Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 2

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


(PDGK 4407)

Neno Octavia
856265724
S1 PGSD BI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ PADANG
POKJAR BAWAN
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
penulis senantiasa selalu memperbaharui rasa syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas tutorial 1.
Tugas ini ditulis dalam rangka memenuhi tugas 2 mata kuliah Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus PDGK 4407 pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Terbuka, UPBJJ UT-
Padangtahun2023.2. Penulis menyadari bahwa tugas ini tentunya belum sempurna dan
terdapat beberapa kekurangan dalam penyajian pemahaman dan penjelasannya. Oleh sebab
itu penulis berharap kritik,saran dan tanggapan untuk melengkapi agar menjadi lebih baik.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Lubuk Basung, 8 November 2023

NENO OCTAVIA
PERTANYAAN:

1. Jelaskan apa saja jenis anak berkebutuhan khusus! Analisis secara terstruktur mulai dari
defenisi, ciri-ciri dan penanganannya, anak berkebutuhunan khusus yg pernah saudara
temui atau berada di sekolah saudara!
Jawab:
Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus yang sudah dipelajari ada 8 diantaranya, yaitu:
a. Tunanetra
Tunanetra yaitu kurang penglihatan. Sejalan dengan makna tersebut, istilah ini
dipakai untuk mereka yang mengalami gangguan penglihatan yang mengakibatkan
fungsi penglihatan tidak dapat dilakukan. Oleh karena gangguan tersebut,
penyandang tunanetra menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan mereka yang
penglihatannya berfungsi secara normal. Sehubungan dengan itu, anak tunanetra
mempunyai kebutuhan khusus yang menuntut adanya pelayanan khusus sehingga
potensi yang dimiliki oleh para tunanetra dapat berkembang secara optimal.
b. Tunarungu
Tunarungu yaitu gangguan pendengaran, mulai dari yang ringan sampai dengan yang
berat. Gangguan ini dapat terjadi sejak lahir (merupakan bawaan), dapat juga terjadi
setelah kelahiran. Istilah lain yang sering digunakan untuk menggambarkan anak
yang mengalami gangguan pendengaran adalah anak tuli. Oleh karena kondisi khusus
ini, anak tunarungu memerlukan bantuan khusus, baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam pendidikan.
c. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi, merupakan gangguan yang cukup signifikan karena
kemampuan berkomunikasi memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan
orang lain. Jika kemampuan ini terganggu maka proses interaksi pun akan terganggu
pula. Secara garis besar, gangguan komunikasi dapat dibagi menjadi dua kategori,
yaitu gangguan bicara (karena kerusakan organ bicara) dan gangguan bahasa (speech
disorder dan language disorder). Gangguan bicara yang sering disebut sebagai
tunawicara dapat disebabkan oleh gangguan pendengaran yang terjadi sejak lahir atau
kerusakan organ bicara, misalnya lidah yang terlampau pendek sehingga anak tidak
dapat memproduksi bunyi secara sempurna. Gangguan pendengaran yang terjadi
sejak lahir cenderung menjurus kepada gangguan bicara karena yang bersangkutan
tidak pernah mendengar suara sehingga tidak mengenal suara.
d. Tunagrahita
Tunagrahita atau sering dikenal dengan cacat mental adalah kemampuan mental yang
berada di bawah normal. Tolok ukur yang sering dikenakan untuk ini adalah tingkat
kecerdasan atau IQ. Anak yang secara signifikan mempunyai IQ di bawah normal
