Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN ANAK TUNANETRA”

MATA KULIAH: PENDIDIKAN INKLUSI


DOSEN PEMBIMBING: Dr. H. Abidinsyah, M.Pd

DISUSUN OLEH Kelompok 1:


Adela Azzahra 3062111001
M. Luthfi 3062111002
Sariyem 306211003

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU


PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK
INDONESIA STKIP PGRI BANJARMASIN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Pendidikan dan
Bimbingan Anak Tunanetra" ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus. Dalam makalah ini, kami membahas tentang pentingnya pendidikan
dan bimbingan bagi anak tunanetra. Anak tunanetra adalah anak yang mengalami kelainan atau
gangguan indera penglihatan, baik bersifat berat maupun ringan. Kelainan atau gangguan
penglihatan ini dapat menyebabkan anak tunanetra mengalami hambatan dalam proses belajar
dan tumbuh kembangnya. Oleh karena itu, anak tunanetra membutuhkan pendidikan dan
bimbingan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya. Pendidikan dan
bimbingan khusus ini bertujuan untuk membantu anak tunanetra mengembangkan potensi yang
dimilikinya secara optimal.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Banjarmasin, 14 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Tunanetra
2.2 Hambaran Tunanetra Dalam Pembelajaran
2.3 Pendidikan Khsuus Tunanetra
2.4 Faktor yang Harus Diperhatikan
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak tunanetra adalah anak yang mengalami kelainan atau gangguan indera penglihatan,
baik bersifat berat maupun ringan. Kelainan atau gangguan penglihatan ini dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, seperti faktor genetik, faktor lingkungan, atau faktor penyakit. Anak
tunanetra mengalami hambatan dalam proses belajar dan tumbuh kembangnya. Hal ini
disebabkan karena mereka tidak dapat melihat, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam
memahami informasi dan melakukan aktivitas sehari-hari.
Anak tunanetra mengalami kesulitan dalam memahami informasi yang disampaikan secara
visual, seperti gambar, grafik, atau diagram. Hal ini menyebabkan mereka mengalami kesulitan
dalam memahami materi pelajaran, seperti matematika, sains, atau geografi. Anak tunanetra
mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti makan, berpakaian, mandi,
atau berjalan. Hal ini disebabkan karena mereka tidak dapat melihat lingkungan sekitar mereka.
Anak tunanetra mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial dengan teman sebaya dan orang
dewasa. Hal ini disebabkan karena mereka tidak dapat melihat wajah dan ekspresi orang lain.
Oleh karena itu, anak tunanetra membutuhkan pendidikan dan bimbingan khusus yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya. Pendidikan dan bimbingan khusus ini
bertujuan untuk membantu anak tunanetra mengembangkan potensi yang dimilikinya secara
optimal. Pendidikan dan bimbingan khusus bagi anak tunanetra dapat diberikan di sekolah luar
biasa (SLB) atau di sekolah inklusi. SLB adalah sekolah yang khusus diperuntukkan bagi anak
berkebutuhan khusus, termasuk anak tunanetra. Sekolah inklusi adalah sekolah yang menerima
anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama dengan anak normal. Pendidikan dan
bimbingan khusus bagi anak tunanetra meliputi berbagai aspek, seperti pendidikan akademik,
pendidikan keterampilan, dan pendidikan sosial. Pendidikan akademik bertujuan untuk
membantu anak tunanetra menguasai materi pelajaran sesuai dengan jenjang pendidikannya.
Pendidikan keterampilan bertujuan untuk membantu anak tunanetra mengembangkan
keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup mandiri. Pendidikan sosial bertujuan untuk
membantu anak tunanetra berinteraksi sosial dengan orang lain.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa saja hambatan yang dialami oleh anak tunanetra dalam proses belajar dan tumbuh
kembangnya?
b. Bagaimana pendidikan dan bimbingan khusus dapat membantu anak tunanetra
mengembangkan potensinya secara optimal?
c. Apa saja faktor yang perlu diperhatikan dalam memberikan pendidikan dan bimbingan
khusus bagi anak tunanetra?

