Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Disusun Oleh :
Kelas 5B
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan dan kelancaran
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti. Dalam penyusunan makalah ini
tentunya kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam segi bentuk maupun isi
yang sangat sederhana. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Semoga
makalah dengan judul “Karakteristik Anak dengan Gangguan Fisik (Tunarungu, Tunanetra,
Tunadaksa, Tunawicara” dapat menambah pengetahuan dan wawasan baru bagi pembaca.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada penyusunan makalah ini, kami sebagai
penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Kesimpulan....................................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja karakteristik anak tunanetra?
2. Apa saja karakteristik anak tunarungu?
3. Apa saja karakteristik anak tunawicara?
4. Apa saja karakteristik anak tunadaksa?
C. Tujuan Penulisan
1
Al Iftitahu Haffatir Reihah, Skripsi: “Efektifitas Pelatihan Incredible Mom Terhadap Peningkatan
Sikap Penerimaan Orang Tua dengan Kondisi Anak Berkebetuhan Khusus”, (Malang: UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang, 2015), hlm. 11.
1
1. Untuk mengetahui karakteristik anak tunanetra
2. Untuk mengetahui karakteristik anak tunarungu
3. Untuk mengetahui karakteristik anak tunawicara
4. Untuk mengetahui karakteristik anak tunadaksa
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Suparno Heripurwanto, “Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus”,
(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/PRODI._ILMU_KOMPUTER/196603252001121-MUNIR/Multimedia/
Multimedia_Bahan_Ajar_PJJ/Pendidikan_Anak_Berkebutuhan_Khusus/
Pendidikan+Anak+Kebutuhan+Khusus+UNIT+4.pdf, Diakses pada tanggal 26 September 2021 pukul 08.40)
3
Ibid., (Diakses pada tanggal 26 September 2021 pukul 08.40)
4
Implikasi dari keterbatasan penglihatan pada anak tunanetra yaitu suka
berfantasi. Hal ini bila dibandingkan dengan anak normal dapat melakukan
kegiatan memandang, sekedar melihat-lihat dan mencari informasi saat santai atau
saat-saat tertentu. Kegiatan tersebut tidak dapat dilakukan oleh anak tunanetra,
sehingga anak tunanetra hanya dapat berfantasi saja.
6. Berpikir kritis
Keterbatasan informasi visual dapat memotivasi anak tunanetra dalam berpikir
kritis terhadap suatu permasalahan. Anak tunanetra akan memecahkan
permasalahan secara fokus dan kritis berdasarkan informasi yang ia peroleh
sebelumnya serta terhindar dari pengaruh visual (penglihatan) yang dapat dialami
oleh orang awas.
Berdasarkan pendapat di atas memberikan pemahaman bahwa karakteristik khas
yang dimiliki anak tunanetra merupakan implikasi dari kehilangan informasi secara
visual. Karakteristik tersebut menunjukkan adanya potensi dan kekurangan yang
dimiliki anak tunanetra. Potensi yang dimiliki anak tunanetra dapat dikembangkan
sebagai kemampuan awal dalam meminimalisir kekurangannya. Potensi dan
kekurangan tersebut memerlukan pemahaman bagi orang di sekitarnya untuk mencari
nilai positif dari karakteristik anak tunanetra.4
4
Dimas Itna Haryo Tetuko, Skripsi:” Hubungan Sikap Terhadap Cara Mengajar Guru Dengan
Penyesuaian Sosial Di Sekolah Pada Siswa Smalb Wyata Guna Bandung”, (Bandung: UIN Bandung, 2015),
hlm. 16-20.
5
dengar, sisa pendengarannya memungkinkan untuk memproses informasi bahasa
sehingga dapat memahami pembicaraan orang lain.
Anak tuna rungu mempunyai ciri khusus yang membedakan mereka dengan anak
normal. Karakteristik anak tuna rungu sebagai berikut:
1. Ciri-ciri dalam segi kognitif
Kemampuan intelektualnya normal. Pada dasarnya anak-anak tunarungu tidak
mengalami permasalahan dalam segi intelektual. Namun akibat keterbatasan dalam
berkomunikasi dan berbahasa, perkembangan intelektual menjadi lamban.
