Anda di halaman 1dari 14

TUGAS I

MATA KULIAH
PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
PDGK4407

Di Kerjakan Oleh :

NAMA : ROSLIA ZALUKHU


NIM : 855835294

UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM S-I PGSD
UPBJJ-UT MEDAN
TA. 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan saya sebagai Tugas I tentang PDGK 4407
Pengantar Pendidikan Anak berkebutuhan Khusus . Adapun maksud dan tujuan
dari penyusunan Tugas I ini selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa
khususnya bagi saya sebagai penulis.

Saya sebagai penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Tugas I ini dengan
baik, namun saya sebagai penulis pun menyadari bahwa saya memiliki akan
adanya keterbatasan saya sebagai manusia biasa.

Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik saya
sebagai penulisan, maupun dari isi, maka saya memohon maaf dan kritik serta
saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh saya
untuk dapat menyempurnakan Tugas I ini terlebih juga dalam pengetahuan kita
bersama.
SOAL
1. Jelaskan pengertian istilah anak berkebutuhan khusus
Pembahasan
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan atau
keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang
berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia
dengannya. Jenis anak berkebutuhan khusus
1. Anak disabilitas penglihatan adalah anak yang mengalami gangguan

daya penglihatan berupa kebutaan menyeluruh (total) atau sebagian


(lowvision).

2. Anak disabilitas pendengaran adalah anak yang mengalami gangguan


pendengaran, baik sebagian ataupun menyeluruh, dan biasanya

memiliki hambatan dalam berbahasa dan berbicara.

3. Anak disabilitas intelektual adalah anak yang memiliki inteligensia

yang signifikan berada dibawah rata-rata anak seusianya dan disertai

dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku, yang muncul dalam

masa perkembangan.

4. Anak disabilitas fisik adalah anak yang mengalami gangguan gerak

akibat kelumpuhan, tidak lengkap anggota badan, kelainan bentuk dan

fungsi tubuh atau anggota gerak.

5. Anak disabilitas sosial adalah anak yang memiliki masalah atau


hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial, serta

berperilaku menyimpang.
6. Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)
atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD) adalah anak
yang mengalami gangguan perkembangan, yang ditandai dengan
sekumpulan masalah berupa ganggguan pengendalian diri, masalah
rentang atensi atau perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas, yang
menyebabkan kesulitan berperilaku, berfikir, dan mengendalikan emosi.
7. Anak dengan gangguan spektrum autisma atau autism spectrum

disorders (ASD) adalah anak yang mengalami gangguan dalam tiga area

dengan tingkatan berbeda-beda, yaitu kemampuan komunikasi dan

interaksi sosial, serta pola-pola perilaku yang repetitif dan stereotipi.

8. Anak dengan gangguan ganda adalah anak yang memiliki dua atau

lebih gangguan sehingga diperlukan pendampingan, layanan,


pendidikan khusus, dan alat bantu belajar yang khusus.

9. Anak lamban belajar atau slow learner adalah anak yang memiliki

potensi intelektual sedikit dibawah rata-rata tetapi belum termasuk

gangguan mental. Mereka butuh waktu lama dan berulang-ulang untuk

dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik.

10. Anak dengan kesulitan belajar khusus atau specific learning

disabilities adalah anak yang mengalami hambatan atau penyimpangan

pada satu atau lebih proses psikologis dasar berupa ketidakmampuan

mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja dan

berhitung.

11. Anak dengan gangguan kemampuan komunikasi adalah anak


yang mengalami penyimpangan dalam bidang perkembangan bahasa

wicara, suara, irama, dan kelancaran dari usia rata-rata yang disebabkan

oleh faktor fisik, psikologis dan lingkungan, baik reseptif maupun

ekspresif.

12. Anak dengan potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa

adalah anak yang memiliki skor inteligensi yang tinggi (gifted), atau

mereka yang unggul dalam bidang-bidang khusus (talented) seperti

musik, seni, olah raga, dan kepemimpinan.

