Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berkembang diluar rahim, biasanya didalam tuba
falopi. Situasi ini membahayakan nyawa karena dapat menyebabkan pecahnya tuba falopi
jika kehamilan berkembang. Perawatannya harus dilakukan dengan cara operasi atau melalui
obat-obatan. Namun, aborsi medis tidak dapat mengobati kehamilan diluar rahim!
Anda dapat memastikan apakah kehamilan anda berada didalam rahim dengan cara USG.
Bila anda menggunakan Mifepristone dan Misoprostol untuk mengakhiri kehamilan tapi
belum melakukan USG, bisa jadi kehamilan ektopik anda tidak terdeteksi. Jika anda tidak
mengeluarkan jaringan atau darah setelah menggunakan Misoprostol, mungkin anda
mengalami kehamilan ektopik. Apabila anda tiba-tiba merasa sangat nyeri di bagian perut
atau punggung, atau jika anda merasa akan pingsan atau benar-benar pingsan, atau anda
merasa sakit di area bahu, kemungkinan anda mengalami kehamilan ektopik yang telah pecah
dan harus segera dibawa ke rumah sakit. Kehamilan ektopik dapat diobati bahkan ditempat
yang membatasi akses aborsi.
Sumber ilmiah:
Kehamilan ektopik terjadi ketika telur yang dibuahi tidak menempel dan tumbuh dalam rahim
seperti umumnya, tetapi menempel dan tumbuh di tempat lain, biasanya tuba falopi. 25 Tuba
falopi adalah saluran kecil yang dilewati sel telur yang dibuahi untuk menuju rahim. Jika
kehamilan berlanjut, embrio akan berkembang dan menjadi terlalu besar dalam tuba falopi
sehingga menyebabkan tuba falopi pecah. Kehamilan ektopik tidak dapat dilanjutkan dan
harus dikeluarkan untuk menyelamatkan nyawa perempuan. Perawatan oleh ginekolog
diperlukan untuk memastikan kesehatan perempuan. Jika tidak diobati, resiko yang dihadapi
adalah perdarahan berat internal disebabkan oleh pecahnya tuba falopi.
Seorang perempuan hamil yang mengalami gejala-gejala berikut ini kemungkinan mengalami
kehamilan ektopik 25 : nyeri di perut atau panggul, kram pada satu sisi panggul, perdarahan
dalam jumlah kecil yang tidak biasa, payudara sakit, mual, nyeri di bagian punggung bawah.
Dunia medis sampai saat ini belum dapat memastikan sebab utama terjadinya kembar siam
atau kembar dempet akan tetapi beberapa faktor diduga menjadi faktor terjadinya bayi
kembar siap yaitu genetik, penggunaan obat penyubur di awal kehamilan, kurangnya asupan
gizi dan juga pola makan ibu hamil yang tidak tepat. Oleh karena itu bagi anda yang
merencanakan kehamilan kembar sebaiknya anda melakukan pencegahan untuk menghindari
masalah kehamilan kembar, kembar siam dengan cara berikut :
Meskipun sampai saat ini ahli medis belum dapat memastikan terjadinya kembar siam akan
tetapi bagi anda yang merencanakan kehamilan kembar senantiasa menjaga kesehatan selama
kehamilan, kesehatan anda dan juga janin. Anda dapat mengurangi resiko kembar siam
dengan mengurangi obat saat hamil atau anda menggunakan obat yang disarankan oleh
dokter saja. Hal lainnya adalah mengurangi zat kimia yang berbahaya yang masuk ke dalam
tubuh anda.
2. Memenuhi Kebutuhan Nutrisi selama Kehamilan
Hal terpenting yang harus anda jaga adalah asupan nutrisi selama kehamilan apalagi di usia
kehamilan awal. Minggu kehamilan merupakan proses pembentukan organ yang penting.
Penuhi kebutuhan nutrisi yang mendukung kehamilan anda dan juga hindari menggunakan
obat-obatan tidak sesuai dengan resep dokter.
Bagi ibu hamil terkadang tidak menyadari kehamilan sehingga mengkonsumsi beberapa
makanan dan obat obatan yang membahayakan kehamilan diantaranya adalah obat pusing
dan maag yang tidak sesuai dengan resep dokter. Anda dapat waspada dengan perubahan
perubahan sebagai awal kehamilan yang terjadi pada tubuh untuk mengurangi resiko kembar
siam.
DEFINISI
-Kehamilan kembar atau kehamilan multipel ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau
lebih. Kehamilan multipel dapat berupa kehamilan ganda/ gemelli (2 janin), triplet ( 3 janin ),
kuadruplet ( 4 janin ), Quintiplet ( 5 janin ) dan seterusnya dengan frekuensi kejadian yang
semakin jarang sesuai dengan hokum Hellin. Hukum Hellin menyatakan bahwa perbandingan
antara kehamilan ganda dan tunggal adalah 1: 89, untuk triplet 1 : 892, untuk kuadruplet 1 :
893, dan seterusnya. Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter
dan masyarakat pada umumnya. Morbiditas dan mortalitas mengalami peningkatan yang
nyata pada kehamilan dengan janin ganda, oleh karena itu mempertimbangkan kehamilan
ganda sebagai kehamilan dengan komplikasi bukanlah hal yang berlebihan1.
-
ETIOLOGI
1. Kembar Monozigotik
-Kembar monozigotik atau identik, muncul dari suatu ovum tunggal yang dibuahi yang
kemudian membagi menjadi dua struktur yang sama, masing-masing dengan potensi untuk
berkembang menjadi suatu individu yang terpisah.
Hasil akhir dari proses pengembaran monozigotik tergantung pada kapan pembelahan terjadi,
dengan uraian sebagai berikut :
Apabila pembelahan terjadi didalam 72 jam pertama setelah pembuahan, maka dua embrio,
dua amnion serta dua chorion akan terjadi dan kehamilan diamnionik dan di chorionik.
Kemungkinan terdapat dua plasenta yang berbeda atau suatu plasenta tunggal yang menyatu.