1.3 Tujuan
a. Mengidentifikasi hambatan yang dialami oleh anak tunanetra dalam proses belajar dan
tumbuh kembangnya
b. Menjelaskan bagaimana pendidikan dan bimbingan khusus dapat membantu anak
tunanetra mengembangkan potensinya secara optimal
c. Menganalisis faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memberikan pendidikan dan
bimbingan khusus bagi anak tunanetra
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Tunanetra
Tunanetra adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi seseorang yang
mengalami gangguan atau hambatan dalam indra penglihatannya. Berdasarkan tingkat
gangguannya Tunanetra dibagi dua yaitu buta total (total blind) dan masih mempunyai sisa
penglihatan (low vision).
1. Tunanetra buta total* adalah orang yang tidak memiliki penglihatan sama sekali, baik di
siang hari maupun di malam hari, bahkan dengan bantuan kacamata atau kaca mata berlensa
tebal.
2. Tunanetra low vision* adalah orang yang masih memiliki sisa penglihatan, tetapi
penglihatannya tidak normal. Sisa penglihatan ini dapat berupa penglihatan yang sangat kabur,
penglihatan yang hanya bisa melihat pada jarak dekat, atau penglihatan yang hanya bisa
melihat cahaya.
Tunanetra dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor genetik, faktor
lingkungan, atau faktor penyakit. Faktor genetik adalah faktor yang diturunkan dari orang tua
ke anaknya. Faktor lingkungan adalah faktor yang terjadi di lingkungan sekitar, seperti infeksi,
kecelakaan, atau paparan zat berbahaya. Faktor penyakit adalah faktor yang disebabkan oleh
penyakit, seperti katarak, retinitis pigmentosa, atau glaukoma. Tunanetra mengalami hambatan
dalam proses belajar dan tumbuh kembangnya. Hal ini disebabkan karena mereka tidak dapat
melihat, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam memahami informasi dan melakukan
aktivitas sehari-hari.
Berikut adalah beberapa hambatan yang dialami oleh tunanetra dalam proses belajar
dan tumbuh kembangnya:
1. Hambatan dalam memahami informasi
Tunanetra mengalami kesulitan dalam memahami informasi yang disampaikan secara visual,
seperti gambar, grafik, atau diagram. Hal ini menyebabkan mereka mengalami kesulitan dalam
memahami materi pelajaran, seperti matematika, sains, atau geografi.
2. Hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Tunanetra mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti makan,
berpakaian, mandi, atau berjalan. Hal ini disebabkan karena mereka tidak dapat melihat
lingkungan sekitar mereka.

3. Hambatan dalam berinteraksi sosial


Tunanetra mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial dengan teman sebaya dan orang
dewasa. Hal ini disebabkan karena mereka tidak dapat melihat wajah dan ekspresi orang lain.

Oleh karena itu, tunanetra membutuhkan pendidikan dan bimbingan khusus yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya. Pendidikan dan bimbingan khusus ini
bertujuan untuk membantu tunanetra mengembangkan potensi yang dimilikinya secara
optimal. Pendidikan dan bimbingan khusus bagi tunanetra dapat diberikan di sekolah luar biasa
(SLB) atau di sekolah inklusi. SLB adalah sekolah yang khusus diperuntukkan bagi anak
berkebutuhan khusus, termasuk tunanetra. Sekolah inklusi adalah sekolah yang menerima anak
berkebutuhan khusus untuk belajar bersama dengan anak normal. Pendidikan dan bimbingan
khusus bagi tunanetra meliputi berbagai aspek, seperti pendidikan akademik, pendidikan
keterampilan, dan pendidikan sosial. Pendidikan akademik bertujuan untuk membantu
tunanetra menguasai materi pelajaran sesuai dengan jenjang pendidikannya. Pendidikan
keterampilan bertujuan untuk membantu tunanetra mengembangkan keterampilan yang
dibutuhkan untuk hidup mandiri. Pendidikan sosial bertujuan untuk membantu tunanetra
berinteraksi sosial dengan orang lain.