2. Jelaskan isi PP No. 17/2010 pasal 129 ayat 3


Pembahasan

PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Peserta didik
berkelainan terdiri atas peserta didik yang: a. tunanetra; b. tunarungu; c.
tunawicara; d. tunagrahita; e. tunadaksa; f. tunalaras; g. berkesulitan belajar; h.
lamban belajar; i. autis; j. memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban
penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain; dan l. memiliki
kelainan lain. Menurut pasal 130 (1) PP No. 17 Tahun 2010 Pendidikan khusus
bagi peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan
jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. (2)
Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan melalui satuan
pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan,
dan/atau satuan pendidikan keagamaan. Pasal 133 ayat (4)menetapkan bahwa
Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan secara
terintegrasi antarjenjang pendidikan dan/atau antarjenis kelainan.

3. Jelaskan penyebab munculnya kebutuhan khusus bedasarkan waktu terjadinya


Pembahasan

Ada berbagai faktor yang menjadi penyebab terjadinya anak berkebutuhan


khusus (ABK). Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Heriditer yaitu Adanya kesamaan gen pada pasangan suami istri memiliki
resiko tinggi untuk melahirkan anak kelainan kromosome salah satunya
adalah Down’s syndrome atau mongolism, bagi anak Down’s syndrome
sering kelainannya adalah kelebihan kromosome pada pasangan
kromosome ke 21 yang dikenal dengan trisomi 21, dimana pada manusia
terdapat 23 pasang kromosome. Sebagai contoh Sepasang suami istri yang
cukup bahagia dengan menunggu kelahiran anak pertamanya, kehamilan
istrinya telah memasuki minggu ke 40. Setelah anaknya lahir betapa
terkejutnya pasangan tersebut mendapatkan anak yang mengalami
kelainan, dokter menyebutnya dengan Down’s syndrome atau mongolism.
Setelah mereka berkonsultasi dengan dokter ahli genetika maka diketahui
bahwa pasangan suami istri tersebut memiliki gen yang sama. Hal ini
dimungkinkan masih adanya jalinan darah atau saudara dari pasangan
suami istri tersebut.

2. Infeksi

Merupakan suatu penyebab dikarenakan adanya berbagai serangan penyakit


infeksi yang dapat menyebabkan baik langsung maupun tidak langsung
terjadinya kelainan seperti infeksi TORCH (toksoplasma, rubella, cytomegalo
virus, herpes), polio, meningitis, dan sebagainya. Sebagai gambaran dapat
dikemukakan sebagai berikut: sebagai contoh Ada seorang ibu yang tengah
hamil, dalam pemeriksaan dokter ternyata ibu tersebut mengidap virus
toksoplasma, maka oleh dokter dikatakan ibu tersebut memiliki resiko tinggi
melahirkan anak berkebutuhan khusus. Dalam perjalanan kehamilan ibu
tersebut sering mangalami resiko keguguran namun masih dapat
dipertahankan.

Setelah memasuki masa kelahiran yaitu minggu ke 40 ternyata lahirlah bayi


dengan resiko (BDR). Artinya, bayi yang dilahirkan tersebut memiliki resiko
menjadi anak berkebutuhan khusus karena terinfeksi virus tokso, sedangkan
virus tokso menyerang pada susunan syaraf terutama syaraf pusat (otak),
sehingga beresiko menjadi anak berkebutuhan khusus.

3. Keracunan. Sebagai contoh Seorang ibu muda sering merasa pusing dan
mual-mual, untuk menghilangkan rasa pusing seperti biasa dia
mengkonsumsi obat sakit kepala yang dijual bebas di pasaran. Setelah sekian
lama kira-kira 2 bulan rasa pusingnya juga tidak pernah mereda, maka dia
memeriksakan dirinya ke dokter.

Dari pemeriksaan ternyata ibu tadi dinyatakan telah hamil 2 bulan. Setelah
mengetahui kehamilannya maka dia lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi
obat-obatan, pada usia kehamilan yang ke 40 minggu ibu tadi melahirkan
anaknya dengan normal.

Setelah mengikuti perkembangan anaknya ternyata anak tersebut usia 2


tahun belum dapat berbicara. Padahal berdasarkan perkembangan anak
normal seharusnya anak tersebut sudah dapat berbicara 1 sampai 2 patah
kata. Anak tersebut mengalami kelambatan wicara (delayed speech).

Ilustrasi tersebut di atas merupakan gambaran salah satu penyebab lahirnya


anak berkebutuhan khusus. Masih banyak jenis keracunan yang merupakan
penyebab yang cukup banyak ditemukan karena seperti pola hidup
masyarakat, keracunan dapat secara langsung pada anak, maupun melalui ibu
hamil.