Apabila pembelahan terjadi antara hari ke-4 dan ke-8 maka dua embrio akan terjadi,
masing-masing dalam kantong yang terpisah, dengan chorion bersama, dengan demikian
menimbulkan kehamilan kembar diamnionik, monochorionik.
Apabila terjadi sekitar 8 hari setelah pembuahan dimana amnion telah terbentuk, maka
pembelahan akan menimbulkan dua embrio dengan kantong amnion bersama, atau kehamilan
kembar monoamnionik, monochorionik.
Apabila pembuahan terjadi lebih belakang lagi, yaitu setelah lempeng embrionik terbentuk,
maka pembelahannya tidak lengkap dan terbentuk kembar yang menyatu.
2. Kembar Dizigot
-Dizigotik, atau fraternal, kembar yang ditimbulkan dari dua ovum yang terpisah. Kembar
dizigotik terjadi dua kali lebih sering daripada kembar monozigotik dan insidennya
dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain yaitu ras, riwayat keluarga, usia maternal,
paritas, nutrisi dan terapi infertilitas.
-
PATOFISIOLOGI
-Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan
seringkali terjadi putus prematurus. Lama kehamilan kembar dua rata-rata 260 hari, triplet
246 hari dan kuadruplet 235 hari. Berat lahir rata-rata kehamilan kembar 2500gram, triplet
1800gram, kuadriplet 1400gram. Penentuan zigositas janin dapat ditentukan dengan melihat
plasenta dan selaput ketuban pada saat melahirkan. Bila terdapat satu amnion yang tidak
dipisahkan dengan korion maka bayi tesebut adalah monozigotik. Bila selaput amnion
dipisahkan oleh korion, maka janin tersebut bisa monozigotik tetapi lebih sering dizigotik.1,2
Pada kehamilan kembar dizigotik hampir selalu berjenis kelamin berbeda. Kembar dempet
atau kembar siam terjadi bila hambatan pembelahan setelah diskus embrionik dan sakus
amnion terbentuk, bagian tubuh yang dimiliki bersama dapat.
-Secara umum, derajat dari perubahan fisiologis maternal lebih besar pada kehamilan
kembar dibanding dengan kehamilan tunggal. Pada trimester 1 sering mengalami nausea dan
muntah yang melebihi yang dikarateristikan kehamilan-kehamilan tunggal. Perluasan volume
darah maternal normal adalah 500 ml lebih besar pada kehamilan kembar, dan rata-rata
kehilangan darah dengan persalinan vagina adalah 935 ml, atau hampir 500 ml lebih banyak
dibanding dengan persalinan dari janin tunggal.
-Massa sel darah merah meningkat juga, namun secara proporsional lebih sedikit pada
kehamilan-kehamilan kembar dua dibanding pada kehamilan tunggal, yang menimbulkan
anemia fisiologis yang lebih nyata. Kadar haemoglobin kehamilan kembar dua rata-rata
sebesar 10 g/dl dari 20 minggu ke depan. Sebagaimana diperbandingkan dengan kehamilan
tunggal, cardiac output meningkat sebagai akibat dari peningkatan denyut jantung serta
peningkatan stroke volume. Ukuran uterus yang lebih besar dengan janin banyak
meningkatkan perubahan anatomis yang terjadi selama kehamilan. Uterus dan isinya dapat
mencapai volume 10 L atau lebih dan berat lebih dari 20 pon. Khusus dengan kembar dua
monozygot, dapat terjadi akumulasi yang cepat dari jumlah cairan amnionik yang nyata
sekali berlebihan, yaitu hidramnion akut.
-Dalam keadaan ini mudah terjadi kompresi yang cukup besar serta pemindahan banyak
visera abdominal selain juga paru dengan peninggian diaphragma. Ukuran dan berat dari
uterus yang sangat besar dapat menghalangi keberadaan wanita untuk lebih sekedar duduk.
Pada kehamilan kembar yang dengan komplikasi hidramnion, fungsi ginjal maternal dapat
mengalami komplikasi yang serius, besar kemungkinannya sebagai akibat dari uropati
obstruktif. Kadar kreatinin plasma serta urin output maternal dengan segera kembali ke
normal setelah persalinan. Dalam kasus hidramnion berat, amniosintesis terapeutik dapat
dilakukan untuk memberikan perbaikan bagi ibu dan diharapkan untuk memungkinkan
kehamilan dilanjutkan. Berbagai macam stress kehamilan serta kemungkinan-kemungkinan
dari komplikasi-komplikasi maternal yang serius hampir tanpa kecuali akan lebih besar pada
kehamilan kembar.
-
DIAGNOSIS
-Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan pemeriksaan dengan berhubungan dengan
dugaan kehamilan ganda, yaitu :
a. Anamnesis
-Anamnesis yang dibutuhkan dalam menegakkan diagnosis kehamilan kembar adalah
riwayat adanya keturunan kembar dalam keluarga, telah mendapat pengobatan infertilitas,
adanya uterus yang cepat membesar: fundus uteri > 4 cm dari amenorea, gerakan anak yang
terlalu ramai dan adanya penambahan berat badan ibu menyolok yang tidak disebabkan
obesitas atau edema.
b. Pemeriksaan klinik gejala-gejala dan tanda-tanda
-Adanya cairan amnion yang berlebihan dan renggangan dinding perut menyebabkan
diagnosis dengan palpasi menjadi sukar. Lebih kurang 50 % diagnosis kehamilan ganda
dibuat secara tepat jika berat satu janin kurang dari 2500 gram, dan 75 % jika berat badan
satu janin lebih dari 2500 gram. Untuk menghindari kesalahan diagnosis, kehamilan ganda
perlu dipikirkan bila dalam pemeriksaan ditemukan hal-hal berikut ; besarnya uterus melebihi
lamanya amenorea, uterus tumbuh lebih cepat dari kehamilan normal, banyak bagian kecil
teraba, teraba tiga bagian besar, dan teraba dua balotemen, serta terdengar 2 DJJ dengan
perbedaan 10 atau lebih.
c. Pemeriksaan USG
-Berdasarkan pemeriksaan USG dapat terlihat 2 bayangan janin atau lebih dengan 1atau 2
kantong amnion. Diagnosis dengan USG sudah setelah kehamilan 6-8 minggu dapat
menentukan diagnosis akurat jumlah janin pada uterus dari jumlah kantong gestasional yang
terlihat.
d. Pemeriksaan radiologi
-Pemeriksaan dengan rotgen sudah jarang dilakukan untuk mendiagnosa kehamilan ganda
karena cahaya penyinaran. Diagnosis pasti kehamilan kembar ditentukan dengan teraba dua
kepala, dua bokong, terdengar dua denyut jantung janin, dan dari pemeriksaan ultrasonografi.