2.2 Hambatan Tuna Netra dalam Pembelajaran


Tunanetra adalah siswa yang mengalami gangguan atau hambatan dalam indra
penglihatannya. Berdasarkan tingkat gangguannya, tunanetra dibagi menjadi dua, yaitu
tunanetra total (total blind) dan tunanetra low vision. Tunanetra total adalah siswa yang tidak
memiliki penglihatan sama sekali, baik di siang hari maupun di malam hari, bahkan dengan
bantuan kacamata atau kaca mata berlensa tebal. Tunanetra low vision adalah siswa yang masih
memiliki sisa penglihatan, tetapi penglihatannya tidak normal. Sisa penglihatan ini dapat
berupa penglihatan yang sangat kabur, penglihatan yang hanya bisa melihat pada jarak dekat,
atau penglihatan yang hanya bisa melihat cahaya.
Tunanetra mengalami hambatan dan tantangan dalam pendidikan. Hambatan dan tantangan ini
dapat berasal dari berbagai faktor, seperti faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa tunanetra itu sendiri. Faktor internal
yang dapat menjadi hambatan dan tantangan bagi siswa tunanetra dalam pendidikan meliputi:
- Hambatan dalam memahami informasi
Tunanetra mengalami kesulitan dalam memahami informasi yang disampaikan secara visual,
seperti gambar, grafik, atau diagram. Hal ini menyebabkan mereka mengalami kesulitan dalam
memahami materi pelajaran, seperti matematika, sains, atau geografi.
- Hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Tunanetra mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti makan,
berpakaian, mandi, atau berjalan. Hal ini disebabkan karena mereka tidak dapat melihat
lingkungan sekitar mereka.

- Hambatan dalam berinteraksi sosial


Tunanetra mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial dengan teman sebaya dan orang
dewasa. Hal ini disebabkan karena mereka tidak dapat melihat wajah dan ekspresi orang lain.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan sekitar siswa tunanetra. Faktor
eksternal yang dapat menjadi hambatan dan tantangan bagi siswa tunanetra dalam pendidikan
meliputi:
- Lingkungan belajar yang tidak ramah tunanetra
Lingkungan belajar yang tidak ramah tunanetra dapat berupa lingkungan belajar yang tidak
dilengkapi dengan fasilitas yang dibutuhkan oleh siswa tunanetra, seperti tulisan braille, alat
peraga, atau pendamping tunanetra.
- Persepsi negatif masyarakat terhadap tunanetra
Persepsi negatif masyarakat terhadap tunanetra dapat menyebabkan siswa tunanetra merasa
rendah diri dan tidak percaya diri.
- Kebijakan pemerintah yang belum sepenuhnya mendukung pendidikan bagi tunanetra
Kebijakan pemerintah yang belum sepenuhnya mendukung pendidikan bagi tunanetra dapat
menyebabkan akses pendidikan bagi tunanetra menjadi terbatas.
- Upaya Mengatasi Hambatan dan Tantangan Siswa Tunanetra dalam Pendidikan

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan dan tantangan siswa
tunanetra dalam pendidikan, yaitu:

a. Pendidikan dan bimbingan khusus


Pendidikan dan bimbingan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa
tunanetra dapat membantu mereka mengatasi hambatan dan tantangan dalam pendidikan.
Pendidikan dan bimbingan khusus ini dapat diberikan di sekolah luar biasa (SLB) atau di
sekolah inklusi.

b. Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah yang mendukung pendidikan bagi tunanetra dapat membantu
meningkatkan akses pendidikan bagi tunanetra. Kebijakan pemerintah ini dapat berupa
penyediaan fasilitas pendidikan yang memadai, pemberian beasiswa, atau pelatihan bagi guru
untuk mengajar siswa tunanetra.

c. Perubahan persepsi masyarakat


Perubahan persepsi masyarakat terhadap tunanetra dapat membantu siswa tunanetra untuk
lebih percaya diri dan berprestasi dalam pendidikan. Perubahan persepsi masyarakat ini dapat
dilakukan melalui sosialisasi dan kampanye tentang potensi yang dimiliki oleh siswa tunanetra.

