Anda di halaman 1dari 7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Tunaganda
Anak tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua
jenis kelainan atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius,
sehingga dia tidak hanya dapat diatasi dengan suatu program pendidikan khusus untuk
satu kelainan saja, melainkan harus didekati dengan variasi program pendidikan
sesuai kelainan yang dimiliki. 1
Di Indonesia anak dengan kelainan ganda didalamnya berisi anak ”severe and
profound handicaps” dan anak “multiply handicap”, para tokoh professional secara
umum sepakat bahwa secara pendidikan anak dengan kelainan ganda memiliki unsur-
unsur sebagai berikut:
1. Memiliki kelainan serius didalam cognitifnya dan setelah di tes dengan alat tes
inteligensi yang standart mereka memiliki IQ dibawah normal.
2. Memiliki kelainan atau kecacatan tambahan apakah kelainan fisik dan atau kelainan
sensoris seperti penglihatan pendengaran dan lainnya.
3. Mereka memerlukan sumber dan penanganan lebih bila dibandingkan dengan
kelainan lain yang ringan. 2
Jadi, secara umum tuna ganda ialah anak dengan kelaianan lebih dari satu dan
membutuhkan metode pendidikan dan pelayanan secara khusus lebih dari guru luar
biasa pada umumnya.
B. KLASIFIKASI TUNA GANDA 
Dari sekian banyak kemungkinan kombinasi kelainan, ada beberapa
kombinasi yang paling sering muncul dibandingkan kombinasi kelainan-kelainan
yang lainnya, yaitu: 

1. Kelainan Utama adalah Tunagrahita 


a. Tunagrahita dan cerbral palsy
1
https://www.scribd.com/doc/189063695/Tuna-Ganda (diunduh pada: Kamis, 15 Desember 2016, jam : 12.43)
2
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195101211985031 IRHAM_HOSNI/ANAK_DENGAN_KELAINAN_MAJEMUK.pdf
(diunduh pada: Kamis, 15 Desember 2016, jam : 11.30)
Ada suatu kecenderungan untuk mengasumsikan bahwa anak-anak cerbral
palsy (CP) adalah anak-anak tunagrahita. Apapun penyebabnya, baik karena
genetik atau factor lingkungan sehingga terjadi adanya kerusakan pada sistem
saraf pusat dapat menyebabkan rusaknya cerbral cortex sehingga
menimbulkan tunagrahita. Namun demikian, hubungan tersebut tidak berlaku
secara umum. Sebagai contoh, hasil-hasil penelitian yang dilakukan Holdman
dan Freedheim terhadap seribu kasus klinik mediknya, hanya dijumpai 59%
dari anak-anak CP yang dites adalah anak-anak tunagrahita (Kirk dan
Gallagher, 1988). Hopkins, Bice, dan Colton mendapatkan bahwa 49 % dari
992 anak CP yang dites adalah anak tunagrahita. Sementara itu, Stephen dan
Hawks memperkirakan bahwa antara 40-60% dari anak CP adalah anak
tunagrahita. 
b. Kombinasi Tunagrahita dan Tunarungu
Anak-anak tunarungu mengalami berbagai masalah dalam perkembangan
bahasa dan komunikasi. Sementara itu, anak-anak tunagrahita akan mengalami
kelambanan dan keterlambatan dalam belajar. Pada anak tunaganda, bias saja
terjadi anak tersebut mengalami tunagrahita yang sekaligus tunarungu. Anak-
anak yang demikian, mengalami gangguan pendengaran, memiliki fungsi
intelektual di bawah rata-rata dan mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri
dengan lingkungannya. Dengan demikian, adanya kombinasi dari ketiga
keadaan tersebut menyebabkan anak-anak tunaganda memerlukan pelayanan
yang lebih banyak daripada anak-anak yang mengalami tunagrahita atau
tunarungu saja. Diperkirakan bahwa antara 10%-15% anak di sekolah
tunagrahita adalah anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran dan
dalam persentase yang sama anak-anak di sekolah tunarungu adalah anak-anak
tunagrahita. 

c. Kombinasi Tunagrahita dan Masalah-masalah Perilaku Telah diketahui bahwa


terdapat hubungan antara tunagrahita dengan gangguan emosional. Anak-anak
yang mengalami tunagrahita berat ada kemungkinan besar juga memiliki
gangguan emosional. Yang tidak diketahui adalah banyaknya anak secara pasti
yang menampakkan kedua kelainan tersebut bersama-sama. Ada gejala-gejala
bahwa tunagrahita yang cukup kuat dan nyata yang menyertai atau bersama-
sama dengan gangguan emosional cenderung untuk diabaikan atau
dikesampingkan. Ini berarti bahwa bagi anak-anak retardasi mental, mereka
tidak disarankan untuk memperoleh pelayanan psikoterapi ataupun terapi
perilaku, padahal perilaku-perilaku yang aneh pada anak adalah merupakan
gejala tunagrahita berat atau yang sangat berat. 