Diagnosis diferensial :
Kehamilan tunggal dengan janin besar
Hidramnion
Molahidatidosa
Kehamilan dengan tumor
TANDA DAN GEJALA
Berikut adalah tanda dan gejala yang mengidentifikasikan kemungkinan kehamilan kembar
menurut Bobak (2004):
1) Ukuran uterus, tinggi fundus uteri dan lingkar abdomen melebihi ukuran yang seharusnya
untuk usia kehamilan akibat pertumbuhan uterus yang pesat selama trimester kedua.
2) Mual dan muntah berat (akibat peningkatan kadar hCG).
3) Riwayat bayi kembar dalam keluarga.
4) Riwayat penggunaan obat penyubur sel telur, seperti sitrat klomifen (Clomid) atau
menotropins (Pergonal).
5) Pada palpasi abdomen didapat dua atau lebih bagian besar dan atau banyak bagian kecil,
yang akan semakin mudah diraba terutama pada trimester tiga.
6) Pada auskultasi ditemukan lebih dari satu bunyi denyut jantung janin yang jelas-jelas
berbeda satu sama lain (berbeda lebih dari 10 denyut jantung per menit dan terpisah dari
detak jantung ibu)
PENDAHULUAN
Implantasi plasenta normalnya terletak di bagian fundus (bagian puncak atau atas
rahim). Bisa agak ke kiri atau ke kanan sedikit, tetapi tidak sampai meluas ke bagian bawah
apalagi menutupi jalan lahir. Patahan jalan lahir ini adalah ostium uteri internum, sedangkan
dari luar dari arah vagina disebut ostium uteri eksternum.
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui :
1.4. Manfaat
1. Manfaat Bagi Masyarakat.
Meningkatkan kesadaran terhadap perlunya pengetahuan mengenai tanda-tanda bahaya dan
usaha penanggulangan sehingga diharapkan dapat dicegah secara dini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum).
Plasenta previa, perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian
atau seluruh ostium uteri internum. Menurut jenisnya plasenta previa terbagi menjadi 4 yaitu
sebagai berikut :
1. Plasenta previa totalis. Plasenta yang menutupi ostium uteri internum seluruhnya
pada pembukaan 4 cm. Plasenta sentralis adalah salah satu bentuk penutupan yang
sentral plasenta sesuai atau identik dengan garis tengah ostium uteri internum
2. Plasenta previa lateralis, bila menutupi ostium uteri internum sebagian pada
pembukaan 4 cm.
3. Plasenta previa marginalis, bila tepi plasenta berada pada tepi ostium uteri internum
pada pembukaan 4 cm.
4. Plasenta previa letak rendah, bila tepi plasenta masih dapat disentuh dengan jari,
melalui ostium uteri internum pada pembukaaan 4 cm.
B. Gejala
Gejala umum plasenta previa meliputi perdarahan tanpa rasa sakit. Kondisi ini terjadi pada
saat pembentukan segmen bawah rahim, sehingga terdapat pergeseran dinding rahim dengan
plasenta yang menimbulkan perdarahan. Bentuk perdarahan yang dialami sedikit tanpa
menimbulkan gejala klinis atau banyak disertai gejala klinis pada ibu dan janin. Gejala klinis
ibu bergantung pada keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, yang bersifat sedikit demi
sedikit atau dalam jumlah besar dalam waktu singkat; terjadi gejala kardiovaskuler dalam
bentuk frekuensi nadi meningkat dan tekanan darah menurun, anemia disertai ujung jari
dingin, perdarahan banyak dapat menimbulkan syok sampai kematian. Sedangkan gejala
klinis janin meliputi bagian terndah belum masuk PAP atau terdapat kelainan letak,
perdarahan yang menggangu sirkulasi retroplasenter yang menimbulkan asfiksia intrauterin
sampai kematian janin, hemoglobin berkisar 5 gr% dapat menimbulkan kematian janin serta
ibunya.
C. Diagnosis
Dasar diagnosis gangguan ini meliputi adanya perdarahan tanpa rasa sakit ; keadaan umum
setelah perdarahan tergantung pada keadaan umum sebelumnya, jumlah, kecepatan, dan
lamanya perdarahan serta menimbulkan gejala klinis pada ibu dan janin; perut ibu lemas
sehingga mudah meraba bagian terendah; terdapat kelainan letak atau bagian terendah belum
masuk PAP.
Pemeriksaan tambahan meliputi double set di meja operasi,dapat menentukan klasifikasi
plasenta previa dengan memasukkan jari ke ostium uteri internum atau meraba forniks, atau
melakukan pemeriksaan dengan ultra-sonografi.
Beberapa kali menjalani seksio sesareaBekas dilatasi dan kuretase
Ibu dengan gizi rendah
Usia hamil pertama di atas usia 35 tahun
2. Pelebaran implantasi plasenta yang terjadi pada kehamilan ganda yang memerlukan
perluasan plasenta untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin karena endometrium kurang
subur.
