Anda di halaman 1dari 25

MANAJEMEN PERSEDIAAN, PERENCANAAN OPERASI, DAN SISTEM

PENJADWALAN

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah :

Operasi Bisnis C2

Dosen Pengampu:

Dr. Djoko Poernomo M.Si

Oleh :

Nindy Farah Amalia

190910202034

ILMU ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JEMBER

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
manajemen persediaan, perencanaan operasi, dan sistem penjadwalan ini tepat ppada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Dr. Djoko Poernomo M.Si pada mata kuliah Operasi Bisnis C2. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang perencanaan operasi bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.Djoko Poernomo M,Si,


selaku dosen mata kulia Operasi Bisnis C2 yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalh yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jember, Juni

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................................ii

Daftar Isi.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2

1.3 Tujuan ………………………………………….………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................3

2.1 Manajemen Persediaan............................................................................................3

2.2 Economic Order Quantity (EOQ)............................................................................6

2.3 Manajemen Sumber Daya Manufaktur....................................................................8

2.4 JIT (Just In Time)..................................................................................................12

2.5 Supply Chain Management (SCM).......................................................................13

2.6 Enterprise Resource Planning (ERP).....................................................................14

BAB III PENUTUP...................................................................................................16

3.1 Kesimpulan……………………………………...……………………………….16

3.2 Saran……………………………………………………..……..………………..16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam bisnis, pelaku bisnis (bisa individu atau bisa juga institusi atau
lembaga) akan melakukan kegiatan yang dapat memberikan nilai tambah. Siapa
pun yang melakukan kegiatan yang mempunyai nilai tambah dapat disebut
dengan berproduksi. Dengan kata lain, produksi adalah kegiatan yang
memberikan nilai tambah. Ada beberapa jenis nilai tambah atau penambahan
manfaat yang dapat dilakukan, yaitu manfaat bentuk, manfaat tempat, manfaat
waktu, dan manfaat kepemilikan. Kegiatan produksi dapat mengambil salah satu
dari nilai tambah tersebut, atau beberapa di antaranya sekaligus.

Dimaksudkan dengan manfaat bentuk adalah segala macam penambahan


manfaat yang dihasilkan dengan melakukan perubahan bentuk. Di tangan seorang
penjahit, kain sepanjang lebih kurang dua meter dapat diubah bentuknya menjadi
sebuah baju. Jelas sebuah baju akan lebih bermanfaat dari pada sepotong kain.
Secara ekonomis nilainya (harga) juga berbeda. Demikian pula segumpal tanah
liat tentu akan bertambah nilainya di tangan seorang pengrajin yang merubah
bentuknya menjadi sebuah guci. Kayu menjadi kursi, beras menjadi nasi, tebu
menjadi gula, dan lain sebagainya adalah merupakan sebagian dari contoh
penambahan manfaat bentuk. Banyak sekali contoh-contoh yang lain bagaimana
manfaat suatu bahan atau barang akan bertambah manakala dilakukan perubahan
bentuk dari barang tersebut.

Boleh jadi suatu barang akan memperoleh nilai tambah ketika barang
tersebut dipindah tempatnya. Produk hasil pertanian akan mempunyai nilai yang
berbeda bila dibandingkan ketika produk tersebut berada di daerah pertanian
dengan ketika produk tersebut berada di perkotaan. Di daerah penghasil padi,
beras akan mempunyai harga tertentu. Harga beras ini menjadi lebih tinggi ketika
beras yang sama tersebut dijual di perkotaan. Di daerah penghasil padi,
penawaran beras cukup banyak sementara permintaan beras akan mencapai titik
tertentu saja. Sedangkan di perkotaan tidak ada yang menanam padi sehingga
penawaran beras tidak ada, sementara permintaan beras justru tinggi. Dalam
kondisi seperti ini maka memindahkan beras dari daerah penghasil padi ke
perkotaan akan menghasilkan nilai tambah. Secara umum, perusahaan yang
bergerak dalam bidang jasa angkutan adalah berproduksi dengan cara
memberikan penambahan manfaat tempat

Kegiatan produksi bukan saja hanya dilakukan dengan menambah manfaat


bentuk maupun manfaat tempat atau keduanya sekaligus. Bentuk sangat mungkin
tidak berubah, demikian pula tempat tidak berpindah. Dengan bentuk yang sama
dan tempat yang sama masih terdapat peluang untuk menambah manfaat, yaitu
yang dikenal dengan manfaat waktu. Sebuah produk yang sama di tempat yang
sama masih mungkin memperoleh nilai tambah dengan adanya perbedaan waktu.
Hasil pertanian pada saat musim panen akan berbeda nilainya dengan produk
yang sama pada masa bukan panen. Harga per kilogram lada pada saat panen dan
pada saat bukan panen akan berbeda. Demikian pula untuk produk musiman yang
lain. Agar memperoleh nilai tambah, produk yang diperoleh pada masa panen
disimpan (dalam gudang) untuk kemudian dijual pada masa yang lain sehingga
mempunyai nilai lebih tinggi. Perusahaan-perusahaan yang bergerak dan
berhubungan dengan penyimpanan (gudang) adalah contoh dari perusahaan yang
berproduksi dengan memberikan manfaat waktu.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa definisi dari manajemen persediaan?


b. Apa saja macam-macam persediaan?
c. Apa fungsi manajemen persediaan?
d. Bagaimana menentukan biaya persediaan?

