Kelas : D IV /1 C
POLTEKKES KEMENKES RI
MEDAN JURUSAN KEBIDANAN
TA 2019 – 2020
KATA PENGANTAR
Tim penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................I
DAFTAR ISI........................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan...................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kepemimpinan.......................................................................................5
3.1 Kesimpulan..........................................................................................13
3.2 Saran....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
Kepemimpinan yang kuat dalam kebidanan sangat penting jika tantangan yang dihadapi
profesi yang harus dipenuhi. Namun, seperti Jo Coggins menjelaskan, ada sejumlah hambatan
yang harus diatasi dalam rangka untuk memperbaiki ini dan mendukung komitmen untuk
wanita-berpusat perawatan.
Bidan telah memfasilitasi suatu budaya kerja yang mendukung dan proaktif di mana
setiap individu didorong untuk secara teratur menilai dan memperbarui pengetahuan mereka
untuk kepentingan praktik mereka sendiri dan untuk melindungi keselamatan perempuan dan
bayi dalam perawatan mereka. Bidan adalah suatu profesi yang memiliki kompetensi, serta
memiliki pengaruh besar dalam bidang kesehatan. Sedangkan kepemimpinan adalah cara
seseorang mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut dapat melakukan sesuatu yang
diinginkan sehingga tercapainya suatu tujuan, kepemimpinan juga adalah unsur fundamental
dalam menghadapi gaya atau prilaku seseorang.
Kepemimpinan dalam kebidanan sangatlah penting, namun untuk menjadi pemimpin
yang sesuai dengan profesi kebidanannya tidaklah mudah tentunya ada beberapa hambatan-
hambatan yang harus diatasi dalam rangka memperbaiki kinerja bidan tersebut dalam hal ini
bidan harus bisa berkomitmen agar dapat mengutamakan wanita-wanita yang berpusat tentang
perawatan. Bidan dapat mengatasi hambatan dan memastikan profesi mereka dilengkapi dengan
para pemimpin yang efektif, memerlukan upaya kolaborasi (Tucker, 2003). Namun, para
pemimpin yang ada harus mengakui bahwa dalam profesi yang didominasi perempuan, karir
pilihan dan peluang pembangunan harus memfasilitasi kualitas bawaan biologis perempuan, dan
bahwa prioritas bidan individu akan berbeda (Pashley, 1998).
Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi para bidan, untuk dapat manjadi
pemimpin profesional yaitu melalui pembangunan mereka sendiri sebagai pemimpin, dan sesama
orang-orang praktisi yang berkontribusi dengan mendukung, mentoring dan mendorong rekan-
rekan mereka.
1.2 Rumusan Masalah
1. bagaimana tugas bidan sebagai leader dalam pelayanan kebidanan?
2. Bagaimana cara bidan sebagai pemimpin?
1.3 Tujuan Masalah
1. Memberikan penerangan agar seorang bidan dapat menerapkan karakter kepemimpinan
dalam kehidupanya
2. Memberikan gambaran tentang kepemimpinan yang melayani (servant leadership)
kepada profesi bidan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 kepemimpinan
A. Definisi
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu: pemimpin
sebagai subjek dan yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin mengandung pengertian
mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun
mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual
terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak
mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan didalam menjalakan
kepemimpinannya.
1. Menyatu padukan orang yang berbeda motivasinya dengan motivasi yang sama.
4. Memberi inspirasi dan mendorong anggotanya untuk bekerja seefektif mungkin.
Pelayanan Kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan secara mandiri, kolaborasi,
dan/atau rujukan. Perkembangan pelayanan kebidanan sejalan dengan kemajuan pelayanan obstetri
dan ginekologi. Bidan sebagai profesi yang terus berkembang, senantiasa mempertahankan
profesionalitasnya dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Profesionalitas
terkait erat dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang profesional (kompetensi
profesional). Bidan profesional yang dimaksud harus memiliki kompetensi klinis (midwifery skills),
sosial-budaya untuk menganalisa, melakukan advokasi dan pemberdayaan dalam mencari solusi dan
inovasi untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan, keluarga dan masyarakat.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi
upayapeningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan pelayanan kebidanan dapat dibedakan
menjadi :
1) Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi anggung jawab bidan.
2) Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang
kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan
pelayanan kesehatan.
3) Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke system
layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam
menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke
tempat/ fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertical atau meningkatkan
keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya
kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup
pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan,
kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Pelayanan kebidanan merupakan salah satu kegiatan dalam pembangunan kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan, hidup sehat dan mengambil bagian dalam
pelayanan kesehatan masyarakat, turut membantu menghasilkan generasi bangsa yang cerdas.
Pelayanan yang demikian karena pelayanan kebidanan ditujukan kepada perempuan sejak masa
sebelum konsepsi, masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan balita. Tentu saja pelayanan
kebidanan yang berkualitas akan member hasil yang berkualitas, yaitu kepuasan pelanggan
maupunprovider dan pelayanan yang bermutu. Untuk pelayanan yang berkualitas tersebut diperlukan
seorang pemimpin yang dapat meningkatkan terus mutu pelayanan kebidanan yang diberikan oleh
organisasinya dan pelayanan yang diberikan harus berorientasi pada mutu.