E. Mekanisme Perdarahan
G. Penatalaksanaan
Dalam skema menghadapi plasenta previa dapat dilakukan tindakan oleh bidan yang
menghadapinya dengan cara berikut :
1. Pasang infus dengan cairan pengganti ( NaCl, Ringer Laktat, Glukosa)
2. Jangan melakukan pemeriksaan dalam karena akan berakibat perdarahan tambah banyak
3. Segera lakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas yang cukup untuk
tindakan operasi dan sebagainya
Disamping itu bila terpaksa melakukan persalinan pada janin dalam keadaan prematuritas
maka diperlukan asuhan neonatus di unit perawatan intensif. Dalam kasus yang sangat
istimewa, misalnya prematuritas, dan setelah dilakukan pemeriksaan dalam di kamar operasi
ternyata ditemukan plasenta previa marginalis, dapat dilakukan terapi memecah ketuban
untuk menghentikan perdarahan. Tekanan bagian terendah janin akan menekan plasenta
previa sehinggga perdarahan terhenti. Tujuannya untuk menyelamatkan jiwa ibunya dari
morbiditas serta mortalitas yang lebih tinggi.
Penanganan Ekspektif
Kriteria : - Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
- Perdarahan sedikit
5. Pemeriksaan USG.
6. Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung janin.
Penanganan aktif
Kriteria
Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan anak sudah
meninggal atau prematur.
1. Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban dipecah (amniotomi) jika his
lemah, diberikan oksitosin drips.
TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS/BIODATA
Nama :Ny.Ayu
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Telp : -
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Kary.Swasta
Telp : -
B. ANAMNESA (DATA SUBJEKTIF)
pukul : 12 : 00 WIB
3. Riwayat menstruasi
Siklus : 7 hari
Lamanya : 7 hari
Keguguran terakhir :-
Pernah imunisasi TT : Ya
HPHT : 5 4 2012
TTP : 12 1 2013
Keluhan-keluhan pada Trimester I : Tidak ada
o Rasa lelah :
Diet makan
Perubahan makan yang dialami (termasuk ngidam, nafsu makan dan lain-lain) : Sama seperti
sebelum hamil.
Pekerjaan : -
Imunisasi TT 1 pada tanggal :5 10 2012
TT 2 tanggal :7 11 2012
Lain-lain :
Lain-lain :
8. Riwayat social
Perkawinan : Sah
kawin : 1 kali
2. Tanda vital
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36. 0c
BB : 63 kg
Lila : 24 cm
TB : 155 cm
BB sebelum hamil : 53 kg
3. Muka
4. Dada
Simetris : Ada
Mamae : Membesar
Striae : Ada
Areola : Menghitam
6. Ekstremitas
Kiri : Ada
7. Abdomen
Pemeriksaan Kebidanan
Palpasi
o Letak : Normal
o Presentasi : Kepala
o Punggung : Kiri
o TBBJ : 2900 gr
o Kontraksi : Ada
Auskultasi
Frekuensi : Teratur
8. Genitalia
Inspeksi
Perineum
- Bila ada :
D. Pemeriksaan USG
Hasil :
Letak kepala
Janin tunggal
DJJ ( + )
Dasar : Ibu mengatakan ini kehamilan kedua, dan ibu mengatakan bahwa
keluar darah segar dari vagina sejak 2 hari yang lalu.
3. Melakukan rujukan
Syok hipovolemik
V. Perencanaan
VI. Pelaksanaan
1. Bidan menginformasikan kepada ibu bahwa dia tidak bisa melahirkan secara normal
2. Bidan memantau DJJ dan memasang infus
3. Bidan melakukan rujukan
VII. Pelaksanaan
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Plasenta previa, perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian
atau seluruh ostium uteri internum. Dasar diagnosis gangguan ini meliputi adanya perdarahan
tanpa rasa sakit ; keadaan umum setelah perdarahan tergantung pada keadaan umum
sebelumnya, jumlah, kecepatan, dan lamanya perdarahan serta menimbulkan gejala klinis
pada ibu dan janin; perut ibu lemas sehingga mudah meraba bagian terendah; terdapat
kelainan letak atau bagian terendah belum masuk PAP.
Gejala klinis ibu bergantung pada keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, yang
bersifat sedikit demi sedikit atau dalam jumlah besar dalam waktu singkat; terjadi gejala
kardiovaskuler dalam bentuk frekuensi nadi meningkat dan tekanan darah menurun, anemia
disertai ujung jari dingin, perdarahan banyak dapat menimbulkan syok sampai kematian.
3.2. Saran
Ciri khas plasenta previa adalah perdarahan yang tidak disertai rasa sakit. Oleh karena itu
tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam untuk menegakkan diagnosis, kecuali dilakukan di
kamar operasi menjelang tindakan. Karena akan merusak keseimbangan bekuan darah dan
akan menimbulkan perdarahan baru.
Dalam skema menghadapi plasenta previa dapat dilakukan tindakan oleh bidan yang
menghadapinya dengan cara berikut :
Prawirohardjo. S, Ilmu Kebidanan, Ed. III, cet.II, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 1992,hal.365-376.
Bagian Obstetri & Ginekologi Fak. Kedokteran Universitas Sumatera Utara/R.S Dr. Pringadi
Medan, Pedoman Diagnosis dan Therapi Obstetri-Ginekologi R.S. Dr. Pringadi Medan,
1993, halo 6-10,
Bagian Obstetri & Ginekologi Fak.Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, Obstetri Patologi,
Ed. 1984, Elstar Offset Bandung, halo 110-120.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Plasenta atau ari-ari ini merupakan organ manusia yang berfungsi sebagai media nutrisi
untuk embrio yang ada dalam kandungan. Umumnya placenta terbentuk lengkap pada
kehamilan < 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri.
Letak placenta umumnya di depan/di belakang dinding uterus, agak ke atas kearah
fundus uteri. Karena alasan fisiologis, permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas,
sehingga lebih banyak tempat untuk berimplementasi.
Pada awal kehamilan, plasenta mulai terbentuk, berbentuk bundar, berupa organ datar
yang bertanggung jawab menyediakan oksigen dan nutrisi untuk pertumbuhan bayi dan
membuang produk sampah dari darah bayi. Plasenta melekat pada dinding uterus dan pada
tali pusat bayi, yang membentuk hubungan penting antara ibu dan bayi.
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi atau tertanam pada segmen bawah
rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium utri internum. Angka kejadian plasenta
previa adala 0,4 -0,6 % dari keseluruhan persalinan.