2
e. Apa definisi dari Economic Order Quantity?
f. Bagaimana asumsi-asumsi model EOQ?
g. Apa pengertian dari Quantity Discount?
h. Bagaimana sumber daya dalam manufaktur?
i. Bagaimana sumber daya dalam material?
j. Bagaimana perencanaan agregat dan prosesnya?
k. Bagaimana perencanaan agregat untuk perusahaan jasa?
l. Bagaiman penjadwalan dalam operasi?
m. Bagaimana mensinkronisasi manufaktur?
n. Apa pengertian dari Just In Time?
o. Apa pengertian dari Supply Chain Management?
p. Apa pengertian dari Enterprises Resources Planning?

1.3 Tujuan

Dengan adanya penulisan ini, penyusun makalah dapat mempelajari lebih


mendalam mengenai manajemen persediaan, perencanaan operasi, dan asistem
penjadwalan

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Persediaan

Manajemen persediaan merupakan sistem-sistem untuk mengelola


persediaan. Bagaimana barang-barang persediaan dapat diklasifikasikan dan
seberapa akurat catatan persediaan dapat dijaga. Kemudian, kita akan mengamati
kontrol persediaan dalam sektor pelayanan. Manajer operasi diseluruh dunia telah
menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik sangatlah penting. Di satu
sisi, sebuah perusahaan dapat mengurangi biaya dengan mengurangi persediaan.
Di sisi lain, produksi dapat berhenti dan pelanggan menjadi tidak puas ketika
sebuah barang tidak tersedia. Tujuan manajemen persediaan adalah menentukan
keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan. Anda
tidak akan pernah mencapai sebuah strategi berbiaya rendah tanpa manajemen
persediaan yang baik (Heizer & Render, 2014:512).

- Keakuratan Catatan Persediaan Keakuratan

Catatan persediaan adalah prasyarat bagi manajemen persediaan,


penjadwalan, produksi dan pada akhirnya penjualan. Keakuratan bisa
dipertahankan dengan sistem priodik atau perpetual. Sistem priodik
memerlukan persediaan secara teratur (priodik) untuk menentukan kuantitas
persediaan ditangan. Beberapa peritel kecil dan dimana fasilitas persediaan
yang dikelola oleh penjual barang (penjual barang memeriksa kuantitas
persediaan di tangan dan menyediakannya kembali seperlunya) menggunakan
sistem priodik. Meskipun demikian kelemahan sistem priodik adalah
kurangnya pengendalian antara tinjauan dan perlunya membawa persediaan
tambahan untuk melindunginya dari kekurangan persediaan. Variasi dari
sistem periodik adalah sistem dua tempat sampah. Dalam praktiknya, manajer
toko akan mempersiapkan dua wadah (masing masing wadah dengan
persediaan yang cukup untuk memenuhi permintaan sepanjang waktu yang
diperlukan untuk menerima pesanan lainnya) dan menempatkan pesanan ketika
wadah kosong. Alternatif lainnya adalah persediaan perpetual menelusuri
penerimaan dan pengurangan persediaan secara berkelanjutan. Penerimaan
persediaan biasanya dicatat di departemen penerimaan dalam beberapa cara
setengah otomatis, seperti melalui pembaca kode batang (barcode), dan
pengeluaran persediaan dicatat saat barang meninggalkan ruang penyimpanan
atau di perusahaan ritel dicatat di kasir penjualan. Terlepas dari sistem
persediaan yang ada, keakuratan catatan penjualan membutuhkan
penyimpanan catatan persediaan masuk dan keluar yang baik, termasuk
keamanan yang baik. Ruang penyimpanan yang tertata dengan baik, akses
terbatas, tata graha yang baik serta tempat penyimpanan yang bisa menyimpan
dalam jumlah yang tetap. Dalam fasilitas penyimpanan manufaktur ataupun
ritel dimana wadah, rak dan bagian penyimpanan diberi label secara akurat.
Keputusan penting mengenai pemesanan, penjadwalan, dan pengiriman hanya
dibuat ketika perusahaan mengetahui persediaan apa saja yang ada ditangan
(Heizer & Render, 2014:515).