Perkembangan akademiknya lamban akibat keterbatasan bahasa. Seiring terjadinya
kelambanan dalam perkembangan intelektualnya akibat adanya hambatan dalam
berkomunikasi, maka dalam segi akademiknya juga mengalami keterlambatan.
2. Ciri-ciri dalam Segi Emosi
Kemiskinan akan pemahaman bahasa secara lisan maupun tulis sering
menyebabkan anak tuna rungu menafsirkan sesuatu secara negatif dan salah,
dalam hal ini sering memberikan tekanan pada emosinya yang akan menghambat
perkembangan pribadinya dengan menampilkan sikap menutup diri, bertindak
agresif, dan sering merasa curiga karena tidak dapat memahami apa yang
dibicarakan orang lain.
3. Ciri-ciri dalam Segi Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial selalu ingin kebersamaan dengan orang lain,
demikian juga anak tuna rungu. Tetapi anak tuna rungu mempunyai hambatan
dalam hubungan sosial dengan lingkungannya karena kurang lancarnya
komunikasi dengan lingkungan. Terkadang lingkungan dimana anak tuna rungu
berada kurang dapat menerima keberadaannya sehingga tuna rungu merasa dirinya
tidak berharga. Dengan demikian lingkunga yang demikian, besar pengaruhnya
terhadap perkembangan sosial anak tuna rungu. Kemiskinan bahasa anak tuna
rungu membuat ia tidak mampu terlibat secara baik dalam situasi sosialnya
demikian juga orang lain yang mengalami kesulitan memahami perasaan dan
pikirannya karena tidak bisa berkomunikasi dengan baik kepada tuna rungu.
4. Ciri-ciri dalam Segi Kepribadian
Kepribadian pada dasarnya merupakan keseluruhan sifat dan sikap pada
seseorang yang menentukan cara-caranya yang unik dalam menyesuaikan dirinya
6
dengan lingkungannya. Untuk mengetahui kepribadian tuna rungu perlu kita
perhatikan bagaimana penyesuaian mereka.
Perkembangan kepribadian terjadi dalam pergaulan dan perluasan pengalaman
pada umumnya dan diarahkan pada faktor anak sendiri. Faktor-faktor dalam diri
anak tuna rungu adalah ketidakmampuan menerima rangsangan pendengaran,
kemiskinan bahasa, tidak tetapnya emosi dan keterbatasan intelegensi
dihubungkan dengan sikap lingkungan terhadapnya maka perkembangan
kepribadian tuna rungu akan terhambat.5
5
Noni Triharti, Skripsi:” Hubungan Religiusitas Dengan Penerimaan Diri Orang Tua Yang Memiliki
Anak Tunarungu Di Slb Melati Aisyiyah Medan”, (Medan: Universitas Medan Area, 2016), hlm. 16-18.
7
semakin parah apabila anak tunawicara ini menderita tunarungu juga. Adapun
hambatan-hambatan yang sering ditemui pada anak tuna wicara :
a. Sulit berkomunikasi dengan orang lain
b. Sulit bersosialisasi.
c. Sulit mengutarakan apa yang diinginkannya.
d. Perkembangan pskis terganggu karena merasa berbeda atau minder.
e. Mengalami gangguan dalam perkembangan intelektual, kepribadian, dan
kematangan sosial.6
6
Ariandi Setiawan, Manuscript:” Konsep Diri Orang Tua Pada Anak Tunawicara Di Slb Negeri
Semarang, (Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang, 2018), hlm. 12-13.
8
Anak cerebral palsy mengalami gangguan wicara yang disebabkan oleh
kelainan motorik otot-otot wicara terutama pada organ artikulasi seperti lidah,
bibir, dan rahang bawah, dan ada pula yang terjadi karena kurang dan tidak terjadi
proses interaksi dengan lingkungan. Dengan keadaan yang demikian maka bicara
anak-anak cerebral palsy menjadi tidak jelas dan sulit diterima orang lain.
