Anda di halaman 1dari 15

KARAKTERISTIK ANAK DENGAN GANGGUAN FISIK (TUNA NETRA, TUNA

RUNGU, TUNA DAKSA, TUNA WICARA)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Dosen Pengampu : Dr. Lilik Sriyanti, M.Si

Disusun Oleh :

Lukluk Akmila NIM 23040190103

Kelas 5B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan dan kelancaran
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti. Dalam penyusunan makalah ini
tentunya kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam segi bentuk maupun isi
yang sangat sederhana. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Semoga
makalah dengan judul “Karakteristik Anak dengan Gangguan Fisik (Tunarungu, Tunanetra,
Tunadaksa, Tunawicara” dapat menambah pengetahuan dan wawasan baru bagi pembaca.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada penyusunan makalah ini, kami sebagai
penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Bawen, 25 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Karakteristik Anak Tunanetra..........................................................................................3

B. Karakteristik Anak Tunarungu........................................................................................5

C. Karakteristik Anak Tunawicara.......................................................................................7

D. Karakteristik Anak Tunadaksa.........................................................................................8

BAB III PENUTUP.................................................................................................................10

A. Kesimpulan....................................................................................................................10

B. Saran..............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak Berkebutuhan Khusus diartikan sebagai individu-individu yang
mempunyai karakteristik yang berbeda dari individu lainnya yang dipandang normal
oleh masyarakat pada umumnya. Secara lebih khusus anak berkebutuhan khusus
menunjukkan karakteristik fisik, intelektual, dan emosional yang lebih rendah atau
lebih tinggi dari anak normal sebayanya atau berada di luar standar normal yang
berlaku di masyarakat. Sehingga mengalamai kesulitan dalam meraih sukses baik dari
segi sosial, personal, maupun aktivitas pendidikan.
Anak berkebutuhan khusus merupakan anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan
mental, emosi, atau fisik. Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial
terlambat dalam mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan dan potensinya secara
maksimal, meliputi mereka yang tuli, buta, gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi
mental, gangguan emosional, juga anak-anak berbakat dengan intelegensi tinggi
termasuk ke dalam kategori anak berkebutuhan khusus karena memerlukan penangan
dari tenaga profesional terlatih. Penyimpangan yang menyebabkan anak berkebutuhan
khusus berbeda terletak pada perubahan ciri mental, kemampuan sensori, fisik,
perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi, maupun kombinasi dua
atau tiga dari hal-hal tersebut.1

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja karakteristik anak tunanetra?
2. Apa saja karakteristik anak tunarungu?
3. Apa saja karakteristik anak tunawicara?
4. Apa saja karakteristik anak tunadaksa?

C. Tujuan Penulisan

1
Al Iftitahu Haffatir Reihah, Skripsi: “Efektifitas Pelatihan Incredible Mom Terhadap Peningkatan
Sikap Penerimaan Orang Tua dengan Kondisi Anak Berkebetuhan Khusus”, (Malang: UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang, 2015), hlm. 11.
1
1. Untuk mengetahui karakteristik anak tunanetra
2. Untuk mengetahui karakteristik anak tunarungu
3. Untuk mengetahui karakteristik anak tunawicara
4. Untuk mengetahui karakteristik anak tunadaksa