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi
prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa
kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak
pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta
ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan
perdarahan yang hebat.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa
oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir
tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak
pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih
berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah
keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.
B. TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi plasenta previa dan solusio plasenta
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari plasenta previa dan solusio plasenta
3. Untuk mengetahui etiologi dari plasenta previa dan solusio plasenta
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari plasenta previa dan solusio plasenta
5. Untuk mengetahui insidensi kejadian dari plasenta previa dan solusio plasenta
6. Untuk mengetahui diagnosis pasien dengan plasenta previa dan solusio plasenta
7. Untuk mengetahui terapi untuk pasien dengan plasenta previa dan solusio plasenta
8. Untuk mengetahui terapi untuk pasien dengan plasenta previa dan solusio plasenta.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi plasenta previa dan solusio plasenta ?
2. Apa saja klasifikasi dari plasenta previa dan solusio plasenta ?
3. Apa etiologi dari plasenta previa dan solusio plasenta?
4. Apa saja tanda dan gejala dari plasenta previa dan solusio plasenta ?
5. Bagaimana insidensi kejadian dari plasenta previa dan solusio plasenta ?
6. Bagaimana diagnosis pasien dengan plasenta previa dan solusio plasenta dapat ditegakkan
?
7. Apa saja terapi untuk pasien dengan plasenta previa dan solusio plasenta ?
8. Apa saja komplikasi dari plasenta previa dan solusio plasenta ?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Plasenta Previa adalah perdarahan antepartum pada trimester ketiga. Perdarahan yang
terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum.
Letak placenta tidak semestinya, yaitu dekat jalan keluar bayi atau bahkan menutupi jalan
keluar bayi.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri
sebelum janin lahir, dengan masa kehamilan 22 minggu / berat janin di atas 500 gr.
Solusio plasenta merupakan lepasnya plasenta (organ yang memberi nutrisi kepada janin)
dari tempat perlekatannya di dinding uterus (rahim) sebelum bayi dilahirkan.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri
sebelum janin lahir. Definisi tersebut di atas berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di
atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram.
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan
lahir pada waktu tertentu yaitu :
- Plasenta previa sentralis adalah salah satu bentuk penutupan yang sentral plasenta sesuai atau
identik dengan garis tengah osteum uteri internum.
2. Plasenta previa lateralis, bila menutupi osteum uteri internum sebagian pada pembukaan 4
cm.
3. Plasenta previa marginalis, bila tepi plasenta berada pada tepi osteum uteri internum pada
pembukaan 4 cm.
4. Plasenta previa letak rendah, bila tepi bawah plasenta masih dapat disentuh dengan jari,
melalui osteum uteri internum pada pembukaan 4 cm.
Kadang-kadang dipergunakan istilah plasenta previa sentralis, dan istilah yang dimaksud
ialah plasenta yang terletak sentral, terhadap ostium uteri intemum. Penentuan macamnya
plasenta previa bergantung pada besarnya pembukaan, misalnya plasenta previa marginalis
pada pembukaan 2 cm dapat menjadi plasenta previa lateralis pada pembukaan 5 cm. Begitu
pula plasenta previa totalis pada pembukaan 3 cm, dapat menjadi lateralis pada pembukaan 6
cm.
Oleh karena itu, penentuan macamnya plasenta previa harus disertai dengan keterangan
mengenai besarnya pembukaan, misalnya plasenta previa lateralis pada pembukaan 5 cm.
Terdapat sate kelompok yang tidak dimasukkan ke dalam plasenta previa, yaitu plasenta letak
rendahplasenta yang implantasinya rendah, tetapi tidak sampai ke ostium uteri internum.
c. Prolapsus plasenta
Bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.
2. Menurut derajat solusio plasenta dibagi menjadi :
Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak
akan menyebabkan perdarahan pervaginan berwarna kehitaman dan sedikit. Perut terasa agk
sakit atau terus menerus agak tegang. Bagian janin masih mudah diraba, perdarahan kurang
dari 100 200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin hidup, pelepasan
plasenta kurang dari 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih dari 250 mg%.
Plasenta telah terlepas lebih dari seperempat tanda dan gejala dapat timbul perlahan atau
mendadak dengan gejala sakit terus menerus lalu perdarahan pervaginan. Dinding uterus
teraba tegang.
perdarahan lebih dari 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pra renjatan, gawat janin atau
janin telah mati, pelepasan plasenta sampai 2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen
plasma 120 150 mg%.
Plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan disertai penderita shock. Uterus tegang dan
berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, biasanya janin telah mati, pelepasan plasenta
dapat terjadi pada lebih dari 2/3 bagian permukaan atau keseluruhan bagian permukaan.
C. ETIOLOGI
Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui. Kondisi yang multifaktorial telah
dipostulatkan berhubungan dengan multipara, gestasi berkali-kali, umur kehamilan dini,
kelahiran dengan sesarea sebelumnya, abortus, dan mungkin merokok. Berbeda pada
pedarahan trimester awal, pada perdarahan trimester dua dan tiga biasanya sekunder karena
implantasi abnormal dari plasenta. Plasenta previa diawali dengan implantasi embrio
(embryonic plate) pada bagian bawah (kauda) uterus. Dengan melekatnya dan bertumbuhnya
plasenta, plasenta yang telah berkembang bisa menutupi ostium uteri. Hal ini diduga terjadi
karena vaskularisasi desidua yang jelek, inflamasi, atau perubahan atropik.
Begitu juga dengan etiologi solusio pasenta sampai saat ini belum diketahui dengan
jelas, Tapi terdapat beberapa keadaan tertentu yang menyertai yaitu:
1. Gejala yang terpenting ialah perdarahan tanpa nyeri dan biasanya berulang. Darah biasanya
berwarna merah segar.
Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak terbangun; baru waktu ia
bangun, ia merasa bahwa kainnya basah.
Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ke tujuh. Hal ini
disebabkan oleh:
a. Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus.
b. Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara plasenta dan dinding rahim.