Manajemen persediaan merupakan masalah yang penting dalam suatu


perusahaan, salah satunya inventory spare part adalah untuk memberi
dukungan bagi seluruh keperluan pemeliharaan peralatan yang digunakan
dalam proses produksi. Spare part merupakan suatu barang yang terdiri dari
beberapa komponen yang membentuk satu kesatuan dan mempunyai fungsi
tertentu.

A. Macam-Macam Persediaan

1) Persediaan Bahan Baku

Persediaan bahan baku adalah barang-barang yang dibeli dari sumber


lain sebagai bahan mentah untuk diolah menjadi sebuah produk jadi.
Persediaan bahan baku seringkali disebut sebagai persediaan suku cadang

5
karena di dalam proses produksi dapat berupa suku cadang yang diperoleh
dari pihak lain.

2) Persediaan Produk Dalam Proses

Persediaan ini biasanya meliputi barang-barang yang masih “setengah


jadi”. Barang-barang ini masih dalam proses pengerjaan yang memerlukan
pengerjaan lebih lanjut sebelum brang tersebut dijual.

3) Persediaan Bahan Penolong

Bahan penolong ini meliputi semua bahan yang dimiliki untuk


keperluan produksi, namun tidak merupakan bahan baku yang membentuk
produk jadi.

4) Persediaan Produk Jadi

Produk jadi ini meliputi semua barang yang selesai dari proses
produksi dan siap untuk dijual. Produk jadi pada umumnya dinilai sebesar
jumlah harga pokok bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik yang diperlukan untuk menghasilkan produk tersebut.

5) Persediaan Lain-Lain

Barang persediaan ono akan dipakai dalam jangka waktu relatif


pendek. Persediaan ini akan dibebankan sebagai biaya administratif & umum
atau biaya pemasaran

B. Fungsi Manajemen Persediaan

Selain mengatur persediaan dari asset perusahaan, maanjemen


persediaan juga memiliki beberapa fungsi lainnya seperti:

1) Kekurangan persediaan harus dipertimbangkan. Meskipun pasokan bahan


baku pasti tepat waktu, tindakan penecgahan dan antisipasi selalu penting

6
untuk dilakukan. Jangan sampai bahan baku yang sampai kepada perusahaan
terlambat dan mengganggu proses produksi.
2) Pesanan persediaan ternyata tidak sesuai dengan kebutuhan mungkin jarang
terjadi. Namun, bisa saja kejadian ini terjadi sehingga akan mengganggu
produksi perusahaan. Jadi perusahaan harus selalu memiliki antisipasi dan
memastikan bahwa bahan baku yang ada tersedia dengan baik dan sesuai
pesanan atau kebutuhan perusahaan.
3) Untuk memastikan pasokan selalu tersedia dengan aman meskipun bahan
baku mendadak langka. Langkah ini digunakan karena pasar bahan baku
yang ada sangat dinamis, bisa saja bahan baku yang biasanya selalu tersedia
tiba-tiba habis atau mendadak langka di pasaran karena faktor tertentu.
4) Menjamin lancarnya proses produksi. Hal ini berguna agar perusahaan
mendapatkan keuntungan yang stabil dan konsumen tetap loyal terhadap
perusahaan karena mudah mendapatkan barang yang diminta. Bila konsumen
mengalami kesulitan dalam mendapatkan produk, maka aka nada peluag
konsumen berpaling ke produk dari kompetitor.

C. Metode Penentuan Biaya Persediaan

Dalam manajemen persediaan, terdapat tiga metode untuk menentukan


biaya persediaan, antara lain :

1) Metode FIFO (First In First Out)

Seperti namanya, pada metode ini barang yang dibeli pertama kali
adalah barang pertama yang akan dijual. Metode ini sesuai dengan arus biaya
actual (cash flow).

Pada metode FIFO, persediaan barang yang akan keluar untuk


kegiatan produksi nilainya berdasarkan harga yang pertama kali masuk.
Sehingga persediaan barang akhir dengan menggunakan harga yang
didasarkan pada harga baru atau harga dengan urutan terakhir yang dibeli.

7
Metode FIFO lebih terlihat untuk perhitungan HPPnya. Biaya yang digunakan
untuk pembelian barang pertama sebagai Cost Of Good Sold (COGS).

2) Metode LIFO (Last In First Out)

Metode ini mengasumsikan unit persediaan yang dibeli pertama akan


dikeluarkan diakhir. Artinya, unit yang dijual pertama adalah unit persediaan
yang terakhir masuk ke gudang. Namun, perlu diketahui bahwa menurut
PSAK 14 (revisi 2008) perusahaan tidak diperbolehkan lagi menggunakan
metode LIFO dalam menghitung pencatatan persediaannya. Hal ini
dikarenakan dengan menggunakan metode LIFO pajak perusahaan akan lebih
kecil pada saat terjadi inflasi.