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Anak Tunanetra


Tunanetra merupakan anak yang mengalami keterbatasan penglihatan secara
keseluruhan (the blind) atau secara sebagian (low vision) yang menghambat dalam
memperoleh informasi secara visual sehingga dapat mempengaruhi prose
pembelajaran dan prestasi belajar. Anak yang mengalami ketidakmampuan melihat
adalah anak yang mempunyai gangguan atau kerusakan dalam penglihatannya
sehingga menghambat prestasi belajar secara optimal, kecuali jika dilakukan
penyesuaian dalam pendekatan-pendekatan penyajian pengalaman belajar, sifat-sifat
bahan yang digunakan, dan/atau lingkungan belajar. Adapun karakteristik anak
tunanetra adalah sebagai berikut :
1. Segi Fisik
Secara fisik anak-anak tunanetra, nampak sekali adanya kelainan pada organ
penglihatan/mata, yang secara nyata dapat dibedakan dengan anak-anak normal
pada umumnya hal ini terlihat dalam aktivitas mobilitas dan respon motorik yang
merupakan umpan balik dari stimuli visual.
2. Segi Motorik
Hilangnya indera penglihatan sebenarnya tidak berpengaruh secara langsung
terhadap keadaan motorik anak tunanetra, tetapi dengan hilangnya pengalaman
visual menyebabkan tunanetra kurang mampu melakukan orientasi lingkungan.
Sehingga tidak seperti anak-anak normal, anak tunanetra harus belajar bagaimana
berjalan dengan aman dan efisien dalam suatu lingkungan dengan berbagai
keterampilan orientasi dan mobilitas.
3. Akademik
Keadaan ketunanetraan berpengaruh pada perkembangan keterampilan
akademis, khususnya dalam bidang membaca dan menulis. Dengan kondisi yang
demikian maka tunanetra mempergunakan berbagai alternatif media atau alat
untuk membaca dan menulis, sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Mereka mungkin mempergunakan huruf braille atau huruf cetak dengan berbagai
alternatif ukuran. Dengan asesmen dan pembelajaran yang sesuai, tunanetra dapat
3
mengembangkan kemampuan membaca dan menulisnya seperti teman-teman
lainnya yang dapat melihat.
4. Pribadi dan Sosial
Mengingat tunanetra mempunyai keterbatasan dalam belajar melalui
pengamatan dan menirukan, maka anak tunananetra sering mempunyai kesulitan
dalam melakukan perilaku sosial yang benar. Penglihatan memungkinkan kita
untuk bergerak dengan leluasa dalam suatu lingkungan, tetapi tunanetra
mempunyai keterbatasan dalam melakukan gerakan tersebut. Keterbatasan tersebut
mengakibatkan keterbatasan dalam memperoleh pengalaman dan juga berpengaruh
pada hubungan sosial. Dari keadaan tersebut mengakibatkan tunanetra lebih
terlihat memiliki sikap:
a. Curiga yang berlebihan pada orang lain, ini disebabkan oleh kekurang
mampuannya dalam berorientasi terhadap lingkungannya
b. Mudah tersinggung. Akibat pengalaman-pengalaman yang kurang
menyenangkan atau mengecewakan yang sering dialami, menjadikan anak-
anak tunanetra mudah tersinggung.
c. Ketergantungan pada orang lain. Anak-anak tunanetra umumnya memilki
sikap ketergantungan yang kuat pada oranglain dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari. Kondisi yang demikian umumnya wajar terjadi pada anak-anak
tunanetra berkenaan dengan keterbatasan yang ada pada dirinya.2
d. Perasaan rendah diri
Keterbatasan yang dimiliki anak tunanetra berimplikasi pada konsep dirinya.
Implikasi keterbatasan penglihatan yaitu perasaan rendah diri untuk bergaul
dan berkompetisi dengan orang lain. Hal ini disebabkan bahwa penglihatan
memiliki pengaruh yang cukup besar dalam memperoleh informasi. Perasaan
rendah diri dalam bergaul terutama dengan anak awas. Perasaan tersebut akan
sangat dirasakan apabila teman sepermainannya menolak untuk bermain
bersama.3
5. Suka berfantasi

