Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNAGANDA

Makalah ini Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

BK Berkebutuhan Khusus

Dosen Pengampu :

Sri Prawita, S.Pd, M,Pd

Disusun Oleh :

Moch. Syahid Abdillah ( 1803402033 )

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas
perkuliahan dengan judul DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP
ANAK TUNAGANDA, yang dalam bentuk maupun isinya sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk,
maupun pedoman bagi pembaca. Harapan penulis semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini dan kedepannya dapat lebik
baik.

Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman


yang penulis miliki sangat kurang. Oleh karena itu penulis harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini, terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jember, 7 Juli 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1

1.3 Tujuan................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

2.1 Tunaganda..........................................................................................................2

2.2 Dukungan Sosial................................................................................................4

2.3 Kesulitan belajar................................................................................................7

2.4 Program layanan BK di SLB............................................................................7

BAB III PENUTUP................................................................................................8

3.1 Kesimpulan........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dilahirkan dengan berbagai macam latar belakang dan
perbedaaan. Perbedaan fisik dan perbedaan kejiwaan adalah perbedaan yang
dapat dibedakan secara umum. Perbedaan fisik dapat dilihat dengan kasat
mata, seperti warna kulit, bentuk hidung, tinggi badan, dan pola rambut.
Sedangkan perbedaan kejiwaan manusia tidak bisa hanya dilihat dengan kasat
mata, namun harus menggunakan standar tes yang valid dan dapat
dipertanggung jawabkan. Tes yang valid diperlukan karena untuk mencegah
terjadinya subjektifitas dalam penilaian hasil tes. Hasil tes yang dipengaruhi
oleh subjektifitas penilai tentunya tingkat kepercayaan dari hasil tes tersebut
diragukan.
Penyandang tunaganda yang dimaksud adalah kelainan perkembangan
yang mencangkup kelompok perkembangan neorologis yang disebabkan oleh
satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti inteligensi, gerak,
bahasa, atau hubungan-pribadi di masyarakat Johnston dan Magrab (Bandi
Delphie, 2006: 136).

1.2 Rumusan Masalah


 Apa itu tunaganda ?
 Apa yang dimaksud dengan dukungan sosial?
 Bagaimana dengan kesulitan belajar pada anak tunaganda?
 Program layanan BK seperti apa yang akan diberikan di SLB?

1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk mengetahui dan mempelajari
tentang individu yang memiliki kelainan atau penyandang tunaganda.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tunaganda

A. Definisi Tunaganda

Tunaganda dan majemuk adalah anak yang menyandang kombinasi


atau gangguan dari dua atau lebih kelainan atau ketunaan dalam segi, fisik,
emosi, mental dan sosial, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan,
psikologis, medis, sosial hingga vokasional melebihi pelyananan yang sudah
tersedia bagi anak berkelainan tunggal, agar dapat mengembangkan
kemampuannya seoptimal mungkin untuk mengembalikan fungsi sosialnya
dalam masyarakat (Mangunsong, dkk. 1998).

Lebih jauh lagi dikatakan bahwa anak-anak tunaganda apabila


dibandingkan dengan anak-anak berkebutuhan khusus yang menyandang
ketunaan tunggal memiliki kelainan yang lebih kompleks, baik dalam hal
fisik, dalam hal kemampuan sosialnya dan juga dalam hal mental ataupun
intelektualnya (Mangunsong, dkk., 1998).

Kombinasi ketunaan yang termasuk dalam tunaganda adalah,


tunanetra-tunadaksa, tunanetra-tunarungu, tunanetra-tunagrahita didik,
tunarungu-tunadaksa, tunadaksa-tunagrahita, dan masih banyak lagi. Terlepas
dari kombinasi tersebut, mereka memiliki karakteristik yang sama, yaitu
kesulitan dalam berkomunikasi, terhambat dalam aktivitas fisik dasar,
keterampulan generalisasi yang minim, dan membutuhkan ukungan dalam
menjalankan aktivitas kehidupan utama.