dikelompokkan sebagai anak tunagrahita.
e. Tunadaksa
Tunadaksa secara harfiah berarti cacat fisik. Oleh karena kecacatan ini, anak tersebut
tidak dapat menjalankan fungsi fisik secara normal. Anak yang kakinya tidak normal
karena kena polio atau yang anggota tubuhnya diamputasi karena satu penyakit dapat
dikelompokkan pada anak tunadaksa. Istilah ini juga mencakup gangguan fisik dan
kesehatan yang dialami oleh anak sehingga fungsi yang harus dijalani sebagai anak
normal, seperti koordinasi, mobilitas, komunikasi, belajar, dan penyesuaian pribadi,
secara signifikan terganggu.
f. Tunalaras
Istilah tunalaras digunakan sebagai padanan dari istilah behavior disorder dalam
bahasa Inggris. Kelompok tunalaras sering juga dikelompokkan dengan anak yang
mengalami gangguan emosi (emotionally disturbance). Gangguan yang muncul pada
anak-anak ini berupa gangguan perilaku, seperti suka menyakiti diri sendiri
(misalnya mencabik-cabik pakaian atau memukul-mukul kepala), suka menyerang
teman (agresif) atau bentuk penyimpangan perilaku yang lain.
g. Anak Berkesulitan Belajar
Anak berkesulitan belajar merupakan anak-anak yang mendapat kesulitan belajar
bukan karena kelainan yang dideritanya. Anak-anak ini pada umumnya mempunyai
tingkat kecerdasan yang normal, namun tidak mampu mencapai prestasi yang
seharusnya karena mendapat kesulitan belajar. Oleh karena itu, Anda pasti dapat
memahami bahwa anak-anak ini tidak mudah diidentifikasi dan paling banyak
terdapat di antara anak-anak yang bersekolah di sekolah biasa.
h. Tunaganda
Sesuai dengan makna istilah tunaganda, kelompok penyandang kelainan jenis ini
adalah mereka yang menyandang lebih dari satu jenis kelainan. Misalnya,
penyandang tunanetra dan tunarungu sekaligus, penyandang tunadaksa disertai
tunagrahita atau bahkan tunadaksa, tunarungu, dan tunagrahita sekaligus. Tentu dapat
dibayangkan betapa besarnya kelainan yang disandang, yang tentu saja berdampak
pada kompleksnya layanan pendidikan yang seyogianya disiapkan. Oleh karena
kondisi tunaganda yang seperti itu, kemungkinan mereka berada di SD biasa tentu
sangat kecil.
Jenis anak berkebutuhan khusus yang pernah saya temui di sekolah yang
sedang saya jalani yaitu, anak-anak yang mengalami kesulitan dalam belajar. Anak-
anak yang mengalami kesulitan belajar ini rata-rata memiliki tingkat kecerdasan yang
sama dengan anak normal lainnya. Namun ada faktor yang mempengaruhi itu semua,
mulai dari kurangnya motivasi dari dalam diri siswa itu sendiri, tidak fokus dalam
mengikuti proses belajar mengajar, tidak peduli dengan lingkungan yang ada
disekitarnya, setelah dicari tahu rata-rata hal ini di pengaruhi oleh kurangnya
perhatian orang tua dalam mendampingi tumbuh kembang anak-anaknya, ketika di
rumah orang tua jarang berkomunikasi dengan anak-anaknya, anak-anak lebih leluasa
dengan gadget mereka, sehingga kegiatan ini menjadi kebiasaan di lingkungan rumah
mereka. Alhasil kurangnya hubungan kedekatan bathin antara anak dengan orang
tuanya, hal ini membuat tumbuh kembang anak tidak terkontrol dengan baik dan jauh
dari pantauan orang tua. Dengan melihat hal ini, saya sebagai seorang guru
bertanggungjawab dalam mengajar dan mendidik mereka dengan sepenuh hati yaitu
dengan memberikan perhatian yang lebih kepada anak tersebut tanpa membanding-
bandingkan dia dengan anak normal lainnya. Dan tak lupa selalu memberikan
dukungan yang membuat mereka mau berubah dan memperbaiki diri menjadi lebih
baik lagi.