3) Metode Average

Metode ini membagi antar abiaya barang yang tersedia untuk dijual
dengan jumlah unit yang tersedia. Sehingga persediaan akhir dan beban pokok
penjualan dapat dihitung dengan harga rata-rata. Caranya dengan membagi
jumlah biaya barang yang tersedia untuk dijual dengan jumlah unit yang
tersedia untuk dijual sehingga akan didapatkan biaya rata-rata per unit.

2.2 Economic Order Quantity (EOQ)

EOQ adalah singkatan dari Economic Order Quantity. EOQ ini


merupakan pengukuran yang digunakan di bidang operasi, logistic, dan
manajemen pasokan. EQQ bisa disebut juga alat yang digunakan untuk
menentukan volume dan frekuensi pesanan yang diperlukan untuk memenuhi
tingkat permintaan tertentu sambil meminimalkan biaya pesanan.

Untuk memperjelas pengertian tentang Economic order Quantity (EOQ) ,


ada beberapa pendapat tentang Economic Order Quantity diantaranya adalah :

8
- Menurut Gitosudarmo, (2002: 101) Economic Order Quantity (EOQ) adalah
merupakan volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk
dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Untuk memenuhi kebutuhan itu maka
dapat diperhitungkan pemenuhan kebutuhan (pembeliannya) yang paling
ekonomis yaitu sejumlah barang yang akan dapat diperoleh dengan pembelian
dengan menggunakan biaya yang minimal.
- Menurut Yamit, (1999: 47) Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah
pesanan yang dapat meminimumkan total biaya persediaan, pembelian yang
optimal. Untuk mecari berapa total bahan yang tetap untuk dibeli dalam setiap
kali pembelian untuk menutup kebutuhan selama satu periode.
- Menurut Riyanto (2001) Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah
kuantitas barangyang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal, atau sering
dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal.

Jika persediaan besar maka biaya pemesanan akan turun tetapi biaya
penyimpanan naik. Sebaliknya, jika persediaan kecil maka biaya pemesanan akan
naik tetapi biaya penyimpanan turun. Dalam menentukan EOQ sangat dipengaruhi
oleh faktor tinggi rendahnya tingkat permintaan bahan baku hingga datangnya
pesanan

A. Asumsi-Asumsi model EOQ


- Permintaan dikenal dan deterministic, yaitu konstan
- Lead time, yaitu waktu antara penempatan pesanan dan penerimaan pesanan
diketahui dan konstan
- Penerimaan persediaan sesaat. Dengan kata lain persediaan dari pesanan tiba
dalam satu batch pada satu titik waktu
- Jumlah diskon yang tidak mungkin, dengan kata lain tidak ada bedanya berapa
banyak kita pesan, harga produk akan tetap sama.
- Bahwa biaya yang hanya berkaitan dengan model persediaan adalah biaya
menempatkan pesanan dan biaya memegang atau menyimpan persediaan dari
waktu ke waktu

9
Menghitung EQQ untuk bisa memberikan manfaat yang memengaruhi
keuntungan, EQQ merupakan cara yang tepat untuk mengetahui berapa banyak
produk yang perlu dibeli untuk mempertahankan rantai pasokan yang efisien
sambil menekan biaya.

B. Quantity Discount

Diskon (potongan harga) adalah pengurangan dari daftar harga yang


diberikan oleh penjual. Diskon sangat bermanfaat dalam perencanaan strategi
pemasaran. Quantity discount adalah diskon yang ditawarkan untuk mendorong
konsumen membeli barang dalam jumlah yang lebih banyak. Model persediaan
dengan potongan kuantitas (Quantity Discount), secara sederhana berarti model
yang menjelaskan adanya potongan kuantitas atau potongan harga bila perusahaan
membeli dalam jumlah yang besar.

C. Dalam menentukan besarnya quantity discount terdapat dua cara:


- Biaya total, dikarenakan harga yang bervariasi dengan jumlah yang dipesan,
maka fungsi total biaya paling sedikit harus mencakup tiga macam biaya yaitu,
holding cost, ordering cost, dan purchase cost (biaya pembelian)
- Presentase harga, dalam situasi ini supplier memberikan pengurangan harga
kepada para pelanggan, sesuai dengan jumlah pembelian yang berbeda dan
holding cost langganan per unit dinyatakan dalam presentase harga.

2.3 Manajemen Sumber Daya Manufaktur

Perencanaan sumber daya manufaktur adalah sbeuah metode atau sistem


yang merencanakan seluruh sumber daya manufaktur agar organisasi tetap
berjalan lancar. Biasanya membahas tentang ifnansial, perencanaan operasi, dan
marketing.