Bidan dituntut harus mampu menerapkan aspek kepemimpinan dalam organisasi &
manajemen pelayanan kebidanan (KIA/KB), kesehatan reproduksi dan kesehatan masyarakat di
komunitas dalam praktik kebidanan (Permenkes 149 pasal 8). Bidan sebagai seorang pemimpin harus
:
d. Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah secara proaktif, dengan perspektif luas dan kritis.
e. Menginisiasi dan berpartisipasi dalam proses perubahan dan pembaharuan praktik kebidanan.
3. Menggunakan kemampuan untuk berfikir secara proaktif, perspektif luas dan kritikal dalam
konteks penyelesaian masalah.
a. Memiliki pengetahuan tentang konsep kepemimpinan dan pengelolaan sumber daya kebidanan.
b. Memiliki kemampuan melakukan analisis faktor yang mempengaruhi kebijakan dan strategi
pelayanan kebidanan pada perempuan, bayi, dan anak.
c. Mampu menjadi role model dan agen perubahan di masyarakat khususnya dalam kesehatan
reproduksi perempuan dan anak.
Pengertian Advokasi
Istilah advocacy (advokasi) mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama
kali oleh WHO pada tahun 1984, sebagai salah satu strategi global pendidikan atau promosi
kesehatan. Webster’s New Collegiate Dictionary mengartikan advokasi sebagai tindakan atau proses
untuk membela dan memberi dukungan. Advoksai dapat pula diterjemahkan tindakan yang
mempengaruhi seseorang.
Advokasi adalah kombinasi individu dan sosial tindakan yang dirancang untuk keuntungan
politik dan masyarakat dukungan untuk tujuan kesehatan atau program tertentu. Tindakan dapat
diambil oleh, atau atas nama, individu dan kelompok untuk menciptakan kondisi hidup yang
mempromosikan kesehatan dan gaya hidup sehat.
Advokasi adalah suatu pendekatan kepada seseorang atau bidan/organisasi yang di duga
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau pelaksanaan suatu kegiatan. Secara
operasional, advokasi adalah kombinasi antara gerakan perorangan dan masyarakat yang di rancang
untuk memperoleh komitmet politis, dukungan kebijakan, penerimaan gagasan, atau dukungan
terhadap system untuk suatu tujuan atau program tertentu.
Dengan demikian dapat disimpuilkan bahwa advokasi adalah kombinasi antara pendekatan
atau kegiatan individu dan social, untuk memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan,
penerimaan social, dan adanya sistem yang mendukung terhadap suatu program atau kegiatan.
2. Membantu masyarakat untuk mengakses kesehatan yang relevan dan informasi kesehatyan dan
membertikan dukungan sosial.
3. Melakukan kegiatan advokasi kepada para pengambil keputusan berbagai program dan sektor
yang terkait dengan kesehatan.
4. Melakukan upaya agar para pengambil keputusan tersebut meyakini atau mempercayai bahwa
program kesehatan yang ditawarkan perlu di dukung melalui kebijakan atau keputusan politik.
Telah banyak teori maupun konsep yang dibahas oleh para pakar atau ahli mengenai
pemimpin atau kepemimpinan. Bahkan banyak teori-teori tentang kepemimpinan modern yang
ditawarkan untuk diterapkan agar berhasil dan sukses dalam memimpin, terutama dalam
menciptakan praktek bidan yang sukses. Namun masih saja keberhasilannya dalam memimpin belum
baik. Terbukti banyak bidan di Indonesia yang belum bias menjadi bidan yang sukses, ini
dikarenakan bidan itu sendiri mungkin karena konsep kepemimpinan yang diterapkan tidak cocok
atau ada konsep yang lebih baik, berikut ini adalah beberapa hal yang harus diterapkan agar menjadi
bidan yang sukses:
3. Rendah hati
Tumbuhkan sikap rendah hati agar orang lain bias menyenangi sikap kita, jika kita menjadi
pemimpin, dan mempunyai bawahan maka sempatkan waktu kita untuk selalu mengontrol pekerjaan
bawahan kita.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Bidan yang memiliki jiwa kepimpinan bukalah hanya sekedar jabatan atau
kekuasaan, namun sesuatu yang tumbuh dan perkembang dalam diri seorang bidan. Maka
untuk itu kepemimpinan bagi seorang bidan sangat diperlukan dan perlu diterapkan bagi
pendidikan dasar seorang bidan.Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya
didasarkan pada kemampuan dan kewenangan yang diatur melalui Peraturan Menteri
Kesehatan (permenkes).
b. Saran
Penulis memahami masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini, oleh karena
itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk kebaikan penulis. Semoga makalah ini
bisa memberikan manfaat kepada pembaca secara umum terlebih bagi penulis sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
https://mkp.fisipol.ugm.ac.id/2008/01/01/kepemimpinan-profesional-pendekatan-leadership-games/
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Metodologi-Penelitian-
Kesehatan_SC.pdf
Glenz, Karen. 1990. Health Behavior and Health Education, Theory Research and Practice. San
Francisco,oxford: Joosey-Bas Publiser.
https://www.ibi.or.id/id/article_view/D20200724001/kepmenkes-320-tahun-2020-tentang-standar-
profesi-bidan.html
https://www.ibi.or.id/lawxharf.html/article_view/D20190409001/undang-undang-tentang-kebidanan-
no-4-tahun-2019.html