Disusun oleh :
Sherly Agatha1810711015
Rahmawati Eka Yulistyani 1810711020
Faradilla Azzahra 1810711023
Alda Amatus Syahidah 1810711028
Cintami Nida F 1810711041
Fauziana Dzulhia Putri 1810711102
PRODI S1 KEPERAWATAN
2020
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Terjadinya kelainan anak semasa dalam kandungan atau sebelum proses kelahiran.
Kejadian tersebut disebabkan oleh faktor internal yaitu faktor genetik dan keturunan,
atau faktor eksternal yaitu berupa Ibu yang mengalami pendarahan bisa karena
terbentur kandungannya atau jatuh sewaktu hamil, atau memakan makanan atau obat
yang menciderai janin dan akibta janin yang kekurangan gizi.
2.2 Peri-Natal
Sering juga disebut natal, waktu terjadinya kelainan pada saat proses kelahiran
dan menjelang serta sesaat setelah proses kelahiran. Misalnya kelahiran yang
sulit, pertolongan yang salah, persalinan yang tidak spontan, lahir prematur,
berat badan lahir rendah, infeksi karena ibu mengidap Sipilis. Berikut adalah
halhal yang dapat mengakibatkan kecacatan bayi saat kelahiran:
a. Proses kelahiran lama, prematur, kekurangan oksigen (Aranatal noxia).
Bayi postmatur atau terlalu lama dalam kandungan seperti 10 bulan atau
lebih, dapat menyebabkan bayi lahir cacat. Hal ini dapat terjadi karena
cairan ketuban janin yang terlalu lama jadi mengandung zat-zat yang
membahayakan bayi. Bayi yang prematur atau lahir lebih cepat dari usia
kelahiran, seperti 6-8 bulan, bisa berakibat kecacatan. Apalagi ketika bayi
mengalami kekurangan berat badan ketika kelahiran. Bayi lahir di usia
matang yaitu kurang lebih 40 minggu jika memang sudah sempurna
pertumbuhan organnya, terutama otak. Otak yang belum tumbuh
sempurna, dapat menyebabkan kecacatan pada bayi ketika lahir. Bayi yang
ketika lahir tidak langsung dapat menghirup oksigen, misalnya karena
terendam ketuban, cairan kandungan masuk ke paru-paru dan menutupi
jalan pernafasan, atau akibat proses kelahiran yang tidak sempurna
sehingga kepala bayi terlalu lama dalam kandungan sementara tubuhnya
sudah keluar dan bayi menjadi tercekik, maka proses pernafasan bisa
tertunda dan bayi kekurangan oksigen.
b. Kelahiran dengan alat bantu. Alat bantu kelahiran meskipun tidak
seluruhnya, dapat menyebabkan kecacatan otak bayi (brain injury),
misalnya menggunakan vacum, tang verlossing.
c. Pendarahan. Pendarahan pada ibu bisa terjadi akibat placenta previa, yaitu
jalan keluar bayi yang tertutup oleh plasenta, sehingga ketika janin
semakin membesar, maka gerakan ibu dapat membenturkan kepala bayi
pada plasenta yang mudah berdarah, bahkan sangat membahayakan ketika
bayi dipaksa lahir normal dalam kondisi tersebut. Pendarahan juga bisa
terjadi karena ibu terjangkit penyakit (sipilis, AIDS/HIV, kista).
d. Kelahiran sungsang. Bayi normal akan lahir dalam proses kepala keluar
terlebih dahulu. Bayi dikatakan sungsang apabila kaki atau bokong bahkan
tangan yang keluar dulu. Ibu bisa melahirkan bayinya secara sungsang
tanpa bantuan alat apapun, namun ini sangat beresiko bayi menjadi cacat
karena kepala yang lebih lama dalam kandungan, bahkan bisa berakibat
kematian bayi dan ibu. Ketika posisi bayi sungsang, biasanya dokter
menganjurkan untuk melakukan operasi caesar agar terhindar dari resiko
kecacatan dan kematian bayi.
e. Tulang ibu yang tidak proporsional (Disproporsi sefalopelvik). Ibu yang
memiliki kelainan bentuk tulang pinggul atau tulang pelvik, dapat
menekan kepala bayi saat proses kelahiran. Hal ini dapat dihindari dengan
melakukan operasi caesar saat melahirkan.
2.3 Pasca-Natal
Ada bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan khusus. Antara lain sebagai
berikut :
KASUS ABK
Seorang anak usia 7 tahun duduk di bangku kelas 2 SD sekolah umum. Keluarga
mengatakan sejak usia 3 tahun, anak mengalami keterlambatan perkembangan motorik,
bahasa serta kendala dalam penyesuaian perilaku maupun intelegensi. Orang tua baru
mengetahui masalah anaknya ketika masuk sekolah, ternyata tidak dapat mengikuti
pelajaran dan pada akhirnya tidak naik kelas. Anak tidak dapat membaca dan berhitung,
padahal orangtua sudah berusaha melatih anak dalam belajar berhitung dan membaca
namun tidak paham juga. Setelah dilakukan tes, diperoleh hasil tingkat intelengensia
51. Keluarga bingung, sedih dan menyalahkan diri sendiri, terutama ibu klien,
beranggapan ia lalai menjaga proses kehamilan sehingga anak tidak tumbuh dengan
baik. Hasil pengkajian selama wawancara dengan anak, anak sulit mengingat nama
orang yang baru dikenal, suara pelan, mengatakan malu kalau bermain dengan teman
yang lain.