Setelah bulan ke-4 terjadi regangan pada dinding rahim karena isi rahim lebih cepat
tumbuhnya dari rahim sendiri; akibatnya istmus uteri tertarik menjadi bagian dinding korpus
uteri yang disebut segmen bawah rahim.
Pada plasenta previa, tidak mungkin terjadi tanpa pergeseran antara plasenta dan dinding
rahim. Saat perdarahan bergantung pada kekuatan insersi plasenta dan kekuatan tarikan pada
istmus uteri.
Jadi, dalam kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan perdarahan, tetapi sudah jelas
dalam persalinan his pembukaan menyebabkan perdarahan karena bagian plasenta di atas
atau dekat ostium akan terlepas dari dasarnya.
Perdarahan pada plasenta previa terjadi karena terlepasnya plasenta dari dasarnya.
Perdarahan pada plasenta previa bersifat berulang-ulang karena setelah terjadi pergeseran
antara plasenta dan dinding rahim.
Oleh karena itu, regangan dinding rahim dan tarikan pada serviks berkurang, tetapi dengan
majunya kehamilan regangan bertambah lagi dan menimbulkan perdarahan baru.
Darah terutama berasal dari ibu ialah dari ruangan intervilosa, tetapi dapat juga berasal dari
anak jika jonjot terputus atau pembuluh darah plasenta yang lebih besar terbuka. Kalau telah
berdarah banyak maka ibu kelihatan anemis (pucat)
2. Bagian terdepan janin tinggi (floating). Sering dijumpai kelainan letak janin.
3. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila
dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit. Tetapi
perdarahan berikutnya (reccurent bleding) biasanya lebih banyak. Pendarahan berulang.
4. Janin bisanya masih baik. Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.
Pada awalnya kejadian ini tak memberikan gejala apapun. Namun beberapa saat
kemudian, arteri spiralis desidua pecah sehingga menyebabkan terjadinya hematoma
retroplasenta yang menjadi semakin bertambah luas. Daerah plasenta yang terkelupas
menjadi semakin luas sampai mendekati tepi plasenta.
Gejala klinik tergantung pada luas plasenta yang terlepas dan jenis pelepasan plasenta
(concealed atau revealed). Pada 30% kasus, daerah yang terlepas tidak terlalu besar dan tidak
memberikasn gejala dan diagnosa ditegakkan secara retrospektif setelah anak lahir dengan
terlihatnya hematoma retroplasenta
Bila lepasnya plasenta mengenai daerah luas, terjadi nyeri abdomen dan uterus yang
tegang disertai dengan :
Tetania uteri
DIC- Disseminated Intravascular Coagulation
Renjatan hipovolemik
Bila separasi plasenta terjadi dibagian tepi, iritabilitas uterus minimal, dan tidak terdapat
tanda-tanda uterus tegang atau gawat janin. Perdarahan yang terjadi biasanya tidak terlampau
banyak ( 50 150 cc) dan berwarna kehitaman.
E. INSIDENSI
Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dari seluruh kasus
perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab yang terbanyak. Oleh karena
itu, pada kejadian perdarahan antepartum, kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan
lebih dahulu.
F. DIAGNOSIS
Diagnosis plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa
pemeriksaan:
1. Anamnesis
Gejala pertama ialah perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan
lanjut (trimester III). Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan
berulang (recurrent). Perdarahan timbul sekonyong-konyong tanpa sebab apapun. Kadang-
kadang perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur ; pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah
penuh darah. Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang lebih banyak sebelumnya.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan luar :
Inspeksi (penglihatan):
- Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit, darah beku dan
sebagainya
- Kalau telah bwrdarah banyak maka ibu kelihatan anemis (pucat)
Palpasi
- Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
- Sering dijumpai kesalahan letak janin
- Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau
terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas panggul
- Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim terutama
pada ibu yang kurus.
Pemeriksaan dalam sangat berbahaya sehingga kontraindikasi untuk dilakukan kecuali
fasilitas operasi segera tersedia.
Diagnosis plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa
pemeriksaan:
1 . Anamnesis
Perdarahan timbul akibat adanya trauma pada abdomen atau timbul spontan akibat adanya
penyulit pada kehamilan yang merupakan predisposisi solusio plasenta. Faktor predisposisi
solusio plasenta antara lain : usia ibu semakin tua, multi paritas, preeklampsia, hipertensi
kronik, ketuban pecah pada kehamilan preterm, merokok, trombofilia, pengguna kokain,
riwayat solusio plasenta sebelumnya, dan mioma uteri. Darah yang keluar tidak sesuai
dengan beratnya penyakit, berwarna kehitaman, disertai rasa nyeri pada daerah perut akibat
kontraksi uterus atau rangsang peritoneum. Sering terjadi pasien tidak lagi merasakan adanya
gerakan janin.
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan obstetric
Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut jantung janin
sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah.
Periksa Luar : uterus terasa tegang atau nyeri tekan, bagian-bagian janin sulit diraba, bunyi
jantung janin sering tidak terdengar atau terdapat gawat janin, apakah ada kelainan letak atau
pertumbuhan janin terhambat.
Inspekulo : apakah perdarahan berasal dari ostium uteri atau dari kelainan serviks dan vagina.
Nilai warna darah, jumlahnya, apakah encer atau disertai bekuan darah. Apakah tampak
pembukaan serviks, selaput ketuban, bagian janin atau plasenta.
Periksa Dalam : perabaan fornises hanya dilakukan pada janin presentasi kepala, usia gestasi
di atas 28 minggu dan curiga plasenta praevia. Nilai keadaan serviks, apakah persalinan dapat
terjadi kurang dari 6 jam, berapa pembukaan, apa presentasi janin, dan adakah kelainan di
daerah serviks dan vagina.
Pelvimetri Klinis : dilakukan pada kasus yang akan dilahirkan per vaginam dengan usia
gestasi 36 minggu atau TBJ 2500 gram.
4. Pemeriksaan Penunjang
Prothrombine time
Jumlah trombosit
Kadar fibrinogen
G. TERAPI
1. Terminasi. Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut,
misalnya: kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak, parturien, dan anak mati (tidak selalu).
a. Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta, yang dengan
demikian menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka (tamponade pada plasenta).
b. Dengan seksio sesarea, dimaksudkan untuk mengosongkan rahim hingga rahim dapat
berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Seksio sesarea juga mencegah terjadinya robekan
serviks yang agak sering terjadi pada persalinan per vaginam.