Perencanaan sumber daya manufaktur

10
- Bussiness forecasting
- Product & sales planning
- Production planning
- Resources requirement planning
- Financial planning
- Distribution requirement planning
- Demand management

- Manajemen Sumber Daya Material

Manajemen material adalah suatu sistem yang mengkordinasikan


aktivitas-aktivitas untuk merencanakan dan mengawasi volume dan waktu
terhadap pengadaan material melalui penerimaan/perolehan, perubahan bentuk
dan perpindahan dari bahan mentah, bahan yang sedang dalam proses dan bahan
jadi (Saputra, 2004). Pada setiap proyek konstruksi, pengadaan material
merupakan bagian terpenting, karena sumber daya material dapat menyerap 50%-
70% dari biaya proyek (Ervianto, 2004). Oleh karena itu, penggunaan teknik
manajemen yang baik dan tepat untuk membeli, menyimpan, mendistribusikan
dan menghitung material konstruksi menjadi sangat penting agar aliran material
pada proyek dapat berjalan lancar.

Persediaan adalah bahan/material yang disimpan yang digunakan untuk


memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi,
untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan. Persediaan
dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, dan barang
jadi. Persediaan mempunyai nilai cukup besar dan mempunyai pengaruh terhadap
besar kecilnya biaya operasi (Winasih, 2005).

Dalam hal manajemen sumber daya material, material harus dikelola


dengan sebaik-baiknya agar kebutuhannya mencukupi pada waktu dan tempat
yang diinginkan. Oleh karena itu, Just In Time : pemesanan, pengiriman, serta

11
ketersediaan material saat dilokasi sesuai jadwal yang direncanakan. Perencanaan
terhadap material dimaksudkan agar dalam pelaksanaan penggunaan material
menjadi efisien dan efektif serta tidak terjadi masalah akibat tidak tersedianya
material pada saat dibutuhkan.

- Perencanaan Agregat dan Prosesnya


Perencanaan agregat adalah perencanaan kegiatan operasional untuk
memberikan tingkat output yang harus dihasilkan sebuah fasilitas selama 3
hingga 18 bulan, agar sesuai dengan tingkat permintaan yang tidak pasti di
masa depan dengan tetap mempertimbangkan minimalisasi total biaya operasi.
Teknik perencanaan agregat adalah sebuah metodologi yang
dibutuhkan oleh departemen Perencanaan dan Pengendalian Produksi untuk
membuat jadwal induk. Agregat berarti penjadwalan dilakukan secara
keseluruhan dari semua produk yang menggunakan sumberdaya terbatas yang
sama. Perencanaan agregat ditujukan agar mendapatkan utilisasi maksimal
sumberdaya manusia dan peralatan. Untuk menjadwalkan sebuah produk,
diperlukan data berapa pekerja yang dibutuhkan, kapasitas produksi,
kelompok produk, dan lainnya.
Tujuan perencanaan agregat ini untuk membuat tingkat output secara
keseluruhan untuk kebutuhan permintaan di masa depan yang berfluktuasi.
Perencanaan agregat dihubungkan dengan keputusan bisnis lainnya seperti
keuangan, pemasaran, dan manajemen sumber daya manusia.

Perencanaan agregat ini memiliki beberapa tahapan.

1) Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan


Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang kegiatan atau
kebutuhan organisasi atau kelompok kerja. Tanpa rumusan yang jelas,
organisasi akan menggunakan sumber dayanya secara tidak efektif.
Tujuan adalah keadaan masa depan yang diinginkan yang ingin
direalisasikan organisasi. Tujuan adalah penting karena organisasi ada

12
untuk suatu alasan, dan tujuan mendefinisikan dan menegaskan tujuan
alasan tersebut. Rencana adalah cetak biru untuk pencapaian tujuan dan
menentukan alokasi sumber daya yang diperlukan, jadwal, tugas, dan
tindakan lainnya. Tujuan menentukan tujuan masa depan; rencana
menentukan cara hari ini. Konsep perencanaan biasanya menggabungkan
kedua gagasan tersebut; artinya menentukan tujuan organisasi dan
menetukan untuk mencapainyanya.
Dari segi keluasan dan waktu pencapaian, tujuan juga dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu tujuan strategis (strategic goals), tujuan taktis (tactical
goals), dan tujuan operasional (operational goals )
2) Merumuskan keadaan saat ini
Pemahaman akan posisi perusahaan sekarang dari tujuan yang hendak
dicapai atau sumber daya-sumber daya yang tersedia untuk pencapaian
tujuan, adalah sangat penting, karena tujuan dan rencana menyangkut
waktu yang akan datang. Setelah keadaan ini dianalisa barulah rencana
dapat dirumuskan untuk menggambarkan rencana lebih lanjutnya. Untuk
mendapatkan keadaan saat ini diperlukan informasi tentang keuangan dan
data statistik perusahaan yang didapatkan melalui komunikasi dalam
organisasi.
3) Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan
Segala kekuatan dan kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu
diidentifikasikan untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai
tujuan. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan intern dan
ekstern yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya, atau yang
mungkin menimbukan masalah.
4) Mengembangkan rencana atau serangkaiann kegiatan untuk mencapai
tujuan
Tahap terakhir dalam proses perencaan meliputi pengembangan berbagai
alternative kegiatan untuk pencapaian tujuan, penilaian alternatif-alternatif

13
tersebut dan pemilihan alternatif terbaik (paling memuaskan) diantara
berbagai alternatif yang ada.

