Anda di halaman 1dari 9

KARAKTERISTIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Perkembangan Peserta Didik
yang dibina oleh Ibu Widya Multisari S.Pd., M.Pd.

Oleh :
Kurnia Della Alviana 180544636039
Maulida Dwi Rahmawati 180543635535
Qorina Nadiva Fahira J. 180543635543
Uswatun Hasanah Febiyawati 180543635558

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI
September 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, taufik,
serta hidayah yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang yang berjudul “Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus” sesuai waktu
yang ditetapkan. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
matakuliah Perkembangan Peserta Didik. Dalam menyelesaikan makalah, penulis
mendapatkan bantuan dari beberapa pihak yang bersangkutan. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Widya Multisari S.Pd., M.Pd. selaku dosen matakuliah Pengolahan


Makanan Indonesia
2. Orang tua penulis yang banyak memberi semangat dan bantuan, baik segi
moril maupun material.
3. Semua pihak yang membantu proses penyusunan makalah.

Penulis sangat menyadari makalah yang dibuat masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, sangat diharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun agar kedepannya dapat menyusun makalah lebih baik lagi.

Malang, 4 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................

1.1 Latar Belakang .................................................................................


1.2 Rumusan Masalah............................................................................
1.3 Tujuan .............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................

2.1 .........................................................................................................
2.2 . ........................................................................................................
2.3 .........................................................................................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................

3.1 Kesimpulan ......................................................................................


3.2 Saran ................................................................................................

DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

Bagian ini membahas tentang (1) Latar Belakang, (2) Rumusan Masalah, (3)
Tujuan. Berikut merupakan masing-masing penjabaran subbagian :

1.1 Latar Belakang


Setiap orangtua menghendaki kehadiran anak dikeluarganya. Harapan
orantua adalah anak yang sempurna dan tidak memiliki kekurangan. Pada
kenyataanya, tidak ada manusia yang sempurna karena kesempurnaan hanya milik
sang Pencipta Tuhan Yang Maha Esa.
Setiap orang tidak menginginkan lahir dalam kondisi kekurangan atau
berkebutuhan khusus. Orang tua pun tidak menghendaki memiliki anak yang
berkebutuhan khusus. Kelahiran anak berkebutuhan khusus tidak mengenal dari
orang tua yang status ekonominya menengah keatas, menengah, maupun
menengah kebawah. Semuanya adalah kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
Orangtua tidak mampu menolak anak dengan berkebutuhan khusus.
Sebagai manusia pada umumnya anak berkebutuhan khusus juga memiliki
hak untuk bergaul ditengah keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Selain itu, hak
untuk mengeyam pendidikan secara umum seperti anak normal lainnya maupun
sekolah khusus yang didirikan untuk penderita kebutuhan khusus. . Undang-
Undang Dasar tahun 1945 tentang pendidikan dan kebudayaan pasal 31 ayat (1)
mengemukakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
Serta Undang Undang No. 2 tahun 1989 tetang Sistem Pendidikan Nasional
mengenai adanya hak bagi peserta didik untuk medapat pendidikan khusus.
Pemerintah juga mendirikan sekolah inklusi bagi penderita kebutuhan khusus
diantaranya Sekolah Luar Biasa (SLB) atau Sekolah Khusus (SKh).
Anak berkebutuhan khusus memerlukan penangan khusus karena adanya
gangguan perkembangan dan kelainan yang terjadi pada anak. Istilah disabilitas
berarti anak yang memiliki keterbatasan pada kemampuan anak baik yang bersifat
fisik, mental, maupun sosial.
Supaya anak berkebutuhan khusus dapat diterima dilingkuangan masyarakat
sama seperti anak normal maka perlu adanya pengembangan pengetahuan
mengenai ABK melalui pemahaman karakteristiknya. Dengan latar belang
tersebut maka timbullah rumusan masalah berikut.
1.1 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)?
2. Bagaimana penggolongan ABK sesuai dengan jenis kekurangan yang dimiliki
dan karakteristiknya?
3. Bagaimana metode atau media pembelajaran yang dapat diterapkan untuk
penderita ABK?

1.2 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui definisi dari Anak Berkrbutuhan Khusus.