5. Emosi dan Penyesuaian Sosial
Respon dan sikap masyarakat terhadap kelainan pada anak cerebral palsy,
mempengaruhi pembentukan pribadi anak secara umum. Emosi anak sangat
bervariasi, tergantung rangsang yang diterimanya. Secara umum tidak terlalu
berbeda dengan anak–anak normal, kecuali beberapa kebutuhan yang tidak
terpenuhi yang dapat menimbulkan emosi yang tidak terkendali. Sikap atau
penerimaan masyarakat terhadap anak cerebral palsy dapat memunculkan keadaan
anak yang merasa rendah diri atau kepercayaan dirinya kurang, mudah
tersinggung, dan suka menyendiri, serta kurang dapat menyesuaiakan diri dan
bergaul dengan lingkungan.7
7
Suparno Heripurwanto, “Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus”,
(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/PRODI._ILMU_KOMPUTER/196603252001121-MUNIR/Multimedia/
Multimedia_Bahan_Ajar_PJJ/Pendidikan_Anak_Berkebutuhan_Khusus/
Pendidikan+Anak+Kebutuhan+Khusus+UNIT+4.pdf, Diakses pada tanggal 26 September 2021 pukul 08.40)
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik anak tunanetra
a. Fisik : adanya kelainan pada organ penglihatan/mata
b. Motorik : hilangnya pengalaman visual menyebabkan tunanetra kurang mampu
melakukan orientasi lingkungan
c. Akademik : keadaan ketunanetraan berpengaruh pada perkembangan
keterampilan akademis, khususnya dalam bidang membaca dan menulis.
d. Pribadi dan sosial : memiliki sikap curiga yg berlebihan pada orang lain,
mudah tersinggung, ketergantungan pada orang lain, dan perasaan rendah diri.
e. Suka berfantasi dan berpikir kritis
2. Karakteristik anak tunarungu
a. Kognitif : perkembangan intelektual dan akademiknya lamban akibat
keterbatasan bahasa.
b. Emosi : sikap menutup diri, agresif, dan sering merasa curiga
c. Sosial : anak tuna rungu mempunyai hambatan dalam hubungan sosial dengan
lingkungannya karena kurang lancarnya komunikasi dengan lingkungan.
3. Karakteristik anak tunawicara
a. Karakteristik bahasa dan wicara : memiliki kelambatan dalam perkembangan
bahasa wicara bila dibandingkan dengan perkembangan bicara anak-anak
normal.
b. Kemampuan intelegensi : Kemamapuan intelegensi (IQ) tidak berbeda dengan
anak-anak normal, hanya pada skor IQ verbalnya akan lebih rendah dari IQ
performanya.
c. Segi sosial : Dalam melakukan interaksi sosial di masyarakat banyak
mengandalkan komunikasi verbal, hal ini yang menyebabkan tuna wicara
mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosialnya.Sehingga anak tunawicara
terkesan agak eksklusif atau terisolasi dari kehidupan masyarakat normal.
10
d. Fisik : Berbicara keras dan tidak jelas, suka melihat gerak bibir atau gerak
tubuh teman bicaranya, telinga mengeluarkan cairan, bibir sumbing, suka
melakukan gerakan tubuh, cenderung pendiam, dan suara sengau.
4. Karakteristik anak tunadaksa
a. Karakteristik bahasa dan wicara : memiliki kelambatan dalam perkembangan
bahasa wicara bila dibandingkan dengan perkembangan bicara anak-anak
normal.
b. Kemampuan intelegensi : Kemamapuan intelegensi (IQ) tidak berbeda dengan
anak-anak normal, hanya pada skor IQ verbalnya akan lebih rendah dari IQ
performanya.
c. Segi sosial : Dalam melakukan interaksi sosial di masyarakat banyak
mengandalkan komunikasi verbal, hal ini yang menyebabkan tuna wicara
mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosialnya.Sehingga anak tunawicara
terkesan agak eksklusif atau terisolasi dari kehidupan masyarakat normal.
d. Fisik : Berbicara keras dan tidak jelas, suka melihat gerak bibir atau gerak
tubuh teman bicaranya, telinga mengeluarkan cairan, bibir sumbing, suka
melakukan gerakan tubuh, cenderung pendiam, dan suara sengau.
B. Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, masih ada banyak
kekurangan dan kesalahan dalam isi maupun bentuknya. Maka dari itu, saya
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
12