- Perencanaan Agregat untuk Perusahaan Jasa


Perecanaan agregat di bidang jasa lebih menekankan pada peran
manajemen permintaan dan tenaga kerja. Perencanaan agregat di bidang jasa
pada umumnya dilakukan dengan mencari kombinasidari delapan pilihan.
Pengendalian biaya tenaga kerja dalam perusahaan jasa menjadi sangat
penting.

Upaya pengendalian dilakukan dengan teknik yang dianggap sukses yaitu :

1. Melakukan penjadwalan jam kerja yang ketat untuk memastikan respons cepat
terhadap permintaan pelanggan
2. Merekrut atau memberhentikan tenaga kerja siap dipanggil untuk memenuhi
permintaanyang tidak terduga
3. Fleksibilitas keterampilan pekerja individu yang memungkinkanalokasi ulang
tenagakerja yang tersedia
4. Fleksibilitas tingkat output atau jam kerja karyawan untuk memenuhi
permintaan yang meningkat.

Perencanaan agregat merupakan suatu elemen yang penting dalam proses


produksi,yang juga berkaitan strategi operasi yang digunakan oleh banyak
perusahaan.Perusahaan harus berhati-hati dalam menerapkan agregat ini, 
karena jika tidak maka perusahaan akan merugi, ha ini disebabakan kapasitas
barang yang diproduksi ternyata berlebih, hal itu biasanya menyebabkan banyak
biaya–biaya tambahan yang seharusnya dapat dihindari sebelumnya. Untuk
menentukan perencanaan agregat bisa menggunakan meode yang tepat seperti
metode grafik atau pendekatan secara matematis. Strategi perencanaan agregat
juga dibutuhkan yang melibatkan identifikasi pilihan-pilihan untuk
mengembangkan perencanaan agregat.

14
- Penjadwalan Operasi
Penjadwalan adalah aktivitas perencanaan untuk menentukan kapan
dan di mana setiap operasi sebagai bagian dari pekerjaan secara keseluruhan
harus dilakukan pada sumber daya yang terbatas. Menurut Baker (1974)
penjadwalan adalah proses untuk melakukan tugas dengan menggunakan
sumber-sumber yang tersedia pada waktu yang telah ditetapkan. Menurut
Stevenson (1999) penjadwalan adalah membangun penentuan waktu
penggunaan dari peralatan, fasilitas dan aktivitas manusia dalam suatu
organisasi. Menurut Pinedo (2002) penjadwalan adalah proses pengambilan
keputusan yang memegang peranan yang penting dalam manufaktur dan
sistem produksi.
Pada dasarnya penjadwalan mencakup pengurutan aktivitas,
pengalokasian aktivitas pada fasilitas dan pemetaan aktivitas menurut urutan
waktu. Tujuan penjadwalan adalah meningkatkan efektivitas dan efisiensi
penggunaan sumber daya, mengurangi terjadinya penumpukan barang
setengah jadi dalam lintasan produksi, mengurangi terjadinya keterlambatan,
dan dapat membantu pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas
pabrik. Penjadwalan merupakan pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi.
Penjadwalan mencakup kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan ataupu
tenaga kerja bagi suatu kegiatan operasi dan menentukan urutan pelaksanaan
kegiatan operasi.
- Sinkronisasi Manufacturing
Konsep dasar dari sinkronisasi manufaktur  adalah sederhana, yaitu
aliran material di dalam sistem, bukan kapasitas, yang harus diseimbangkan.
Hasil ini pada perpindahan material yang lancar dan terus menerus dari satu
operasi ke operasi selanjutnya, dan kemudian lead time dan inventory yang
menunggu dalam antrian harus dikurangi. Perbaikannya adalah pada
pengurangan inventory yang dapat mengurangi biaya total dan dapat
mempercepat pengiriman kepada konsumen, dan juga menjadikan perusahaan

15
untuk dapat bersaing lebih efektif. Lead time yang singkat dapat memperbaiki
pelayanan kepada konsumen dan membuat perusahaan lebih kompetitif.
Pada sinkronisasi manufaktur bottleneck diidentifikasikan dan
digunakan untuk menentukan tingkat aliran. Untuk memaksimasi aliran
sistem, bottleneck harus diatur seefektif mungkin. Dikatakan sebagai capacity
constrain resources, bottleneck ini memastikan Goldratt untuk
mengembangkan gagasan dalam mengatur konstrain. Theory of
constraint memperluas konsepnya yang meliputi pasar, material, kapasitas,
logistik, manajerial, dan perilaku konstrain.