2
Suparno Heripurwanto, “Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus”,
(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/PRODI._ILMU_KOMPUTER/196603252001121-MUNIR/Multimedia/
Multimedia_Bahan_Ajar_PJJ/Pendidikan_Anak_Berkebutuhan_Khusus/
Pendidikan+Anak+Kebutuhan+Khusus+UNIT+4.pdf, Diakses pada tanggal 26 September 2021 pukul 08.40)
3
Ibid., (Diakses pada tanggal 26 September 2021 pukul 08.40)
4
Implikasi dari keterbatasan penglihatan pada anak tunanetra yaitu suka
berfantasi. Hal ini bila dibandingkan dengan anak normal dapat melakukan
kegiatan memandang, sekedar melihat-lihat dan mencari informasi saat santai atau
saat-saat tertentu. Kegiatan tersebut tidak dapat dilakukan oleh anak tunanetra,
sehingga anak tunanetra hanya dapat berfantasi saja.
6. Berpikir kritis
Keterbatasan informasi visual dapat memotivasi anak tunanetra dalam berpikir
kritis terhadap suatu permasalahan. Anak tunanetra akan memecahkan
permasalahan secara fokus dan kritis berdasarkan informasi yang ia peroleh
sebelumnya serta terhindar dari pengaruh visual (penglihatan) yang dapat dialami
oleh orang awas.
Berdasarkan pendapat di atas memberikan pemahaman bahwa karakteristik khas
yang dimiliki anak tunanetra merupakan implikasi dari kehilangan informasi secara
visual. Karakteristik tersebut menunjukkan adanya potensi dan kekurangan yang
dimiliki anak tunanetra. Potensi yang dimiliki anak tunanetra dapat dikembangkan
sebagai kemampuan awal dalam meminimalisir kekurangannya. Potensi dan
kekurangan tersebut memerlukan pemahaman bagi orang di sekitarnya untuk mencari
nilai positif dari karakteristik anak tunanetra.4

B. Karakteristik Anak Tunarungu


Kata tuna rungu terdiri dari 2 kata, yaitu tuna dan rungu, yang artinya tuna
berarti kurang, dan rungu berarti kurang pendengaran. Jadi tuna rungu dapat diartikan
sebagai kurangnya pendengaran.
Istilah tunarungu digunakan untuk orang yang mengalami gangguan
pendengaran yang mencakup tuli dan kurang dengar. Orang yang tuli adalah orang
yang mengalami kehilangan pendengaran (lebih dari 70 dB) yang mengakibatkan
kesulitan dalam memproses informasi bahasa melalui pendengarannya sehingga ia
tidak dapat memahami pembicaraan orang lain baik dengan memakai maupun tidak
memakai alat bantu dengar. Orang yang kurang dengar adalah orang yang mengalami
kehilangan pendengaran (sekitar 27 sampai 69 dB) yang biasanya dengan
menggunakan alat bantu

4
Dimas Itna Haryo Tetuko, Skripsi:” Hubungan Sikap Terhadap Cara Mengajar Guru Dengan
Penyesuaian Sosial Di Sekolah Pada Siswa Smalb Wyata Guna Bandung”, (Bandung: UIN Bandung, 2015),
hlm. 16-20.
5
dengar, sisa pendengarannya memungkinkan untuk memproses informasi bahasa
sehingga dapat memahami pembicaraan orang lain.
Anak tuna rungu mempunyai ciri khusus yang membedakan mereka dengan anak
normal. Karakteristik anak tuna rungu sebagai berikut:
1. Ciri-ciri dalam segi kognitif
Kemampuan intelektualnya normal. Pada dasarnya anak-anak tunarungu tidak
mengalami permasalahan dalam segi intelektual. Namun akibat keterbatasan dalam
berkomunikasi dan berbahasa, perkembangan intelektual menjadi lamban.
Perkembangan akademiknya lamban akibat keterbatasan bahasa. Seiring terjadinya
kelambanan dalam perkembangan intelektualnya akibat adanya hambatan dalam
berkomunikasi, maka dalam segi akademiknya juga mengalami keterlambatan.
2. Ciri-ciri dalam Segi Emosi
Kemiskinan akan pemahaman bahasa secara lisan maupun tulis sering
menyebabkan anak tuna rungu menafsirkan sesuatu secara negatif dan salah,
dalam hal ini sering memberikan tekanan pada emosinya yang akan menghambat
perkembangan pribadinya dengan menampilkan sikap menutup diri, bertindak
agresif, dan sering merasa curiga karena tidak dapat memahami apa yang
dibicarakan orang lain.
3. Ciri-ciri dalam Segi Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial selalu ingin kebersamaan dengan orang lain,
demikian juga anak tuna rungu. Tetapi anak tuna rungu mempunyai hambatan
dalam hubungan sosial dengan lingkungannya karena kurang lancarnya
komunikasi dengan lingkungan. Terkadang lingkungan dimana anak tuna rungu
berada kurang dapat menerima keberadaannya sehingga tuna rungu merasa dirinya
tidak berharga. Dengan demikian lingkunga yang demikian, besar pengaruhnya
terhadap perkembangan sosial anak tuna rungu. Kemiskinan bahasa anak tuna
rungu membuat ia tidak mampu terlibat secara baik dalam situasi sosialnya
demikian juga orang lain yang mengalami kesulitan memahami perasaan dan
pikirannya karena tidak bisa berkomunikasi dengan baik kepada tuna rungu.
4. Ciri-ciri dalam Segi Kepribadian
Kepribadian pada dasarnya merupakan keseluruhan sifat dan sikap pada
seseorang yang menentukan cara-caranya yang unik dalam menyesuaikan dirinya