2.3 Pendidikan Khusus Tunanetra


Anak tunanetra mengalami hambatan dalam proses belajar dan tumbuh kembangnya.
Hal ini disebabkan karena mereka tidak dapat melihat, sehingga mereka mengalami kesulitan
dalam memahami informasi dan melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, anak
tunanetra membutuhkan pendidikan dan bimbingan khusus yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuannya. Pendidikan dan bimbingan khusus ini bertujuan untuk
membantu anak tunanetra mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.
Pendidikan khusus bagi anak tunanetra meliputi berbagai aspek, seperti pendidikan
akademik, pendidikan keterampilan, dan pendidikan sosial. Pendidikan akademik bertujuan
untuk membantu anak tunanetra menguasai materi pelajaran sesuai dengan jenjang
pendidikannya. Pendidikan keterampilan bertujuan untuk membantu anak tunanetra
mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup mandiri. Pendidikan sosial
bertujuan untuk membantu anak tunanetra berinteraksi sosial dengan orang lain. Pendidikan
khusus bagi anak tunanetra dapat diberikan di sekolah luar biasa (SLB) atau di sekolah inklusi.
SLB adalah sekolah yang khusus diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus, termasuk
anak tunanetra. Sekolah inklusi adalah sekolah yang menerima anak berkebutuhan khusus
untuk belajar bersama dengan anak normal.

Pendidikan khusus dapat membantu anak tunanetra mengembangkan potensinya secara


optimal dalam berbagai hal, seperti:
- Kemampuan akademik
Pendidikan khusus dapat membantu anak tunanetra untuk menguasai materi pelajaran sesuai
dengan jenjang pendidikannya. Hal ini dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran
yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak tunanetra. Misalnya, materi
pelajaran yang disampaikan secara visual digantikan dengan materi pelajaran yang
disampaikan secara auditori atau kinestetik.
- Kemampuan keterampilan
Pendidikan khusus dapat membantu anak tunanetra untuk mengembangkan keterampilan yang
dibutuhkan untuk hidup mandiri. Misalnya, keterampilan dalam menggunakan alat peraga,
keterampilan dalam orientasi dan mobilitas, atau keterampilan dalam berkomunikasi.

- Kemampuan sosial
Pendidikan khusus dapat membantu anak tunanetra untuk berinteraksi sosial dengan orang lain.
Misalnya, keterampilan dalam membangun relasi, keterampilan dalam mengatasi hambatan
sosial, atau keterampilan dalam berorganisasi.

2.4 Faktor yang Harus Diperhatikan


Berikut adalah faktor-faktor khusus yang harus diperhatikan dalam pendidikan anak tuna
netra:
a. Keterampilan akademik
Anak tuna netra membutuhkan keterampilan akademik yang berbeda dengan anak normal. Hal
ini karena anak tuna netra mengalami hambatan dalam memahami informasi yang disampaikan
secara visual. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan anak
tuna netra harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mereka. Misalnya, materi
pelajaran yang disampaikan secara visual digantikan dengan materi pelajaran yang
disampaikan secara auditori atau kinestetik.
b. Keterampilan keterampilan
Anak tuna netra juga membutuhkan keterampilan keterampilan yang berbeda dengan anak
normal. Hal ini karena anak tuna netra membutuhkan keterampilan untuk hidup mandiri.
Misalnya, keterampilan dalam menggunakan alat peraga, keterampilan dalam orientasi dan
mobilitas, atau keterampilan dalam berkomunikasi.
c. Keterampilan sosial
Anak tuna netra juga membutuhkan keterampilan sosial yang berbeda dengan anak normal.
Hal ini karena anak tuna netra membutuhkan keterampilan untuk berinteraksi sosial dengan
orang lain. Misalnya, keterampilan dalam membangun relasi, keterampilan dalam mengatasi
hambatan sosial, atau keterampilan dalam berorganisasi.
Selain faktor-faktor tersebut, faktor-faktor lain yang juga perlu diperhatikan dalam
pendidikan anak tuna netra adalah:

a. Kurikulum
Kurikulum pendidikan anak tuna netra harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
mereka. Kurikulum tersebut harus mencakup materi pelajaran, metode pembelajaran, dan
evaluasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak tuna netra.

b. Fasilitas
Fasilitas pendidikan anak tuna netra harus memadai untuk mendukung proses belajar dan
mengajar. Fasilitas tersebut harus meliputi fasilitas fisik, alat peraga, dan sumber daya manusia.
c. Pendidik
Pendidik yang mengajar anak tuna netra harus memiliki kompetensi yang memadai.
Kompetensi tersebut meliputi kompetensi akademik, kompetensi pedagogik, dan kompetensi
kepribadian.
d. Orang tua
Orang tua memiliki peran penting dalam pendidikan anak tuna netra. Orang tua harus
memberikan dukungan dan motivasi kepada anak tuna netra untuk belajar dan mengembangkan
potensinya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Tunanetra adalah orang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam indra
penglihatannya. Berdasarkan tingkat gangguannya, tunanetra dibagi menjadi dua, yaitu
tunanetra total (total blind) dan tunanetra low vision. Tunanetra mengalami hambatan
dalam proses belajar dan tumbuh kembangnya. Hal ini disebabkan karena mereka tidak
dapat melihat, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam memahami informasi dan
melakukan aktivitas sehari-hari.
Oleh karena itu, tunanetra membutuhkan pendidikan dan bimbingan khusus yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya. Pendidikan dan bimbingan khusus ini
bertujuan untuk membantu tunanetra mengembangkan potensi yang dimilikinya secara
optimal. Pendidikan khusus bagi tunanetra meliputi berbagai aspek, seperti pendidikan
akademik, pendidikan keterampilan, dan pendidikan sosial. Pendidikan akademik
bertujuan untuk membantu tunanetra menguasai materi pelajaran sesuai dengan jenjang
pendidikannya. Pendidikan keterampilan bertujuan untuk membantu tunanetra
mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup mandiri. Pendidikan sosial
bertujuan untuk membantu tunanetra berinteraksi sosial dengan orang lain.

3.2 Saran
Peningkatan akses pendidikan dapat dilakukan dengan menyediakan lebih banyak sekolah
luar biasa (SLB) dan sekolah inklusi yang berkualitas. Peningkatan kualitas pendidikan
dapat dilakukan dengan meningkatkan kompetensi pendidik, menyediakan fasilitas yang
memadai, dan mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak tuna netra.
Peningkatan kesadaran masyarakat dapat dilakukan melalui sosialisasi dan kampanye
tentang potensi yang dimiliki oleh anak tuna netra.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Tunanetra#:~:text=Tunanetra%20adalah%20istilah%20umum%
20yang,sisa%20penglihatan%20(low%20vision)
https://id.scribd.com/document/425923523/LAPORAN-RESMI-KULTUR-JARINGAN-
media-sederhana-docx
https://issuu.com/amelhataul/docs/2017_lap_analisis_wilayah_kel_4_teg
https://id.scribd.com/document/358357589/Kelompok-4-Makalah-Umkm
https://id.scribd.com/document/461961661/28556-MIKROORGANISME-PENGURAI

Anda mungkin juga menyukai