Sukaatmadja, I. P. G. 2016. Pengaruh Service Quality Terhadap
Satisfaction dan Customer Loyalty Koperasi Dadirah di Dili Timor-lestepengaruh.
Pelayanan dan Fasilitas Terhadap Kepuasan Konsumen (Studi Kasus pada PT. Kereta Api
Indonesia Daerah Operasional VI Yogyakarta). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Quality Terhadap Satisfaction dan Customer Loyalty Koperasi Dadirah di Dili Timor-leste. E-Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 5.3: 455-488.
Rehaman, B dan Husnain, M. 2018. The Impact of Service Quality Dimensions on Patient
Satisfaction in the Private Healthcare Industry in Pakistan. J Host Med Manage 4(1): 4.
Ruslim, T. S. 2015. Pengaruh Atribut Service Quality Terhadap Kepuasan Konsumen. Jurnal
Manajemen Untar, 16(3):1-7.
Service Quality Terhadap Satisfaction dan Customer Loyalty Koperasi Dadirah di Dili Timor-leste.
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 5.3: 455-488.
Siallagan, I. S. P. 2019. Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Reputasi Perusahaan Terhadap Kepuasan
Pasien Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Eria Bunda Pekanbaru. JOM FISIP Vol.6
Edisi 1.
Sumarni. 2017. Analisis Implementasi Patient Safety Terkait Peningkatan Mutu Pelayanan
Kesehatan di Rumah Sakit. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia; 5(20: 91–99.
Supartiningsih, S. 2017. Kualitas Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit: Kasus Pada Pasien Rawat
Jalan. Jurnal Medikoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit 6(1): 9-15.
Vasiliki A G, Dimitrios M 2017. Measuring the Quality of Health Services Provided at a Greek
Public Hospital through Patient Satisfaction. International Journal of Business and
Economic Sciences Applied Research; 10(2):60-72.