4. Trauma artionya Kejadian yang tak terduga dan menimpa langsung pada
anak, seperti proses kelahiran yang sulit sehingga memerlukan pertolongan
yang mengandung resiko tinggi, atau kejadian saat kelahiran saluran
pernafasan anak tersumbat sehingga menimbulkan kekurangan oksigen pada
otak (asfeksia), terjadinya kecelakaan yang menimpa pada organ tubuh anak
terutama bagian kepala.

Bencana alam seperti gempa bumi sering menyebabkan kejadian trauma. Ada
seorang anak usia 4 tahun mengalami peristiwa gempa bumi yang
menguncang daerah Yogyakarta tahun 2006. Anak tersebut mengalami
fraktur pada tulang belakang, yang akhirnya menyebabkan anak tersebut
mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya secara permanen.

5. Kekurangan gizi yaitu Masa tumbuh kembang sangat berpengaruh


terhadap tingkat kecerdasan anak terutama pada 2 tahun pertama kehidupan.
Kekurangan gizi dapat terjadi karena adanya kelainan metabolism maupun
penyakit parasit pada anak seperti cacingan.

Hal ini mengingat Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak


memunculkan atau tempat tumbuh-kembangnya penyakit parasit dan juga
karena kurangnya asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan anak pada
masa tumbuh kembang. Hal ini didukung oleh kondisi penduduk yang berada
di bawah garis kemiskinan.

4. Jelaskan jenis pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan para penyandang kelainan!
Pembahasan
Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang baik dan memenuhi
perkembangan mereka, tak terkecuali anak berkebutuhan khusus atau ABK.
Saat seorang anak diidentifikasi memiliki kebutuhan khusus, maka
pendidikan luar biasa sangat dibutuhkan. Pendidikan inilah yang membantu
perkembangan mereka.

Meski anak berkebutuhan khusus tidak secara otomatis memerlukan


pendidikan luar biasa, tetapi pendidikan ini lebih memadai dibandingkan
sekolah umum. Dengan kata lain, pendidikan luar biasa sesuai dengan
kebutuhan unik setiap siswa ABK yang tidak bisa diakomodasi oleh
pendidikan umum. Dalam artikel ini, kita akan mengenal bentuk layanan
untuk ABK.

Sistem layanan pendidikan ini diselenggarakan terpisah dari pendidikan anak


normal. Artinya, anak berkebutuhan khusus diberikan layanan pendidikan
pada lembaga yang memang diperuntukkan untuk ABK, misalnya SLB atau
Sekolah Luar Biasa, baik tingkat SD, SMP, maupun SMA.

1. Sekolah Luar Biasa

Sekolah Luar Biasa atau SLB merupakan bentuk layanan pendidikan ABK
yang cukup populer dan paling banyak dipilih. Lantaran SLB merupakan
bentuk sekolah yang paling tua. SLB sendiri merupakan bentuk unit
pendidikan mulai dari tahap persiapan sampai tingkat lanjutan.

Pada awalnya, sekolah luar biasa diselenggarakan sesuai dengan kelainan


yang ada (setiap satu kelainan) sehingga ada SLB-A untuk siswa tunanetra,
SLB-B untuk siswa tunarungu, SLB-C untuk siswa tunagrahita, SLB-D untuk
siswa tunadaksa dan SLB-E untuk tunalaras. Setiap SLM memiliki
tingkatannya sendiri, yaitu seperti dimulai dari tingkat persiapan, tingkat
dasar hingga tingkat lanjut, dan sistem kegiatan pembelajaran sendiri yang
mengarah pada individualisasi.
2. Sekolah Luar Biasa Berasrama

Sekolah Luar Biasa Berasrama, yaitu bentuk layanan pendidikan anak


berkebutuhan khusus yang dilengkapi dengan fasilitas asrama. Di sana, siswa
bisa tinggal di asrama tersebut. Pengelolaan asrama itu juga menjadi satu
kesatuan dengan pengelolaan sekolah. Ini sama seperti SLB pada umumnya
yang memiliki tingkatan persiapan sampai tingkat lanjut dan dibedakan
sesuai dengan satu kelainan. Fungsi asrama di sini berfungsi sebagai program
pembinaan setelah sekolah.