2.4 JIT (Just In Time)

Just in Time adalah sebuah filosofi pemecahan masalah secara berkelanjutan


dan memaksa yang mendukung produksi yang ramping (lean). Produksi yang
ramping (lean Production) memasok pelanggan persis sesuai dengan keinginan
pelanggan ketika pelanggan menginginkannya, tanpa pemborosan, melalui
perbaikan berkelanjutan (Heizer and Render, 2004,h.258).
Sasaran utama just in time adalah meningkatkan produktivitas sistem
produksi atau operasi dengan cara menghilangkan semua macam kegiatan yang
tidak menambah nilai (pemborosan) bagi suatu produk. Sasaran just in time
menitikberatkan pada continuos improvement untuk mencapai biaya produksi
yang rendah, tingkat produktivitas yang lebih tinggi, kualitas dan realibitas
produk yang lebih baik, memperbaiki waktu penyerahan produk akhir dan
memperbaiki hubungan kerja antara pelanggan dengan pemasok (Ariani, 2003)
Schniederjans (1993 dalam Tjahjadi, 2001,h.227) mendefinisikan JIT sebagai
“the successful completion of a product or service at each stage of production
activity from vendor to customer just in time for its use and at minimum cost. JIT
can also be generally defined as a strategy or guiding philosophy whose goal it is
to seek manufacturing excellence .

16
Selanjutnya Schniederjans (1993) menyatakan bahwa JIT memiliki 8 prinsip
dasar, yaitu: (1) Seek a produce-to order production schedule ; (2) Seek unitary
production; (3) Seek eliminate waste; (4) Seek continous product flow
improvement; (5) Seek product quality perfection; (6) Respect people; (7) Seek to
eliminate contingencies; (8) Maintain long term emphasis. Berdasarkan berbagai
pengertian tersebut dapat diketahui bahwa eliminasi pemborosan merupakan
jantung dari JIT. Dengan mengeliminasi pemborosan, maka perusahaan akan
menghasilkan produk yang lebih baik dengan biaya yang lebih rendah.
Berdasarkan uraian diatas maka indikator JIT yang dimunculkan adalah biaya
produksi yang rendah, tingkat produktivitas yang lebih tinggi, hubungan antara
pelanggan dengan pemasok.
JIT sangat membutuhkan hubungan khusus antara pemasok dengan
perusahaan pembeli dimana kedua belah pihak dituntut untuk bekerja sama untuk
mencapai keberhasilan bersama dimasa yang akan datang. Adapun karakteristik
hubungan antara pemasok JIT dengan perusahaan pembeli meliputi ; (1) kontrak
jangka panjang ; (2) Meningkatnya akurasi administrasi pesanan; (3)
meningkatnya kualitas; (4) Fleksibilitas pesanan; (5) pengiriman jumlah kecil
dengan frekuensi pengiriman yang banyak; (6) perbaikan berkesinambungan
dalam bekerjasama (Tjahjadi, 2001, h.232).
Perusahaan pembeli harus bisa mencari pemasok terpercaya yang dapat
mengirimkan barang berkualitas, dengan jumlah dan waktu yang telah ditentukan.
Dalam banyak kasus perusahaan pembeli menetapkan jadual jam pengiriman,
bahkan menit pengiriman juga telah ditentukan. Kegagalan pemenuhan jadwal
yang dipesan akan berakibat fatal, yaitu berhentinya produksi (Tjahjadi, 2001,
h.229). Just In Time merupakan sistem produksi atau sistem yang hanya apabila
ada suatu permintaan yang diproduksi pada saat waktu diminta dan dilakukan
sesuai dengan kuantitas yang diminta.

17
2.5 Supply Chain Management (SCM)

Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasok) secara umum dapat


dijelaskan sebagai integrasi aktivitas-aktivitas yang berawal dari pengadaan
barang dan jasa, mengubah bahan baku menjadi barang dalam proses dan barang
jadi, dan mengantarkan barang-barang tersebut kepada para pelanggannya dengan
cara yang efisien. Beberapa definisi dasar tentang Manajemen Rantai Pasok
adalah sebagai berikut:
- Simchi dan Levi (2003): “Is set of approaches utilized to efficiently integrate
suppliers, manufacturers, warehouse and stores, so that merchandise is
produced and distributed at the right quantities, to the right locations and at the
right time, in order to minimize sistem wide cost while satisfying service level
requirement.”
- Hanfield (2002): “Is the integration and management of supply chain
organization and activities through cooperative organizationl relationship,
effective business process, and high levels of information sharing to create
high-performing value sistems that provide member organizations a
sustainable competitive advantage”.