2. Kelainan Utama Adalah Gangguan Perilaku 


a. Autisme Autisme adalah suatu istilah atau nama yang digunakan untuk
menggambarkan perilaku yang aneh atau ganjil dan kelambatan
perkembangan sosial dan komunikasi yang berat.(Krik&Gallagher,1986:p
427). Anak yang mengalami autisme sulit melakukan kontak mata dengan
orang lain sehingga memberikan kesan tidak peduli terhadap orang di
sekitarnya. Kelainan utama pada anak autistik adalah dalam hal komunikasi
verbal. Mereka sering mengulang kata-kata (echolalia) dan melakukan
perbuatan yang selalu sama, rutin dan dalam pola yang tertentu dan teratur. 
b. Kombinasi Gangguan Perilaku dan Pendengaran Althshuler memperkirakan
bahwa antara satu sampai dengan tiga dari 10 anak tunarungu anak anak yang
memiliki masalah emosional. Para ahli yang konsisten memberikan pelayanan
kepada anak-anak yang mempunyai gangguan emosional dan yang sekaligus
tuli, cenderung memakai klasifikasi kondisi anak-anak itu sebagai kondisi
yang ringan, sedang dan berat. Anak-anak yang termasuk kondisi berat telah
mereka pindahkan dari sekolah-sekolah untuk anak tunarungu karena guru-
guru mereka merasa`tidak mampu menangani perilakunya yang aneh.
 
3. Kelainan Utama Tunarungu Dan Tunanetra
Apabila satu dari dua lelainan utama itu yang menyebabkan anak mengalami
gangguan, maka dalam memberikan pelayanan pendidikan, indra yang masih baik
kondisinya memperoleh perhatian utama untuk difungsikan. 
Bagi anak yang tuli, maka saluran penglihatan digunakan untuk membentuk
sistem komunikasi berdasarkan isyarat, ejaan jari dan membaca bibir. Bagi anak
yang mengalami gangguan penglihatan (buta), maka program pendidikan
dikompensasikan melalui alat pendengaran. Anak buta-tuli adalah seorang anak
yang memiliki gangguan penglihatan dan pendengaran, suatu gabungan yang
menyebabkan problema komunikasi dan problema perkembangan pendidikan
lainnya yang berat sehingga tidak dapat diberikan program pelayanan pendidikan
baik di sekolah yang melayani untuk anak-anak tuli maupun di sekolah yang
melayani untuk anak-anak buta. Namun demikian, bukan berarti anak buta-tuli
harus dirampas haknya untuk mendapatkan layan pendidikan. 
Dengan penangan yang baik dan tepat, anak-anak buta-tuli masih bisa dididik
dan berhasil. Anak-anak yang tergolong tunaganda seringkali memiliki
kombinasi-kombinasi ketidakmampuan yang tampak nyata maupun yang tidak
begitu nyata dan keduanya memerlukan penambahan-penambahan atau
penyesuaian-penyesuaian khusus dalam pendidikan mereka. Melalui program
pengajaran yang sesuaiakan memungkinkan mereka dapat melakukan kegiatan-
kegiatan yang berguna, bermakna, dan memuaskan pribadinya. 3

C. Penyebab Tuna Ganda


1. Faktor biologis yang dapat terjadi sebelum,selama atau sesudah kelahiran. Anak
yang tergolong tunaganda lahir dengan ketidaknormalan kromosom terjadi seperti
pada down syndrome atau lahir dengan kelainan genetik atau metabolik yang
dapat menyebabkan masalah-masalah berat dalam perkembangan fisik atau
intelektual anak, komplikasi-komplikasi pada masa anak dalam kandungan
termasuk kelahiran permatur, ketidakcocokan Rh dan infeksi yang diderita oleh
ibu.
2. Kerusakan pada otak dan terkena virus Rubella, mengidap sakit yang tak ditangani
serius pada waktu kecil, ada juga yang karena jatuh waktu kecil dan menyebabkan
kerusakan saraf. 
3. Seorang ibu yang bergizi rendah pada saat mengandung atau terlalu banyak obat-
obatan atau alkohol. 
4. Pengguguran kandungan, namun ternyata usahanya gagal dan anaknya terlahir
cacat ganda. Pada umumnya, anak-anak yang tergolong tunaganda sering dapat
diidentifikasikan pada saat atau tidak lama setelah kelahiran. 
5. Bayi yang terserang kekurangan oksigen dan luka pada otak dalam proses
kelahiran, dalam perkembangan hidupnya mengalami cacat berat karena pada
kepalanya mengalami kecelakaan kendaraan, jatuh, pukulan atau siksaan,
pemberian nutrisi yang salah, anak yang tidak dirawat dengan baik, keracunan