2. Menurut pendapat saudara keberadaan anak berkebutuham khusus di Indonesia apakah


sudah diperhatikan secara matang oleh pemerintah? Jelaskan !
Jawab:
Menurut pendapat saya Pemerintah Indonesia sudah berusaha semaksimal mungkin
untuk memperhatikan kebutuhan anak berkebutuhan khusus, namun pada kenyataan di
lapangan dalam penerapannya masih terkendala, mulai dari terkendala fasilitas yang
belum merata diseluruh daerah yang ada di Indonesia, terbatasnya layanan bagi anak
berkebutuhan khusus, dan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang anak-anak
berkebutuhan khusus. Walaupun pemerintah Indonesia telah mengeluarkan beberapa
kebijakan dan upaya untuk meningkat kebutuhan anak berkebutuhan khusus tersebut.
3. Jelaskan menurut pendapat saudara keterkaitan tiga jenis kebutuhan anak berkebutuham
khusus!
Jawab:
Keterkaitan tiga jenis kebutuhan anak berkebutuham khusus
a. Kebutuhan Fisik/Kesehatan
Sebagaimana halnya orang normal, para penyandang kelainan memerlukan fasilitas
yang memungkinkan mereka bergerak sesuai dengan kebutuhannya atau
menjalankan kegiatan rutin sehari-hari tanpa harus selalu tergantung pada bantuan
orang lain. Kebutuhan fisik ini tentu terkait erat dengan jenis kelainan yang
disandang. Misalnya, bagi penyandang tunadaksa yang menggunakan kursi roda,
adanya sarana khusus bagi kursi roda, seperti jalan miring sebagai pengganti tangga
(dalam bahasa asing disebut ram) atau lift dalam gedung bertingkat akan sangat
membantu mereka dalam mobilitasnya. Penyandang tunanetra memerlukan tongkat
yang membantunya mencari arah, sedangkan penyandang tunarungu memerlukan
alat bantu dengar.
b. Kebutuhan Sosial-Emosional
Bersosialisasi merupakan kebutuhan setiap makhluk, termasuk para penyandang
kelainan. Sebagai akibat dari kelainan yang disandangnya, kebutuhan tersebut
kadang-kadang susah dipenuhi. Berbagai kondisi/ keterampilan, seperti mencari
teman, memasuki masa remaja, mencari kerja, perkawinan, kehidupan seksual, dan
membesarkan anak merupakan kondisi yang menimbulkan masalah bagi
penyandang kelainan. Remaja putri tunarungu mungkin mampu membersihkan diri
sendiri pada masa datang bulan atau haid, namun mereka mungkin tidak sadar akan
bahaya yang mungkin mereka alami karena mereka sangat lugu. Sebaliknya, remaja
tunagrahita mempunyai masalah yang cukup kompleks. Selain tidak mampu
membersihkan diri sendiri, mereka juga tidak sadar apa arti remaja bagi seorang
wanita dan bagi seorang pria, sementara kebutuhan seksual mereka mungkin
berkembang secara normal. Oleh karena itu, mereka memerlukan lindungan dan
bantuan para pekerja sosial, psikolog, dan ahli bimbingan yang dapat membantu
mereka dalam menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan sosialisasi dan
menjadi remaja.
c. Kebutuhan Pendidikan
Kebutuhan pendidikan penyandang keluarbiasaan, meliputi berbagai aspek yang
terkait dengan keluarbiasaan yang disandangnya. Misalnya, secara khusus,
penyandang tunarungu memerlukan bina persepsi bunyi yang diberikan oleh seorang
speech therapist, tunanetra memerlukan bimbingan khusus dalam mobilitas dan
huruf Braille, dan tunagrahita memerlukan keterampilan hidup sehari-hari. Namun
secara umum, semua penyandang kelainan memerlukan latihan
keterampilan/vokasional dan bimbingan karier yang memungkinkan mereka
mendapat pekerjaan dan hidup mandiri tanpa banyak tergantung dari bantuan orang
lain.
Dari 3 kebutuhan di atas saling berkaitan antara satu sama lainnya. Dengan
bantuan fisik/kesehatan yang memadai, ini sangat membantu untuk memenuhi
kebutuhan sosio-emosional yang dibutuhkan oleh ABK untuk berinteraksi dengan
lingkungan masyarakat, terutama ketika memasuki masa perkembangan di usia
kanak-kanak dan usia remaja. Salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan
sosial ABK yaitu dengan memasukkan ABK ke sekolah dasar inklusi. Melalui
sekolah yang tercover sebagai sekolah inklusi diharapkan mampu mewujudkan
lingkungan yang ramah dan bisa membantu ABK mengatasi permasalahan
keterampilan sosial melalui pembelajaran yang diberikan guru sesuai kemampuan
dan kebutuhan ABK agar memiliki keterampilan sosial yang lebih baik sehingga
mampu berinteraksi dengan orang lain termasuk dengan teman sebaya.