3. Kelas Jauh/Kelas Kunjung

Kelas jauh atau kelas kunjung merupakan lembaga pendidikan untuk ABK
yang tinggal di tempat yang jauh dari sekolah luar biasa. Hal ini disebabkan
masih terbatasnya sekolah khusus di wilayah-wilayah tertentu. Bentuk
layanan ini diselenggarakan sesuai kebijaksanaan pemerintah untuk
menuntaskan kewajiban belajar serta memberikan pemerataan kesempatan
belajar.

4. Sekolah Dasar Luar Biasa

Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) merupakan unit sekolah yang


diselenggarakan untuk mendidik anak berkebutuhan khusus dari berbagai
kelainan dalam satu atap. Tenaga kependidikan yang bekerja SDLB terdiri
dari kepala sekolah dan beberapa guru khusus untuk menangani masing-
masing kelainan, seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, guru
mata pelajaran agama, dan guru olahraga.

Selain tenaga kependidikan, di SDLB juga ada beberapa pekerja yang


membantu melayani sesuai kebutuhan kelainan anak, seperti psikolog,
fisioterapis, audiolog, speech therapish, dokter spesialis dan dokter umum.
Kemudian, ada tenaga administrasi serta penjaga.

Bentuk Layanan Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan yang memberikan


kesempatan pada anak berkebutuhan khusus dan semua siswa yang memiliki
potensi kecerdasan serta bakat istimewa untuk bisa belajar bersama-sama
dengan siswa pada umumnya. Menurut Staub dan Peck (Effendi, 2013)
pendidikan inklusif merupakan menempatkan ABK dengan tingkat ringan,
sedang, maupun berat di kelas regular atau umum.

5. Jelaskan perbedaan pendidikan segregasi, intergrasi dan inklusi


Pembahasan
Segregasi secara etimologis berasal dari kata segregate yang mempunyai arti

(memisahkan, memencilkan) atau segregation (diartikan Pemisahan). Para ilmuwan

mengartikan segregasi sebagai proses pemisahan suatu golongan dari golongan lainnya atau

pengasilan atau juga pengucilan. Sedangkan pendidikan segregasi yang berkaitan dengan

pendidikan luar biasa adalah suatu sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang

terpisah dari sistem layanan pendidikan anak normal (Casmini, 2007). Pendidikan segregasi

adalah sistem layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus tertua yang ada di tanah

air kita. Pendidikan segregasi bukan hanya sekedar pemisahan tempat atau lokasi tetapi

juga keseluruhan program penyelenggaraan yang terpisah antara anak berkebutuhan khusus

dengan anak normal. Pendidikan segregasi muncul akibat anggapan bahwa anak

berkebutuhan khusus tidak sama dengan anak-anak normal pada umumnya. Artinya

terdapat perbedaan sehingga timbul kekhawatiran terhadap kemampuan anak-anak

berkebutuhan khusus apabila disatukan dengan anak-anak normal pada umumnya. Dengan
anggapan ini anak berkebutuhan khusus haruslah mendapatkan layanan pendidikan secara

khusus (terpisah dari anak normal). Maka munculah konsep pendidikan Luar Biasa identik

dengan Sekolah Luar Biasa (SLB).