6
dengan lingkungannya. Untuk mengetahui kepribadian tuna rungu perlu kita
perhatikan bagaimana penyesuaian mereka.
Perkembangan kepribadian terjadi dalam pergaulan dan perluasan pengalaman
pada umumnya dan diarahkan pada faktor anak sendiri. Faktor-faktor dalam diri
anak tuna rungu adalah ketidakmampuan menerima rangsangan pendengaran,
kemiskinan bahasa, tidak tetapnya emosi dan keterbatasan intelegensi
dihubungkan dengan sikap lingkungan terhadapnya maka perkembangan
kepribadian tuna rungu akan terhambat.5

C. Karakteristik Anak Tunawicara


Anak tunawicara adalah individu yang mengalami gangguan atau hambatan dalam
dalam komunikasi verbal sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.
Berikut ini yang merupakan karakterisktik anak tunawicara adalah :
1. Karakteristik bahasa dan wicara
Pada umumnya anak tunawicara memiliki kelambatan dalam perkembangan
bahasa wicara bila dibandingkan dengan perkembangan bicara anak-anak normal.
2. Kemampuan intelegensi
Kemamapuan intelegensi (IQ) tidak berbeda dengan anak-anak normal, hanya
pada skor IQ verbalnya akan lebih rendah dari IQ performanya.
3. Segi sosial
Dalam melakukan interaksi sosial di masyarakat banyak mengandalkan
komunikasi verbal, hal ini yang menyebabkan tuna wicara mengalami kesulitan
dalam penyesuaian sosialnya.Sehingga anak tunawicara terkesan agak eksklusif
atau terisolasi dari kehidupan masyarakat normal.
4. Fisik
Berbicara keras dan tidak jelas, suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh
teman bicaranya, telinga mengeluarkan cairan, bibir sumbing, suka melakukan
gerakan tubuh, cenderung pendiam, dan suara sengau.
Anak tunawicara memiliki keterbatasan dalam berbicara atau komunikasi verbal,
sehingga mereka memiliki hambatan dan kesulitan dalam berkomunikasi dan
menyampaikan apa yang ingin mereka rasakan. Kesulitan dalam berkomunikasi akan

5
Noni Triharti, Skripsi:” Hubungan Religiusitas Dengan Penerimaan Diri Orang Tua Yang Memiliki
Anak Tunarungu Di Slb Melati Aisyiyah Medan”, (Medan: Universitas Medan Area, 2016), hlm. 16-18.
7
semakin parah apabila anak tunawicara ini menderita tunarungu juga. Adapun
hambatan-hambatan yang sering ditemui pada anak tuna wicara :
a. Sulit berkomunikasi dengan orang lain
b. Sulit bersosialisasi.
c. Sulit mengutarakan apa yang diinginkannya.
d. Perkembangan pskis terganggu karena merasa berbeda atau minder.
e. Mengalami gangguan dalam perkembangan intelektual, kepribadian, dan
kematangan sosial.6