2. Untuk mengetahui penggolongan jenis ABK dan masing-masing
karakteristiknya.
3. Untuk mengetahui etode atau media pembelajaran yang tepat untuk penderita
ABK.
BAB II
PEMBAHASAN

Bagian ini membahas tentang (1) Pengertian Anak Bekebutuhan Khusus


(ABK), (2) Penggolongan ABK, Karakteristik, dan Metode/Media Pembelajara.
Berikut adalah penjabaran dari setiap sub bagian :

2.1 Pengertian Anak Bekebutuhan Khusus (ABK)

2.2 Penggolongan ABK, Karakteristik, dan Metode/Media Pembelajaran


Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pada umumnya di golongkan menjadi 3
jenis yaitu berdasarkan fisik, mental, dan sosial.
A. Kelainan Fisik
Kelainan fisik adalah kelainan yang terjadi pada satu atau lebih organ
tertentu. Akibat kelainan tersebut timbul keadaan dimana pada fungsi fisik
yang tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal. Berikut yang
termasuk dalam kelainan Fisik :
1. Tunanetra
Tunanetra adalah seseorang yang mengalami hambatan pada indara
penglihatanya atau tidak berfungsinya indra penglihatan.
Tunanetra berdasarkan kemampuan daya penglihatannya, yaitu :
1. Tunanetra ringan (defective vision/low vision) yaitu hambatan dalam
penglihatan, akan tetapi masih mampu dalam mengikuti program
pembelajaran dan pekerjaan lain yang menggunakan fungsi
penglihatan.
2. Tunanetra setengah berat (partially sighted) yaitu hambatan
pengllihata yang dapat ditolong dengan penggunaan kaca pembesar
untuk membaca atau pun membaca tulisan dengan bercetak tebal.
3. Tunanetra berat (totally blind) yaitu hambatan penglihatan yang sama
sekali tidak dapat melihat.
 Karakteristik Tunanetra
1. Tidak mampu melihat
2. Tidak mampu mengenali orang dalam jarak 6 meter
3. Kerusakan nyata pada kedua bola mata
4. Sering meraba-raba
5. Mengalami kesulitan dalam mengambil benda kecil didekatnya
6. Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik/kering
7. Peradangan hebat pada bola mata
8. Mata bergoyang terus
Alat bantu pembelajaran yang dapat digunanakan untuk anak penderita
tunanetara adalah sebagai berikut :
a. Keyboard Braille d. Perkins Braille
b. Abacus e. kaset dan Walkman
c. Braille Text f. recorder

2. Tunarungu
Secara fisik penyandang tunarungu tidak berbeda dengan manusia pada
umumnya. Tunarungu dapat dilihat saat penyandang berbicara tanpa suara,
artikulasi yang kurang jelas atau tidak berbicara sama sekali hanya
menggunakan isyarat untuk menyatakan sesuatu.
Tunarungu yang berakibatkan pada kurangnya pemahaman bahasa
sehingga menghambat komunikasi mengakibatkan sulinya layanan
pendidikan. Penyandang tunarungu sebagian besar layanan pendidikannya
bersifat segregatif, yaitu layanan pendidikan berkebutuhan khusus yanf
terpisah dari pendidikan pada umunya. Layanan sekolah yang termasuk
bersifat segregatif biasanya dikenal dengan Sekolah Khusus (SKh) atau
Sekolah Luar Biasa (SLB).

Derajat ketunarunguan biasanya diukur dan dinyatakan dalam satuan deci-


Bell (dB). Secara umum dapat dikategorikan tunarungu dalam artian tuli
(deaf) dan tunarungu dalam arti lemah pendengaran (hard of hearing).
Secara definitif dikatan tuli apabila hasil tes menunjukkan kehilangan
kemapuan mendengar sebesar 70 dB atau lebih menurut ISO
(International Standart Organization). Penyandang kategori ini
mengalami kesulitan untuk mengerti atau memahami pembicaraan orang
lain meskipun menggunakan alat bantu pendengaran. Penyandang lemah
pendengaran apabila hasil tes menunjukkan kehilangan kemampuan
mendengar antara 35-69 dB menurut ISO. Penyandang kategori ini dapat
memahami pembicaraan orang lain dengan menggunakan alat bantu
dengar (Efendi, 2008).

a. Katakteristik Tunarungu
Kognisi ketunarunguan antara lain sebagai berikut :
1. Tidak mampu mendengar
2. Terlambat pekembangan bahasa
3. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
4. Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara
5. Ucapan kata tidak jelas
6. Kualitas suara aneh/monoton
7. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
8. Banyak perhatian terhadap getaran
9. Keluar cairan nanah dari telinga
b. Cara bejar anak Tunarungu
1. Membaca bibir (lip reading)
2. Membentuk ucapan (speech building)
3. Latihan bicara (speech training)
4. Latihan mendengar (hear training)
5. Latihan bahasa isyarat

Anda mungkin juga menyukai