2. Ibdaul Latifah, Pendidikan Segregasi, Mainstreaming, Integrasi dan Inklusi............105


Integrasi adalah istilah yang banyak digunakan oleh kalangan masyarakat yang
berarti memasukkan anak berkebutuhan khsuus ke dalam sekolah regular. Integrasi sering
juga disebut dengan mainstreaming(Stubbs, 2008). Akan tetapi pendidikan integrasi belum
tentu juga menerapkan konsep mainstreaming. Contoh kasusnya adalah beberapa anak
sekolah dasar yang tanpa disadari adalah anak berkebutuhan khusus dan tampaknya
memang pendidikan integrasi karena antara yang berkebutuhan khusus dan anak normal
menjadi satu kelas, tetapi pengajarannya terkadang tidak menerapkan konsep
mainstreaming(Mambela, 2010). Sistem pendidikan integrasi juga disebut dengan sistem
pendidikan terpadu yaitu sistem pendidikan yang memadukan anak berkebutuhan khusus
dengan anak normal. Penyatuan tersebut dapat bersifat sebagian atau keterpaduan dalam
rangka sosialisasi bahkan dapat bersifat menyeluruh.
Ada tiga bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus menurut Depdiknas (1986). Ketiga bentuk tersebut adalah : (a). Bentuk Kelas Biasa
Dalam kelas ini anak berkebutuhan khusus belajar secara penuh dengan menggunakan
kurikulum biasa. Maka dari itu, diharapkan adanya pelayanan dan bantuan dari guru kelas
atau guru bidang studi dalam melaksanakan kegiatan belajar. Cara mengajar dan penilaian
yang digunakan tidak sama dengan kelas umum. Untuk mata pelajaran tertentu harus
disesuaikan dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus misalnya menggambar,
matematika, menulis perlu disesuaikan bagi anak tunanetra, jangan disamakan dengan anak
normal. (b). Kelas Biasa dengan Ruang bimbingan khusus. Dikelas ini anak berkebutuhan
khusus belajar di kelas biasa dengan menggunakan kurikulum biasa serta mengikuti
layanan khusus untuk mata pelajaran tertentu yang tidak dapat diikuti oleh anak
berkebutuhan khusus bersama anak normal. Pelayanan khusus diberikan oleh guru
pembimbing khusus di ruang bimbingan khsuus. (c). Bentuk kelas khusus. Bentuk kelas
khusus juga disebut dengan keterpaduan local atau bangunan atau keterpaduan yang
bersifat sosialisasi. Pada kelas ini, guru pembimbing khusus berfungsi sebagai pelaksana
program di kelas khusus. Pendekatan, metode, dan cara penilaian yang digunakan adalah
yang sudah biasa digunakan pada sekolah luar biasa. Keterpaduan pada tingkat ini hanya
bersifat fisik dan sosial, artinya anak berkebutuhan khusus dapat dipadukan untuk kegiatan
yang bersifat non akademik, seperti olahraga, keterampilan, juga sosialisasi pada jam
istirahat.
Pendidikan inklusi merupakan sebuah sistem penyelenggaraan pendidikan terbuka
untuk anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak pada umumnya dalam satu
lingkungan pendidikan (Shofa, 2018). Menurut Bintoro yang dikutip oleh Abdul Rahim
menjelaskan bahwa pendidikan inklusi adalah proses pendidikan yang memungkinkan
semua anak berkesempatan untuk berpartisipasi secara penuh dalam kegiatan kelas regular,
tanpa memandang kelainan, ras, atau karakteristik lainnya (Rahim, 2016). Menurut
permendiknas RI No 70 tahun 2009 pasal 1 Pendidikan Inklusi didefinisikan sebagai sistem
penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik
yang memiliki kelainan dan memilki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk
mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara
bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Dari beberapa pengertian di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa pendidikan inklusi adalah penggabungan pendidikan semua
anak baik yang berkebutuhan khusus ataupun yang mempunyai kesulitan dalam hal lainnya
disekolah regular (umum). Hal ini sesuai dengan pendapat Neil dalam Bhota menjelaskan
bahwa inklusi pada dasarnya mencakup tantangan penyediaan lingkungan belajar terbaik
untuk semua anak, tidak hanya dikhususkan untuk anak berkebutuhan khusus (penyandang
cacat) tetapi juga anak yang mengalami kemiskinan, sakit atau hambatan lain dalam belajar
(Botha & Kourkoutas, 2016)

3, Ibdaul Latifah, Pendidikan Segregasi, Mainstreaming, Integrasi dan Inklusi............105

Integrasi adalah istilah yang banyak digunakan oleh kalangan masyarakat yang

berarti memasukkan anak berkebutuhan khsuus ke dalam sekolah regular. Integrasi sering

juga disebut dengan mainstreaming(Stubbs, 2008). Akan tetapi pendidikan integrasi belum

tentu juga menerapkan konsep mainstreaming. Contoh kasusnya adalah beberapa anak

sekolah dasar yang tanpa disadari adalah anak berkebutuhan khusus dan tampaknya

memang pendidikan integrasi karena antara yang berkebutuhan khusus dan anak normal

menjadi satu kelas, tetapi pengajarannya terkadang tidak menerapkan konsep


mainstreaming(Mambela, 2010). Sistem pendidikan integrasi juga disebut dengan sistem

pendidikan terpadu yaitu sistem pendidikan yang memadukan anak berkebutuhan khusus

dengan anak normal. Penyatuan tersebut dapat bersifat sebagian atau keterpaduan dalam

rangka sosialisasi bahkan dapat bersifat menyeluruh

Anda mungkin juga menyukai