D. Karakteristik Anak Tunadaksa


Anak tunadaksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik, atau cacat
tubuh, yang mencakup kelainan anggota tubuh maupun yang mengalami kelainan
anggota gerak dan kelumpuhan yang disebabkan karena kelainan yang ada di syaraf
pusat atau otak, disebut sebagai cerebral palcsy (CP), dengan karakteristik sebagai
berikut:
1. Gangguan Motorik
Gangguan motoriknya berupa kekakuan, kelumpuhan, gerakan-gerakan yang
tidak dapat dikendalikan, gerakan ritmis dan gangguan keseimbangan.
2. Gangguan Sensorik
Pusat sensoris pada manusia terletak di otak, mengingat anak cerebral palsy
adalah anak yang mengalami kelainan di otak, maka sering anak cerebral palsy
disertai gangguan sensorik, beberapa gangguan sensorik antara lain penglihatan,
pendengaran, perabaan, penciuman dan perasa. Gangguan penglihatan pada
cerebral palsy terjadi karena ketidakseimbangan otot-otot mata sebagai akibat
kerusakan otak.
3. Gangguan Tingkat Kecerdasan
Walaupun anak cerebral palsy disebabkan karena kelainan otaknya tetapi
keadaan kecerdasan anak cerebral palsy bervariasi. Sekitar 45% mengalami
keterbelakangan mental, dan 35% lagi mempunyai tingkat kecerdasan normal dan
diatas rata-rata. Sedangkan sisanya cenderung dibawah rata-rata.
4. Kemampuan Berbicara

6
Ariandi Setiawan, Manuscript:” Konsep Diri Orang Tua Pada Anak Tunawicara Di Slb Negeri
Semarang, (Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang, 2018), hlm. 12-13.
8
Anak cerebral palsy mengalami gangguan wicara yang disebabkan oleh
kelainan motorik otot-otot wicara terutama pada organ artikulasi seperti lidah,
bibir, dan rahang bawah, dan ada pula yang terjadi karena kurang dan tidak terjadi
proses interaksi dengan lingkungan. Dengan keadaan yang demikian maka bicara
anak-anak cerebral palsy menjadi tidak jelas dan sulit diterima orang lain.
5. Emosi dan Penyesuaian Sosial
Respon dan sikap masyarakat terhadap kelainan pada anak cerebral palsy,
mempengaruhi pembentukan pribadi anak secara umum. Emosi anak sangat
bervariasi, tergantung rangsang yang diterimanya. Secara umum tidak terlalu
berbeda dengan anak–anak normal, kecuali beberapa kebutuhan yang tidak
terpenuhi yang dapat menimbulkan emosi yang tidak terkendali. Sikap atau
penerimaan masyarakat terhadap anak cerebral palsy dapat memunculkan keadaan
anak yang merasa rendah diri atau kepercayaan dirinya kurang, mudah
tersinggung, dan suka menyendiri, serta kurang dapat menyesuaiakan diri dan
bergaul dengan lingkungan.7