PENGKAJIAN :
1. FAKTOR PREDISPOSISI
Psikologis : keluarga mengatakan sejak usia 3 tahun anak mengalami
keterlanbatan perkembangan motorik bahasa serta kendala dalam penyesuaian
perilaku maupun intelegensi.
2. FAKTOR PRESIPITASI
Keluarga mengatakan anaknya tidak dapat mengikuti pelajaran sehingga tidak
naik kelas.
3. PENILAIAN STRESSOR
Respon kognitif : keluarga mengatakan bingung, anak sulit mengingat nama
orang yang baru dikenal.
Respon Afektif : Keluarga mengatakan sedih, ibu klien menyalahkan diri
sendiri dan beranggapan ia lalai menjaga proses kehamilan
Respon Fisiologis : Tidak ada
Respon Perilaku : anak mengatakan malu kalau bermain dengan eman yang
lain, keluarga mengatakan anak mengalami kendala dalam penyesuaian
perilaku.
Respon Sosial : Tidak ada
4. SUMBER KOPING
1. Tidak Ada
5. MEKANISME KOPING
2. Mal adaptif : ibu klien menyalahkan diri sendiri dan beranggapan ia lalai
menjaga proses kehamilan sehingga anak tidak tumbuh dengan baik.
6. ANALISA DATA
DO:
1. Anak berusia 7 tahun, duduk di kelas
2 SD
2. Hasil tingkat intelegensia 51
3. Keluarga bingung, sedih dan
menyalahkan diri sendiri
4. Anak sulit mengingat nama orang
yang baru dikenal
5. Suara anak pelan
6. Anak mengatakan malu kalau
bermain dengan teman yang lain
7. AKAR POHON MASALAH
Core
8. DIAGNOSA
9. INTERVENSI
kepercayaan
dirinya
SP II P SP II k
1. Mengevaluasi jadwal 1. Melatih keluarga
kegiatan harian pasien mempraktekkan cara
2. Melatih focus AKB cara II merawat pasien dengan
3. Menganjurkan pasien AKB
memasukkan dalam jadwal 2. Melatih keluarga
kegiatan harian melakukan cara merawat
langsung kepada pasien
AKB
SP III P SP III k
1. Mengevaluasi jadwal Membantu keluarga membuat
kegiatan harian pasien jadual aktivitas di rumah termasuk
2. Melatih focus AKB cara III latihan focus klien
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP IV P
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Melatih focus AKB cara IV
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP V P
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Melatih focus AKB cara V
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
I. PENDAHULUAN
Utina (2014), mengemukakan definisi anak berkebutuhan khusus, yaitu anak yang
mengalami gangguan fisik, mental, inteligensi, dan emosi sehingga membutuhkan
pembelajaran secara khusus. Hal senada dikemukakan oleh Heward dan Orlansky
(dalam Handayani, 2013), bahwa anak berkebutuhan khusus sebagai anak yang
dalam prose pertumbuhan atau perkembangannya mengalami kelainan atau
penyimpangan (fisik, mental, intelektual, social, emosional) sehingga memerlukan
pelayanan pendidikan khusus.
DIES (dalam Thompson, 2012), menyatakan bahwa anak-anak dikatakan
berkebutuhan khusus jika mereka memiliki kesulitan belajar sehingga menuntut
dibuatnya ketentuan pendidikan khusus bagi mereka.
Adapun pendidikan anak berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan khusus
yang bernaung pada siistem pendidikan inklusif. Di dalam pendidikan khusus,
anak-anak berkebutuhan tingkat ringan, sedang, maupunberat ditempatkan pada
kelas regular (Karya, 2016).
II. METODE
Pendekatan penelitian yang digunakan di dalam penelitian yang akan dilakukan
ini adalah pendekatan kualitatif. Melalui pendekatan ini, peneliti akan dapat
menggambarkan secara detail mengenai karakteristik anak berkebutuhan khusus
di sekolah dasar negeri yang ada di kota Palangka Raya. Adapun metode
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik
analisis data menggunakan analisis deskriptif yang dapat menggambarkan secara
detail mengenai karakteristik anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar negeri
inklusi.
IV. KESIMPULAN
Pola pengajaran anak berkebutuhan khusus di samakan dengan peserta didik
lainya. Tidak ada peserta didik anak berkebutuhan khusus yang berprestasi. Nilai
ditingkatkan sehingga memenuhi KKM sebab mengikuti peraturan setiap peserta
didik harus naik kelas. Dalam pengerjaan tugas untuk Anak berkebutuhan khusus,
diberikan jumlah soal yang lebih sedikit daripada teman-temannya.Teman teman
mendukung dan membantu anak berkebutuhan khusus, tidak ada yang
mengucilkan anak berkebutuhan khusus.Memiliki prestasi yang biasa-biasa saja,
artinya tidak mengikuti perlombaan-perlombaan.Dari sisi akademik mengalami
kesulitan dalam memahami proses pembelajaran. Dari segi kepribadian memiliki
kemampuan untuk mentaati peraturan.
DAFTAR PUSTAKA