4. Menurut pendapat saudara jelaskan perbedaan pelayanan anak berkebutuhan khusus ,


yaitu SLB dan sekolah Inklusi!
Jawab:
Perbedaan pelayanan anak berkebutuhan khusus yaitu SLB dengan sekolah inklusi yaitu:
- Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan sekolah yang khusus untuk menerima
atau menampung anak ABK saja.
- Tujuan utama dari SLB adalah memberikan pendidikan dan perawatan khusus
bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus. SLB biasanya menerima siswa
dengan berbagai jenis dan tingkat kebutuhan khusus, termasuk gangguan
perkembangan, gangguan belajar, dan ketidakmampuan intelektual.
- SLB biasanya memiliki kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik
setiap siswa. Kurikulum ini dirancang untuk memberikan dukungan yang
intensif dalam mengatasi tantangan individu.
- Siswa di SLB mungkin menghadiri kelas yang terpisah dari sekolah reguler.
Mereka sering berinteraksi dengan siswa lain yang memiliki kebutuhan serupa.
- Guru di SLB biasanya menerima pelatihan khusus dalam mendidik anak-anak
berkebutuhan khusus. Mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam
mengatasi berbagai tantangan yang mungkin dihadapi siswa mereka.
Sedangkan sekolah inklusi yaitu sekolah yang:
Sekolah inklusi memperlakukan anak berkebutuhan khusus sama dengan anak-
anak reguler dengan pembelajaran dan lingkungan yang sama. Sekolah inklusi
bertujuan untuk mengintegrasikan anak-anak berkebutuhan khusus ke dalam
lingkungan pendidikan reguler. Tujuan utamanya adalah menciptakan
lingkungan yang inklusif di mana semua siswa, termasuk yang memiliki
kebutuhan khusus, dapat belajar bersama anak-anak tanpa kebutuhan khusus.
Siswa inklusi menghadiri kelas yang sama dengan siswa yang tanpa
berkebutuhan khusus, sehingga ini dapat membantu dalam pengembangan
kemampuan sosial dan integrasi siswa ABK yang lebih luas.

5. Menurut pendapat saudara, jelaskan mengenai pendekatan kolaboratif! Dan siapa saja
pihak yang terlibat di dalamnya.
Jawab:
Menurut pendapat saya, pendekatan kolaboratif dalam konteks Anak Berkebutuhan
Khusus mengacu pada pendekatan yang melibatkan berbagai pihak, seperti guru, orang
tua, terapi, dan profesional lainnya, untuk bekerja sama dalam merencanakan dan
memberikan dukungan terbaik kepada anak-anak dengan kebutuhan khusus. Tujuan
utama dari pendekatan kolaboratif ini adalah untuk memastikan bahwa anak-anak
dengan kebutuhan khusus mendapatkan pendidikan dan perawatan yang sesuai dengan
kebutuhan mereka. Berikut adalah beberapa elemen penting dalam pendekatan
kolaboratif dalam ABK, guru sekolah biasa, guru pendidikan khusus, pengawas
sekolah, kepala sekolah, orang tua ABK, ABK sendiri, Psikolog sekolah, guru bina
wicara dan persepsi bunyi, dokter dari berbagai keahlian, perawat sekolah, guru
pendidikan jasmani yang sudah mendapat pelatihan khusus untuk menangani ABK, ahli
terapi fisik, pekerja sosial dan konselor, personel lain sesuai kebutuhan anak
berkebutuhan khusus.
DAFTAR PUSTAKA

Ahsan, M. T., 2014. Inclusive Education: A Strategy to Address Diversity to Ensure Equal
Right to Education. Editorial. Asian Journal of Inclusive Education (AJIE),2(1),1-3.
Wardani, IGAK, dkk. 2021. Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Universitas
Terbuka: Tangerang Selatan.
Zafira, Ruwaida. 2015. “Kompetensi Pedagogik Guru Pada Anak Berkebutuhan Khusus di
SDN Inklusi Klampis Ngasem I Surabaya”. Jurnal PGSD, (online), 03 (02).
Wardani, I.G.A.K., dkk. 2022. PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS Edisi Ke 2. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
https://fkip.umsu.ac.id/2023/06/02/pendekatan-pembelajaran-kolaboratif-
meningkatkanketerlibatan-dan-pemahaman-siswa/
https://www.liputan6.com/disabilitas/read/4342793/pentingnya-kolaborasi-sekolah-
keluargadan-masyarakat-untuk-bangun-pendidikan-abk?page=2.

Anda mungkin juga menyukai