B. Ciri-Ciri Anak Tunaganda

Guess dan Muligan (Meyen 1982 dalam Rizki Farabi, 2008)


menjelaskan bahwa keberagaman antar anak tunaganda jauh lebih besar

2
diantara kesamaannya. Tidak ada satupun anak yang memiliki ciri yang sama
dengan anak tunaganda lainnya. Lebih jauh dijelaskan, pada umumnya yang
dialami oleh anak tunaganda adalah keterlambatan perkembangan yang parah,
dan juga perkembangan yang menyimpang, berikut adalah yang dimaksud
perkembangan tidak sama dengan anak normal pada umumnya:

Ciri-ciri anak tunganda, menurut Mangunsong, dkk. (1998) dan Guess dan
Mulligan (Meyen 1982 dalam Rizki Farabi 2008) adalah:

Ciri-ciri fisik. Memiliki kelainan lebih dari satu macam; bahkan ada
yang memiliki kelainan hingga 3-4 macam. Gangguan-gangguan yang kerap
dialami adalah gangguan refleks dan motorik, fungsi sensoris, fungsi
metabolisme, fungsi pernafasan, gangguan perasaan kulit, dan gangguan
ekskresi urine (Mangunsong, dkk., 1998). Kemampuan motoriknya dapat
dilatih, namun perkembangannya tidak bisa secepat anak normal.

Ciri-ciri kognitif. Tingkat kecerdasasan sangat bervariasi, tergantung


pada kelainan-kelainan yang disandangnya. Gangguan yang dialami dalam
kemampuan intelektual, emosional dan sosial seperti hiperaktif, gangguan
pemusatan perhatian, mudah depresi, cemas, dan sangat berpusat pada diri
sendiri atau self-centered (Mangunsong, dkk., 1998). Sulit mengenali bentuk,
warna dan objek-objek lain. Walaupun ada beberapa dari mereka yang cukup
mampu melakukan hal-hal tersebut, namun perkembangannya tidak bisa
disamakan dengan anak yang normal (Guess dan Mulligan, dalam Meyen
1982)

Ciri-ciri sosial. Pada umumnya tunaganda mengalami kesulitan dalam


melakukan keseharian, merasa rendah diri, isolatif, kurang percaya diri, self-
help yang rendah, dan hambatan dalam melakukan interaksi sosial. Sebagian
dari mereka dapat bergaul dengan lingkungan sosialnya (Mangunsong, dkk.,
1998). Mereka memiliki hambatan dalam tingkah laku adaptif. Terkadang
tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan keadaan. Mereka juga sering
melakukan stereotyped behaviour atau mengulang-ulang tindakan yang tidak
memiliki arti khusus. Salah satu ciri anak tunaganda lainnya adalah tindakan

3
yang melukai diri sendiri (Guess dan Muliggan; Meyen 1982, dalam Rizki
Farabi 2008).

Ciri kemampuan berbahasa. Perkembangan kemampuan berbicara dan


berbahasa anak tunaganda sangat lambat. Pada umumnya tunaganda hanya
mampu berbicara beberapa kata ataupun frase. Selain itu, mereka juga sulit
berbicara dengan jelas, bahkan seperti meracau dan berbicara hal-hal yang
tidak berhubungan dengan konteks. Oleh karena itu, sering kali mereka kurang
bisa mengungkapkan apa yang diinginkan, hingga akhirnya menangis
bertindak agresif, bahkan tantrum atau perpaduan dari beberapa tindakan
destruktif (Guess dan Mulligan; Meyen 1982, dalam Rizki Farabi 2008).

2.2 Dukungan Sosial

A. Pengertian Dukungan Sosial

Menurut Cohen dan Smet (Harnilawati, 2013) menjelaskan bahwa


dukungan sosial merupakan suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu
yang diperoleh dari individu lain yang dapat dipercaya, sehingga individu
tersebut akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai,
dan mencintainya.

Pendapat lain mengatakan bahwa dukungan sosial itu adalah suatu


peran yang dimainkan oleh seseorang dan peran tersebut bisa dalam bentuk
memberikan nasihat, bantuan, menceritakan masalah-masalah yang
dialaminya (Lahey, 2007). Dikutip dari Smet (1994) menurut House
menjelaskan bahwa dukungan sosial sebagai kadar keberfungsian dari
hubungan yang dapat dikelompokkan dalam empat hal yaitu, dukungan
instrumental, dukungan penilaian, dukungan emosional, dan dukungan
informasi.