3
https://www.academia.edu/7269875/Pengertian_tunaganda (diunduh pada: Kamis, 15 Desember 2016, jam :
12.56)
atau karena penyakit tertentu yang dapat berpengaruh terhadap otak (seperti
meningitas dan encephalitis).4
D. CIRI-CIRI ANAK TUNA GANDA SECARA UMUM
Anak tunaganda biasanya menunjukkan fenomena-fenomena perilaku di antaranya : 
1. Kurang komunikasi atau sama sekali tidak dapat berkomunikasi. 
2. Perkembangan motorik dan fisiknya terlambat. 
3. Seringkali menunjukkan perilaku yang aneh dan tidak bertujuan. 
4. Kurang dalam keterampilan menolong diri sendiri. 
5. Jarang berperilaku dan berinteraksi yang sifatnya konstruktif. 
6. Kecenderungan lupa akan keterampilan keterampilan yang sudah dikuasai. 
7. Memiliki masalah dalam mengeneralisasikan keterampilan- keterampialan dari
suatu situasi ke situasi lainnya. 

4
https://www.scribd.com/doc/189063695/Tuna-Ganda (diunduh pada: Kamis, 15 Desember 2016, jam : 12.43)
BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

Model penanganan

Guru-guru di SLB A Yaketunis memiliki kualifikasi yang baik dalam mengajar siswa-
siswanya. Hal ini tampak dari kemampuan intrapersonal maupun interpersonal masing-
masing guru dalam menghadapi siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran, selain
menyampaikan materi sesuai dengan RPP, guru juga memberikan pendampingan, dorongan,
dan motivasi agar siswa mampu berprestasi dan hidup mandiri. Guru-guru memaksimalkan
penggunaan sumber belajar dan media pembelajaran yang ada di sekolah maupun di sekitar
siswa untuk membantu menjelaskan materi yang bersifat konsep dan abstrak. Sedangkan
untuk sarana prasarana, SLB A Yaketunis secara keseluruhan telah memiliki sarana prasarana
yang cukup lengkap. Sarana prasarana tersebut berupa sarana prasarana yang digunakan
untuk menunjang pembelajaran akademik maupun sebagai penunjang pembelajaran di non-
akademik seperti alat-alat olahraga. Pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada di sekolah
secara optimal dapat menjadi potensi untuk mengembangkan bakat dan minat anak, baik
dalam bidang akademik maupu non akademik.

Prestasi

1. Peraih juara LCC (Lomba CerdasCermat) sains tingkat provinsi 2 tahun berturut-turut
2. Menjadi perwakilan DIY untuk mengikuti OSN (Olimpiade Sains Nasional)

Profil Subyek Survey

1. Eko
2. Aris
3. Naufal
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Metode BK yang digunakan di SLB YAKETUNIS


Secara umum tujuan bimbingan dan konseling pada hakekatnya harus
merujuk pada pendidikan nasional. Secara khusus, tujuan bimbingan dan
konseling pada anak berkebutuhan khusus ialah bimbingan yang merefleksikan
kebutuhan khususnya, membantu individu agar dapat menegembangkan
dirirnya secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan yang dimilkinya
(kemampuan bakat, minat, permasalahan, dan kebutuhannya), serta sesuai
dengan latar belakang sosial budaya dan tuntutan positif lingkungannya. Dalam
bentuknya yang khusus, tujuan bimbingan bagi siswa Tuna ganda ialah:
1. Memebantu siswa mengatasi hambatan- hambatan dalam perkembangannya
2. Membantu anak dalam menentukan rencana pendidikannya
3. Membantu anak dalam memilih kejuruan yang sesuai dengan bakat dan
kemampuannya
4. Membantu anak dalam memecahkan berbagai masalah sosialnya5
Metode BK yang digunakan di SLB Yaketunis untuk mencapai tujuan
dari bimbingan dan konseling yaitu dengan bimbingan klasikal , layanan
informasi, konseling individu, serta bimbingan kelompok. Dalam pelaksanaanya
layanan informasi diberikan pada saat awal siswa masuk sekolah, dan
bimbingan lainnya diberikan secara terjadwal.
B. Upaya yang dilakuakn untuk pengembangan diri subjek

5
http://digilib.uin-suka.ac.id/13861/ (diunduh pada : Sabtu, 17 Des 2016. 19:34)

Anda mungkin juga menyukai