Dalam definisi tersebut, secara umum pemahaman rantai pasok akan


mengandung makna terjadinya aliran material dari awal sampai ke konsumen
dengan memperhatikan faktor ketepatan waktu, biaya, dan jumlah produknya.
Dengan demikian, untuk rantai pasok kebutuhan akan dukungan teknologi
informasi adalah mutlak diperlukan karena penyamaan persepsi kebutuhan akan
muncul dari sisi kebutuhan material yang akan diolah dan kebutuhan produk yang
diperlukan oleh konsumen. Integrasi dan koordinasi merupakan elemen penting
untuk melakukan upaya sinkronisasi sehingga bila semuanya dilakukan dengan
baik maka efisiensi biaya akan diperoleh untuk sebuah rantai pasok sehingga dapat
digunakan sebagai strategi bersaing terhadap kompetitor lain.

18
2.6 Enterprise Resource Planning (ERP)

Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan sbeuah konsep sistem yang


dirancang untuk mengintegrasikan seluruh area fungsi dalam sebuah perusahaan
untuk menghasilkan proses bisnis yang efektif dan efisien. Sistem ERP memiliki
beberap kakarakter sebagai berikut.
- Di desain pada lingkungan client-server baik tradisional (berbasis desktop)
maupun berbasis web
- Sistem ERP mengintegrasikan mayoritas bisnis proses yang ada.
- Sistem ERP memproses seluruh transaksi organisasi perusahaan.
- Sistem ERP menggunakan database skala enterprise untuk penyimpanan data
- Sistem ERP mengijinkan pengguna mengakses data secara realtime.

Sistem ERP (Enterprise Resource Planning) biasanya dikategorikan dalam


tingkatan berdasarkan ukuran dan kompleksitas perusahaan yang dilayani. Berikut
adalah beberapa tingkatan ERP pada umumnya:

- ERP Tier I
Mendukung perusahaan global yang besar dan menangani semua masalah
internasionalisasi, termasuk mata uang, bahasa, alphabet, kode pos, aturan
akuntansi dan lain-lain.
- ERP Government Tier I
Mendukung agensi pemerintahan besar (sebagian besar federal). Vendor ERP
yang berada di tingkatan ini mendukung akuntansi, SDM, dan pengadaan
pemerintah.
- ERP Tier II
Mendukung perusahaan dengan skala menengah dan sebagian besar
menangani beberapa bahasa dan mata uang namun hanya pada satu alphabet.
- ERP Government Tier II
ERP yang berada pada tingkatan ini kebanyakan berfokus pada pemerintahan
Negara bagian dan lokal dengan beberapa instalasi federal.

19
- ERP Tier III
Tingkat IV ERP dirancang untuk bisnis kecil. Biasanya yang dirancang untuk
usaha mikro biasanya hanya focus pada akuntansi dan sering tidak dianggap
sebagai sistem ERP lengkap oleh para professional TI.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manajemen persediaan merupakan masalah yang penting dalam suatu


perusahaan, salah satunya inventory spare part adalah untuk memberi dukungan
bagi seluruh keperluan pemeliharaan peralatan yang digunakan dalam proses
produksi. Spare part merupakan suatu barang yang terdiri dari beberapa
komponen yang membentuk satu kesatuan dan mempunyai fungsi tertentu.
Perencanaan sumber daya manufaktur adalah sbeuah metode atau sistem yang
merencanakan seluruh sumber daya manufaktur agar organisasi tetap berjalan
lancar. Dalam perencanaan juga terdapat penjadwalan dimana penjadwalan ini
untuk mengefisienkan dalam melaksanakan sumber daya manufaktur.

3.2 Saran
Saran yang bisa penulis berikan Perlu adanya menyediakan barang untuk
mengurangi kegagalan produksi atau telatnya barang pemasok.
Dengan menyediakan barang, juga harus memperhatikan biaya persediaan.
Agar biaya persediaan tidak kurang maka lakukanlah dengan metode-metode
yang telah ditentukan.

21
DAFTAR PUSTAKA

http://ciputrauceo.net/blog/2016/6/9/konsep-persediaan-dalam-perusahaan-dagang-
dan-manufaktur

https://ujiansma.com/asumsi-dasar-dari-model-eoq

https://accurate.id/marketing-manajemen/economic-order-quantity-eoq-adalah/

https://www.linovhr.com/manajemen-persediaan/

https://www.jurnal.id/id/blog/2018-metode-penentuan-biaya-persediaan-yang-perlu-
anda-ketahui/

https://nafaaa.blogspot.com/2015/06/perencanaan-agregat-di-bidang-jasa.html

http://repository.ut.ac.id/4820/1/EKMA4371-M1

https://media.neliti.com/media/publications/57276-ID-studi-just-in-time

https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1204105044-3-BAB%2011%20-%20

https://e-journal.uajy.ac.id/4843/3/2EA16115

http://e-journal.uajy.ac.id/13971/3/EM203092

22

Anda mungkin juga menyukai