7
Suparno Heripurwanto, “Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus”,
(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/PRODI._ILMU_KOMPUTER/196603252001121-MUNIR/Multimedia/
Multimedia_Bahan_Ajar_PJJ/Pendidikan_Anak_Berkebutuhan_Khusus/
Pendidikan+Anak+Kebutuhan+Khusus+UNIT+4.pdf, Diakses pada tanggal 26 September 2021 pukul 08.40)
9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik anak tunanetra
a. Fisik : adanya kelainan pada organ penglihatan/mata
b. Motorik : hilangnya pengalaman visual menyebabkan tunanetra kurang mampu
melakukan orientasi lingkungan
c. Akademik : keadaan ketunanetraan berpengaruh pada perkembangan
keterampilan akademis, khususnya dalam bidang membaca dan menulis.
d. Pribadi dan sosial : memiliki sikap curiga yg berlebihan pada orang lain,
mudah tersinggung, ketergantungan pada orang lain, dan perasaan rendah diri.
e. Suka berfantasi dan berpikir kritis
2. Karakteristik anak tunarungu
a. Kognitif : perkembangan intelektual dan akademiknya lamban akibat
keterbatasan bahasa.
b. Emosi : sikap menutup diri, agresif, dan sering merasa curiga
c. Sosial : anak tuna rungu mempunyai hambatan dalam hubungan sosial dengan
lingkungannya karena kurang lancarnya komunikasi dengan lingkungan.
3. Karakteristik anak tunawicara
a. Karakteristik bahasa dan wicara : memiliki kelambatan dalam perkembangan
bahasa wicara bila dibandingkan dengan perkembangan bicara anak-anak
normal.
b. Kemampuan intelegensi : Kemamapuan intelegensi (IQ) tidak berbeda dengan
anak-anak normal, hanya pada skor IQ verbalnya akan lebih rendah dari IQ
performanya.
c. Segi sosial : Dalam melakukan interaksi sosial di masyarakat banyak
mengandalkan komunikasi verbal, hal ini yang menyebabkan tuna wicara
mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosialnya.Sehingga anak tunawicara
terkesan agak eksklusif atau terisolasi dari kehidupan masyarakat normal.

10
d. Fisik : Berbicara keras dan tidak jelas, suka melihat gerak bibir atau gerak
tubuh teman bicaranya, telinga mengeluarkan cairan, bibir sumbing, suka
melakukan gerakan tubuh, cenderung pendiam, dan suara sengau.
4. Karakteristik anak tunadaksa
a. Karakteristik bahasa dan wicara : memiliki kelambatan dalam perkembangan
bahasa wicara bila dibandingkan dengan perkembangan bicara anak-anak
normal.
b. Kemampuan intelegensi : Kemamapuan intelegensi (IQ) tidak berbeda dengan
anak-anak normal, hanya pada skor IQ verbalnya akan lebih rendah dari IQ
performanya.
c. Segi sosial : Dalam melakukan interaksi sosial di masyarakat banyak
mengandalkan komunikasi verbal, hal ini yang menyebabkan tuna wicara
mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosialnya.Sehingga anak tunawicara
terkesan agak eksklusif atau terisolasi dari kehidupan masyarakat normal.
d. Fisik : Berbicara keras dan tidak jelas, suka melihat gerak bibir atau gerak
tubuh teman bicaranya, telinga mengeluarkan cairan, bibir sumbing, suka
melakukan gerakan tubuh, cenderung pendiam, dan suara sengau.

B. Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, masih ada banyak
kekurangan dan kesalahan dalam isi maupun bentuknya. Maka dari itu, saya
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Reihah, Al Iftitahu Haffatir. 2015. Efektifitas Pelatihan Incredible Mom Terhadap


Peningkatan Sikap Penerimaan Orang Tua dengan Kondisi Anak Berkebetuhan
Khusus. Skripsi. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Setiawan, Ariandi. 2018. Konsep Diri Orang Tua Pada Anak Tunawicara Di SLB Negeri
Semarang. Manuscript. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.
Tetuko, Dimas Itna Haryo. 2015. Hubungan Sikap Terhadap Cara Mengajar Guru Dengan
Penyesuaian Sosial Di Sekolah Pada Siswa Smalb Wyata Guna Bandung. Skripsi.
Bandung: UIN Bandung.
Triharti, Noni. 2016. Hubungan Religiusitas Dengan Penerimaan Diri Orang Tua Yang
Memiliki Anak Tunarungu Di Slb Melati Aisyiyah Medan. Skripsi. Medan: Universitas
Medan Area.
Heripurwanto, Suparno. “Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus”,
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/PRODI._ILMU_KOMPUTER/19660325200112
1-MUNIR/Multimedia/Multimedia_Bahan_Ajar_PJJ/
Pendidikan_Anak_Berkebutuhan_Khusus/
Pendidikan+Anak+Kebutuhan+Khusus+UNIT+4.pdf diakses pada tanggal 26
September 2021 pukul 08.40.

12

Anda mungkin juga menyukai