Sedangkan menurut Corsini (Jurnal Psikologi, 2010), dukungan sosial


ini berkenaan dengan keuntungan yang didapat oleh seorang individu dalam
hubungan dengan orang lain dia akan mampu mengelola dan meningkatkan

4
kemampuannya dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang
dihadapi.

Menurut Cobb (Gottlieb, 1983; dalam Jurnal Psikologi, 2011),


menyatakan setiap informasi apapun dari lingkungan sosial yang
menimbulkan persepsi individu bahwa individu menerima efek positif
penegasan atau bantuan yang menandakan suatu ungkapan dari adanya
dukungan sosial. Cobb juga mengatakan bahwa secara teoritis adanya
dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang
dapat mengakibatkan stress dan pemberian dukungan ini diperoleh dari
hubungan sosial yang akrab, yang membuat individu merasa diperhatikan,
bernilai dan dicintai. Sehingga dengan adanya dukungan tersebut, dapat
menguntungkan individu yang menerimanya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Gottlieb (Smet, 1994), yang


menyebutkan bahwa dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasihat baik
secara verbal maupun non verbal. Dimana bantuan atau tindakan nyata yang
diberikan kepada individu oleh orang lain didapat karena hubungan individu
tersebut dengan lingkungan yang mempunyai manfaat bagi emosional atau
efek perilaku bagi diri individu itu sendiri.

B. Bentuk Dukungan Sosial

Menurut House, jenis Dukungan Sosial dibedakan menjadi empat


macam (Nursalam & Kurniawati, 2007), yaitu:

Dukungan Emosional, dukungan ini meliputi aspek empati,


kepedulian, perhatian dan cinta terhadap orang yang bersangkutan, serta dapat
membuat seseorang merasa dihargai, dicintai, dan diperhatikan.

Dukungan Instrumental, meliputi penyediaan dukungan jasmaniah


seperti pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata
(instrumental support material support), seperti pemberian uang, peluang
waktu, termasuk di dalamnya bantuan langsung.

Dukungan informasional, meliputi pemberian informasi, nasehat,


petunjuk, termasuk di dalamnya memberikan solusi yang diperoleh dari orang

5
lain, sehingga individu dapat mencoba mencari jalan keluar untuk
memecahkan masalahnya.

Dukungan Penilaian, meliputi pengahargaan diri, dan umpan balik.


dukungan ini terjadi lewat ungkapan hormat/penghargaan positif untuk orang
tersebut, dorongan untuk maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan
individu, dan perbandingan positif orang tersebut dengan orang lain.
Pemberian dukungan ini dapat membantu individu untuk melihat sisi positif
yang ada dalam dirinya, yang dapat membentuk kepercayaan diri dan
kemampuannya.

C. Dukungan Sosial Orang Tua

Menurut Rodin dan Sayless (dalam Jovita Anastasia, 2010),


menjelaskan bahwa dukungan keluarga merupakan elemen penting dalam
dukungan sosial karena keluarga merupakan tempat pertama dalam
pertumbuhan dan perkembangan seseorang, yang akan memenuhi kebutuhan
awal fisik dan psikologis individu.

Orang tua merupakan individu dewasa yang paling dekat dengan anak,
sehingga peran dan dukungan keluarga khususnya orang tua sangat diperlukan
oleh anak. Dukungan sosial orang tua akan berfungsi sebagai

faktor protektif bagi anak yaitu sebagai faktor yang melindungi,


menyangga dan meringankan anak. Anak yang mendapatkan dukungan sosial
dari orang tua cenderung akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
(Dalton, dalam Jovita Anastasia, 2010).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial


orang tua adalah bantuan yang diberikan oleh orang tua kepada anak yang
terdiri dari informasi baik verbal maupun nonverbal yang mencakup satu atau
lebih aspek informasi, intrumental, emosional dan penghargaan yang diterima

6
oleh anak, yang membuat anak merasa dicintai, diperhatikan, dihargai dan
menjadi bagian dari keluarga.