2. Ekspektatif. Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar
baginya kecil sekali. Sikap ekspektatif tertentu hanya dapat dibenarkan jika keadaan ibu baik
dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali.
Dahulu ada anggapan bahwa kehamilan dengan plasenta previa harus segera diakhiri
untuk menghindarkan perdarahan yang fatal. Namun, sekarang ternyata terapi menunggu
dapat dibenarkan dengan alasan sebagai berikut:
Syarat bagi terapi ekspektatif ialah bahwa keadaan ibu dan anak masih baik (Hb-nya normal)
dan perdarahan tidak banyak. Pada terapi ekspektatif, pasien di rawat di rumah sakit sampai
berat anak 2500 gr atau kehamilan sudah sampai 37 minggu. Selama terapi ekspektatif
diusahakan untuk menentukan lokalisasi plasenta dengan pemeriksaan USG dan
memperbaiki keadaan umum ibu. Jika kehamilan 37 minggu telah tercapai, kehamilan
diakhiri menurut salah satu cara yang telah diuraikan.
Penderita plasenta previa juga harus diberikan antibiotik mengingat kemungkinan terjadinya
infeksi yang besar disebabkan oleh perdarahan dan tindakan-tindakan intrauterin. Jenis
persalinan apa yang kita pilih untuk pengobatan plasenta previa dan kapan melaksanakannya
bergantung pada faktor-faktor sebagai berikut:
Perdarahan yang banyak, pembukaan kecil, nulipara, dan tingkat plasenta previa yang berat
mendorong kita melakukan seksio sesarea. Sebaliknya, perdarahan yang sedang/sedikit,
pembukaan yang sudah besar, multiparitas dan tingkat plasenta previa yang ringan, dan anak
yang mati cenderung untuk dilahirkan per vaginam. Pada perdarahan yang sedikit dan anak
yang masih kecil (belum matur) dipertimbangkan terapi ekspektatif.
Perlu diperhatikan bahwa sebeium melakukan tindakan apapun pada penderita plasenta
previa, harus selalu tersedia darah yang cukup.
Cara-cara vaginal terdiri dari 1. Pemecahan ketuban. 2. Versi Braxton Hicks. 3. Conan
Willett-Gauss.
Terapi Medik
1. Tidak terdapat renjatan : usia gestasi < 36 minggu atau TBJ < 2500 gram.
a. Ringan : terapi konservatif bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, kontraksi uterus tidak
ada, janin hidup dan keadaan umum ibu baik) dan dapat dilakukan pemantauan ketat keadaan
janin dan ibu. Pasien tirah baring, atasi anemia, USG dan KTG serial (bila memungkinkan)
dan tunggu partus normal. Terapi aktif dilakukan bila ada perburukan (perdarahan
berlangsung terus, kontraksi uterus terus berlangsung, dan dapat mengancam ibu dan atau
janin). Bila perdarahan banyak, skor pelvik < 5 atau persalinan masih lama > 6 jam, lakukan
seksio sesarea. Bila partus dapat terjadi < 6 jam, amniotomi dan infus oksitosin.
b. Sedang / Berat : resusitasi cairan, atasi anemia (transfusi darah), partus pervaginam bila < 6
jam (amniotomi dan infus oksitosin); bila perkiraan partus > 6 jam, lakukan seksio sesarea.
Solusio plasenta derajat ringan/sedang/berat bila persalinan lebih dari 6 jam, lakukan seksio
sesarea.
3. Terdapat renjatan :
Atasi renjatan, resusitasi cairan dan transfusi darah. Bila renjatan tidak teratasi, upayakan
tindakan penyelamatan yang optimal. Bila renjatan dapat diatasi, pertimbangkan untuk seksio
sesarea bila janin hidup atau partus lebih lama dari 6 jam.
Terapi Bedah
1. Partus per vaginam dengan kala dua dipercepat.
3. Seksiohisterektomi bila terdapat perdarahan postpartum yang tidak dapat diatasi dengan terapi
medikamentosa atau ligasi arteri uterina. Ligasi hipogastrika hanya boleh dilakukan oleh
operator yang kompeten.
H. KOMPLIKASI
2. Infeksi
3. Laserasi serviks
4. Plasenta akreta
1. Langsung (immediate)
a. perdarahan
b. infeksi
a. couvelair uterus, sehinga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan post partum
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Plasenta Previa adalah perdarahan antepartum pada trimester ketiga. Perdarahan yang
terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum.
Letak placenta tidak semestinya, yaitu dekat jalan keluar bayi atau bahkan menutupi jalan
keluar bayi.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri
sebelum janin lahir, dengan masa kehamilan 22 minggu / berat janin di atas 500 gr.
Solusio plasenta merupakan lepasnya plasenta (organ yang memberi nutrisi kepada janin)
dari tempat perlekatannya di dinding uterus (rahim) sebelum bayi dilahirkan.
Tanda dan gejala solusio plasenta dan plasenta previa yaitu : pada awalnya kejadian ini
tak memberikan gejala apapun.
2. Infeksi
3. Laserasi serviks
4. Plasenta akreta
1. Langsung (immediate)
a. perdarahan
b. infeksi
c. emboli dan syok abtetric
a. couvelair uterus, sehinga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan post partum
B. SARAN
Untuk mencegah terjadinya solusio plasenta dan plasenta previa
Untuk memberi pengetahuan kepada ibu hamil atau pembaca tentang kelainan kelainan
pada kehamilan
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer Arif Dkk . 2001.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 1.Fk Ui . Jakarta
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/18/solusio-plasenta/
http://akubidan.com/index.php?p=elearning&mod=yes&aksi=lihat&id=61
http://biechan.wordpress.com/106/
http://medicom.blogdetik.com/2009/03/11/solusio-plasenta/
http://sayangbunda.com/index.php?option=com_content&view=article&id=118%3Asolusio-
plasenta&catid=38%3Aobstetrics&Itemid=1
http://aangcoy13.blogspot.com/2011/06/askep-solusio-plasenta.html
Makalah Plasenta Previa
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya . Perdarahan
pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua
disebut perdarahan anterpartum. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Angka
kejadian plasenta previa adalah 0,4 0,6% dari keseluruhan persalinan. Dengan
penatalaksanaan dan perawatan yang baik, mortalitas perinatal adalah 50 per 1000 kelahiran
hidup.
Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat
kemungkinan hidup janin diluar uterus. Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada
perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia
kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan
setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum
22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum
yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang
tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa
berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa
hal itu bersumber pada kelainan plasenta .
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya
tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta
perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari
semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang
belum jelas penyebabnya .
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia
kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan
tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai
tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak ,
mereka datang untuk mendapatkan pertolongan .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PLASENTA PREVIA
A. DEFINISI
Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan rahim (ostium uteri internum).
Secara harfiah berarti plasenta yang implantasinya (nempelnya) tidak pada tempat yang
seharusnya, yaitu di bagian atas rahim dan menjauhi jalan lahir. Plasenta previa merupakan
penyebab utama perdarahan pada trimester ke III. Gejalanya berupa perdarahan tanpa rasa
nyeri. Timbulnya perdarahan akibat perbedaan kecepatan pertumbuhan antara segmen atas
rahim yang lebih cepat dibandingkan segmen bawah rahim yang lebih lambat. Perdarahan ini
akan lebih memicu perdarahan yang lebih banyak akibat darah yang keluar (melalui trombin)
akan merangsang timbulnya kontraksi.
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan
lahir pada waktu tertentu:
1. Plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.
2. Plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan
jalan lahir.
4. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan jalan
lahir.
C. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui dengan jelas. Plasenta bertumbuh pada segmen bawah
uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan. Bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau
perubahan atropi pada desidual akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta
previa, tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke
plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya normal
sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama
sekali pembukaan jalan lahir .
Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali
lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun. Pada
grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari
grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.
Endometrium bercacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, curettage, dan
manual placenta.
Corpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
Adanya tumor; mioma uteri, polip endometrium.
1. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.
2. Darah biasanya berwarna merah segar.
3. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.
4. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.
5. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila
dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding)
biasanya lebih banyak.
G. KOMPLIKASI
Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan.
Plasentitis, dan endometritis pasca persalinan. Pada janin biasanya terjadi persalinan
premature dan komplikasinya seperti asfiksia berat.
H.PENATALAKSANAAN
1. Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif ialah agar janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara
non-invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.
Syarat-syarat terapi ekspresif:
Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti,
Belum ada tanda-tanda in partum,
Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal),
Janin masih hidup.
Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis.
Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia kehamilan, profil
biofisik, letak dan presentasi janin.
Berikan tokolitik bila ada kontraksi:
MgSO 4 IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam.
Nifedipin 3 x 20 mg/hari.
Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
Uji pematangan paru janin dengan tes kocok (Bubble tes)dari hasil amniosentesis.
Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada disekitar ostium uteri
internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan
konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat di
pulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk
mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam) dengan pesan untuk segera kembali ke rumah sakit
apabila terjadi perdarahan ulang.
Seksio sesarea
1. Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga
walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
2. Tujuan seksio sesarea:
o Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan
menghentikan perdarahan.
o Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahirkan
pervaginam.
3. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisai sehingga serviks uteri dan
segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek, selain itu, bekas tempat implantasi
plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan
susunan serabut otot dengan korpus uteri.
4. Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.
5. Lakukan perawatan lanjut pasca bedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi dan
keseimbangan cairan masuk-keluar.
Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis dengan pembukaan > 3 cm
serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah
rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah,
akselerasi dengan infuse oksitosin.
Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton hicks ialah mengadakan temponade plasenta dengan bokong
(dan kaki) janin. Versi Braxton hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan cunam willet, kemudian beri beban secukupnya sampai
perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta dan sering kali
menyebabkan perdarahan pada kulit kepela. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin
yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tanggal masuk :
Ruangan :
A. Pengkajian
1. Identitas
3.Riwayat menstruasi
o Menorehoe :
o Siklus :
o Banyak nya :
o Dismenorhoe :
o Teratur / Tidak :
o Lama nya :
o Konsistensi darah :
4.Riwayat kehamilan
HPHT :
TTP :
Trismester I :
Trismester II :
Trismester III :
C.Data objektif
Pemeriksaan fisik
1.Tanda vital
o Tekanan darah
o Denyut nadi
o Pernapasan
o Suhu
4.Pemeriksaan kebidanan
o Palpasi uterus
Leopoid I
Leopoid II
Leopoid III
Leopoid IV
o TFU
o Kontraksi
o Fetus : Letak
Posisi
Pergerakan
TBJ
Presentasi
Penurunan
o Auskultasi :
DJJ
o Perkusi
o Gerakan
5.Genetalia
o Vulva dan vagina
o Luka
o Kemerahan
o Nyeri
6.Perenium
o Bekas luka
ASESMENT (A
Ny.m berumur 30 tahun dengan G:7 P:6 A:0
PLANING
Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan
Memberitahu keluarga bahwa ibu akan segera melahirkan
Memberi support mental pada ibu
Menganjurkan ibu untuk istirat jika tidak ada kontraksi
Menganjurkan ibu untuk minum di saat tidak ada HIS
Manganjurkan pada ibu tidur berbaring kekiri atau ke kanan
Mengajurkan ibu untuk mengedan pda saat kontraksi
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4
0,6% dari keseluruhan persalinan. Dengan penatalaksanaan dan perawatan yang baik,
mortalitas perinatal adalah 50 per 1000 kelahiran hidup. Untuk itu, pada kehamilan usia > 35
tahun, hamil usia dini dan pada wanita dengan kecacatan endomentrium akibat persalinan
berulang atau currettage harus lebih waspada terhadap terjadinya plasenta previa.