D. Dampak atau Efek Dukungan Sosial bagi Kesehatan Mental

Dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis


terhadap diri individu, serta mampu mengurangi tingkat stres pada diri
seseorang karena suatu permasalahan yang dihadapi dan belum teratasi.
Menurut Liebermen (1992), mengatakan bahwa secara teoritis dukungan
sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat
mengakibatkan stres. Dan apabila kejadian tersebut munculm interaksi dengan
orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu. Oleh karena
itu perlu adanya dukungan sosial dari keluarga, sekolah, guru, teman,
masyarakat serta lingkungan sosialnya. Dengan tujuan untuk me-management
keadaan atau situasi yang terjadi pada diri individu.

2.3 Kesulitan belajar

Individu penyandang hambatan majemuk adalah individu yang


memiliki hambatan lebih dari satu, seperti kombinasi hambatan penglihatan
dan hambatan pendengaran, hambatan penglihatan dan hambatan intelektual,
hambatan penglihatan dan motorik, dan lainnya. Pembagian dikategorikan
berdasarkan kelainan fisik, sensoris, intelektual, emosi dan sosialnya, yang
meliputi tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa dan tunalaras.

kesulitan belajar adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan


dalam tugas – tugas akademik khusus terutama dalam kemampuan membaca,
menulis dan berhitung, atau anak dalam kesulitan pada mata pelajaran tertentu
yang diduga karena disebabkan factor disfungsi neugologis dan bukan
disebabkan factor intelegensi, yang sehingga anak tersebut memerlukan
pelayanan pendidikan khuusus.

2.4 Program layanan BK di SLB

7
Layanan-layanan dalam Pendidikan Luar Biasa

a) Segregated Education  Menyelenggarakan sekolah khusus untuk anak


anak berkebutuhan khusus.
b) Integrated Education / Mainstreaming / Inclusive  Pendidikan terintegrasi
/ terpadu / inklusif.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

keberagaman antar anak tunaganda jauh lebih besar diantara kesamaannya.


Tidak ada satupun anak yang memiliki ciri yang sama dengan anak tunaganda
lainnya pada umumnya yang dialami oleh anak tunaganda adalah keterlambatan
perkembangan yang parah, dan juga perkembangan yang menyimpang,

dukungan sosial orang tua adalah bantuan yang diberikan oleh orang tua
kepada anak yang terdiri dari informasi baik verbal maupun nonverbal yang
mencakup satu atau lebih aspek informasi, intrumental, emosional dan
penghargaan yang diterima oleh anak, yang membuat anak merasa dicintai,
diperhatikan, dihargai dan menjadi bagian dari keluarga

9
DAFTAR PUSTAKA

- https://core.ac.uk/download/pdf/33511185.pdf
- https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/60524627/Dwi_Ajeng_Setyati_BK_
A6_Final_Exam20190908-95136-10mynw0.pdf?1567954493=&response-
content-disposition=inline%3B+filename
%3DDwi_Ajeng_Setyati_BK_A6_Final_Exam.pdf&Expires=1625650670
&Signature=QWuGbJJFzgkZxSFiPsh1wNg31Plk4W9JlcvSdLslzWvxSm
RCppsn1~TER4hS~1kI6ULdjifbPOb4SALedOTnDnG8jGtXtIBVm7~Tzc
oIXq2hw0fPjEspq5fQCxD2vQvGfzoTsgnsaPfar2UmXNR4SAsTFLWU5
PAS7lZhTRn~vFNib5S5vpPUhAvEfeo9t9IDO8~WHpGPVNAOZboGBd
P4l-TJQERKQAh3F7EG~YwxDkqv-
1BnQj8keJ~TqRSrAcXQdaCTd2ehH3OQUowU4Tna8Z-
sfzXmOnNCf6FXr3gZnfh0OdcZ-K9z5lep5ydfTGUY1uxHVV8hQP-
1eWq12cUj2Q__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA
- tunaganda.pdf

10
11
12

Anda mungkin juga menyukai